Hubungan Rasio Diameter dengan Bonita Analisis Diskriminan

4.3 Hubungan Rasio Diameter dengan Bonita

Gruschow dan Evans 1959 menyatakan bahwa pertambahan volume pohon atau tegakan sangat dipengaruhi oleh umur, kerapatan tegakan sisa dan tempat tumbuh atau bonita. Diameter pohon yang berhubungan erat dengan volume pohon juga dijadikan salah satu penentu kualitas tumbuh jati itu sendiri. Semakin besar diameter maka semakin bagus pertumbuhan jati yang diikuti oleh pertambahan tinggi serta diameter tajuk. Pertambahan tinggi pohon berkorelasi dengan pertambahan volume Anonim 2010. Perbandingan diameter ini dijadikan sebagai rasio diameter dalam menganalisis hubungan tingkat kesuburan jati. Pada citra, diameter tajuk merupakan peubah yang berhubungan dengan diameter pohon. Diagram pencar rasio diameter dengan diameter tajuk dengan bonita untuk BKPH Dagangan dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26 Hubungan rasio diameter dengan bonita di lokasi BKPH Dagangan. Pada Gambar 26 terlihat bahwa nilai bonita akan semakin tinggi bila rasio antara diameter 130cm dengan diameter 50cm semakin kecil atau mendekati silindris, begitu pula sebaliknya. Hubungan antara rasio rata-rata diameter pohon dengan bonita pada BKPH Dagangan mempunyai nilai koefisien determinasi sebesar 95,4 dengan model regresi Y = 1E+09e -21.5x . 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 0.896 0.898 0.900 0.902 0.904 0.906 0.908 0.910 0.912 B o n ita Rd130d50 Gambar 27 Hubungan rasio diameter dengan bonita di lokasi BKPH Dungus. Pada BKPH Dungus hubungan rasio diameter dengan bonita mempunyai nilai koefisien determinasi sebesar 99,9 dengan model regresi Y = 8E+06e -17.0x .

4.4 Analisis Diskriminan

Pada lokasi BKPH Dagangan nilai akurasi klasifikasi dengan peubah citra terhadap bonita yang diperoleh di lapangan memberikan persentase akurasi yang berbeda-beda sebagaimana tercantum dalam Tabel 4 Gambar 28. Tabel 4 Nilai akurasi klasifikasi bonita di lapangan terhadap peubah C, D dan N pada citra pada lokasi BKPH Dagangan Peubah tegakan Proporsi benar C 52.60 D 50.00 N 36.80 CD 52.60 CN 52.60 DN 47.40 CDN 52.60 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 0.8500 0.8550 0.8600 0.8650 0.8700 0.8750 B o nita Rasio d130d50 Gambar 28 Proporsi nilai analisis diskriminan bonita lapangan di lokasi BKPH Dagangan. Pada Tabel 4 dapat terlihat bahwa nilai akurasi yang paling tinggi dihasilkan oleh nilai peubah C, CD, CN dan CDN yaitu sebesar 52,6. Nilai akurasi ini menjelaskan bahwa dengan menggunakan peubah persentase kerapatan tajuk C pada citra dapat menjelaskan bonita di lapangan dengan baik, sama baiknya dengan menggunakan peubah CDN. Ini dapat diartikan bahwa dengan menggunakan peubah C saja sudah dapat menentukan kelas bonita di lapangan di lokasi BKPH Dagangan. Pada lokasi BKPH Dungus nilai akurasi klasifikasi menggunakan peubah citra terhadap bonita yang diperoleh di lapangan ditampilkan dalam Tabel 5, Grafik proporsi yang benar disajikan pada Gambar 29. Tabel 5 Nilai akurasi klasifikasi bonita di lapangan terhadap peubah C, D dan N pada citra pada lokasi BKPH Dungus Peubah tegakan Proporsi benar C 44.70 D 52.60 N 47.40 CD 50.00 CN 47.40 DN 47.40 CDN 44.70 10 20 30 40 50 60 C D N CD CN DN CDN Gambar 29 Proporsi nilai analisis diskriminan bonita lapangan di lokasi BKPH Dungus. Pada Tabel 5 dilihat bahwa nilai akurasi paling tinggi ditunjukkan oleh nilai analisis diskriminan bonita lapangan terhadap peubah diameter tajuk D pada citra, dengan nilai akurasi benar sebesar 52,6. Pada lokasi BKPH Dungus nilai diameter tajuk saja sudah cukup dapat mewakili dalam penentuan kelas bonita dengan akurasi sebesar 52,6. Nilai diskriminan yang diperoleh dari hasil analisis terlampir pada Lampiran 5 memberikan fungsi diskriminan sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 6. 40 42 44 46 48 50 52 54 C D N CD CN DN CDN Tabel 6 Fungsi diskriminan untuk kelompok bonita terhadap peubah citra Peubah Bonita Fungsi diskriminan BKPH Dagangan BKPH Dungus N 3.0 D 3.0 = -11,195 + 1,930N citra D 3.0 = -4,410 + 0,802N citra 3.5 D 3.5 = -6,945 + 1,520N citra D 3.5 = -9,651 + 1,186N citra 4.0 D 4.0 = -8,936 + 1,725N citra D 4.0 = -6,159 + 0,948N citra D 3.0 D 3.0 = -40,846 + 8,777D citra D 3.0 = -19,725 + 5,195D citra 3.5 D 3.5 = -33,536 + 7,953D citra D 3.5 = -11,115 + 3,900D citra 4.0 D 4.0 = -39,676 + 8,650D citra D 4.0 = -17,744 + 4,928D citra C 3.0 D 3.0 = -60,260 + 1,415C citra D 3.0 = 31,115 + 0,852C citra 3.5 D 3.5 = -53,613 + 1,334C citra D 3.5 = -26,175 + 0,782C citra 4.0 D 4.0 = -58,195 + 1,390Ccitra D 4.0 = -3,099 + 0,879C citra CN 3.0 D 3.0 = -62,378 + 1,605C citra - 1,033N citr a D 3.0 = -31,368 + 0,829C citra + 0,201N citra 3.5 D 3.5 = -57,667 + 1,598C citra - 1,430N citra D 3.5 = -29,047 + 0,703C citra + 0,676N citra 4.0 D 4.0 = -61,427 + 1,625C citra - 1,033N citra D 4.0 = -33.820 + 0,840C citra + 0,339N citra CD 3.0 D 3.0 = -88,584 + 1,272C citra - 7,387D citra D 3.0 = -44,803 + 4,370D citra + 0,773C citra 3.5 D 3.5 = -76,463 + 1,207C citra - 6,634D citra D 3.5 = 2,646 + 3,126D citra + 4,068C citra 4.0 D 4.0 = -85,741 + 1,250C citra - 7.284D citra D 4.0 = -44,960 + 4,068D citra + 0,805C citra ND 3.0 D 3.0 = -60,688 + 2,605N citra + 9,794D citra D 3.0 = -60,688 + 2,605D citra + 9,794N citra 3.5 D 3.5 = -46,744 + 2,125N citra + 8,782D citra D 3.5 = -46,744 + 2,125D citra + 8,782N citra 4.0 D 4.0 = -56,302 + 2,385N citra + 9,581D citra D 4.0 = -56,302 + 2,385D citra + 9,581N citra CDN 3.0 D 3.0 = -88,625 + 0,150N citra + 7,477D citra + 1,243C citra D 3.0 = -57,988 + 7,831N citra + 1,862D citra + 0,494C citra 3.5 D 3.5 = -76,780 – 0,420N citra + 6,380D citra + 1,289C citra D 3.5 = -51,779 + 7,237N citra + 2,211D citra + 0,393C citra 4.0 D 4.0 = -85,775 – 0,137N citra + 7,202D citra + 0,277C citra D 4.0 = -59,931 + 7,756N citra + 1,984D citra + 0,508C citra

4.5 Akurasi Bonita