19 Kecernaan bahan kering dan bahan kering organik proten kasar, lemak
kasar, serat kasar, abu, dan energi, kecernaannya dihitung dengan rumus:
100 x
g dikonsumsi
yang pakan
zat Σ
g feses
dalam pakan
zat Σ
g dikonsumsi
yang pakan
zat Σ
Kecernaan
II.3 Fisiologi Adaptasi Primata
II.3.1 Mikroklimat Suhu dan Kelembaban Suhu merupakan derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala
tertentu dengan menggunakan berbagai tipe Thermometer Syarif 1990. Suhu udara berbeda-beda dari tempat ke tempat dari waktu ke waktu. Perbedaan suhu
ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim, dan per tahun, pengaruh daratan dan lautan, pengaruh aspek
kemiringan, pengaruh altitude letak daerah, pengaruh panas laten, dan pengaruh angin. Suhu tubuh makhluk hidup merupakan suhu dalam atau suhu inti di bagian
dalam makhluk hidup tersebut. Suhu tubuh normal Macaca fascicularis berada pada kisaran 37°C sampau dengan 40°C Chantalakhana and Skunmun 2002.
Nilai ini cukup serupa jika dibandingkan dengan suhu tubuh normal manusia yang berkisar antara 36°C sampai dengan 37,5°C. Sementara itu, kelembaban
merupakan angka perbandingan uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu Syarif 1990.
Kelembaban dapat berubah sesuai tempat dan waktu. Saat siang hari kelembaban berangsur-angsur turun kemudian meningkat pada sore hari hingga menjelang
pagi hari. Kelembaban berkaitan dengan suhu, semakin rendah suhu umumnya meningkatkan nilai kelembaban. Kelembaban dapat mempengaruhi kecepatan
hilangnya panas dari tubuh hewan melalui kulit dan saluran pernafasan Chantalakhana and Skunmun 2002.
Suhu tubuh merupakan suhu yang berada di bagian dalam tubuh yang disebut juga suhu inti. Kondisi suhu jenis ini relatif bersifat stabil, kecuali jika
terjadi gangguan seperti demam. Suhu tubuh bukan suhu permukaan yang mengacu pada suhu kulit atau jaringan bawah kulit, sehingga suhu permukaan ini
sering mengalami kenaikan dan penurunan sesuai dengan suhu lingkungan Guyton and Hall 2008. Lebih lanjut Guyton and Hall 2008, kulit merupakan
20 sistem pengatur radiator panas yang efektif dan aliran darah ke kulit merupakan
mekanisme penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit. Suhu tubuh dapat menjadi sedikit bervariasi pada kerja fisik dan pada suhu lingkungan
yang ekstrim. II.3.2 Pengaruh Mikroklimat Lingkungan Terhadap Kondisi Fisiologis
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi fisiologis diantaranya adalah kecepatan metabolisme basal, rangsangan saraf simpatis, hormon
pertumbuhan, hormon tiroid, hormon kelamin, demam peradangan, status gizi, aktivitas, gangguan organ, dan lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh
terhadap perubahan kondisi fisiologis terutama suhu tubuh. Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya suhu tubuh dapat berkurang
atau hilang akibat lingkungan yang lebih dingin dan begitu juga sebaliknya Guyton and Hall 2008. Perpindahan suhu tubuh dengan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit sehingga dapat dikatakan sebagai radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh. Proses kehilangan panas melalui kulit
dikarenakan panas yang diedarkan melalui pembuluh darah dan dialirkan langsung ke plexus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang
mengandung banyak otot. Kecepatan aliran pada plexus arteriovenosa yang cukup tinggi sekitar 30 total curah jantung dapat menyebabkan konduksi panas dari
inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien Frandson 1986. Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada kondisi panas berlangsung
dengan cara kelenjar keringat yang berada di bawah kulit mengeluarkan keringat yang dikirimkan ke saluran keringat melalui pori keringat menuju permukaan
kulit. Hal ini mengakibatkan kehilangan panas tubuh secara evaporatif dan kehilangan banyak kandungan air yang bersifat penting Guyton and Hall 2008.
Kondisi rambut-rambut yang berbaring pada permukaan kulit merupakan suatu upaya untuk mencegah panas lingkungan terperangkap di antara rambut. Posisi
rambut yang datar dapat menghambat masuknya panas lingkungan pada saat yang sama dengan terjadinya peningkatan kehilangan panas kulit melalui mekanisme
konveksi. Selain itu, terjadi juga mekanisme vasodilatasi arteriol yaitu terjadi relaksasi otot polos dalam dinding arteriola yang memungkinkan peningkatan
21 aliran darah melalui arteri yang kemudian dialihkan ke dalam kapiler yang
dangkal di kulit untuk meningkatkan kehilangan kehilangan panas melalui mekanisme konveksi dan konduksi Guyton and Hall 2008.
Pengaturan suhu tubuh berkurang kemampuannya pada kondisi lingkungan yang panas dan lembab. Pada kondisi lingkungan yang panas dan
lembab, akan menyebabkan terjadinya penguapan bahkan dapat menyebabkan stres karena panas. Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada kondisi dingin
berlangsung dengan cara produksi keringat diturunkan atau bahkan dihentikan. Mekanisme ini biasanya terjadi pada saat tubuh merinding atau gemetaran yang
bertujuan untuk menghangatkan tubuh Guyton and Hall 2008. Kondisi ini juga bertujuan untuk mencegah mekanisme kehilangan panas tubuh ke lingkungan
walaupun tidak seutuhnya dan untuk mencegah suhu tubuh menurun lebih lanjut, sehingga tubuh menjadi lebih hangat.
Kondisi yang sangat dingin, mekanisme vasokontriksi menyusut atau mengkerut yang berlebihan dapat menyebabkan mati rasa dan kulit pucat. Selain
itu, otot juga dapat menerima pesan dari pusat pengatur suhu tubuh di otak, yaitu hipotalamus, untuk menyebabkan tubuh menggigil yang cukup efektif untuk
menghangatkan tubuh dibandingkan dengan melakukan latihan karena lebih sedikit panas yang hilang ke lingkungan melalui konveksi. Ada dua jenis
menggigil, yaitu menggigil dengan intensitas rendah yang terjadi secara terus menerus pada kondisi lingkungan yang dingin dan menggigigl dengan intensitas
tinggi terjadi untuk waktu yang relatif singkat. Kedua proses menggigil ini membutuhkan energi walaupun pada intensitas rendah menggunakan lemak
sedangkan intensitas tinggi menggunakan glukosa sebagai sumber bahan bakar. Hal inilah yang merupakan alasan utama hewan menyimpan makanan pada
musim dingin Guyton and Hall 2008. III.3.3 Termoregulasi Suhu Tubuh
Termoregulasi merupakan suatu mekanisme fisiologis yang dilakukan oleh tubuh untuk mengatur suhu internal tubuh agar selalu berada pada kisaran suhu
tubuh normal. Termoregulasi pada manusia diatur pada hipotalamus anterior. Ada tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu
22 termoreseptor, hipotalamus, dan syaraf eferen Swenson 1997. Pengaruh suhu
tubuh hewan terhadap lingkungan dapat digolongkan menjadi hewan berdarah panas homoiterm dan hewan berdarah dingin poikiloterm Duke 1995. Hewan
berdarah panas homoiterm memiliki suhu stabil, karena adanya reseptor dalam otak yang dapat mengatur suhu tubuh. Hewan ini juga dapat menjaga suhu tubuh
pada suhu yang konstan yang umumnya lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan, misalnya bangsa burung dan mamalia termasuk
Macaca fascicularis. Hewan berdarah dingin poikiloterm merupakan hewan yang suhu
tubuhnya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan sekitarnya Guyton and Hall 1993.
Kulit berperan dalam proses homeostasis, yaitu suatu bentuk mekanisme tubuh untuk menjaga aspek yang berbeda dari kondisi normal tubuh, misalnya
adalah pada saat menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Ada empat mekanisme kehilangan panas yang dapat terjadi terutama melalui kulit, yaitu konveksi,
konduksi, radiasi, dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan
cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan langsung tanpa ada transfer panas molekul. Konveksi
merupakan suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi adalah
konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi Martini 1998. Jika suhu tubuh lebih tinggi daripada lingkungan
makan tubuh akan kehilangan panas melalui mekanisme radiasi dan konduksi dan mekanisme untuk mengurangi panas tubuh adalah melalui evaporasi. Jadi, pada
saat suhu lingkungan lebih tinggi terhadap suhu tubuh, apapun yang mencegah penguapan yang memadai dapat menyebabkan suhu tubuh internal meningkat.
Pada saat berolahraga, penguapan menjadi jalan utama kehilangan panas Guyton and Hall 2008.
Suhu tubuh tergantung pada keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Kejadian terengah-engah diatur oleh
pusat pengatur suhu di otak. Apabila darah menjadi terlalu panas, maka hipotalamus akan memberikan sinyal neurogenik untuk menurunkan suhu tubuh.
23 Pada kondisi ini, hewan memasukkan dan mengeluarkan udara dengan cepat
sehingga sejumlah besar udara yang diterima dari luar tubuh melakukan kontak dengan bagian atas susunan sistem pernafasan. Proses ini akan mendinginkan
darah di dalam mukosa akibat evaporasi air dari permukaan mukosa terutama evaporasi saliva dari lidah Guyton and Hall 2008. Otak mendeteksi panas
melalui reaksi yang terjadi tak terhitung jumlahnya, bahkan proses untuk berpikir pun menciptakan panas. Kepala memiliki sistem pembuluh darah yang kompleks,
membuat otak menjadi terlalu panas dengan membawa darah ke kulit tipis di kepala. Efektivitas mekanisme ini dipengaruhi oleh iklim dan adaptasi individu
terhadap lingkungannya. proses adapatasi yang dilakukan kulit untuk mengatur suhu tubuh merupakan bagian dari termoregulasi. Hal ini merupakan salah satu
aspek proses homeostasis tubuh untuk mengatur dirinya sendiri demi menjaga kondisi fisiologis internal yang konstan Guyton and Hall 2008.
III.3.4 Stres Stress merupakan suatu gejala yang menunjukkan keadaan tidak baik
berdasarkan status klinis dan fisiologis. Stress juga merupakan suatu perasaan terhadap reaksi atas suatu kejadian tertentu. Respon tubuh terhadap stres terjadi
akibat adanya aktivasi sistem pembuluh syaraf dan hormon-hormon tertentu. Salah satu faktor penyebab terjadinya stress adalah suhu lingkungan, baik suhu
panas maupun suhu dingin. Pada saat stress, akan terjadi stimulasi rangsangan terhadap hipotalamus yang akan memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk
memproduksi lebih banyak hormon adrenalin dan kortisol yang dilepaskan ke dalam aliran darah. Hormon-hormon ini menyebabkan peningkatan denyut
jantung, tekanan darah, dan metabolisme tubuh. Kondisi stress dapat mempengaruhi perilaku, penurunan kecernaan pakan, peningkatan asupan air, dan
menyebabkan penurunan bobot badan Guyton and Hall 2008. Berdasarkan penelitian Kim et al. 2005 menyatakan bahwa terdapat
suatu hubungan yang berbanding lurus antara peningkatan kadar hormon kortisol dengan peningkatan rasio netrofil:limfosit pada monyet ekor panjang yang
mengalami stress ketika diberikan perlakuan transportasi, sehingga dapat dijadikan suatu indikator terhadap terjadinya peningkatan gejala stress. Bahkan
24 ditemukan perlakuan gejala stress transportasi dapat mempengaruhi kondisi
gambaran hematologi dan penurunan bobot badan monyet. Suprayogi et al. 2006 menyatakan bahwa mikroklimat yang baik untuk
ternak di daerah tropis pada temperatur 18 – 21°C dengan kelambaban relatif 50 – 60 rel. Status fisiologis ternak yang berada pada kandang di daerah tropis
menunjukkan adanya penderitaan yang disebabkan oleh stress. Kelembaban yang tinggi di wilayah tropis mengakibatkan peningkatan respirasi ternak meskipun
denyut jantung dan temperatur tubuh masih dalam kisaran normal. Permasalahan kesehatan dan produksi di daerah tropis pada ternak dapat dipengaruhi oleh panas
dan stress Singh and Shukla 2003.
III. BAHAN DAN METODE