Latar Belakang Gambaran Jumlah Sel Darah Merah, Kadar Hemoglobin, Nilai Hematokrit, dan Indeks Eritrosit pada Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) Betina

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerbau merupakan hewan ruminansia besar yang tersebar di dunia. Populasi kerbau terbesar berada di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Berdasarkan karakteristiknya, kerbau digolongkan menjadi kerbau lumpur dan kerbau sungai. Kerbau lumpur memiliki ciri-ciri warna kulit abu-abu kehitaman, tubuhnya pendek dan kekar, bentuk bulat, ukuran lingkar dada luas, kaki pendek dan lurus, serta tanduk yang lebar dan melengkung Johari et al. 2009. Lain halnya dengan kerbau sungai yang memiliki ciri-ciri kulit yang berwarna hitam pekat, tubuhnya padat dan pendek, leher dan kepala yang relatif lebih kecil, punggungnya lebar, serta tanduk melingkar rapat seperti spiral Sitorus 2008. Secara tradisional, pemanfaatan kerbau lumpur umumnya digunakan sebagai kerbau tipe pedaging dan kerbau pekerja. Berbeda dengan kerbau lumpur, kerbau sungai lebih umum dimanfaatkan sebagai kerbau perah dan kerbau pekerja. Selain itu, di beberapa daerah tertentu kerbau memiliki nilai spiritual yang tinggi. Di daerah Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Tana Toraja kerbau jenis albino atau yang lebih dikenal dengan kerbau belang dijadikan sebagai hewan penting dalam upacara-upacara adat. Data dari Badan Pusat Statistik 2011 menyebutkan bahwa populasi kerbau yang ada saat ini di Indonesia mencapai 1.3 juta ekor. Data penyebaran kerbau di pulau Indonesia pada tahun 2011 yang terdata oleh BPS menyebutkan jumlah kerbau di pulau Sumatera 512.816 ekor, Jawa 363.008 ekor, Bali dan Nusa tenggara 257.587 ekor, Kalimantan 41.541 ekor, Sulawesi 110.393 ekor, Maluku dan Papua 19.671 ekor. Badan Pusat Statistik BPS mencatat setiap tahunnya jumlah populasi kerbau terus mengalami penurunan hingga 0.58 atau sekitar 7.800 ekor setiap tahunnya. Semakin berkurangnya populasi kerbau yang ada akan mengancam kepunahan populasi kerbau di Indonesia. Berbagai usaha perlu dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan populasi ternak kerbau di Indonesia. Apabila Indonesia dapat mengembangkan ternak herbivora nonsapi secara optimal, salah satu diantaranya ialah ternak kerbau maka hal ini dapat menunjang ketahanan pangan hewan di Indonesia. Program swasembada daging sapi dan kerbau PSDSK 2014 oleh pemerintah juga akan semakin mudah terlaksana. Kerbau akan menjadi penopang yang potensial untuk memproduksi pangan dan sebagai sumber energi. Suhubdy 2011 berpendapat bahwa optimalisasi peran serta ternak herbivora nonsapi pada masa mendatang tidak saja mempercepat swasembada daging tetapi turut mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa dari sektor peternakan. Salah satu upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki jumlah populasi kerbau adalah dengan memperhatikan kondisi kesehatan ternak kerbau agar produktivitas kerbau menjadi optimal. Pemeriksaan darah lengkap sering dilakukan untuk mengetahui status kesehatan hewan. Pemeriksaan darah juga dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa terhadap suatu penyakit dan untuk melihat adanya respon tubuh terhadap suatu penyakit infeksi. Gambaran darah merah yang dapat diamati meliputi jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, dan indeks eritrosit. Adanya gangguan keseimbangan pada variabel darah tersebut menunjukkan bahwa hewan sedang mengalami gangguan kesehatan tertentu. Gambaran darah pada setiap individu hewan yang masih berada dalam satu spesies bervariasi satu sama lain, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun faktor dari luar tubuh hewan. Faktor dari dalam tubuh hewan bisa dipengaruhi oleh genetik, usia, jenis kelamin, dan status kesehatan, sedangkan faktor dari luar dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim, pakan, dan adanya infeksi parasit Sulong et al. 1980. Laporan-laporan mengenai gambaran fisiologis darah merah pada kerbau saat ini masih sangat sedikit khususnya pada kerbau lumpur di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data gambaran darah merah meliputi jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, dan indeks eritrosit pada kerbau lumpur betina. Data penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

1.2. Tujuan