62 perkampungan mereka sering diusir petugas siskamling, karena dianggap mengotori
kampung-kampung. Masih ada satu hambatan bagi para pengemis yang dianggap vital, yaitu
berasal dari alam. Jika cuaca bersahabat, mereka dapat melakukan kegiatan bekerja dengan baik dan lancar. Tetapi jika cuaca buruk yaitu hujan deras disertai angin
kencang, mereka kesulitan melakukan aktivitas.
J. Hubungan Dengan Masyarakat
Salah satu kodrat dari manusia adalah hidup bersinggungan dengan lingkungan sosial yang dimiliki. Hal tersebut disebabkan manusia yang satu
membutuhkan manusia yang lain atau dengan kata lain saling tergantung. Ketergantungan tersebut terwujud dalam suatu interaksi sosial yang berlangsung
dalam lingkungan tersebut. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar dua atau lebih individu dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
19
Rumusan tersebut menggambarkan suatu kelangsungan timbal balik antara dua manusia atau lebih. Di dalam interaksi tersebut
terdapat serangkaian tingkah laku yang bersifat sistematik, terjadi secara teratur dan berulang dengan cara yang sama. Di dalam kenyataannya, interaksi sosial yang
mencerminkan suatu kehidupan sosial untuk mendapatkan keuntungan dari interaksi sosial tersebut. Walaupun demikian tidak semua interaksi sosial merupakan proses
pertukaran bila tindakan masing-masing pihak yang berinteraksi tersebut berorientasi kepada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain.
19
W. A. Gerungan, 1996, Psikologi Sosial, Bandung: Eresco, halaman 57.
63 Di dalam bukunya berjudul Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, Cholil
Mansyur mengatakan bahwa sikap masyarakat kota cenderung individualisme atau egois, dimana masing-masing berusaha sendiri tanpa terikat anggota masyarakat
lainnya. Hal ini menggambarkan corak hubungan yang terbatas sehingga segala sesuatu berjalan hanya berdasarkan pamrih untuk memperoleh keuntungan sendiri.
20
Keadaan tersebut diperparah oleh fenomena kemiskinan ekonomi dan sosial yang dialami para pengemis. Dengan ditempatkannya pengemis pada lapisan
masyarakat terbawah, maka akan mengalami hambatan dalam interaksi dengan masyarakat sekitar. Kondisi tersebut membuat mereka seolah merupakan kelompok
yang terpisah dari lingkungan sosial masyarakat. Hal itu menimbulkan perasaan tersisih dalam diri pengemis, akhirnya mereka merasa enggan dan malu untuk
berinteraksi dengan masyarakat. Tidak jarang hal tersebut menyebabkan hambatan dalam usaha mencari nafkah hidup.
Diakui atau tidak kehidupan pengemis memang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Pada umumnya mereka menjadi pengemis karena kehilangan fungsi
sosial seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan suami atau istri sebagai penopang hidup dan kekurangan ekonomi. Latar belakang semacam ini akan mempengaruhi
pola kehidupan mereka. Kehidupan pengemis menjadi sebuah kenyataan yang berbeda dengan suatu
kehidupan yang dianggap umum. Meskipun mereka berada di dalam kehidupan masyarakat desa, tetapi mereka hidup di luar kebudayaan desa itu sendiri. Semua itu
dikarenakan keterpaksaan dan tertutupnya ruang hidup lain yang mereka pilih sebagai bagian dari warga pedesaan di Dusun Karang Rejek. Mereka sebagai orang-
20
Cholil Mansyur, 1990, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, Jakarta, halaman 109-110.
64 orang yang dalam kehidupan sehari-hari harus berjuang untuk bertahan hidup dengan
banyak ancaman dari orang di luar kelompoknya. Aktivitas yang mereka lakukan setiap hari adalah agar dapat bertahan hidup. Cara tersebut mereka lakukan untuk
mendapatkan uang guna memuhi kebutuhan sehari-hari.
65
BAB IV PENANGGULANGAN PENGEMIS DI PEDUKUHAN