Selamat, Kebun Huta Padang, Kebun Dusun Hulu, Kebun Bangun, Kebun Bandar Betsy, Kebun Gunung Pamela, Kebun Gunung Manaco, Kebun Silau Dunia,
Kebun Gunung Para, Kebun Sungai Putih, Kebun Sarang Giting, Kebun Tanah Raja, Kebun Rambuatan, Kebun Hapesong danKebun Batang Toru. Selain Unit
usaha kebun PTPN III juga memiliki sejumlah 21 unit pabrik pengolahan : 1.
Pabrik Kelapa Sawit 11 unit 2.
Pabrik Sheet 6 unit 3.
Pabrik Crumb Rubber Low Grade 2 unit 4.
Prabik Centrifuge LateksLateks pekat 2 unit Pasar penjualan CPO PTPN III lebih dominan dipasar domestik lokal
tetapi jumlahnya tidak jauh berbeda dengan pasar ekspor. Tujuan ekspor CPO PTPN III yaitu India, China, Eropa, Pakistan, Sri lanka dan Singapure. Penjualan
Ekspor CPO dapat dilihat pada tabel 10. Untuk sebelum dan sesudah penerapan RSPO dapat dilihat pada tabel 8 dan 9.
Tabel 8. Luas Lahan, Produksi, Produktivitas TBS Dan Produksi CPO PTPN III Sebelum Menerapkan RSPO
Tahun Luas Areal
Ha Produksi TBS
Ton Produktivitas
TBS TonHa
Produksi CPO Ton
2007 70,364.56
1,423,109.00 20.22
342,033.65 2008
67,815.38 1,516,796.00
22.37 366,074.40
2009 71,587.13
1,629,938.00 22.77
393,593.68
Sumber: PTPN III, 2007-2009
Tabel 9. Luas Lahan, Produksi, Produktivitas TBS Dan Produksi CPO PTPN III Sesudah Menerapkan RSPO
Tahun Luas Areal
Ha Produksi TBS
Ton Produktivitas
TBS TonHa
Produksi CPO Ton
74,992.79 2010
1,695,927.00 22.61
409,389.56 73,883.27
2011 1,714,872.00
23.21 414,994.00
75,775.84 2012
1,777,644.00 23.50
430,415.01
Sumber: PTPN III, 2010-2012
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 8 dan 9 dapat dilihat pada produktivitas TBS pada saat sebelum penerapan RSPO selalu meningkat, dan pada produksi CPO pada tahun yang
sama. Setelah menerapkan RSPO pada tahun 2010 terjadi penurunan angka produktivitas TBS namun produksi CPO meningkat dibandingkan pada saat
belum menerapkan RSPO.
Tabel 10. Penjualan Ekspor PTPN III tahun 2007-2012 Tahun
Volume Penjualan Ekspor CPO Juta Ton
2007 77.66
2008 79.71
2009 102.22
2010 160.44
2011 48.957
2012 12.499
Sumber: PTPN III, 2007-2012
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pada tahun terjadi peningkatan terhadap penjualan ekspor CPO setiap tahunnya, namun terjadi penurunan, hal ini
disebabkan karena permintaan pasar diluar negeri melambat sebagai akibat dari kondisi ekonomi global yang tidak menentu terutama krisis ekonomi di zona
Eropa, Amerika Serikat dan China, sehingga pelaku pasar pada umumnya cenderung mengambil sikap berhati-hati.
Selain itu, ekspor CPO akan stagnan karena peraturan bea keluar BK CPO masih belum ideal, pemerintah menerapkan bea keluar CPO yang terlalu
besar sementara pemerintah Malaysia menurunkan bea keluar CPO, hal ini membuat produk Indonesia kalah bersaing dengan produk Malaysia.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Dampak Penerapan RSPO Terhadap Tingkat Penjualan Ekspor CPO, Biaya Produksi dan Pendapatan di PT. Perkebunan Nusantara III
Sebelum Dan Sesudah Penerapan RSPO 5.1.1 Dampak Penerapan RSPO Terhadap Tingkat Penjualan Ekspor CPO
di PT. Perkebunan Nusantara III Sebelum Dan Sesudah Penerapan RSPO
Untuk melihat dampak penerapan RSPO Terhadap Tingkat Penjualan Ekspor CPO di PT. Perkebunan Nusantara III sebelum dan sesudah menerapkan
RSPO dapat dianalisis dengan menggunakan uji beda rata – rata dengan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 11 :
Tabel 11. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Dampak Penerapan RSPO Terhadap Tingkat Penjualan Ekspor CPO di PT. Perkebunan
Nusantara III Sebelum dan Sesudah Menerapkan RSPO
Uraian Tingkat
Penjualan Ekspor CPO
Sebelum RSPO Tingkat
Penjualan Ekspor CPO
Sesudah RSPO t-
hitung Sig
2 tailed Mean Tingkat
Penjualan Ekspor CPO Kg
8,65 5,35
0,56 0,62
Sumber : Lampiran Hal. 52 Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi 0,62 0,05 maka H
diterima dan H
1
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
Universitas Sumatera Utara
rata-rata tingkat penjualan ekspor CPO yang nyata selama tiga tahun sebelum dan sesudah penerapan RSPO di PT Perkebunan Nusantara III.
5.1.2 Dampak Penerapan RSPO Terhadap Harga CPO di PT Perkebunan
Nusantara III Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO
Untuk melihat dampak penerapan RSPO terhadap harga CPO di PT. Perkebunan Nusantara III sebelum dan sesudah menerapkan RSPO dianalisis
dengan menggunakan uji beda rata – rata dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 12 :
Tabel 12. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Dampak Penerapan RSPO Terhadap Harga CPO di PT. Perkebunan Nusantara III Sebelum
dan Sesudah Menerapkan RSPO
Uraian Harga CPO
Sebelum RSPO Harga CPO
Sesudah RSPO t-hitung
Sig 2 tailed
Mean Harga
CPO Rp 6,41
7,48 -2,67
0,11
Sumber : Lampiran Hal. 51 Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi 0,11 0,05 maka H
diterima dan H
1
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata harga CPO yang signifikan di PT Perkebunan Nusantara III sebelum dan
sesudah menerapkan RSPO.
5.1.3 Dampak Penerapan RSPO Terhadap
Biaya Produksi di PT Perkebunan Nusantara III Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO
Untuk melihat dampak penerapan RSPO terhadap biaya produksi di
PT Perkebunan Nusantara III sebelum dan sesudah menerapkan RSPO dianalisis dengan menggunakan uji beda rata – rata dengan hasil yang dapat dilihat pada
Tabel 13 :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 13. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Dampak Penerapan RSPO Terhadap Biaya Produksi di PT. Perkebunan Nusantara III
Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO
Uraian Tingkat Biaya
Produksi Sebelum RSPO
Tingkat Biaya Produksi Sesudah
RSPO t-hitung
Sig 2 tailed
Mean Biaya Produksi
Rp 1,30
3,58 0,98
0,42
Sumber : Lampiran Hal. 54 Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai signifikasi 0,42 0,05 maka H
diterima dan H
1
ditolak. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata biaya produksi yang nyata selama tiga tahun sebelum dan
sesudah penerapan RSPO di PT Perkebunan Nusantara III.
5.1.4 Dampak Penerapan RSPO Terhadap Pendapatan di PT Perkebunan Nusantara III Sebelum Dan Sesudah Menerapkan RSPO
Untuk melihat dampak penerapan RSPO terhadap pendapatan di PT. Perkebunan Nusantara III sebelum dan sesudah Menerapkan RSPO dianalisis
dengan menggunakan uji beda rata – rata dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 14 :
Tabel 14. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Dampak Penerapan RSPO Terhadap Pendapatan di PT. Perkebunan Nusantara III Sebelum
dan Sesudah Menerapkan RSPO
Uraian Pendapatan
Sebelum RSPO Pendapatan
Sesudah RSPO t-hitung
Sig 2 tailed
Mean Pendapatan
Rp 2,66
6,35 -3,35
0,079
Sumber : Lampiran Hal. 55 Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi 0,079 0,05 maka H
diterima dan H
1
di tolak. Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak
Universitas Sumatera Utara
ada perbedaan rata-rata pendapatan pada tiga tahun sebelum dan sesudah penerapan RSPO di PT Perkebunan Nusantara III.
5.2 Dampak Penerapan RSPO Terhadap Volume Penjualan Ekspor CPO, Biaya Produksi, Harga dan Pendapatan di PTPN III
Dampak penerapan RSPO terhadap volume penjualan ekspor CPO, biaya produksi, harga dan pendapatan dilihat dari tiga tahun sebelum dan tiga tahun
sesudah penerapan RSPO tidak ada perbedaan yang nyata, akan tetapi dengan adanya sertifikat RSPO PTPN III lebih memahami mana kualitas CPO yang baik
maupun yang tidak baik. PTPN III konsisten dalam menerapkan PC RSPO dan juga memberikan sosialisasi kepada petani.
Sosialisasi ini bertujuan untuk mendorong petani agar membuka pemahamannya lebih jauh tentang bagaimana mengelola kebun sawit sehingga
bisnis tersebut memenuhi persyaratan dan prinsip yang tidak hanya mengejar target keuntungan, tapi memiliki kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi.
Bisnis Kelapa sawit harus memiliki sensistifitas sosial, bisnis yang ramah lingkungan dan tentu saja memiliki keuntungan yang menjanjikan.
Banyaknya tuntutan permintaan produk minyak nabati yang harus ramah lingkungan dan ramah secara sosial, salah satu indikator PTPN III sangat konsren
untuk menerapkan PC diseluruh unit kerja. PTPN III ingin menjadi bagian dari perusahaan sawit tingkat dunia yang memiliki Kepekaan terhadap berbagai Issue
Pemanasan Global , menerapkan aspek greening the supply chain dan mendukung
keanekaragaman hayati, selain tetap serius meningkatkan efisiensi, daya saing dan profit.
Universitas Sumatera Utara
Diantara 8 Prinsip RSPO diantaranya terkait mengenai komitmen terhadap transparansi, memenuhi hukum dan peratuaran yang berlaku, komitmen
terhadap kelayakan ekonomi dan keungan jangka panjang, penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik, memiliki kepekaan sosial dan
lingkungan dan sebagainya. Perusahaan diharapkan dapat mengambil peranan dan insiatif lebih besar untuk mendorong para petani agar secara perlahan namun pasti
mampu memenuhi persyaratan yang diajukan demi tercapainya keuntungan yang lebih besar serta amannya lingkungan alam dan sosial dengan demikian
penerapan RSPO berdampak positif.
5.3 Pertimbangan PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Mendapatkan Sertifikat RSPO
PTPN III sebagai perusahaan perkebunan pertama di Indonesia yang telah menerima sertifikat RSPO memiliki beberapa alas an untuk mensertifikasi unit-
unit kebun ataupun pabrik kelapa sawit yang di usahakan. PTPN III memperoleh sertifikat RSPO pada 16 Agustus 2010 dengan perjalanan dan tahapan yang
panjang sejak tahun 2008. Sebelumnya PTPN III telah menjadi anggota RSPO sejak tahun 2008. Menurut data yang diperoleh dari badan RSPO, ada 46
perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah bergabung menjadi anggota RSPO dan 13 perusahaaan perkebunan diantaranya telah memperoleh sertifikat
dari badan sertifikasi RSPO tersebut. Maraknya isu negatif terhadap minyak sawit seperti menjadi penyebab
kerusakan lingkungan dan keanekaragaman hayati, penyebab degradasi lahan dan deforestrasi, terpinggirkannya penduduk lokal, berkurangnya satwa langka dan
Universitas Sumatera Utara
penyebab emisi gas rumah kaca, dan lain sebagainya. Untuk menjawab isu tersebut, stakeholder kelapa sawit internasional telah sepakat membentuk asosiasi
nirlaba yakni Roundtable on Sustainable Palm Oil RSPO. Organisasi ini bertujuan untuk mengimplementasikan standar global untuk minyak sawit
berkelanjutan. RSPO merupakan organisasi yang standarnya diakui oleh internasional sehingga PTPN III ikut dalam organisasi ini dan mengurus sertifikat
agar CPO yang dihasilkan PTPN III diakui pasar internasional sebagai CPO yang dihasilkan dengan memperhatikan keberlanjutan dan ramah lingkungan.
Selain sertifikasi RSPO, untuk menaikkan pendapatan sebenarnya PTPN III harus menaikkan produktivitas dan tingkat rendemen minyak kelapa sawit
yang dihasilkan. Terkait dengan visi kelapa sawit yang dicanangkan oleh Menteri Pertanian RI bertepatan dengan peringatan 100 tahun kelapa sawit yakni visi 35 :
26 yakni produktivitas kelapa sawit sebesar 35 tonhatahun dengan tingkat rendemen minyak kelapa sawit sebesar 26. Dengan semakin tingginya
produktivitas dan rendemen yang dihasilkan minyak kelapa sawit maka pendapatan yang diperoleh perkebunan juga semakin tinggi. Saat ini produktivitas
PTPN III sebesar 25 tonhatahun dengan tingkat rendemen sebesar 22,61. PT. Perkebunan Nusantara III merupakan Badan Usaha Milik Negara
BUMN yang sebagian besar bisnisnya bergerak dalam pengelolaan kelapa sawit sangat peduli terhadap Pengelolaan Sawit Lestari. PTPN III juga merasa peduli
terhadap masyarakat sekitar tempat industri kelapa sawit. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan PT. Perkebunan Nusantara III dalam keanggotaan RSPO
dengan berperan aktif dalam memberikan sumbangsih saran untuk meningkatkan serta memajukan prinsip dan kriteria RSPO. Memang belum ada konsekuensi jika
Universitas Sumatera Utara
suatu perusahaan perkebunan tidak mendapat sertifikat RSPO namun sebagai suatu perusahaan perkebunan yang selalu berusaha memberikan yang terbaik
sesuai visi dan misinya maka PTPN III memilih untuk mengurus sertifikat RSPO.
5.2.2 Prinsip dan Kriteria RSPO
Prinsip dan kriteria RSPO untuk produksi minyak sawit berkelanjutan disahkan pada bulan November 2005, diterapkan melalui tahap percobaan selama
periode 2 tahun dari tanggal pengesahan dan akan ditinjau ulang setelah akhir periode tersebut. Produksi minyak sawit berkelanjutan terdiri dari operasi dan
pengelolaan yang secara hukum sah, layak ekonomi, pantas lingkungan dan bermanfaat sosial. Hal ini disampaikan melalui penerapan prinsip dan kriteria
RSPO untuk produksi minyak sawit berkelanjutan, dan disertai indikator dan panduan secara keseluruhan dalam dokumen ini disebut sebagai kriteria RSPO.
Semua kriteria RSPO tersebut berlaku terhadap pengelolaan kelapa sawit, juga terhadap pabrik.
Penafsiran nasional national interpretations terhadap indikator dan panduan internasional juga akan dibuat, agar terjaga control atas kualitas setiap
dan panduan yang dinyatakan sebagai penafsiran resmi, khususnya dalam konteks hukum, penafsiran nasional akan memerlukan pengesahan atau pengakuan oleh
RSPO.
Universitas Sumatera Utara
Ada delapan prinsip dan 39 Kriteria RSPO yaitu : 1. TRANSPARANSI
Kriteria 1.1 Para produsen growers kelapa sawit memberikan informasi lengkap kepada para pengambil keputusan dalam bahasa dan bentuk yang
sesuai, dan secara tepat waktu, agar dapat berperanserta dengan baik dalam pengambilan keputusan.
Kriteria 1.2 Dokumen-dokumen manajemen dapat diperoleh oleh masyarakat umum kecuali jika dilindungi oleh kerahasiaan komersial atau jika
publikasi informasi tersebut akan menimbulkan dampak negatif pada lingkungan hidup dan masyarakat.
2. MEMENUHI HUKUM DAN PERATURAN YANG BERLAKU.
Kriteria 2.1 Patuh terhadap hukum dan peraturan setempat, nasional maupun internasional yang telah diratifikasi.
Kriteria 2.2 Hak penggunaan lahan jelas dan tidak dalam status sengketa. Kriteria 2.3 Penggunaan lahan untuk kelapa sawit tidak mengganggu hak-hak
hukum atau adat pengguna lain, tanpa persetujuan sukarela mereka yang diberitahukan sebelumnya.
3. KOMITMEN TERHADAP KELAYAKAN EKONOMI DAN KEUANGAN.
Kriteria 3.1 Produktivitas dan kualitas jangka panjang optimal hasil panen dan produk-produk dicapai melalui praktik-praktik agronomi,
pengolahan dan manajemen. Kriteria 3.2 Praktek-praktek produsen dan pabrik pengolah cukupoptimal untuk
mempertahankan produksi minyak sawit yang bermutu tinggi.
Universitas Sumatera Utara
4. PENGGUNAAN LAHAN DAN PABRIK SECARA TEPAT.
Kriteria 4.1 Tatacara
operasi terdokumentasikan dengan baik dan diimpelementasikan serta dipantau secara taat asas konsisten.
Kriteria 4.2 Praktek-praktek mempertahankan, dan jika memungkinkan
meningkatkan, kesuburan tanah berada pada tingkat yang dapat menjamin hasil yang banyak dan berkelanjutan.
Kriteria 4.3 Praktek-praktek yang meminimalisasi dan mengendalikan erosi
serta degradasi tanah. Kriteria 4.4
Praktek-praktik ditujukan pada penjagaan mutu dan ketersediaan air permukaan dan air tanah.
Kriteria 4.5 Hama, penyakit, gulma, dan spesies pengganggu lain dapat dikendalikan dengan baik dan penggunaanbahan kimia dilakukan
secara optimal atas dasar teknik Manajemen Hama Terpadu IPM.
Kriteria 4.6 Bahan kimia Obat digunakan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan atau lingkungan hidup.
Kriteria 4.7 Aturan keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan. Kriteria 4.8 Semua staf, pekerja, petani dan kontraktor dilatih dengan baik.
5. TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DAN KONSERVASI KEKAYAAN ALAM DAN KEANEKA RAGAMAN HAYATI.
Kriteria 5.1 Dilakukan penilaian mengenai dampak lingkungan kelapa sawit yang ditanam, baik positif maupun negatif, dan hasilnya dimasukkan ke
dalam perencanaan manajemen serta dilaksanakan dalam prosedur operasional.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria 5.2 Membangun pemahaman tentang spesies dan habitat tumbuhan dan hewan yang berada di dalam dan di sekitar areal penanaman.
Kriteria 5.3 Rencana dikembangkan, diimplementasikan dan dipantau untuk menangani keragaman biota di dalam dan di sekitar areal
penanaman. Kriteria 5.4 Limbah dimusnahkan, didaur ulang, dimanfaatkan kembali dan
dibuang dengan cara yang ramah lingkungan dan ramah sosial. Kriteria 5.5 Memaksimalkan efisiensi penggunaan energi dan penggunaan energi
yang terbaharukan. Kriteria 5.6 Menghindari pembakaran untuk memusnahkan limbah dan
mempersiapkan lahan penanaman kembali kecuali dalam situasi khusus.
Kriteria 5.7 Mengembangkan, melaksanakan dan memantau rencana
pengurangan polusi dan emisi, termasuk gas rumah kaca.
6. BERTANGGUNG JAWAB ATAS BURUH, INDIVIDU, KOMUNITAS YANG TERKENA DAMPAK PERKEBUNAN DAN PABRIK.
Kriteria 6.1 Menilai dampak sosial, baik positif maupun negatif, dari kelapa sawit yang ditanam dan diolah, dan memasukkan hasilnya ke dalam
perencanaan manajemen dan dilaksanakan dalam tatacara operasional.
Kriteria 6.2 Terdapat metoda yang terbuka dan transparan untuk melakukan komunikasi dan konsultasi antara produsen growers danatau
pabrik pengolah, masyarakat setempat dan pihak-pihak lain yang terkena dampak atau berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria 6.3 Terdapat sistem yang disepakati bersama dan terdokumentasi untuk menangani keluhan dan ketidaksetujuan, yang dilaksanakan dan
diterima oleh semua pihak. Kriteria 6.4 Setiap negosiasi mengenai kompensasi atas hilangnya hak hukum
atau adat ditangani melalui sebuah sistem yang terdokumentasi yang memungkinkan penduduk pribumi, masyarakat setempat dan para
pengambil keputusan dapat menyatakan pandangan mereka melalui lembaga perwakilan mereka sendiri.
Kriteria 6.5 Majikan memastikan agar upah dan syarat kerja memenuhi paling tidak standar hukum atau standar industri minimum serta cukup
untuk memenuhi kebutuhan dasar pekerja dan memperoleh penghasilan wajar.
Kriteria 6.6 Majikan menghargai hak semua pekerja untuk mendirikan dan ikut dalam serikat pekerja yang mereka pilih dan untuk menentukan
posisi tawar bargain mereka secara kolektif. Jika undangundang melarang hak kebebasan berserikat dan menentukan posisi tawar
mereka secara kolektif, majikan memfaslitasi sarana berserikat secara mandiri dan bebas dan penentuan posisi tawar semua pekerja.
Kriteria 6.7 Dilarang mempekerjakan anak-anak. Anak-anak tidak dihadapkan pada suasana kerja yang berisiko. Anak-anak hanya boleh bekerja
pada perkebunan keluarga, dengan pengawasan orang dewasa, dan selama tidak mengganggu program pendidikannya.
Kriteria 6.8 Majikan tidak boleh terlibat dalam atau mendukung diskriminasi berdasarkan ras, kasta, asal negara, agama, cacat tubuh, jenis
Universitas Sumatera Utara
kelamin, orientasi seksual, keanggotaan serikat pekerja, afiliasi politikatau usia.
Kriteria 6.9 Para produsen dan pabrik pengolahan berhubungan secara baik dan terbuka dengan para petani kecil dan pengusaha setempat.
Kriteria 6.10 Para produsen growers dan pabrik pengolahan memberikan sumbangsih terhadap pembangunan wilayah jika memungkinkan.
7. PENGEMBANGAN PERKEBUNAN BARU YANG BERTANGGUNG JAWAB.
Kriteria 7.1 Melakukan penilaian dampak sosial dan lingkungan yang menyeluruh dan melibatkan semua pihak sebelum melakukan penanaman atau
operasi baru, atau memperluas perkebunan yang sudah ada, dan hasilnya dimasukkan ke dalam perencanaan, manajemen dan operasi.
Kriteria 7.2 Menggunakan informasi survei tanah dan topografi untuk perencanaan lokasi penanaman baru, dan hasilnya dimasukkan ke dalam rencana
dan operasi. Kriteria 7.3Penanaman baru sejak [tanggal diterapkannya kriteria RSPO] belum
menggantikan hutan primer atau setiap daerah yang mengandung satu atau lebih Nilai-Nilai Tinggi Pelestarian [sisipkan tanggal jika Kriteria
RSPO diterapkan]. Kriteria7.4 Dilarang mengembangkan perkebunan di dataran yang curam,
danatau di pinggir serta tanah yang rapuh. Kriteria 7.5 Tidak boleh melakukan penanaman baru di atas tanah rakyat setempat
tanpa persetujuan sukarela yang diberitahukan sebelumnya, yang ditangani dengan sistem terdokumentasi yang memungkinkan
Universitas Sumatera Utara
penduduk pribumi, masyarakat setempat dan para pengambil keputusan mengungkapkan pandanganpandangan mereka melalui
lembaga-lembaga perwakilan mereka sendiri. Kriteria 7.6 Masyarakat setempat diberi kompensasi atas setiap pengambilalihan
lahan dan pengalihan hak yang disepakati, sesuai dengan persetujuan sukarela yang diberitahukan sebelumnya dan kesepakatan yang telah
dirundingkan. Kriteria 7.7 Dilarang melakukan pembakaran untuk menyiapkan penanaman baru
kecuali dalam situasi khusus.
8. KOMITMEN TERHADAP PERBAIKAN TERUS MENERUS PADA WILAYAH WILAYAH UTAMA AKTIVITAS.
Kriteria 8.1 Produsen grower secara rutin memantau dan mengkaji ulang kegiatan-kegiatan mereka dan mengembangkan serta melaksanakan
program kerja yang memungkinkan peningkatan nyata dan sinambung dalam operasi-operasi utama.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pada PT Perkebunan Nusantara III tidak ada perbedaan yang nyata pada
volume penjualan ekspor, dapat dilihat dari tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah penerapan RSPO.
2. Pada PT Perkebunan Nusantara III belum ada peningkatan pada volume
penjualan dan pendapatan karena penerapan RSPO merubah sistem, misalnya pengurangan pemakaian zat-zat kimia, perlakuan dalam mengelolah industri
kelapa sawit dan dalam kepengurusan sertifikat RSPO yang membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga pada saat hasilnya tinggi namun dikarenakan
untuk menutupi biaya sertifikasi RSPO, maka hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada saat sebelum bersertifikat.
6.2
Saran
1.
Kepada PT Perkebunan Nusantara III
Dengan menerapkan sistem RSPO tingkat ekspor CPO meningkat, tetapi perlu diperhatikan bahwa biaya produk yang dikeluarkan juga semakin besar,
dengan demikian pendapatan yang dihasilkan tidak berbeda dengan sebelum penerapan RSPO.
Universitas Sumatera Utara
2. Kepada Pemerintah
Pemerintah sebaiknya membuat peraturan yang sasarannya melindungi perusahaan industri kelapa sawit dalam negeri. Indonesia merupakan negara
pengekspor terbesar di dunia tetapi harus terhambat dengan adanya RSPO yang jelas-jelas dibuat dan di atur oleh negara lain. Indonesian Sustainable Palm Oil
ISPO merupakan aturan dan prinsip yang telah di buat oleh pemerintah Indonesia maka diharapkan kedepannya
ISPO dapat diterima oleh dunia yang berlaku sejak Maret 2012 lalu, dan diharapkan biaya untuk membuat sertifikat
ISPO tidaklah sebesar membuat sertifikat RSPO sehingga petani rakyat dapat terjangkau dalam membuat sertifikat ISPO dan produk CPO dari petani rakyat
dapat diakui kualitasnya dan dapat di ekspor.
3. Kepada Peneliti
Perlu diadakan penelitian selanjutnya mengenai penerapan RSPO pada lima tahun sebelum dan sesudah bersertifikat RSPO dan peningkatan kinerja di
PT Perkebunan Nusantara III.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka