Predisposisi Kecemasan Presipitasi Kecemasan Tingkat Kecemasan

11 2 Pada sistem saluran pernafasan terjadi : nafas cepat, pernafasan dangkal, rasa tertekan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, rasa tercekik dan terenggah-enggah. 3 Pada sistem neuromeskuler terjadi : insomnia, ketakutan, gelisah, wajah tegang dan kelemahan secara umum 4 Pada sistem gastrointestinal terjadi : kehilangan nafsu makan, menolak maka, nausea dan diare perasaan panas atau dingin pada kulit dan muka pucat. 2.4.2 Respon pada perilaku 1 Perubahan pada perilaku karena kecemasan dapat terjadi: gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri dan menghindar. 2 Respon pada kognitif : dapat terjadi tidak sabar, tegang, nervous, takut yang berlebihan, gugup yang luas biasanya dan sangat gelisah.

2.5 Predisposisi Kecemasan

Menurut Jaya, K 2015 faktor predisposisi terjadinya kecemasan dapat dilihat dari uraian berikut ini: 1 Pandangan psikoanalitik Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu Id dan Superego. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. Universitas Sumatera Utara 12 2 Pandangan interpersonal Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, perpisahan dan kehilangan serta hal-hal yang menimbulkan kelemahan fisik. 3 Pandangan perilaku Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 4 Kajian keluarga Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan gangguan yang biasa ditemukan dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara ganggguan kecemasan dengan depresi. 5 Kajian biologis Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin memantau dan mengatur kecemasan. 6 Teori kognitif Kecemasan timbul karena stimulus yang datang tidak dapat ditanggapi dengan respon yang sesuai. Universitas Sumatera Utara 13

2.6 Presipitasi Kecemasan

Menurut Jaya, K 2015 faktor presipitasi dari kecemasan adalah sebagai berikut: 1 Ancaman terhadap integritas diri Ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari. 2 Ancaman terhadap sistem diri Membahayakan indentitas, harga diri, dan fungsi sosial. Sedangkan kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap faktor yang berhubungan dengan kecemasan sangat tergantung pada usia, status kesehatan, jenis kelamin, pengalaman, sistem pendukung, intensitas stresor dan tahap perkembangan.

2.7 Tingkat Kecemasan

Menurut Janiwarti, B 2011 tingkat ansietas antara lain: 1 Kecemasan Ringan Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari-hari. Lapangan persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan ringan akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respon-respon fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung. Universitas Sumatera Utara 14 Respon kognitif orang yang mengalami ansietas ringan adalah lapangan persepsi melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respon perilaku dan emosi dari oramg yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi. 2 Kecemasan Sedang Pada ansietas sedang tingkat lapangan persepsi pada lingkungan menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-hal lain. Respon fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi, dan gelisah. Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus terhadap apa yang menjadi perhatian. Adapun respon perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman. 3 Kecemasan Berat Pada ansietas berat lapangan menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit berpikir realitas dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memutuskan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Reapon-respon fisiologis ansietas berat adaah Universitas Sumatera Utara 15 napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan. Respon kognitif orang mengalami ansietas berat adalah lapangan persepsi yang sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah. Adapun respon perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking. 4 Panik Pada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apa pun walaupun dia sudah diberikan pengarahan. Respon-respon fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekit, sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara respon-respon kognitif penderita panik adalah lapangan persepsi yang sangat sempik sekali dan tidak mampu berpikir logis. Adapun respon prilaku dan emosinya terlihat agitasi, mengamuk dan marah-marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan kontrol, diri dan memiliki persepsi yang kacau.

2.8 Mekanisme Koping