Sikap attitude Tindakan PENDAHULUAN

seseorang untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: 1. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2. Merespons responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan respons terhadap suatu objek.

c. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata, diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor pendukung support dari pihak lain misalnya dari suami atau istri, orangtua atau mertua dan lain-lain Notoatmodjo, 2003. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yakni: 1. Persepsi perception Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. 2. Respons terpimpin guided respons Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. 3. Mekanisme mechanism Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. 4. Adopsi adoption Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.2. Demam Berdarah Dengue DBD 2.2.1. Pengertian Demam Berdarah Dengue DBD Penyakit Demam Berdarah Dengue yang sering disingkat dengan akronim DBD adalah salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan serangga nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini ditemukan di negara-negara terletak diantara garis lintang 450 Lintang Utara dan garis 350 Lintang Selatan, kecuali ditempat- tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD adalah salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. DBD ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik-bintik perdarahan petechiae, lebam ecchymosis atau ruam purpura. Kadang-kadang mimisan, feses berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan atau syok Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus Arboviruses yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis streotipe, yaitu ; DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN- 4. Infeksi salah satu streotipe akan menimbulkan antibody terhadap sterotype yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap streotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap sterotipe lain tersebut. Keempat sterotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Sterotype DEN-3 merupakan sterotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan gejala klinis Depkes, RI, 2004. Suatu studi tentang padatnya jumlah populasi nyamuk di Indonesia menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dan signifikan antara musim kemarau dan musim penghujan, artinya kapan saja populasi nyamuk Aedes Aegypti dapat berkembang dan menyerang mangsanya. Ada juga ada peneliti lain yang menyatakan bahwa kepadatan populasi nyamuk Aedes Aegypti meningkat pada musim penghujan dan menurun pada musim kemarau. Wulandari,2001.