f.. Prob. ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2010-2014)

Standar error 0.2034 Probabilitas 0.1314 t-Statistik 1.5481 CAR X4 -0.8273 Standar error 0.3846 Probabilitas 0.0391 t-Statistik -2.1509 R² 0.7280 F-Statistik 7.1391 Prob F-Stat 0.0004 Durbin-Watson Stat 2.3980 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7.0 TABEL 5.7 Hasil Uji T Variabel Koefisien Regresi Prob. Standar Prob. Inflasi 1.6615 0.0000 5 SWBI 0.1064 0.6597 5 TBH 0.3149 0.1314 5 CAR -0.8273 0.0391 5 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7.0 Gambar 2.1 Pengaruh Inflasi, SWBI, Tingkat bagi hasil dan CAR terhadap Non Performing Financing iIi Inflasi x1 S swbi x2 t Tingkat Bagi Hasil x3 B car x4 n Non Performing Financing Y Gambar 4.1 Perkembangan Non Performing Financing NPF di Indonesia periode 2010 – 2014 Sumber: Bank Indonesia diolah Gambar 4.2 Laju Tingkat Inflasi di Indonesia tahun 2010 – 2014 Sumber: Bank Indonesia Diolah 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 2010 2011 2012 2013 2014 NPF 6.96 3.79 4.30 8.38 8.36 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 2010 2011 2012 2013 2014 INFLASI Gambar 4.3 Perkembangan SWBI di Indonesia Sumber: Bank Indonesia Diolah Gambar 4.4 Perkembangan CAR BUS di Indonesia tahun 2010 – 2014 Sumber: Bank Indonesia Diolah 5408 9244 4993 6699 8270 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 2010 2011 2012 2013 2014 SWBI 16.25 16.63 14.13 14.42 15.74 12.50 13.00 13.50 14.00 14.50 15.00 15.50 16.00 16.50 17.00 2010 2011 2012 2013 2014 CAR INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal yaitu Inflasi, SWBI, serta faktor internal yaitu Tingkat bagi hasil dan CAR terhadap Non Performing Financing NPF. Objek dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 9 dengan menggunakan metode purposive sampling dan jenis datanya adalah data sekunder. Data yang digunakan berasal dari laporan keuangan Bank Indonesia dan OJK. Adapun metode analisa yang digunakan adalah model regresi data panel. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Inflasi, SWBI, Tingkat bagi hasil, dan CAR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap NPF. Secara parsial pengaruhnya berbeda-beda Inflasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap NPF, SWBI dan tingkat bagi hasil memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap NPF, sedangkan CAR mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap NPF. Berdasarkan hasil penelitian mengindikasikan bahwa variabel independen yang diteliti memiliki pengaruh yang kuat Karena Koefisien Determinasi Adjusted R² sebesar 0.728054, yang berarti variabilitas dari variabel dependen dapat di jelaskan oleh variabilitas dari variabel independen sebesar 72.80. Sedangkan sisanya sebesar 27.20 dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti atau tidak masuk dalam model regresi serta sebab yang lain di luar model. Kata Kunci : NPF, Inflasi, SWBI, Tingkat Bagi Hasil, CAR ABSTRACT The research was purposed to investigate the influence of external factors, namely inflation, SWBIs, as well as internal factors, namely the level of results and the CAR against Non Performing Financing NPF. The object of this research is the Islamic Banks in Indonesia Period 2010-2014. The sample in this study were 9 by using purposive sampling method and type of data is secondary data. Data is derived from the financial statements of Bank Indonesia and the OJK. The analytical method used is the panel data regression model. Results from the study show that inflation, SWBIs, Level for the results, and CAR simultaneously significant influence on NPF. Partially different influence inflation has a significant positive effect on the NPF, SWBIs and the level of profit sharing has a positive effect but not significant to the NPF, while the CAR have a negative impact and significant to the NPF. Based on the results of the study indicate that the independent variables studied had a strong influence Because the coefficient of determination Adjusted R ² of 0.728054, which means that the variability of the dependent variable can be explained by the variability of the independent variables of 72.80. While the remaining 27.20 is explained by other variables not examined or not included in the regression models as well as other causes beyond the model. Keywords: NPF, Inflation, SWBIs, Profit Sharing, CAR BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor keuangan memegang peranan yang relatif signifikan dalam memicu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan berfungsi untuk memobilisasi tabungan, mengelola risiko, memperoleh informasi terkait invesatasi, memonitor manajer, dan mengerahkan kontrol bagi perusahaan, memperlancar transaksi, dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan optimal apabila stabilitas sistem keuangan suatu negara tersebut dapat terpelihara dengan baik. Di Indonesia sektor keuangan masih didominasi oleh perbankan. Dari total aset industri keuangan, sebanyak 82 Data Badan Pusat Statistik Indonesia atau 3,653 triliun merupakan aset perbankan. Hal itu terjadi karena adanya perkembangan di dunia perbankan, di tambah dengan munculnya perbankan syariah di Indonesia. Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktifitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan. Kegiatan utama bank adalah penghimpunan dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya dengan tujuan memperoleh pendapatan, dan terdapat usaha bank yang lainnya, yaitu bank bukan saja sebagai penghimpun dan penyalur dana, tetapi juga pencipta alat-alat pembayaran, stabilisasi moneter dan dinamisator pertumbuhan perekonomian suatu negara. Selain itu, perusahaan juga memanfaatkan jasa-jasa perbankan, karena kelancaran lalu lintas pembayaran dan penagihan hanya dapat dilakukan dengan memanfaatkan jasa-jasa perbankan. Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena menanamkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu perbankan syariah Fauzi,2008 Meskipun kala itu hanya ada satu lembaga keuangan perbankan syariah, namun, diakui oleh banyak kalangan bahwa sistem yang dianut dapat menjawab tantangan krisis yang terjadi pada tahun 1997-1998 Khaidar,2007. Sistem ekonomi kapitalis yang berbasis bunga interest base menempatkan uang sebagai komoditi yang dapat di perdagangkan. Hal ini memberikan implikasi yang serius terhadap kerusakan hubungan ekonomi yang adil dan produktif. Atorf dalam khaidar, 2007 menemukakan bahwa krisis nilai tukar yang terjadi pertengahan 1997 telah membuat perbankan nasional mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan. Hal tersebut ditandai dengan besarnya hutang dalam valuta asing yang melonjak, tingginya non performing loans dan menurunnya permodalan bank. Sebagai sebuah negara yang mayoritas penduduk beragama Muslim di sayangkan apabila dalam aktifitas perekonomiannya tidak sesuai dengan yang diajarkan agama Islam. Dalam bank konvensional segala aktifitas perbankan dijalankan dengan berkiblat pada sistem bunga. Sedangkan dalam Islam bunga lebih dikenal dengan Riba dan terdapat hukum bahwa hal tersebut haram. Di dalam Al-Quran dan hadis telah banyak yang membahas mengenai larangan Riba, seperti pada Qs. Ali Imran: 130 “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertawakalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan” Dengan melarang Riba perbankan syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya menerapkan prinsip bagi hasil dan resiko profit and loss sharing yang memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat, salah satunya terhindar dari kegiatan spekulatif dalam menjalankan transaksi keuangan. Sejak saat itu, perbankan Syariah yang lahir dari rahim umat Islam menjadi dikenal oleh masyarakat Muslim dan Non Muslim. Hingga saat ini banyak bank-bank konvensional yang mempunyai unit khusus Bank Syariah Perwataatmadja dan Tanjung, 2006. Bank Syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan Muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan moral dan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank Syariah yang pertama kali berdiri di Indonesia adalah bank Muamalat pada tahun 1992, awal munculnya belum mendapat perhatian dari masyarakat karena salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya landasan hukum yang mengatur mengenai bank syariah. Lahirnya UU No 10 tahun 1998, tentang perbankan atas undang-undang No 7 tahun 1992, tentang perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank Syariah di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah Sebagai bagian dari sistem perbankan nasional, Bank Syariah mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian. Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional Banoon dan Malik,2007. Keberadaaan Bank Syariah diharapkan dapat mendorong perkonomian suatu negara. Tujuan dari perbankan syariah adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, seperti melakukan fungsi untuk mendukung sektor riil melalui pembiayaan sesuai prinsip syariah dan transaksi riil fungsi intermediasi dalam rangka pemerataan kesejahteraan rakyat. Pembiayaan sebagai upaya lembaga finansial dalam menggerakan sektor riil mendapatkan perhatian tinggi dari perbankan syariah. Dalam penyaluran pembiayaan, Bank Syariah dapat memberikan berbagai macam akad yakni: Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istihna, Ijarah, dan Qardh. Selain itu, tujuan dan fungsi perbankan syariah yang lainnya dalam perekomomian adalah : kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadailan sosial ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil, serta pelayanan yang efektif Setiawan, 2006. Perkembangan industri produk dan jasa pada bidang perbankan yang dirasa semakin kompleks, sangat berpotensi meningkatkan profil risiko dari bank, sejalan dengan hal itu penilaian kesehatan bank juga mengarah pada pendekatan berbasis risiko. Selain itu, penilaian mengenai pembiayaan bermasalah dan tingkat likuiditas pada perbankan juga dianggap sebagai hal yang penting. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mempelajari setiap aspek yang terkait dengan pelaku utama dalam sistem keuangan, yaitu perbankan. Keberdaaan lembaga perantara keuangan financial intermediatery institution yaitu: perbankan sangat penting dalam suatu system perekonomian modern. Saat ini sejarah menunjukkan bahwa resiko kredit merupakan kontributor utama yang menyebabkan kondisi bank memburuk, karena nilai yang ditimbulkannya sangat besar sehingga mengurangi modal bank secara cepat. Indikator yang menunjukan kerugian akibat risiko kredit adalah tercermin dari besarnya Non Performing Financing NPF, NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah. Dalam praktiknya perbankan sehari-hari menurut Dendawijaya 2009 pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet. NPF merupakan salah satu indikator stabilitas perbankan, hal ini diperkuat dengan tulisan Ascarya dan Yumanita 2009 yang menyatakan bahwa ketidakstabilan suatu sistem keuangan ditandai oleh terjadinya tiga hal, dan salah satunya adalah kegagalan perbankan dimana bank-bank mengalami kerugian yang besar akibat memburuknya tingkat NPF. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada perbankan, faktor tersebut bisa terjadi dari luar ataupun faktor internal dari perbankan itu sendiri. Kondisi perekonomian dapat dijadikan sebagai salah satu faktor ekstern yang mampu mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada perbankan. Salah satu indikator variabel makro adalah inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga–harga secara tajam absolut yang berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil interinsik mata uang suatu negara Kahalwaty, 2000. Sebagai akibat dari inflasi adalah turunnya nilai mata uang. Pengaruh perubahan inflasi terhadap NPF adalah inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya pendapatan riil masyarakat sebagai standar hidup masyarakat juga turun Mutamimah dan Chasanah, 2012. Selain itu peran SWBI Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek bagi perbankan syariah yang memilikinya adalah pada saat terjadi kekurangan likuiditas karena tidak tersedianya dana dari pasar uang ataupun bank sentral untuk perbankan syariah Nurhasanah dan Darma, 2009. CAR Capital Adequency Ratio juga berperan penting dalam pembiayaan, ketika CAR pada Bank Umum Syariah meningkat, maka Bank Umum Syariah akan merasa aman untuk menyalurkan pembiayaan. Namun, hal ini berakibat Bank Umum Syariah akan merasa lebih longgar dalam ketentuan penyaluran pembiayaannya. Jika kondisi ini terjadi, maka risiko pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang tidak layak akan semakin besar, sehingga tidak tertagih, maka akan meningkatkan NPF Mardiani, 2013. Dalam penelitian ini peneliti akan menguji faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah di Indonesia yang tercatat dari tahun 2010-2014. Data-data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari laporan keuangan perbankan tahun 2010-2014 berupa data-data statistik mengenai perbankan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia BI dan Otoritas Jasa Keuangan OJK. Data sekunder ini diambil melalui situs resmi Bank Indonesia dan OJK untuk diolah, sehingga bisa dianalisis pengaruh faktor eksternal yaitu inflasi dan SWBI dan faktor internal yaitu tingkat suku bunga dan CAR terhadap Non Performing Financing NPF pada Bank Umum Syariah di Indonesia agar bisa meminimalisir potensi pembiayaan bermasalah dan dapat menilai kondisi sebuah bank yang baik yang tercermin dari potensi risiko kreditnya. Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui pengaruh faktor eksternal dan internal yang telah dijelaskan diatas terhadap Non Performing Financing bank umum syariah tersebut dengan mengambil judul “ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING FINANCING NPF PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah variabel inflasi berpengaruh terhadap NPF perbankan syariah? 2. Apakah variabel SWBI berpengaruh terhadap NPF perbankan syariah? 3. Apakah variabel tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap NPF perbankan syariah? 4. Apakah variabel CAR berpengaruh terhadap NPF perbankan syariah? 5. Apakah variabel faktor eksternal inflasi dan SWBI dan faktor internal tingkat bagi hasil dan CAR berpengaruh secara bersama-sama terhadap NPF?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk: 1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap NPF perbankan syariah. 2. Untuk mengetahui pengaruh SWBI terhadap NPF perbankan syariah. 3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bagi hasil terhadap NPF perbankan syariah. 4. Untuk mengetahui pengaruh CAR terhadap NPF perbankan syariah. 5. Untuk mengetahui pengaruh variabel faktor eksternal inflasi dan SWBI dan faktor internal tingkat bagi hasil dan CAR secara bersama-sama terhadap NPF.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan bisa diperoleh dari hasil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi perbankan, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang baik dalam proses penilaian dan bahan evaluasi kinerja keuangan sebagai alat ukur kesehatan bank serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak perbankan atau stakeholder untuk merumuskan dan menentukan kebijakan keuangan selanjutnya. 2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tolak ukur bagi masyarakat dalam menilai keadaan suatu bank sehingga dapat memilih bank yang sehat dan dapat dipercaya. 3. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian dan kajian ilmiah lain, khususnya kajian bidang keuangan dan perbankan. Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan serta menyelaraskan apa yang di dapat selama kuliah dengan kenyataan dilapangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Bank Syariah

Menurut UU RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Kasmir, 2005 Bank Syariah adalah system perbankan dalam Ekonomi Islam didasarkan pada konsep pembagian baik keuntungan maupun kerugian. Disini artinya siapa yang ingin mendapatkan hasil dari tabungannya, juga harus bersedia mengambil risiko. Bank-bank syariah dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal yang temporal keduniaan dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuahn kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah, ritual, tetapi transaksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran syariah. Bank Islam menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat investasi. Karim, 2004. Menurut Perwataatmadja dan Antonio 2001 Bank Islam atau yang selanjutnya disebut Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank ini usaha pokonya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang mengoperasikannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Dalam melaksanakan investasinya, Bank Syariah memberi keyakinan bahwa dana mereka sendiri equity, serta dana lain yang tersedia untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang sesuai dengan syariah dan bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Muhamad 2005 dalam menjalankan usahanya minimal Bank Syariah mempunyai 5 prinsip operasional yang terdiri atas: prinsip titipan murni, bagi hasil, prinsip jual beli dan margin keuntungan, prinsip sewa, dan prinsip fee jasa. Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan di duni dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan syariah harus menghindari: 1. Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya: a. Menghindari penggunaan system presentase untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat gandakan secara otomatis hutangsimpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu. b. Menghindari penggunaan system yang menetapkan di muka secara pasti keberhasilan usaha. c. Menghindari penggunaan system perdaganganpenyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas. d. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela. 2. Menerapkan system bagi hasil dan perdagangan Dengan mengacu pada Qur’an surat Al Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar system bagi hasil dan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Piutang Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 65 103

ANALISIS PENGARUH MODAL, NON PERFORMING FINANCING (NPF), DAN INFLASI TERHADAP PEMBIAYAAN YANG DISALURKAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERBANKAN SYARIAH

2 7 156

Pengaruh Debt Financing,Equity Financing dan Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Perbankan syariah (Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2015)

0 10 139

pengaruh penyaluran pembiayaan mudharabah,pembiayaan musyarakah,pembiayaan murabahah,dan non performing financing (npf) terhadap kinerja bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode januari 2010-maret 2015

0 7 122

Analisis inflasi, gross domestic product, net performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional, net margin terhadap return on asset perbankan syariah di Indonesia periode 2010-2013

0 4 111

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF), Kurs, dan Inflasi Terhadap Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode Januari 2010- Januari 2016)

8 37 116

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014

2 18 138

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

analisis faktor - faktor yang mempengaruhi non performing financing pada BPRS di indonesia periode tahun 2010-2015

2 16 102