Standar error 0.2034
Probabilitas 0.1314
t-Statistik 1.5481
CAR X4
-0.8273 Standar error
0.3846 Probabilitas
0.0391 t-Statistik
-2.1509
R² 0.7280
F-Statistik 7.1391
Prob F-Stat 0.0004
Durbin-Watson Stat 2.3980
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7.0
TABEL 5.7
Hasil Uji T
Variabel Koefisien Regresi
Prob. Standar
Prob.
Inflasi 1.6615
0.0000 5
SWBI 0.1064
0.6597 5
TBH 0.3149
0.1314 5
CAR -0.8273
0.0391 5
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7.0
Gambar 2.1
Pengaruh Inflasi, SWBI, Tingkat bagi hasil dan CAR terhadap Non Performing Financing
iIi Inflasi x1
S swbi x2
t Tingkat Bagi Hasil x3
B car x4
n Non Performing Financing Y
Gambar 4.1
Perkembangan Non Performing Financing NPF di Indonesia periode 2010 – 2014
Sumber: Bank Indonesia diolah
Gambar 4.2
Laju Tingkat Inflasi di Indonesia tahun 2010 – 2014
Sumber: Bank Indonesia Diolah
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
2010 2011
2012 2013
2014
NPF
6.96
3.79 4.30
8.38 8.36
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00 9.00
2010 2011
2012 2013
2014
INFLASI
Gambar 4.3
Perkembangan SWBI di Indonesia
Sumber: Bank Indonesia Diolah
Gambar 4.4
Perkembangan CAR BUS di Indonesia tahun 2010 – 2014
Sumber: Bank Indonesia Diolah
5408 9244
4993 6699
8270
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000 10000
2010 2011
2012 2013
2014
SWBI
16.25 16.63
14.13 14.42
15.74
12.50 13.00
13.50 14.00
14.50 15.00
15.50 16.00
16.50 17.00
2010 2011
2012 2013
2014
CAR
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal yaitu Inflasi, SWBI, serta faktor internal yaitu Tingkat bagi hasil dan CAR terhadap Non
Performing Financing NPF. Objek dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 9 dengan
menggunakan metode purposive sampling dan jenis datanya adalah data sekunder. Data yang digunakan berasal dari laporan keuangan Bank Indonesia dan OJK.
Adapun metode analisa yang digunakan adalah model regresi data panel.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Inflasi, SWBI, Tingkat bagi hasil, dan CAR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap NPF. Secara parsial
pengaruhnya berbeda-beda Inflasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap NPF, SWBI dan tingkat bagi hasil memiliki pengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap NPF, sedangkan CAR mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap NPF.
Berdasarkan hasil penelitian mengindikasikan bahwa variabel independen yang diteliti memiliki pengaruh yang kuat Karena Koefisien Determinasi Adjusted
R² sebesar 0.728054, yang berarti variabilitas dari variabel dependen dapat di jelaskan oleh variabilitas dari variabel independen sebesar 72.80. Sedangkan
sisanya sebesar 27.20 dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti atau tidak masuk dalam model regresi serta sebab yang lain di luar model.
Kata Kunci : NPF, Inflasi, SWBI, Tingkat Bagi Hasil, CAR
ABSTRACT
The research was purposed to investigate the influence of external factors, namely inflation, SWBIs, as well as internal factors, namely the level of results and
the CAR against Non Performing Financing NPF. The object of this research is the Islamic Banks in Indonesia Period 2010-2014. The sample in this study were 9 by
using purposive sampling method and type of data is secondary data. Data is derived from the financial statements of Bank Indonesia and the OJK. The analytical method
used is the panel data regression model. Results from the study show that inflation, SWBIs, Level for the results, and
CAR simultaneously significant influence on NPF. Partially different influence inflation has a significant positive effect on the NPF, SWBIs and the level of profit
sharing has a positive effect but not significant to the NPF, while the CAR have a negative impact and significant to the NPF.
Based on the results of the study indicate that the independent variables studied had a strong influence Because the coefficient of determination Adjusted R ²
of 0.728054, which means that the variability of the dependent variable can be explained by the variability of the independent variables of 72.80. While the
remaining 27.20 is explained by other variables not examined or not included in the regression models as well as other causes beyond the model.
Keywords: NPF, Inflation, SWBIs, Profit Sharing, CAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor keuangan memegang peranan yang relatif signifikan dalam memicu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan berfungsi untuk memobilisasi tabungan, mengelola
risiko, memperoleh informasi terkait invesatasi, memonitor manajer, dan mengerahkan kontrol bagi perusahaan, memperlancar transaksi, dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan optimal apabila stabilitas sistem keuangan suatu negara tersebut dapat terpelihara dengan baik. Di Indonesia sektor keuangan masih didominasi oleh
perbankan. Dari total aset industri keuangan, sebanyak 82 Data Badan Pusat Statistik Indonesia atau 3,653 triliun merupakan aset perbankan. Hal itu terjadi karena adanya
perkembangan di dunia perbankan, di tambah dengan munculnya perbankan syariah di Indonesia.
Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank adalah perusahaan
yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktifitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan. Kegiatan utama bank adalah penghimpunan dana dari masyarakat kemudian
menyalurkannya dengan tujuan memperoleh pendapatan, dan terdapat usaha bank yang lainnya, yaitu bank bukan saja sebagai penghimpun dan penyalur dana, tetapi juga pencipta alat-alat
pembayaran, stabilisasi moneter dan dinamisator pertumbuhan perekonomian suatu negara. Selain itu, perusahaan juga memanfaatkan jasa-jasa perbankan, karena kelancaran lalu lintas
pembayaran dan penagihan hanya dapat dilakukan dengan memanfaatkan jasa-jasa perbankan. Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997 telah menyadarkan
semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena
menanamkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu perbankan syariah Fauzi,2008 Meskipun kala itu hanya ada satu lembaga keuangan perbankan syariah, namun, diakui
oleh banyak kalangan bahwa sistem yang dianut dapat menjawab tantangan krisis yang terjadi pada tahun 1997-1998 Khaidar,2007. Sistem ekonomi kapitalis yang berbasis bunga interest
base menempatkan uang sebagai komoditi yang dapat di perdagangkan. Hal ini memberikan implikasi yang serius terhadap kerusakan hubungan ekonomi yang adil dan produktif. Atorf
dalam khaidar, 2007 menemukakan bahwa krisis nilai tukar yang terjadi pertengahan 1997 telah membuat perbankan nasional mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan. Hal tersebut
ditandai dengan besarnya hutang dalam valuta asing yang melonjak, tingginya non performing loans dan menurunnya permodalan bank.
Sebagai sebuah negara yang mayoritas penduduk beragama Muslim di sayangkan apabila dalam aktifitas perekonomiannya tidak sesuai dengan yang diajarkan agama Islam. Dalam bank
konvensional segala aktifitas perbankan dijalankan dengan berkiblat pada sistem bunga. Sedangkan dalam Islam bunga lebih dikenal dengan Riba dan terdapat hukum bahwa hal tersebut
haram. Di dalam Al-Quran dan hadis telah banyak yang membahas mengenai larangan Riba, seperti pada Qs. Ali Imran: 130
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertawakalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan”
Dengan melarang Riba perbankan syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya menerapkan prinsip bagi hasil dan resiko profit and loss sharing yang memberikan keuntungan
tersendiri bagi masyarakat, salah satunya terhindar dari kegiatan spekulatif dalam menjalankan transaksi keuangan. Sejak saat itu, perbankan Syariah yang lahir dari rahim umat Islam menjadi
dikenal oleh masyarakat Muslim dan Non Muslim. Hingga saat ini banyak bank-bank konvensional yang mempunyai unit khusus Bank Syariah Perwataatmadja dan Tanjung, 2006.
Bank Syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan Muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak
yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan moral dan prinsip-prinsip syariah Islam.
Bank Syariah yang pertama kali berdiri di Indonesia adalah bank Muamalat pada tahun 1992, awal munculnya belum mendapat perhatian dari masyarakat karena salah satu
penyebabnya adalah masih kurangnya landasan hukum yang mengatur mengenai bank syariah. Lahirnya UU No 10 tahun 1998, tentang perbankan atas undang-undang No 7 tahun 1992,
tentang perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank Syariah di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank
beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah
Sebagai bagian dari sistem perbankan nasional, Bank Syariah mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian. Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia
tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional Banoon dan Malik,2007. Keberadaaan Bank Syariah diharapkan dapat mendorong perkonomian suatu negara. Tujuan dari perbankan
syariah adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, seperti melakukan fungsi untuk mendukung sektor riil melalui pembiayaan sesuai prinsip syariah dan transaksi riil fungsi
intermediasi dalam rangka pemerataan kesejahteraan rakyat. Pembiayaan sebagai upaya lembaga finansial dalam menggerakan sektor riil mendapatkan perhatian tinggi dari perbankan
syariah. Dalam penyaluran pembiayaan, Bank Syariah dapat memberikan berbagai macam akad yakni: Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istihna, Ijarah, dan Qardh. Selain itu,
tujuan dan fungsi perbankan syariah yang lainnya dalam perekomomian adalah : kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum,
keadailan sosial ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil, serta
pelayanan yang efektif Setiawan, 2006. Perkembangan industri produk dan jasa pada bidang perbankan yang dirasa semakin
kompleks, sangat berpotensi meningkatkan profil risiko dari bank, sejalan dengan hal itu penilaian kesehatan bank juga mengarah pada pendekatan berbasis risiko. Selain itu, penilaian
mengenai pembiayaan bermasalah dan tingkat likuiditas pada perbankan juga dianggap sebagai hal yang penting. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mempelajari setiap aspek yang
terkait dengan pelaku utama dalam sistem keuangan, yaitu perbankan. Keberdaaan lembaga perantara keuangan financial intermediatery institution yaitu: perbankan sangat penting dalam
suatu system perekonomian modern. Saat ini sejarah menunjukkan bahwa resiko kredit
merupakan kontributor utama yang menyebabkan kondisi bank memburuk, karena nilai yang ditimbulkannya sangat besar sehingga mengurangi modal bank secara cepat. Indikator yang
menunjukan kerugian akibat risiko kredit adalah tercermin dari besarnya Non Performing Financing NPF, NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total
pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah. Dalam praktiknya perbankan sehari-hari menurut Dendawijaya 2009 pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan-pembiayaan yang
kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet. NPF merupakan salah satu indikator stabilitas perbankan, hal
ini diperkuat dengan tulisan Ascarya dan Yumanita 2009 yang menyatakan bahwa ketidakstabilan suatu sistem keuangan ditandai oleh terjadinya tiga hal, dan salah satunya adalah
kegagalan perbankan dimana bank-bank mengalami kerugian yang besar akibat memburuknya tingkat NPF. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada
perbankan, faktor tersebut bisa terjadi dari luar ataupun faktor internal dari perbankan itu sendiri. Kondisi perekonomian dapat dijadikan sebagai salah satu faktor ekstern yang mampu
mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada perbankan. Salah satu indikator variabel makro adalah inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga–harga secara tajam
absolut yang berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil interinsik mata uang suatu negara Kahalwaty, 2000.
Sebagai akibat dari inflasi adalah turunnya nilai mata uang. Pengaruh perubahan inflasi terhadap NPF adalah inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya pendapatan riil masyarakat
sebagai standar hidup masyarakat juga turun Mutamimah dan Chasanah, 2012. Selain itu peran SWBI Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek bagi
perbankan syariah yang memilikinya adalah pada saat terjadi kekurangan likuiditas karena tidak
tersedianya dana dari pasar uang ataupun bank sentral untuk perbankan syariah Nurhasanah dan Darma, 2009.
CAR Capital Adequency Ratio juga berperan penting dalam pembiayaan, ketika CAR pada Bank Umum Syariah meningkat, maka Bank Umum Syariah akan merasa aman untuk
menyalurkan pembiayaan. Namun, hal ini berakibat Bank Umum Syariah akan merasa lebih longgar dalam ketentuan penyaluran pembiayaannya. Jika kondisi ini terjadi, maka risiko
pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang tidak layak akan semakin besar, sehingga tidak tertagih, maka akan meningkatkan NPF Mardiani, 2013.
Dalam penelitian ini peneliti akan menguji faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah di Indonesia yang
tercatat dari tahun 2010-2014. Data-data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari laporan keuangan perbankan tahun 2010-2014 berupa data-data statistik mengenai perbankan
yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia BI dan Otoritas Jasa Keuangan OJK. Data sekunder ini diambil melalui situs resmi Bank Indonesia dan OJK untuk diolah, sehingga bisa
dianalisis pengaruh faktor eksternal yaitu inflasi dan SWBI dan faktor internal yaitu tingkat suku bunga dan CAR terhadap Non Performing Financing NPF pada Bank Umum Syariah
di Indonesia agar bisa meminimalisir potensi pembiayaan bermasalah dan dapat menilai kondisi sebuah bank yang baik yang tercermin dari potensi risiko kreditnya.
Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui pengaruh faktor eksternal dan internal yang telah dijelaskan diatas terhadap Non Performing Financing bank
umum syariah tersebut dengan mengambil judul “ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING FINANCING
NPF PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Apakah variabel inflasi berpengaruh terhadap NPF perbankan syariah? 2.
Apakah variabel SWBI berpengaruh terhadap NPF perbankan syariah? 3.
Apakah variabel tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap NPF perbankan syariah? 4.
Apakah variabel CAR berpengaruh terhadap NPF perbankan syariah? 5.
Apakah variabel faktor eksternal inflasi dan SWBI dan faktor internal tingkat bagi hasil dan CAR berpengaruh secara bersama-sama terhadap NPF?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk: 1.
Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap NPF perbankan syariah. 2.
Untuk mengetahui pengaruh SWBI terhadap NPF perbankan syariah. 3.
Untuk mengetahui pengaruh tingkat bagi hasil terhadap NPF perbankan syariah. 4.
Untuk mengetahui pengaruh CAR terhadap NPF perbankan syariah. 5.
Untuk mengetahui pengaruh variabel faktor eksternal inflasi dan SWBI dan faktor internal tingkat bagi hasil dan CAR secara bersama-sama terhadap NPF.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan bisa diperoleh dari hasil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi perbankan, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
baik dalam proses penilaian dan bahan evaluasi kinerja keuangan sebagai alat ukur kesehatan bank serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak perbankan
atau stakeholder untuk merumuskan dan menentukan kebijakan keuangan selanjutnya. 2.
Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tolak ukur bagi masyarakat dalam menilai keadaan suatu bank sehingga dapat memilih bank yang
sehat dan dapat dipercaya. 3.
Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian dan kajian ilmiah lain, khususnya kajian
bidang keuangan dan perbankan. Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan serta menyelaraskan apa yang di dapat selama kuliah dengan
kenyataan dilapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Bank Syariah
Menurut UU RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Kasmir, 2005
Bank Syariah adalah system perbankan dalam Ekonomi Islam didasarkan pada konsep pembagian baik keuntungan maupun kerugian. Disini artinya siapa yang ingin mendapatkan hasil
dari tabungannya, juga harus bersedia mengambil risiko. Bank-bank syariah dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal yang temporal keduniaan
dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuahn kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah, ritual, tetapi transaksi bisnis pun
harus sesuai dengan ajaran syariah. Bank Islam menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat investasi. Karim, 2004.
Menurut Perwataatmadja dan Antonio 2001 Bank Islam atau yang selanjutnya disebut Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank ini
usaha pokonya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang mengoperasikannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam.
Dalam melaksanakan investasinya, Bank Syariah memberi keyakinan bahwa dana mereka sendiri equity, serta dana lain yang tersedia untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang
sesuai dengan syariah dan bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Muhamad 2005 dalam menjalankan usahanya minimal Bank Syariah mempunyai 5 prinsip operasional yang terdiri atas:
prinsip titipan murni, bagi hasil, prinsip jual beli dan margin keuntungan, prinsip sewa, dan prinsip fee jasa.
Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan di duni dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan
syariah harus menghindari: 1.
Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya: a.
Menghindari penggunaan system presentase untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat
gandakan secara otomatis hutangsimpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu. b.
Menghindari penggunaan system yang menetapkan di muka secara pasti keberhasilan usaha.
c. Menghindari penggunaan system perdaganganpenyewaan barang ribawi dengan
imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.
d. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan atas hutang
yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela. 2.
Menerapkan system bagi hasil dan perdagangan Dengan mengacu pada
Qur’an surat Al Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar system bagi hasil dan