BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dari penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya secara rinci dan aktual dengan melihat masalah dan tujuan penelitian seperti yang telah di sampaikan
sebelumnya, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Disamping mengunakan menggunakan metode desktiptif penelitian ini
juga menggunakan metode analisis Location Quotient LQ dan metode analisis Shift-Share.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Karo dan dilaksanakan mulai Oktober 2013
3.3 Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk menyamakan presepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberikan
batasan defenisi operasional sebagai berikut: 1.
Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah nilai tambah bruto gross value added yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga konstan. 2.
Sektor Ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat pada PDRB, yang mencakup 9 sembilan sektor utama.
3. Sektor pariwisata yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lapangan
Usaha dalam Sembilan sektor yaitu Sektor perdagangan,hotel, dan restoran 4.
Sektor potensial adalah sektor yang memiliki peranan Share relatif besar dibandingkan sektor-sektor lainnya terhadap konomi wilayah PDRB
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan mencataat teori-teori dari buku-buku
literature, bacaan-bacaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data-data yang digunakan berasal dari Badan Statistik Kabupaten Karo dan Badan
Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pariwisata Kabupaten Karo serta Dinas Pariwisata Propinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini periode waktu yang
digunakan berkisar pada tahun 2008-2012
3.5 Teknik Analisis
Dalam penelitian ini metode analissi yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang pertama tentang Potensi pariwisata Kabupaten Karo adalah
analisis LQ dan Shift Share. Untuk rumusan masalah yang kedua tentang kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian kabupaten karo menggunakan
metode analisis deskriftip dengan menggunakan persentase setiap kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kabupaten Karo.
3.5.1 Location Quotient LQ
Analisis sektor basis dengan pendekatan LQ untuk mengetahui potensi spesialisasi suatu daerah terhadap aktivitas ekonomi utama atau untuk mengetahui
sektor unggulannya. Dengan rumusan:
��� =
�� ��
� �
� �
Keterangan : LQ
i
S = Nilai LQ pada sektor i
i
N = PDRB sektor i Kabupaten Karo
i
S = PDRB sektor i Sumatera Utara
= Total PDRB dari seluruh kegiatan sektor Kabupaten Karo
N = Besaran total dari seluruh kegiatan sektor Sumatera Utara
Dari Hasil perhitungan LQ tersebut maka ada tiga kondisi yang dapat dicirikan pada suatu wilayah, yaitu :
Apabila nilai nilai LQ 1 artinya peranan sektorkomoditi tersebut di
daerah itu lebih menonjol dibandingkan peran sektor komoditi secara nasional atau lebih luas. Sebaliknya,
Apabila LQ 1 artinya peranan sektorkomoditi tersebut lebih kecil
dari pada peranan sektorkomoditi tersebut secara nasional. Dalam analisis ini menggunakan data PDRB Kabupaten Karo Atas Dasar
Harga Konstan Mulai tahun 2008 sampai 2012 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Sumatera Utara 2008-2012
Apabila LQ = 1 artinya peranan sektor tersebut hanya dapat
memenuhi kebutuhan wilayah itu sendiri.
3.5.2 Shift Share Analisys SSA
Analisis ini digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian daerah Kabupaten Karo. Hasil analisis Shift Share juga
mampu menunjukan keunggulan komperatif daerah Kabupaten Karo melalui
kinerja sektor dalam PDRB dibandingkan dengan Sumatera Utara. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan berdasarkan perbandingan tersebut.
Jika penyimpangan positif maka daerah tersebut mempunyai keunggulan komperatif dan memilki Potensi. Analisis shift-share ini menggunakan data PDRB
Kabupaten Karo dan PDRB Sumatera Utara berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.
Menurut Arsyad 1999 analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu dengan yang lainnya
Arsyad, 1999: 314, yaitu: 1.
Perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan
acuan. 2.
Pergeseran proporsional proportional shift mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan
perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah
terkonsentrasi pada sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan.
3. Pergeseran diferensial differential shift membantu kita dalam
menentukan seberapa jauh daya saing sektor-sektor daerah lokal dengan perekonomian yang dijadika acuan. Oleh karena itu, jika
pergeseran diferensial dari suatu sektor adalah positif, maka sektor
tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada sektor yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Secara matematis, Provincial Share PS, Proportional Shift P, dan Differntial Shift D dapat diformulasikan sebagai berikut Tarigan, 2007:88;
Sjafrizal, 2008:91: 1.
Provincial Share PS PSit
KK
= 2.
Proportional Shift P �����
KKt-1
�
PDRB
SUMUTt
PDRB
SUMUT t-1
� − 1
Pit
KK
= PDRBi 3.
Differential Shift D
KKt-1
�
�����
SUMUTt
�����
SUMUTt-1
−
����
TOTSUMUTt
����
TOTSUMUTt-1
�
Dit
Dimana :
KK =
�����
KKt-1
�
PDRBi
KKt
PDRBi
KKt-1
−
�����
SUMUTt
�����
SUMUTt-1
�
SUMUT = Provinsi Sumatera Utara sebagai wilayah referensi yang lebih
tinggi KK
= Kabupaten Karo sebagai wilayah analisis PDRB
= Nilai PDRB I
= Sektor dalam PDRB T
= Tahun 2013 t-1
= Tahun awal 2005
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Karo
4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Karo
Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di antara dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan sehingga
sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi dan merupakan daerah hulu sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah adalah 2.127,25 Km2 atau 212.725
Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’ Lintang Utara dan 97°55’–98°38’
Bujur Timur. Kabupaten Karo merupakan salah satu dari 33 KabupatenKota di Propinsi Sumatera Utara, dan berbatasan langsung dengan 5 Kabupaten dan 1
provinsi.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi
Nangroe Aceh Darusalam.
Gambar: Peta Kabupaten Karo
Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahata. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudia dikembangkan
menjadi daerah tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara. Obyek-obyek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang indah di daerah
penggunungan, air terjun, air panas, dan kebudayaan yang unik. Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan, dan
mata pencarian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai
129.749 Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo. Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari 13
kecamatan menjadi 17 kecamatan. Hingga saat ini Kabupaten Karo terdiri dari 262 desa. Wilayah yang terluas adalah mardinding yakni 267,11km
2
12,56 dari luas Kabupaten dan Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Berastagi
seluas 30,5 km
2
1,43 dari luas Kabupaten.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013
No Kecamatan
Banyaknya DesaKelurahan
Luas Km
2
Rasio Terhadap Total
Luas Kabupaten
1 Mardinding
12 267,11
12,56 2
Laubaleng 15
252,60 11,87
3 Tigabinanga
19 160,38
7,54 4
Juhar 24
218,56 10,27
5 Munthe
22 125,64
5,91 6
Kutabuluh 6
195,70 9,20
7 Payung
8 47,24
2,22 8
Tiganderket 17
86,76 4,08
9 Simpang Empat
17 93,48
4,39 10 Naman Teran
14 87,82
4,13 11 Merdeka
44,17 2,08
12 Kabanjahe 13
44,65 2,10
13 Berastagi 9
30,50 1,43
14 Tigapanah 22
186,84 8,78
15 Dolat rayat 7
32,25 1,52
16 Merek 18
125,51 5,90
17 Barusjahe 19
128,04 6,02
Jumlah 262
2,127,25 100,00
Sumber : Kabupaten Karo Dalam Angka Tahun 2013
4.1.2 Iklim Suhu dan Musim
Wilayah Kabupaten Karo terletak di ketinggian antara 280-1.420 M di atas permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut maka Kabupaten Karo
mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisasr antara 18,8 C sampai 19,8
4.1.3 Kependudukan Kabupaten Karo
C dengan kelembaban udara rata-rata setingi 84,66 persen. Dengan ini beriklim
tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujadan musim kemarau. Musim hujan pertama terjadi mulai bulan Agustus sampai denganbulan Januari dan
musim kedua terjadi pada bulan Maret sampai bulan Mei. Sedangkanmusim kamarau biasanya terjadi pada bulan Februari, Juni, dan Juli.
Penduduk sebaai subjek dan sekaligus objek perencanaan merupakan bagian dari faktor sosial yangselalu berubah. Salah satu aspek penting yang harus
diketahui ialah perkembangan juah penduduk pada wilayah perencanaan menunjukkan trend meningkat. Hasil sensu tahun 2000 penduduk Kabupaten Karo
berjumlah 283.713 jiwa. Pada tahun 2012 sebsar 358.823 yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 km
2
. Kepadatan pendudukdiperkirakan sebesar 168,68 jiwakm
2.
Sedangkan Laju pertumbuhan pendudu Kabupaten Karo 2010-2012 adalah sebesar 1,07 persen per tahun.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
No Kecamata
Luas Wilayah
Km
2
2008 2009
2010 2011
2012 1
Mardingdin 267,11
16248 16617
17062 17222
17 445
2 Laubaleng
252,60 19712
20355 17713
17879 18 110
3 Tigabinang
160,38 19509
19902 19900
20086 20 346
4 Juhar
218,56 14026
14217 13244
13368 13 540
5 Munte
125,64 21180
21586 19686
19870 20 127
6 Kutabuluh
195,70 12177
12507 10586
10685 10 823
7 Payung
47,24 11058
11309 10837
10938 11 079
8 Tiganderke
86,76 14272
14579 13178
13301 13 474
9 Simpang
Empat 93,48
20610 21089
19015 19192
19 440
10 Naman Teran
87,82 12282
12652 12796
12916 13 083
11 Merdeka
44,17 12806
13218 13310
13434 13 607
12 Kabanjahe
44,65 62142
63990 63326
63918 64 746
13 Berastagi
30,50 45011
46686 42541
42929 43 494
14 Tigapanah
186,84 31976
33103 29319
29593 29 976
15 Dolat Rayat
32,25 8357
8573 8296
8374 8 482
16 Merek
125,51 15880
16130 18054
18223 18 458
17 Barusjahe
128,04 23634
24107 22097
22304 22 593
Jumlah 360880
2 127,25 370619
350960 354242
358 823
Sumber: Kabupaten Karo Dalam angka 2008-2013 BPS
4.1.4 Perekonomian Kabupaten Karo
PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat memberi petunjuksejauh mana perkembangan ekonomi dan stuktur ekonomi suatu daerah.
Struktur eonomi suatu wilayah sangat ditentukan oleh besarnya peran sektor- sektor ekonomi daam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari
nilai tambah yang dicipakan oleh masing-masing sektor menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhaap kemampuan berproduksi dari masing-masing
sektor. Struktur ekonomi suatu wiayah akan menentukan arah pengembangan wilayah tersebut. Struktur prekonomian dapt memberikan kriteria yang berbeda
pada wilayah tersebut. Produk Domestik Regionl Bruto PDRB baik Provinsi Sumatera Utara maupun Kabupaten Karo terus meningat dari tahun ke tahun.
Adapun perkembangan Distribusi Persentase PDRB KabupatenKaro secara
sektoral dan peranannya pada setiap sektor ekonomi dapat diuraikan sebgai berikut:
a Sektor Primer
Tabel 4.3 Distribusi Persentase PDRB KabupatenKaro Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2012
Lapangan Usaha Sektor
2008 2009
2010 2011
2012 [1]
[2] [3]
[4] [5]
[6] Primer
58,91 58,65
58,33 57,99
57,85
Pertanian 58,64
58,36 58,02
57,60 57,47
Penggalian 0,27
0,29 0,31
0,39 0,38
Sumber : Badan Pusat Statistik
Sektor primer terdiri dari sektor pertanian dan penggalian, pada tahun 2012 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 57,47 persen dan
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Adapun penyebab penurunan distribusi pertanian tersebut disebabkan
terjadinya bencana alam Erupsi Gunung Sinabung yang menyebabkan terganggunya aktivitas pertanian di kabupaten Karo. Hal tersebut juga terjadi
pada sektor penggalian yang pada tahun 2012 memberikan kontribusi sebesar 0,38 persen. jika dibandingkan dengan tahun 2011 kontribusi sektor primer
pada PDRB mengalami penurunan yaitu sebesar 0,02 persen dari tahun 2012. Sektor primer merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling besar
terhadap perekonomian Kabupaten Karo.
b Sektor Sekunder
Tabel 4.4 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2012
Lapangan Usaha Sektor
2008 2009
2010 2011
2012 [1]
[2] [3]
[4] [5]
[6] SEKUNDER
4,67 4,63
4,56 4,52
4,50
Industri 0,79
0,76 0,73
0.72 0,71
Listrik, Gas dan Air 0,30
0,30 0.30
0,29 0,29
Bangunan 3,58
3,57 3,53
3,51 3,50
Sumber : Badan Pusat Statistik
Yang termasuk dalam sektor sekunder yaitu sektor industri, sektor listrik,gas dan air, dan banguanan. Dari tabel di atas dapat dilihat pada tahun
2012 sektor sekunder memberikan kontribusi sebesar 4,50 persen terhadap perekonomian Kabupaten Karo. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2011
kontribusi sektor sekunder mengalami penurunan sebesar 0,02 persen.
c Sektor Tersier
Tabel 4.5 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2012
Lapangan Usaha Sektor
2008 2009
2010 2011
2012 [1]
[2] [3]
[4] [5]
[6] Tersier
36,36 36,65
37,05 37,48
37,64
Perdagangan, Hotel Dan Restoran
14,25 14,36
14,56 14,75
14,96 Pengangkutan Dan
Komunikasi 9,37
9,17 8,97
8,77 8,73
Keuangan, usaha Penyewaan dan
Jasa perusahaan 1,63
1,63 1,64
1,64 1.65
Jasa-Jasa 11,11
11,49 11,88
12,32 12,3
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan perbandingan peran dan kontribusi antara lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga konstan 2008-2012 menunjukan, pada tahun
2008 sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 36,36 persen dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 dengan memberikan kontribusi sebesar 37,64
persen. Lapangan usaha dominan yaitu Perdagangan, Hotel dan Restoran menyumbang sebesar 14,96 persen, dan diikuti sektor Jasa-jasa yang memberikan
kontribusi sebesar 12,30 persen, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 8,73 persen, sektor Keuangan, Usaha Penyewaan dan Jasa Perusahaan
memberikan kontribusi sebsar 1,65 persen.
4.1.5 Potensi Pariwisata Kabupaten Karo
Kabupaten Karo merupakan salah satu wilayah di Sumatera Utara yang memilki potensi pariwisata yang cukup banyak yakni memilki 23 obyek wisata.
Dari 23 obyek wisata yang ada sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Karo baru
mampu mengelolah sebanyak 16 obyek wisata dan 7 obyek wisata lainya memiliki potensi namun belum mampu dikelolah. Potensi Pariwisata di
Kabupaten Karo dapat terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6 Tabel Obyek Wisata Di Kabupaten Karo
No Nama
Obyek Wisata
Jenis Wisata Lokasi
Kecamatan Desa
Jarak Km
Fasilitas
1. Bukit
Gundali ng
Panorama, Kuda
Tunggang Berastagi
Gundaling 1 2
Penginap an dan
Rumah Makan
2. Debuk-
debuk Pemandian
air panas belerang
Berastagi Doulu
10 -
3. Air
Terjun Sikulika
p Keindahan
Alam Berastagi
Doulu 11
-
4. Peceren
Desa Budaya
Berastagi Sempa Jaya
1 -
5. Semang at
Gunung Pemandian
Air Panas Simpang
Empat Semangat
Gunung 13
Penginap an dan
Rumah Makan
6. Pendaki
an Gunung
Sibayak Olahrga dan
Penelitian Simpang
Empat Jaranguda
3 -
7. Lau
Kawar Rekreasikei
ndahan alam
Simpang Empat
Kuta Gugung
27 Warung
Kopi
8 Gunung
Sinabun g
Olahraga dan
Penelitian Simpang
Empat Sigarang-
garang 30
-
9 Lingga
Desa Budaya
Simpang Empat
Lingga 15
- 10 Air
Terjun Sipiso-
Piso Rekreasi
dan Keindahan
Alam Merek
Pengambate n
35 Restoran
11 Tonggin g,
Sibolan git,
Sikodon g-
kodong RekreasiKe
indahan Danau Toba
Merek Tongging
42 Penginap
an dan Rumah
Makan
12 Gunung Sipiso-
Piso OlaragaKei
ndahan Alam
Merek Situnggalin
g 34
-
13 Dokan Desa
Budaya Merek
Dokan 23
14 Taman Hutan
Raya TAHU
RA Rekreasi
dan Penelitian
Tiga Panah Dolat Rayat
5 Penginap
an
15 Padang Pengem
bala Nodi
Rekreasi Dan
Penelitian Mardin-ding Mbalbal
Petarum 150
-
16 Lau Biang
Olahraga Arung
Jeram Kuta Buluh
Perbesi- Limang
60
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Karo
Tabel 4.7 Daftar Objek Wisata Yang Potensial dan Belum Dikelolah
1. Gua Liang Dahar
Keunikan Alam Kuta Buluh Lau Buluh
40 -
2. Gua Reci Keunikan Alam
Penelitian Barus Jahe
Basam 15
- 3. Gua Ling-
ling Gara Keunikan Alam
Penelitian Mardin-
ding Kuta
Pangkih 100
- 4. Air Terjun
Belingking Keunikan Alam
Penelitian Kuta Buluh Mburidi
50 -
5. Gunung Barus
Penelitian dan Keindahaan Alam
Barus Jahe Basam
6 -
6. Deleng Kutu
Rekreasi dan Keindahan Alam
Berastagi Guru
Singa 5
- 7. Uruk
Tuhan Rekreasi dan
Keindahan Alam Simpang
Empat Bekerah
25 -
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Karo
Perkembangan sektor pariwisata sangat di pengaruhi oleh ketersediaan fasilitas yang memadai baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Berikut pluktuasi
dan perkembangan jumlah usaha akomodasi,
Tabel 4.8 Statistik Hotel dan Paiwisata Kabupaten Karo
Uraian 2008
2009 2010
2011 2012
Usaha Akomodasi
53 59
53 53
66 Jumlah Kamar
1255 2200
1294 1337
1488 Jumlah tempat
tidur 1270
2213 2083
2493 2860
Sumber: Karo Dalam Angka 2009-2012
4.1.6 Jumlah Wisatawan
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik pada obyek wisata di Kabupaten Karo pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 Tabel 1.1
mengalami tren meningkat. Namun peningangkatan tersebut hanya terjadi pada kunjungan wisatawan Domestik tidak pada kunjungan wisatawan mancanegara
yang terus mengalami penurunan. Faktor penyebabnya diawali dari terjadinya krisis yang melanda Amerika Latin pada tahun 1994-1996 namun tidak memberi
pengaruh yang besar pada pariwisata Indonesia karena pangsa pasar pariwisata indonesia pada saat itu adalah Amerika dan Eropa, kemudian krisis melanda
Indonesia terjadi pada tahun 1997-1998 dengan jatuhnya pemerintahan orde baru dan di ikuti terjadinya kerusuhan yakni terjadinya peristiwa tragedi Trisakti 12
mei 1998 yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada wisatawan. Krisis indonesia tersebut memberi dampak yang paling besar menyebabkan tinggat kunjungan
mancanegara ke Indonesia hanya 10 sampai 15. Sangat lambatnya pemulihkan citra pariwisata di mata dunia mengakibatkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara terus mengalami penurunan, pemulihan citra tersebut membutuhkan waktu sekitar 10 tahun.
Pengembangan pariwisata di Sumatera Utara terjadi mulai tahun 70an dimana kawasan Danau Toba masih begitu indah, sejuk, bersih. Belum terjadi
pencemaran di air Danau Toba Sehingga banyak investor khususnya investor lokal membangun sarana hotel tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan
atau tidak berwawasan Ekogreen. Investor membangun sebuah IPAL instalasi pengelolah air limbah yang dibangun dibawah tanah agar tidak terlihat oleh tamu
hotel dalam bentuk sumur resapan. Air limbah pada akhirnya mencemari air Danau Toba, sehingga merusak citra Pariwisata Kabupaten Karo dimata
pariwisata dunia. Danau Toba tepatnya Tongging merupakan salah satu icon pariwisata Kabupaten Karo. Hal inilah yang menjadi faktor utama penyebab
penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten karo. Dan faktor lain adalah Kualitas sumber daya manusia yang belum memadai. Sumber
daya manusia bidang pariwisata di Kabupaten Karo masih tertinggal dalam bidang jasa pelayanan, saat daerah lain sudah mengarah pada tingkat kepedulian
costomer care, Kabupaten Karo yang merupakan daerah tujuan wisata justru masih sulit mencapai pelayanan tingkat customer care. Faktor lainnya penurunan
kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo tersebut yakni terjadi bencana Alam
Erupsi Gunung Sinabung pada 2010, sehingga sangat terasa sekali penurunan jumlah kunjungan wisata ke Kabupaten Karo. Begitu juga letusan terakhir gunung
terjadi pada tahun 2013 sehingga berpengaruh terjadinya penurunan jumlah
kunjungan wisatawan. Berikut adalah tabel dampak erupsi gunung sianbung terhadap kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo 2013
Tabel 4.9 Dampak Erupsi Sinabung Terhadap Kunjungan Wisatawan Ke
Kabupaten Karo 2013
Bulan 2012
2013 Perubahan
Januari 40.627
61.162 +20.535
50,55 Februari
25.671 26.996
+1.325 5,16
Maret 31.259
21.949 -9.310
-29,78 April
39.916 34.500
-5.416 -13,57
Mei 52.829
42.245 -10.584
-20,03 Juni
36.906 36.950
+44 0,12
Juli 48.301
28.195 -20.106
-41,63 Agustus
59.474 76.973
+17.499 29,42
September 33.932
19.454 -14.478
-42,67 Oktober
34.233 15.788
-18.445 -53,88
November 17.533
10.824 -6.729
-38,34 Desember
18.367 8.161
-10.206 -55,57
Jumlah 439.068
383.197 -55.871
-12,72
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Karo
Tabel 4.9 menunjukan penurunan jumlah kunjungan wisatwan kekabupaten Karo. Pada bulan Januari 2013 jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo
masih mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan bulaun Januari pada tahun 2012. Penurunan mulai terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei.
Pada bulan Juni kembali terjadi peningkatan hal ini dikarenakan bertepatan dengan hari libur sekolah. Namun penurunan kembali terjadi pada bulan Juli,
bahkan dibulan Juli merupakan penurunan tertinggi jika dibandingkan dengan
tahun 2012. Pada bulan Agustus kunjungan wisatawan kembali naik 29,42 jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2012. Erupsi Gunung Sinabung yang terus
menerus mengakibatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo mengalami penurunan hingga akhir bulan Desember.
4.2 Gambaran Umum Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya Kabupaten
Karo
4.2.1 Visi
Suatu organisasi harus memiliki faslafah yang menjadi penentu arah gerakan organisasi itu. Falsafah organisasi merupakan hal yang yang mutlak
diketahui dan dipahami oleh setiap anggotanya serta komitmen untuk menuruti dan merealisasikannya sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat
tercapai. Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo memiliki visi dan misi organisasi yang dapat dianggap sebagai falsafah organisasi. Visi dan misi
yang telah dirumuskan bersifat tetap dan jangka panjang yang juga menjadi kerangka dasar perncanaan strategis. Visi adalah cara pandang jauh ke depan,
kemana motivasi pemerintah harus dibawa agar tetap eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Pengaruh lingkungan internal dan ekternal yang mengakibatkat
meningkatkan persaingan, tantangan dan tuntutan masyarakat, mendorong Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo untuk mempersiapkan diri agar
tetap eksis dan unggul dengan senantiasa mengupayakan perubahan ke arah yang lebih baik. Adapun yang menjadi Visi dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
Pemerintah kabupatn Karo adalah “Mewujudkan Kepariwisataan Karo Yang Maju, Modern dan Berwawasan Lingkungan dan Berdaya Saing Tinggi Dengan
Mempertahankan Nilai-Nilai Budaya Karo Melalui Peran Serta Masyarakat dan
Dunia Usaha Yang Seluas-luasnya Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD dan Kesejahtraan Masyarakat”
4.2.2 Misi
Misi merupakan peryataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membaa orgnisasi kepada suatu
fokus. Misi dalam rangka mewujutkan Visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintahan Kabupateb Karo, dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut:
1. Memanfaatkan potensi pariwisata minat khusus secara optimal.
2. Memberdayakan secara maksimal obyek dan daya tarik wisata operasional
dan potensial serta agrowisata. 3.
Keberpihakan kepada pengusaha menengah kebawah serta masyarakat, khusunya pengusaha dari masyarakat lokal.
4. Peningkatan komitmen antara berbagai instansi pemerintah untuk
mencapai tujuan pembangunan yang saling terkaitan. 5.
Peningkatan kualitas aparatur pemerintah pelaku pariwisata dab nasyarakat kecil
6. Membina budaya sebagai aset pariwisata
7. Mendorong pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas wisata
8. Peningkatan pendapatan yang diproleh dari pengeluaran wisatawan
9. Menumbuh kembangkan sadar wisata baik yang telah ada maupun yang
akan dibangun, 10.
Membina usaha pariwisata baik yang telah ada maupun yang akan dibangun.
4.3 Hasil Analisis Dan Pembahasan
4.3.1 Analisis Potensi Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan Metode
Location Quotient LQ
Untuk menganalisis potensi sektor pariwisata di Kabupaten Karo digunakan metode analisis Location Quotient LQ. LQ merupakan perbandingan tentang
besarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Karo terhadap besarnya peranan sektor terebut di tingkat Provinsi Sumatera Utara. Maka dalam perhitungannya
dibutuhkan sumbangan PDRB tiap sektor dan PDRB baik di Kabupaten Karo maupun Provinsi Sumatera Utara.
Dalam penelitian ini, sektor-sektor yang dimaksud dibagi ke dalam sembilan sektor yaitu:
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri
4. Listrik, Gas dan Air Minum
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa
Dari perhitungan nilai koefisien LQ, maka sektor-sektor akan dikatagorikan kedalam sektor unggulanpotensi atau sektor tidak unggul. Suatu sektor yang
dikatagori unggul atau berpotensi apabila sektor tersebut memiliki nilai koefisien
LQ1. Dengan hasil perhitungan nilai koefisisien LQ1 maka sekaligus mengindikasikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang unggulpotensial
untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Kabupaten Karo. Sedangkan suatu sektor yang dikatagorikan tidak
unggulnon basis apabila sektor tersebut memiliki nilai koefisien LQ1. Yang mengindikasikan bahwa sektor terebut kurang potensial untuk dikembangkan
dalam uapaya peningkatan perumbuhan dan pembangunan ekonom di Kabupaten Karo.
Berdasarkan rumus LQ tersebut, maka ada tiga kondisi yang dapat diperoleh , yaitu :
Apabila nilai LQ 1 artinya peranan sektor Pariwisata di Kabupaten Karo
lebih menonjol dibandingkan peran sektor sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Sebaliknya,
Apabila nilai LQ 1 artinya peranan sektor Pariwisata di Kabupaten Karo
lebih kecil dibandingkan dengan peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provisni Sumatera Utara
Apabila nilai LQ = 1 artinya peranan sektor Pariwisata di Kabupaten Karo
adalah sama dengan sektor yng sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.
Dalam perhitungan nilai koefisien LQ, penulis menggunakan data PDRB menurut lapangan usaha. Hasil perhitungan Location Quotient LQ Kabupaten
Karo dalm kurun waktu 2008-2012 pada lampiran.
Tabel 4.10
Hasil LQ Analisis Nilai PDRB Kabupaten Karo Tahun 2008-2012 LQ
2008 2009
2010 2011
2012 Pertanian
2,46083 2,454422
2,45657 2,480805
2,510868
Pertambangan dan penggalian
0,270252 0,295451
0,313276 0,329457
0,334482
Industri Pengelolahan
0,034445 0,033865
0,033485 0,034341
0,034757
Listrik, Gas, dan Air Bersih
0,414896 0,410015
0,403465 0,391123
0,397383
Kontruksi 0,535718
0,526772 0,520045
0,507928 0,503255
Perdagangan,
0,775351 0,778761
0,788466 0,788268
0,791876
Hotel 0,457498
0,476013 0,480063
0,483604 0,483144
Restoran 1,64679
1,689425 1,719811
1,746907 1,722904
Pengangkutan dan komunikasi
1,006722 0,962741
0,915182 0,867465
0,847019
Keuangan, Real Estat dan jasa
perusaha. 27873,66
0,229671 0,221154
0,207676 0,199968
Jasa-jasa 1,121251
1,142854 1,2012892 1,202814
1,186139
Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan perhitungan tabel 4.10 nilai Location Qoutiens LQ Kabupaten Karo dalam kurun waktu 2008-2012 maka dapat terdentifikasi sektor-
sektor basis dan non basis. Yang termasuk sektor basis di Kabupaten Karo dengan nilai perhitungan LQ1 yaitu sektor Pertanian 2,51 , Jasa-jasa 1,18, sektor non
basis yang terdapat di Kabupaten Karo dengan nilai perhitungan LQ1 adalah sektor Industri Pengelolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Konstruksi,
Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Real Estat dan jasa perusahan. Sedangkan sektor yang termasuk kedalam sektor pariwisata yakni sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran jika di hitung secara sub sektor maka akan terlihat sub sektor yang mana yang berpotensiunggul untuk dikembangkan dalam
upaya peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Kabupaten? Karo adalah sub sektor restoran yang memiliki nilai LQ 1,72. Sub sektor Hotel dan
Perdagangan tidak mencapai LQ1. Hal ini semakin banyaknya pendirian vila- vila dikabupaten Karo dimana vila-vila tersebut akan mempengaruhi jumlah
hunian kamar Hotel di Kabupaten Karo. Jarak antar Kabupaten Karo dengan Kota Medan juga merupakan faktor yang mempengaruhi tidak berpotensinya sub sektor
Perdagangan dan Hotel. Sektor basis merupakan sektor yang memilki peranan yang sangat besar terhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian Kabupaten
Karo serta memiliki kekuatan dan potensi untuk dikembangkan. Meskipun demikian sektor nonbasis lainnya tidak dapat begitu saja diabaikan karena sektor
nonbasis tersebut dapat dikembangkan menjadi sektor basis baru.
4.3.2 Analisis Potensi Sektor Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan
Metode Analisis Shift-Share
Kinerja sektor pariwisata Kabupaten Karo dalam penelitian ini dapat dilihat menggunakan Analisis Shift Share yang dibandingkan dengan kinerja sektor
pariwisata Sumatera Utara. Dalam perhitungannya menggunakan Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan berdasarkan lapangan
usaha Kabupaten Karo dan harga konstan 2000 menurut lapangan usaha Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2012. Perubahan relatif struktur ekonomi Kabupaten
Karo dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini : 1.
Provincial share PS atau pertumbuhan ekonomi provinsi menunjukkan pengaruh pertumbuhan ekonomi provinsi terhadap perekonomian
Kabupaten Karo. PSit
KK
= �����
KKt-1
�
PDRB
SUMUTt
PDRB
SUMUT t-1
− 1�
2. Proportional Shift P atau pergeseran proporsional menunjukan
perubahan relatif naik atau turunnya kinerja sektor pariwisata Kabupaten Karo terhadap sektor pariwisata Provinsi Sumatera Utara. Apabila P0,
maka artinya pada sektor pariwisata Kabupaten Karo pada tingkat Provinsi Sumatera Utara mempunyai spesialisasi yang tumbuh relatif cepatnaik.
Apabila P0, maka artinya sektor pariwisata Kabupaten Karo pada tingkat Provinsi Sumatera Utara mempunyai spesialisasi pertumbuhannya lebih
lambat atau sedang turun.
3. Diffrential Shift D atau pergeseran diffrensial menunjukan tingkat
kekompetitifan kinerja sektor pariwisata Kabupaten Karo dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara. Pergeseran ini disebut juga dengan
pengaruh daya saing. Apabila D0, artinya sektor pariwisata Kabupaten Karo mempunyai daya saing yang baik. Apabila D0, artinya sektor
pariwisata Kabupaten Karo tidak dapat bersaing tidak mempunyai daya saing.
Pit
KK
= PDRBi
KKt-1
�
�����
SUMUTt
�����
SUMUTt-1
−
����
TOTSUMUTt
����
TOTSUMUTt-1
�
Dit
KK =
�����
KKt-1
�
PDRBi
KKt
PDRBi
KKt-1
−
�����
SUMUTt
�����
SUMUTt-1
�
Tabel 4.11 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
Sektor Provincial
Share Proportional
Shift Diffrential
Shift Total
PS P
D
Pertanian
383366,0217 -88402,13157
39729,65827 334693,5484
Pertambangan dan
penggalian
1698,27301 -9751538,163
2759,25699 -9747080,633
Industri Pengelolahan
3142,308923 -76219388,61
193,5810772 -76216052,72
Listrik, Gas, dan Air
Bersih
2348,504399 -743049,6706
-504,4243987 -741205,5906
Bangunan
34393,28217 606045562,6
-8878,042169 606071077,8
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
129.901,1427 6560523913
10880,80728 6.560.664.694,9
Pengangkutan dan
komunikasi
73181,64671 4494409176
78063,53329 4494560421
Keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan.
23835,77917 528005155,6
-9856,15917 528019135,2
Jasa-jasa
109300,7288 6682901739
24867,08249 6683035906
Sumber: Hasil Olahan Data
Dalam tabel 4.11 menunjukan hasil perhitungan analisis Shift Share PDRB Kabupaten Karo dalam kurun waktu 2008-2012 terdapat nilai yang positif dan
negatif. Untuk nilai Proportional Shift P positif artinya komponen perekonomian Kabupaten Karo memiliki spesialisasi pada sektor yang sama dan
tumbuh cepat dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Sebaliknya jika nilai Proportional Shift P negatif artinya sektor perekonomian memiliki spesialisasi
pada sektor yang sama dan tumbuh lebih lambat dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Maka dapat dilihat sektor ekonomi yang memiliki komponen
pertumbuhan proporsional P positif adalah sektor Bangunan, sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, sektor Jasa-jasa. Sedangkan sektor
yang memiliki kompnen pertumbuhan proporsional P negatif adalah sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan Galiaan, sektor Industri Pengelolahan serta
sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Hasil perhitungan Shift Share PDRB Kabupaten Karo dalam kurun waktu
2008-2012 Nilai Different Shift D terdapat nilai yang positif dan negatif. Untuk Different Shift D yang bernilai positif artinya terdapat sektor ekonomi yang
tumbuh lebih cepat di Kabupaten Karo dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Sebaliknya untuk Different Shift D yang bernilai
negatif artinya terdapat sektor yang tumbuh lebih lambat di Kabupaten Karo dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. maka dapat
dilihat sktor ekonomi yang terdapat di Kabupaten Karo mempunyai nilai Different Shift D bernilai positif yaitu sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan
Penggalian, sektor Industri, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dan sektor Jasa-jasa. Dengan demikian sektor di
Kabupaten Karo tersebut memilki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan sektor ekonomi yang
mempunyai nilai Different Shift D bernilai negatif adalah sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, sektor Bangunan, sektor Keuangan, Persewaan dan jasa
Perusahaan. Dengan demikian pertumbuhan setiap sektor ekonomi yang bernilai negatif di Kabupaten Karo berjalan lebih lambat jika dibandingkan dengan sektor
yang sama di Provinsi Sumatera Utara.
4.3.2.2 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Karo
Perubahan Produksi dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan wilayah yang terdiri dari tiga komponen, yaitu
1. Pertumbuhan Regional Ps,
Komponen pertumbuhan regional Ps di dapat dari hasil perkalian antara PDRB sektor Pariwisata Kabupaten Karo tahun awal dengan perbandingan antara
PDRB Sumatera Utara tahun akhir dengan PDRB sumatera utara tahun awal yang di kurang 1
Tabel 4.12 Analisis
Shift Share Sektor Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan NasionalRegional
Tahun 2008-2009
2009-2010 2010-2011
2011-2012 Pertumbuhan
Regional Ps
21832,81213 29272,60502
32489,42181 32937,996
Sumber: Hasil Olahan Data
Tabel 4.12 menunjukan tahun 2008-2012 kontribusi sektor pariwisata Kabupaten Karo mengalami peningkatan. Sektor pariwisata Kabupaten Karo
memiliki nilai Pertumbuhan NasionalRegional Ps positif yang cenderung terus meningkat. Nilai positif dari Pertumbuhan NasionalRegional Ps ini
mengindentifikasikan bahwa Kabupaten Karo mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan Provinsi Sumatera Utara pada priode
tahun 2008-2012. Perubahan pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata paling tinggi adalah tahun 2011-2012 sebesar 32937,996.
2. Komponen Pertumbuhan Proposional
Komponen pertumbuhan proporsional didapat dari hasil perkalian antara PDRB sektor Pariwisata Kabupaten Karo dengan perbandingan antara PDRB
sektor pariwisata Sumatera Utara pada tahun akhir dengan PDRB sektor pariwisata tahun awal yang dikurang dengan perbandingan PDRB Sumatera Utara
tahun akhir dengan PDRB Sumatera Utara tahun awal.
Tabel 4.13 Analisis
Shift Share Sektor Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional Tahun 2008-2012
Lapangan Usaha
Komponen Tahun
2008-2009 2009-2010
2010-2011 2011-2012
Sektor Pariwisata
P
69752,3866 23410,14919
321269,0275 239589,6061
Sumber : Hasil Olahan Data
Tabel 4.13 menunjukan dari tahun 2008-2012 pertumbuhan proporsional yang bernilai positif atau P0. Pada tahun 2008-2012 sektor pariwisata Kabupaten
Karo memilki nilai P sebesar 239589,6061 artinya bahwa sektor pariwisata Kabupaten Karo mmpunyai pertumbuhannya lebih cepat. Hal ini junga
mengindikasikan bahwa sektor pariwisata Kabupaten Karo mempunyai peluang besar dalam pengembangan yang diharapkan dapat menambah sumbangan
terhadap PDRB Kabupaten Karo dan lapangan pekerjaan. 3.
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komponen Pertumbuhan Pangsa WilayahPergeseran Diffrensial D
merupakan hasil dari perkalian antara PDRB sektor Pariwisata Kabupaten Karo dengan perbandingan antara PDRB sektor pariwisata Kabupaten Karo tahun akhir
dengan PDRB sektor pariwisata Kabupaten Karo tahun awal dikurang perbandingan antara PDRB sektor pariwisata Sumatera Utara pada tahun akhir
dengan PDRB sektor pariwisata Sumatera Utara tahun awal.
Tabel 4.14 Analisis
Shift Share Sektor Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2008-2012
Lapangan Usaha
Komponen Tahun
2008-2009 2009-2010
2010-2011 2011-2012
Sektor Pariwisata
D 2.428,85
4.276,98 -315,68
3.262,68
Sumber: Hasil Olahan Data
Tabel 4.13 menunnjukan perkembangan nilai D sektor pariwisata, apabila nilai D0 artinaya sektor pariwisata memiliki daya saing yang baik. Sebaliknya
apabila D0, artinya sektor pariwisata tersebut memiliki daya saing kuarang baik. Sektor pariwisata Kabupaten Karo yang termasuk kedalam kategori berdaya saing
baik D0 terjadi pada tahun 2008-2009 sebesar
2.428,85, tahun 2009-2010 sebesar 4.276,98 dan tahun 2011-2012 sebesar 3.262,68. Hal ini berarti sektor
pariwisata Kabupaten Karo mempunyai potensi daya saing yang tinggi karena pertumbuhannya lebih cepat dibandingan dengan sektor pariwisata Provinsi Sumatera
Utara. Sedangkan sektor pariwisata Kabupaten Karo yang termasuk kedalam kategori berdaya saing kurang baik D0 terjadi pada tahun 2010-2011 sebesar -315,68.
4.4 Analisis Sektor Pariwisata Kabupaten Karo
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kabupaten Karo pada tahun 2012 sebesar 14,96 persen. Dengan demikian sektor pariwisata merupakan sektor
kedua yang memberikan kontribusi tersebesar terhadap perkonomian Kabupaten Karo setelah sektor pertanian yang memberikan kontribusi sebesar 57,47 persen.
Berdasarkan analisis indeks Location Quotient LQ kurun waktu 2008-2012, sub sektor pariwisata yakni sub sektor Restoran memiliki nilai LQ lebih besar dari
satu dengan rata-rata dari tahun 2008 sampai tahun 2012 sebesar 1,69 LQ1.
Artinya sub sektor pariwisata sub sektor Restoran Kabupaten Karo tidak hanya merupakan sub sektor basis. Sedangkan sub sektor pariwisata lainya yaitu sub
sektor Perdagangan dan Hotel memilki nilai LQ1 artinya sub sektor Perdagangan dan sub sektor Hotel merupakan sub sektor non basis. Namun demikian sektor
nonbasis lainnya tidak dapat begitu saja diabaikan karena sektor nonbasis tersebut dapat dikembangkan menjadi sektor basis baru.
Tabel 4.15 Analisis Sektor Pariwisata Kabupaten Karo
No. Aspek
Parameter Makna
1 LQ
1 sektor Basis
2 P
Positif Tumbuh lebih cepat di Provinsi Sumut
3 D
Positif Pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan
Provinsi Sumut
Sumber : Hasil Olahan Data
Hasil perhitungan Ishift Share I nilai komponen P mempunyai nilai yang positif menunjukan bahwa sektor yang tumbuh lebih cepat di Provinsi Sumatera
Utara . sedangkan nilai komponen D yang positif mempunyai arti bahwa sektor pariwisata Kabupaten Karo mempunyai potensi daya saing yang tinggi karena
pertumbuhannya lebih cepat dibandingan dengan Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan uraian diatas maka sektor pariwisata Kabupaten Karo dapat
digolongkan kedalm sektor basis dan sektor unggulan yang mempunyai potensi daya saing di Provinsi Sumatera Utara.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian dan analisis dalam bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan alat analisis potensi wilayah yaitu indeks
Locatioan Quotient menunjukan bahwa subsektor Restoran merupakan sektor unggulan dengan kriteria tergolong kedalam sub sektor yang
berpotensi dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Karo. Sedangkan subsektor Perdagangan dan subsektor Hotel merupakan
sub sektor non basis. Namun demikian sektor nonbasis lainnya tidak dapat begitu saja diabaikan karena sektor nonbasis tersebut dapat dikembangkan
menjadi sektor basis baru untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Karo.
2. Dari hasil perhitungan shift-share untuk kontribusi sektor pariwisata
terhadap PDRB Kabupaten Karo menunjukan nilai positif. Artinya sektor pariwisata Kabupaten Karo memiliki daya saing yang kuat.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat meningkatkan sektor pariwisata Kabupaten
Karo yaitu: 1.
Diharapkan Pemerintah Kabupaten Karo dalam meningkatkan dan pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Karo sebaiknya menetapkan
kebijakan-kebijakan seperti perbaikan infrastruktur, promosi, peningkatan