Analisis Potensi Pariwisata Kabupaten Karo

(1)

SKRIPSI

ANALISIS POTENSI PARIWISATA

KABUPATEN KARO

OLEH :

ARSINTA SEBDA BR S

100501115

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DAPERTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

ABSTRAK

Analisis Potensi Pariwisata Kabupaten Karo

Tujuan dari Penelitian ini adalah Menganalisis Potensi sektor pariwisata di Kabupaten Karo yang merupakan sektor penting sebagai pemberi kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), penyerapan tenaga kerja, dan pengembangan daerah. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa runtun waktu (time series) PDRB Kabupaten Karo dan PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Pemerintahan Daerah. Alat Analisis data yang digunakan adalah Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share.

Hasil dari kedua alat analisis, Location Qoutient (LQ) sub sektor pariwisata yaitu sub sektor Perdagangan (0,79), subsektor Hotel (0,48) dan subsektor restoran (1,72) menunjukan bahwa nilai koefisien LQ>1, ini mengindikasikan bahwa subsektor Restoran unggul dan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju atau berpotensi dan tumbuh dengan pesat, dan merupakan sektor basis. Berdasarkan hasil analisis Shift Share, kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB kabupaten Karo sebesar 6.560.664.694,9 yang menunjukan nilai positif, yang berarti sektor pariwisata Kabupaten Karo memiliki daya saing yang kuat.

Kata Kunci: Daya saing, Potensi Wilayah, Pariwisata, Location Qoutient (LQ), Shift Share


(3)

ABSTRAK

ANALYZE THE POTENTIAL OF THE TOURISM SECTOR IN THE KARO DISTRICT

The purpose of this study is analyze the potential of the tourism sector in the Karo district is an important sector as a contributor to the local revenue (PAD), employment and regional development. The data used in this study is a secondary data in the form of time series (time series) GDP and GDP Karo district of North Sumatra Province from 2008-2012 were obtained from the Central Bureau of Statistics and Local Government. Data analysis tool used is the analysis of Location Quotient (LQ), shift share analysis.

The results of the second analysis tools, Location Qoutient (LQ) sub-sector of the tourism sub-sectors, namely trade (0.79), sub Hotels (0.48) and restaurant sub-sector (1.72) shows that the value of the coefficient LQ>1, this indicates that subsector winning restaurant and criteria belong to the sector of advanced or potential and growing rapidly, and is a sector basis. Based on the results of shift share analysis, the tourism sector's contribution to GDP at 6560664694.9 Karo district that shows a positive value, meaning the Karo tourism sector has strong competitiveness.

Keywords: Competitiveness, Regional Potential, Tourism, Location Qoutient (LQ), Shift Share


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat kasih karuniaNya yang luar biasa penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Potensi Pariwisata Kabupaten Karo” ditujukan sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dukungan doa, motivasi, semangat maupun sumbangan materi dan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Aman Sinubulan dan Rehna Br Tarigan, kepada Bibi Katarina Br Sinubulan dan kakak terkasih Nopa Surianta Sinubulan terimakasih untuk segala dukungan, kasih sayang, doa dan semangat selama ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac, Ak, CA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, masukan, bimbingan dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Haroni Soli Hamoraon, SE, M.Si selaku Dosen Pembanding II yang telah memberi masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

9. Sahabat-sahabat penulis di Dapertemen Ekonomi Pembangunan: Enike, Headi, Lydia, Rianti, Rebecka, Naomi dan semua teman-teman yang tidak ditulis satu persatu.

Penulis menyadari sekripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2014 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1 Pariwisata …... 7

2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 9

2.1.2 Wisatawan ... 13

2.1.3 Potensi Objek Wisata ... 14

2.2 PotensiWilayah…... 15

2.2.1 Keunggulan Komperatif ... 16

2.2.2 Kuosien Lokasi (Location Quotient) ... 18

2.2.3 Analisis Shift-Share (Shift Share Analisys) ... 19

2.3 Dampak Pengembangan Pariwisata ... 21

2.4 Penelitian Terdahulu ... 21

2.5 Kerangka Konseptual ... 23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Defenisi Operasional Variabel... 26

3.4 Jenis Dan Sumber Data ... 27

3.5 Teknik Analisis ... 27

3.5.1 Location Quotient (LQ ... 27

3.5.1 Shift Share Analisys (SSA)... 28

BAB IV. PEMBAHASAN 31

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Karo ... 31

4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Karo ... 27

4.1.2 Iklim (Suhu dan Musim) ... 33

4.1.3 Kependudukan Kabupaten Karo ... 33

4.1.4 Perekonomian Kabupaten Karo ... 35

4.1.5 Potensi Pariwisata Kabupaten ... 38

4.1.6 Jumlah Wisatawan ... 41 4.2 Gambaran Umum Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya


(7)

Kabupaten KAro ... 44

4.2.1 Visi ... 44

4.2.1 Misi ... 45

4.3 Hasil Analisis dan Pembahasan ... 46

4.3.1 Analisis Potensi Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan Metode Location Quotient (LQ) 46

4.3.2 Analisis Potensi Sektor Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan Metode Analisis Shift Share 50 4.3.2.1 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Karo ... 53

4.4 Analisis Sektor Pariwisata Kabupaten Karo ... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Kabupaten Karo 5 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo

Tahun 2013 33

4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Karo 2008-2012 35 4.3 Struktur Ekonomi Menurut Lap.Usaha ADH Berlaku

Tahun 2008-2012 Primer 36

4.4 Struktur Ekonomi Menurut Lap.Usaha ADH Berlaku

Tahun 2008-2012 Sekunder 37

4.5 Struktur Ekonomi Menurut Lap.Usaha ADH Berlaku

Tahun 2008-2012 Tersier 38

4.6 Obyek Wisata di Kabupaten Karo 39

4.7 Daftar Obyek Wisata Yang Potensial dan Belum

Dikelolah 41

4.8 Statistik Hotel Dan Pariwisata Kabupaten Karo 41 4.9 Dampak Erupsi Sinabung Terhadap Kunjungan

Wisatawan Ke Kabupaten Karo 43

4.10 Hasil LQ Analisis Nilai PDRN Kabupaten Karo 48 4.11 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Karo 51 4.12 Analisis Shift Share Sektor Pariwisata Kabupaten

Karo Berdasarkan Nasional/ Regional 53

4.13 Analisis Shift Share Sektor Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan Komponen Pertumbuhan

Proporsional Tahun 2008-2012 54

4.14 Analisis Shift Share Sektor Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan Komponen Pertumbuhan

Pangsa Wilayah Tahun 2008-2012 55


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual 25

4.1 Peta Kabupaten Karo 32


(10)

ABSTRAK

Analisis Potensi Pariwisata Kabupaten Karo

Tujuan dari Penelitian ini adalah Menganalisis Potensi sektor pariwisata di Kabupaten Karo yang merupakan sektor penting sebagai pemberi kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), penyerapan tenaga kerja, dan pengembangan daerah. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa runtun waktu (time series) PDRB Kabupaten Karo dan PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Pemerintahan Daerah. Alat Analisis data yang digunakan adalah Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share.

Hasil dari kedua alat analisis, Location Qoutient (LQ) sub sektor pariwisata yaitu sub sektor Perdagangan (0,79), subsektor Hotel (0,48) dan subsektor restoran (1,72) menunjukan bahwa nilai koefisien LQ>1, ini mengindikasikan bahwa subsektor Restoran unggul dan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju atau berpotensi dan tumbuh dengan pesat, dan merupakan sektor basis. Berdasarkan hasil analisis Shift Share, kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB kabupaten Karo sebesar 6.560.664.694,9 yang menunjukan nilai positif, yang berarti sektor pariwisata Kabupaten Karo memiliki daya saing yang kuat.

Kata Kunci: Daya saing, Potensi Wilayah, Pariwisata, Location Qoutient (LQ), Shift Share


(11)

ABSTRAK

ANALYZE THE POTENTIAL OF THE TOURISM SECTOR IN THE KARO DISTRICT

The purpose of this study is analyze the potential of the tourism sector in the Karo district is an important sector as a contributor to the local revenue (PAD), employment and regional development. The data used in this study is a secondary data in the form of time series (time series) GDP and GDP Karo district of North Sumatra Province from 2008-2012 were obtained from the Central Bureau of Statistics and Local Government. Data analysis tool used is the analysis of Location Quotient (LQ), shift share analysis.

The results of the second analysis tools, Location Qoutient (LQ) sub-sector of the tourism sub-sectors, namely trade (0.79), sub Hotels (0.48) and restaurant sub-sector (1.72) shows that the value of the coefficient LQ>1, this indicates that subsector winning restaurant and criteria belong to the sector of advanced or potential and growing rapidly, and is a sector basis. Based on the results of shift share analysis, the tourism sector's contribution to GDP at 6560664694.9 Karo district that shows a positive value, meaning the Karo tourism sector has strong competitiveness.

Keywords: Competitiveness, Regional Potential, Tourism, Location Qoutient (LQ), Shift Share


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan sumber daya manusia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan budaya dan adat istiadat. Kesemuanya itu merupakan potensi wisata dan merupakan modal bagi pengembangan dan peningkatan kepariwisataan di Indonesia, modal tersebut perlu dijaga dan ditata sehingga diharapkan mampu memancing minat wisatawan untuk mengunjunginya.

Syarat suatu daerah bisa dijadikan tujuan wisata harus memiliki keunggulan berupa keunikan yang dapat menarik perhatian para wisatawan. Faktor penarik sangat penting untuk di perhatikan karena akan mepengaruhi keberhasilan pengembangan daerah tujuan wisata. Keberhasilan pengembangan daerah tujuan wisata juga sangat di pengaruhi oleh peran positif penduduk yang ada di daerah wisata tersebut.

Dalam Keppres No.38 tahun 2005 mengamanatkan bahwa seluruh sektor harus mendukung pembangunan pariwisata Indonesia. Kebijakan ini memberikan beberapa implikasi antara lain perlu adanya pembenahan yang menyeluruh diberbagai sektor. Namun tentunya agar lebih efesien dan efektifnya pembangunan kepariwisataan tersebut diperlukan suatu usaha pembangunan pariwisata berorientasi kepada trend kepariwisataan global masa kini dan masa depan.


(13)

Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi, dan politik (Spillane,1994 : 14). Hal tersebut sejalan dengan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang Nomor 9 tahun 1990, tentang kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelengaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan obyek dan daya tarik wisata Indonesia

Hubungan antara pariwisata dan pembangunan nasional dapat dilihat dari kontribusi pariwisata berupa penyerapan tenaga kerja, pendorong usaha pada sub-sub sektor pariwisata seperti hotel, biro perjalanan (travel), restoran, rumah makan, jasa pramuwisata, transportasi, MICE, industri-industri kerajinan di kawasan kunjungan wisata. Hal ini akan mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan permintaan, baik di bidang konsumsi maupun di bidang investasi yang pada akhirnya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa.

Pariwisata sangat berhubungan dengan pembangunan ekonomi. Hal ini tampak jelas dimana pariwisata dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ekonomi daerah tujuan wisata. Semakin berkembangnya pariwisata maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah wisata tersebut. Dimana pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk menerangkan atau mengukur prestasi pembangunan suatu daerah.


(14)

Provinsi Sumatera Utara memiliki banyak daya tarik wisata alam khususnya di Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama yang memiliki potensi tidak kalah dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia. Objek wisata dan daya tarik wisata yang ada tersebar hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Karo. Namun potensi tersebut belum dapat di manfaatkan secara optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan pengembangannya. Memasuki era otonomi dan globalisasi pemerintah Kabupaten Karo berupaya membenahi kepariwisataan Karo dari segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai daerah tujuan wisata utama.

Daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten Karo cukup banyak dan bervariasi diantaranya yaitu :

1. Panorama / Keindahan Alam (Panorama Doulu, Sipiso-piso, Gundaling) 2. Danau (Danau Toba dan Lau Kawar)

3. Gunung Berapi (Sibayak dan Sinabung)

4. Air Panas Alam (Semangat Gunung, Debuk-debuk) 5. Atraksi Budaya (Desa Budaya Lingga, Dokan, Peceren)

6. Peninggalan Sejarah ( Puntungan Meriam Putri Hijau –Sukanalu, Museum)

7. Agro Wisata (Kebun Jeruk, Kol, Bunga, dll)

8. Minat Khusus ( Lintas Alam, Mountenering, Gantole dll)

Agar potensi kepariwisataan tersebut dapat berkembang dan dijadikan sebagai produk andalan yang layak dijual di pasar global, maka harus ditangani oleh tenaga profesional di bidang kepariwisataan yang mampu membawa dan


(15)

menggerakkan industri pariwisata yang mengacu kepada visi pembangunan yang telah ditetapkan serta mengadopsi prinsip-prinsip “ Good Governance”

Sektor pariwisata sebagai salah satu sektor yang di andalkan bagi penerimaan daerah maka pemerintah Kabupaten Karo dituntut untuk dapat menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru dalam upaya membiayai pengeluaran daerah. Terobosan yang dimaksud salah satunya adalah dengan pembenahan aspek fundamental pariwisata yaitu keamanan, kebersihan, ketertiban umum, keindahan dan sosial budaya. Aspek-aspek tersebut merupakan cermianan sosial kultur masyarakat. Hingga saat ini aspek fundamental pariwisata tersebut dirasakan masih perlu ditingkatkan agar benar-benar mampu mendukung program pembangunan kepariwisataan yang dalam bentuk realnya berupa pembinaaan masyarakat sadar wisata. Hal ini akan mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik, sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya, sehingga nantinya dapat membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah.

Prospek pendapatan dari sektor pariwisata yang tercermin dari jumlah kunjungan meningkat dari tahun ke tahun berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Karo (2013) maka prospek pariwisata Kabupaten Karo memiliki prospek yang cerah, dapat dilihat pada tabel 1.1


(16)

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan Kabupaten Karo

TAHUN DOMESTIK WISMAN JUMLAH TOTAL

KUNJUNGAN WISATAWAN (*)

2004 355.983 6.890 362.873 471.735

2005 218.963 8.365 227.328 295.526

2006 374.233 4.665 378.898 429.567

2007 395.923 6.242 402.165 522.815

2008 405.875 6.483 412.358 536.065

2009 434.641 6.491 441.132 573.472

2010 402.102 5.796 407.898 530.267

2011 406.245 5.500 411.745 535.269

2012 433.421 5.647 439.068 570.788

2013 380.486 2.711 383.197 498.156

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Karo 2013

(*) Catatan : total kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo dihitung dari jumlah kunjungan wisatawan yang memasuki objek wisata ditambah dengan jumlah wisatawan yang tidak memasuki objek wisata (diperkirakan 30% dari jumlah kunjungan wisatawan)

Berdasarkan data yang dipaparkan pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik pada obyek wisata di Kabupaten Karo pada tahun 2005-2013 mengalami trend meningkat.

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai Analisis Potensi Pariwisata Kabupaten Karo

1.2Perumusan Masalah

Dalam penyusunan ini, penulis terlebih dahulu merumuskan masalah dengan jelas sebagai arah terhadap penelitian yang dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah:

1. Bagaimana Potensi pariwisata Kabupaten Karo?

2. Bagaimana kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Karo?


(17)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian laterbelakang dan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1. Menganalisis potensi pariwisata Kabupaten Karo

2. Menganalisis kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Karo.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan agar dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Dinas pariwisata Kabupaten Karo, sebagai bahan pertimbangan dalam mendukung peningkatan pariwisata di Kabupaten Karo.

2. Bagi penulis, sebagai sarana mengimplikasikan imu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.

3. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi para yang memerlukan serta sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Dalam usaha untuk mengetahui peranan pariwisata dalam pembangunan suatu negara, tentu harus meninjau kembali khasanah kepustakaan yang membicarakan pembangunan ekonomi baik yang khusus menekankan pada pembangunan ekonomi di negara-negara maju (developed countries) maupun di negara-negara sedang berkembang (under developed countries). Maka dapat ditarik beberapa hal penting yang harus ada supaya pembangunan ekonomi bisa berhasil dengan baik. Dengan begitu dapat dilihat peranan dan potensi yang dimiliki oleh sektor pariwisata dalam pembangunan ekonomi pada umumnya, dan khususnya pembangunan ekonomi di negar-negara berkembang seperti Indonesia atau Kabupaten Karo.

John M. Bryden (Nyoman, 1994; 42) mengemukakan berbagai alasan mengapa industri pariwisata akhir-akhir ini dianggap merupakan alat yang menarik untuk mensukseskan pembanguna ekonomi pada umumnya yaitu:

1. Karena negara-negara sedang berkembang dihadapkan pada masalah pemasaran ekspor barang-barang tradisionalnya sebagai akibat lambatnya permintaan, adanya saingan barang-barang hasil pertanian di negara-negara industri dengan segala macam proteksinya, adanya saingan dari barang-barang subtitusi yang bersifat sintetis, karena perbedaaan struktural antara negara-negara maju dengan negara-negara sedang berkembang yang mengakibatkan produktivitas di negara yang pertama tersebut naik dan


(19)

diikuti oleh tingkat upah yang lebih tinggi sedangkan di negara yang kedua justru keadaan sebaliknya yang terjadi.

2. Keinginan untuk mendiversifikasikan ekspor barang-barang hasil pertanian trandisional mereka dengan jalan mengekspor barang-barang yang sudah diolah banyak menemui kegagalan karena adanya proteksi oleh negara-negara maju disamping terbatasnya pasar negara-negara ini yang diakibatkan oleh adanya produksi dalam negeri sendiri.

3. Dipihak lain pariwisata menghadapi kondisi permintaan yang berbda yakni merupakan industri yang akhi-akhir ini pertumbuhannya sangat pesat dan mempunyai elastisitas pendapatan dari permintaan yang tinggi, disamping itu industri pariwisata kelihatanya belum dikenakan pembatasan yang berarti di berbagai negara.

Disamping alasan-alasan tersebut Robert Clevedon (Nyoman, 1994 ; 43) menambahkan bahwa pariwisata sebagai alat penting dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang, yaitu dapat mengurangi ketimpangan kesempatan kerja dan ketimpangan pendapatan antar daerah didalam suatu negara. Karena daerah yang cocok dengan pengembangan pariwisata umumnya terletak jauh dari pusat-pusat aktivitas perekonomian.

Industri pariwisata telah berkembang pesat dari masa ke masa terbukti dari semakin banyaknya orang yang melakukan kegiata wisata dan juga jumlah uang yang di belanjakan untuk kegiatan tersebut. Suwantoro (2004) mengemukakan bahwa yang harus menjadi perhatian dalam menunjang pengembangan pariwisata


(20)

di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur, yaitu:

1. Obyek dan daya tarik wisata 2. Prasaranan wisata

3. Sarana wisata

4. Tata laksana/Infaraktruktur 5. Masyarakat/Lingkunagn. 2.1.1 Pengertian pariwisata

Istilah pariwisata dalam bahasa sansekerta terdiri dari dua suku kata yaitu: “pari” dan “wisata”. Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar ataru berkeliling-keliling. Sedangkan Wisata berarti berpergian, dari pengertian tersebut maka dapat diartikan secara garis besar bahwa “pari-wisata” adalah suatu perjalan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain.

Robert McIntosh bersama Shashikant Gupta (Kusmayadi dan Edar Sugiarto, 2000 :5) mencoba mengungkapkan bahwa parawisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan- wisatawan serta para pengunung lainnya.

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari suatu tempat ke temapat lain dengan maksud bukan mencari nafkah dari tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanana guna bertamasya atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beragam (Wahap : 2006) pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan Prof.Hunzuker dan Kraft


(21)

(Pandit,2003) mengemukakan bahwa pariwisata adalah keseluruhan hubungan dengan gejala-gejala atau peristiwa yang timbul dari adanya perjalanan dan tingkahnya orang asing dimana perjalanan tidak untuk bertempat tinggal, menetap dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah sedangkan kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata yang bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta intraksi antara wisatawan dengan masyarakat dengan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

Pariwisata memiliki beberapa tujuan yakni : 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2. Meningkatkan kesejahtraan rakyat. 3. Mengapus kemiskinan.

4. Mengatasi pengangguran.

5. Melastarikan alam, lingkungan dan sumber daya. 6. Memajukan kebudayaan.

7. Mengangkat citra bangsa.

8. Memperkukuh jati diri dan persatuan bangsa.


(22)

Berdasarkan daari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan dari pada wisatawan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik.

Menurut Rahardjo dalam bukunya pembangunan kawasan dan tata ruang Pariwisata meliputi berbagai jenis, karena keperluan dan motif perjalanan wisata yang dilakukan bermacam-macam, yaitu :

1. Pariwisata Pantai (Marine Tourism)

Yaitu merupakan kegiatan pariwisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam dan olahraga air lainnya, Termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum. 2. Pariwisata Etnik (Ethnic Tourism)

Yaitu merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang di anggap menarik.

3. Pariwisata Budaya (Culture Tourism)

Yaitu perjalanan untuk meresapi suatu gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

4. Pariwisata Rekreasi (Recreational Tourism)

Yaitu kegiata wisata yang pada olahraga, menghilangkan ketegangan, dan melakukan kontak sosial dalam suasana yang santai.

5. Pariwisata Alam (Ecotourism)

Yaitu perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih asli (belum tercemari), dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan


(23)

alam, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada (pernah ada) di tempat tersebut.

6. Pariwisata Kota (City Tourism)

Yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk melihat atau mempelajari/ menikmati objek, sejarah dan daya tarik yang terdapat dikota tersebut. 7. Pariwisata Agro (Agro Tourism = Rural Tourisme = Farm Tourism)

Yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan untuk mengajak wisatawanuntuk ikut memikirkan sumber daya alam dan kelestariannya. Wisatawan tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di perkebunan untuk ikut merasakan kehidupan dan kegiatannya.

8. Pariwisata Perkotaan (Urban Tourism)

Bentuk pariwisata yang umum terjadi di kota-kota besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup penting namun bukan merupakan kegiatan utama dari kota tersebut.

9. Pariwisata Sosial (Social Tourism)

Yaitu merupakan pendekatan untuk menyelenggarakan liburan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta orang-orang yang tidak memiliki inisiatif untuk melakukan perjalanan serta orang-orang yang belum mengerti bagaimana cara mengatur suatu perjalanan wisata.

10.Pariwisata Alternatif (Alternative Tourism)

Yaitu merupakan suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial.


(24)

2.1.2 Wiasatawan

Wisatawan adalah oarang-oramg yang melakukan kegiatan wisata atau melakukan perjalanan rekreasi (Peters, 1969 dalam Wirdiyanto, 2011). dengan batasan demekian maka wisatawan tidak termasuk pelaku perjalanan dengan ciri sebagai berikut :

1. Orang-orang yang datang dengan baik dengan dasar kontrak maupun tidak, untuk mencari kerja atau yang bekerja di suatu negara.

2. Orang-orang yang datang menetap untuk menjadi penduduk di suatu negara.

3. Pelajar

Di dalam Intruksi Presiden RI No. 9, 1969 bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa “... wisatawan ialah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tampat lain dngan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”.

Jenis-jenis wisatawan menurut asalnya dapat dibedakan atas :

1. Wisatawan asing (Foreign Tourist) yaitu swisatawan dari suatu negara yang masuk ke negara lain.

2. Wisatawan domestik (Domesticc Tourist) yaitu wisatawan dari setiap daerah pariwisata yang masuk ke provinsi yang lain dalam satu negara. 3. Wisatawan lokal (Local Tourist) yaitu wisatawan yang berada dalam

daerah pariwisata yang mengadakan kunjungan pada obyek wisata di daerah itu sendiri.


(25)

2.1.3 Potensi Obyek wisata

Menurut Spillane (1989) Potensi wisata adalah segala tempat atau lokasi wisata yang mengandung berbagai unsur yang saling bergantung yang dapat menarik wisatawan untuk datang dan menikmati obyek wisata tersebut.

Menurut Cholil (dalam Yoety 2006) potensi wisata adalah obyek atau atraksi wisata yang dapat dipublikasikan, dipasarkan, dikelolah serta dikembangkan menjadi tempat peristerahatan atau bersenang-senang dalam sementara waktu dan dapat diambil manfaatnya dari obyek wisata tersebut.

Potensi wisata terdiri dari dua faktor, yaitu : 1. Faktor fisik

Yang dimaksud dengan faktor fisik adalah faktor yang menunjang sebagai obyek wisata yang merupakan elemen alam. Yang termasuk ke dalamnya adalah air, pepohonan, udara, pegunungan, pantai, bentang alam, vegetasi dan sebagainya yang bergunan bagi para wisatawan.

2. Faktor non fisik

Yang dimaksud dengan faktor non fisik adalah sebagai pendukung untuk pengembangan obyek wisata . yang dimaksudkan dalam faktor fisik adalah sarana dan prasarana, peran pemerintah serta pengelolah sapta pesoana. Menurut Rumaini (1992) Umumnya yang menjadi daya tarik obyek wisata berdasarkan pada :

a. Adanya ciri khusus atau spesifik yang bersifat langka.

b. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, bersih c. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat di kunjungi.


(26)

d. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir

Menurut Marioti ( dalam Yoenty : 1996 ) yang termasuk potensi dalam obyek wisata adalah :

1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang istilah kepariwisataan disebut dengan natural animitites. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

a. Iklim, misalnya cuaca, cahaya matahari, dan sebagainya. b. Hutan belukar ( the sylvan element).

c. Flora dan fauna, tanaman-tanaman, burung-burung, cagar alam, dan sebagainya.

d. Bentuk tanah dan pemandangan ( land configuration and land space), misalnya lahan yang datar, lembah, pegunungan, danau, pantai, dan air terjun.

e. Pusat-pusat kesehatan (healt center) misalnya sumber air panas, air mineral, dimana semuanya ini diharapkan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit.

2. Hasil cipta manusia (man made Suplly) yaitu beberapa benda-benda bersejarah sisa-sisa peradapan masa lalu, kebudayaan dan keagamaan, misalnya :

a. Monumen bersejarah dan sisa peradapan masa lampau.


(27)

c. Acara tradisional, pameran, festival, upacara perkawinan dan sebagainya.

d. Museum, perpustakaan dan keseniaan rakyat

3. Tata cara hidup masyarakat (the way of life). Tata cara hidup yang dimaksud adalah tata cara hidup tradisional dari sumber masyarakat yang merupakan salah satu sumber penting yang ditawarkan kepada para wisatawan. kebiasaan hidup, adat istiadat, dan tata cara masyarakat misalnya, pembakaran mayat (ngaben) di Bali, upacara pemakaman rakyat di Tanah Toraja, dan lain-lainnya merupakan daya tarik utama wisatawan untuk datang dan tinggal lebih lama di daerah tersebut.

2.2 Potensi Wilayah

2.2.1 Keunggulan Komperatif

Istilah comparative advantage (keunggulan komparatif) mula-mula dikemukakan oleh David Ricardo (1917) sewaktu membahas perdagangan antara dua negara. Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua negara saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan untuk mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komperatif maka negara tersebut akan beruntung. Pemikiran Ricardo tentang keunggulan komperatif tidak hanya berlaku pada perdagangan internasional saja tetapi juga pada ekonomi regional.

Keunggulan komperatif suatu daerah dapat digunakan untuk menentukan kebijakan yang mendorong perubahan struktur perekonomian daerah ke arah sektor yang mengandung keunggulan komperatif.


(28)

Competitive advantage (keunggulan kompetitif) adalah kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produknya diluar daerah atau luar negeri bahkan pasar global. dalam keunggulan kompetitif dapat dilihat apakah suatu daerah dapat menjual produknya diluar negeri secara menguntungkan, tidak lagi membandingkan potensi komoditi yang sama di suatu negara dengan negara lain, melainkan membandingkan komoditi suatu negara terhadap komoditi semua negara pesaingnya di pasar global.

Menurut Tarigan (2005) suatu daerah memiliki keunggulan komperatif (comperative advantage) karena salah satu faktor atau gabungan dari beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang dapat membuat suatu wilayah memiliki keunggulan komperatif dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Pemberian alam, yaitu karena kondosi akhirnya wilayah tersebut memiliki keunggulan untuk menghasilkan produk tertentu.

2. Masyarakanya menguasai teknologi mutakhir (menemukan hal-hal baru) atau jenis produk tertentu.

3. Masyarakatnya menguasai keetrampilan khusus. 4. Wilayah itu dekat dengan pasar.

5. Wilayah dengn aksebilitas yang tinggi.

6. Daerah konsentrasi/sentral dari suatu kegiatan sejenis. 7. Daerah aglomerasi dari berbagai kegiatan.

8. Upah buruh yang rendah dan tersedia jumlah yang cukup serta didukung oleh ketrampilan memadai dan mentalitas yang mendukung.


(29)

10.Kebijakan pemerintah.

2.2.2 Kuosien Lokasi (Location Quotient)

Location quotient (kuosien lokasi) disingkat dengan LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor atau komoditi di suatu daerah (kabupaten/kota) terhadap peranan sektor atau komoditi di daerah yang lebih tinggi (provinsi/nasional). Dengan kata lain LQ menghitung share output sektor I di kabupaten dengan share output sektor I di provinsi.

Dengan rumus :

��� = ����� � =

�� ��

� �

Keterangan :

LQi = Nilai LQ pada sektor i

Si = Besaran dari suatu kegiatan tertentu sektor atau komoditi yang akan diukur dikawasan perencanaan

Ni = Besaran total dari suatu kegiatan tertentu sektor atau komoditi yang akan diukur di daerah yang lebih luas

S = Besaran total dari seluruh kegiatan sektor atau komoditi yang akan di ukur di kawasan perencanaan

N = Besaran total dari seluruh kegiatan sektor atau komoditi yang akan di ukur di daerah yang lebih luas

Apabila LQ > 1 artinya peranan sektor atau komoditi tersebut di daerah itu lebih menonjol dibandingkan dengan peranan peranan sektor atau komoditi secara nasional atau lebih luas. Sebaliknya, apabila LQ < 1 maka peranan sektor itu di daerah tersebut lebih kecil dari pada peranan sektor atau komoditi secara nasional.

Ada beberapa keuntungan menggunakan metode LQ antara lain : 1. Metode LQ meperhitungan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung.


(30)

2. Metode LQ sederhana serta dapat digunakan untuk data historis untuk mengetahui trend

Analisis LQ sesuai dengan rumusanya memang sederhana dan apabila digunakan dalam bentuk one shot analysis, manfaatnya juga tidak begitu besar, yaitu hanya melihat apakah LQ berada di atas 1 atau tidak. Akan tetapi, analisis LQ dapat dibuat menarik apabila digunakan dalam bentuk time-series/trend, artinya dianalisis dalam kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu sektor pada kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Hal ini dapat memancing analisis lebih lanjut, misalnya apabila naik maka dapat dilihat faktor-faktor yang membuat daerah tersebut tumbuh lebih cepat dari rata-rata nasional.demikian juga sebaliknya. Apabila turun dapat dilihat faktor-faktor yang membuat daerah tersebut tumbuh lebih lambat dari rata-rata nasional. Hal ini dapat membantu untuk melihat kekuata/kelemahan wilayah tersebut dibandingkan secara relatif dengan wilayah yang lebih luas. Potensi yang positif digunakan untuk strategi pengembangan wilayah. Adapun faktor-faktor yang membuat potensi sektor di suatu wilayah lemah, perlu dipikirkan apakah perlu ditanggulangi atau dianggap tidak prioritas (Robinson Tarigan, 2005).

2.2.3 Analisis Shift-Share (Shift Share Analisys)

Analisis shift-share membandingkan perbedan laju pertumbuhan berbagai sektor di daerah dengan wilayah nasional. Metode ini lebih tajam dibandingkan dengan metode LQ. Metode LQ tidak memberikan penjelasan penyebab


(31)

perubahan sedangkan metode shift-share memberikan penjelasan penyebab perubahan tersebut.

Menurut Tambunan (2005) metode analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat analisis dalam riset pembangunan pedesaan. Analisis ini juga digunakan untuk menganalisis sumbangan (share) kecamatan ke kabupaten dan sektor yang mengalami kemajuan selama pengukuran. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan keunggulan kompetitif suatu wilayah. Penyebab pergrseran ada tiga yaitu :

1. Komponen share, menunjukkan kontribusinya terhadap pergeseran total seluruh sektor di total wilayah agregat yang lebih luas.

2. Komponen proportional shift, menunjukkan pergeseran total sektor tertentu di wilayah agregat yang lebih luas.

3. Komponen differential shift, menunjukkan pergeseran suatu sektor tertentu di suatu wilayah tertentu.

Suatu wilayah dianggap memiliki keunggulan kompetitif bila komponen differential shift bernilai positif karena secara fundamental masih memiliki potensi untuk terus tumbuh meskipun faktor-faktor ekternal (komponen share dan proportional shift) tidak mendukung.

1. Komponen Pertumbuhan Nasional (National share)

Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional


(32)

dan perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional shift component) Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support) serta perbedaan dalam struktur dan keragamana pasar.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Differential shift component) Komponen pertumbuahn pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya.

2.3 Dampak Pengembangan Pariwisata

Manfaat lain dari pengembangan pariwisata dapat langsung diperoleh oleh pemerintah daerah melalui pajak daerah maupun pajak lainnya. Sektor pariwisata memberikan kontribusi kepada daerah melalui pajak daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berupa pemberian hak atas tanah pemerintah. Dari pajak daerah sendiri, sektor pariwisata memberikan kontribusi berupa pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak minuman beralkohol serta pajak pemanfaatan air bawah tanah.

Pengembangan pariwisata pada dasarnya dapat membawa berbagai manfaat bagi masyarakat di daerah diantaranya adalah :


(33)

2. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata 3. Penyerapan tenaga kerja

Berdasarkan Undang-Undang Nomor tahun 1990 tentang pariwisata, tujuan dari pengembangan pariwisata adalah untuk menciptakan multipler effect, yakni :

1. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

2. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahtraan dan kemakmuran rakyat.

3. Mendorong pendaya gunaan produksi nasional. 2.4 Penelitian Terdahulu

Jenny, 2013. Potensi Obyek Wisata Batu Hoda di Desa Tigaras Kecamatan Dolok Perdamean Kabupaten Simalungun. Masalah yang diteliti adalah bagaimana potensi fisik dilokasi obyek wisata Batu Hoda Di Desa Tigaras Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun. Menggunakan data Primer dan Sekunder dan wawancara. Metode yang digunakan untuk menganalisa data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan Potensi fisik yang dimiliki oleh lokasi obyek wisata Batu Hoda untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata sudah cukup memadai, namun masih memerlukan beberapa pengembangan agar dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung yang akan datang berkunjung dan menjaga kondisi kebersihan di lokasi obyek wisata Batu Hoda.

Pardede, 2011. Potensi dan Peluang Pengembangan Sektor Pariwisata di Kota Tebing Tinggi. Hasil penelitian menunjukkan sektor pariwisata di Kota Tebing Tinggi sangat berpotensi, yang disebabkan adanya lahanyang dapat


(34)

dimanfaatkan untuk dijadikan objek wisata, strategisnya Kota Tebing Tinggi yang dikarenakan sebagai jalur transit lintas timur dan lintas tengah berpotensi untuk dibangun objek wisata baru. Sektor pariwisata di Kota Tebing tinggi memiliki peluang untuk mengembangkan objek wisata yang ada di Kota Tebing Tinggi terlihat dari tingginya keinginan masyarakat Kota Tebing Tinggi yang menginginkan adanya objek wisata sebagai tempat untuk merileksasikan pikiran dan bersantai yang kemudian mendapat dukungan dari pemerintah yang langsung berbenah dan membuat perogram pembangunan beberapa objek wisata di Kota Tebing Tinggi.

Trilolorin, 2013. Analisis Daya saing Sektor Pariwisata Kota Medan. Masalah yang diteliti adalah 1. Bagaimana potensi sektor pariwisata kota medan, 2. Bagaimana daya saing sektor pariwisata kota medan?, penelitian ini menggunakan metode LQ dan shift share dalam menganalisis masalah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan. Berdasarkan perhitungan alat analisis potensi wilayah yaitu indeks Location Quotient dari alat analisis menunjukkan bahwa sektor pariwisata Kota Medan merupakan sekor unggulan dan kreteria tergolong ke dalam sektor yang maju atau berpotensi dan tumbuh dengan pesat dan merupakan sektor basis, dan dilihat dari hasil analisis Shift Share untuk kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kota Medan menunjukkan nilai positif. Artinya sektor pariwisata Kota Medan memiliki daya saing yang kuat.

2.5 Kerangka Konseptual

Perkembangan pariwisata dapat dilihat dari indikator pertumbuhan kunjungan wisatawan asing dan domestik serta pertumbuhan pendapatan dari


(35)

subsektor perdagangan, hotel, restoran perekonomian daerah. Meningkatnya kunjungan wisatawan akan berdampak langsung terhadap subsektor perdagangan, hotel dan restoran. Selanjutnya pariwisata akan memberi pengaruh yang berantai terhadap sektor-sektor ekonomi lainya, baik yang langsung memasok barang dan jasa untuk keperluan sektor pariwisata mapun tidak langsung, melalui efek pengganda sehingga PDRB. Sektor pariwisata juga terbukti mampu memberikan kontribusi penting penerimaan devisa negara.

Sektor pariwisata terus mengalami peningkatan, ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki potensi yang besar. Untuk itu perlu dikaji secara mendalam kebijakan pembangunan yang akan dilaksanakan dalam pengembangan potensi pariwisata Kabupaten Karo. Dimana potensi dan pengembangan sektor ini dapat memberikan kontribusi selain penerimaan devisa negara, sektor ini juga berdampak penyerapan tenaga kerja, pendapatan daerah dan pengembangan wilayah.

Alur kerangka pemikiran konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :


(36)

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Konseptual Perekonomian

Daerah

Sektor Pariwisata

Potensi Kontribusi

Kebijakan Pembangunan

Pengembangan Wilayah


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dari penelitian. 3.1Jenis Penelitian

untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya secara rinci dan aktual dengan melihat masalah dan tujuan penelitian seperti yang telah di sampaikan sebelumnya, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Disamping mengunakan menggunakan metode desktiptif penelitian ini juga menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) dan metode analisis Shift-Share.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Karo dan dilaksanakan mulai Oktober 2013

3.3 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menyamakan presepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberikan batasan defenisi operasional sebagai berikut:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga konstan.

2. Sektor Ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat pada PDRB, yang mencakup 9 (sembilan) sektor utama.


(38)

3. Sektor pariwisata yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lapangan Usaha dalam Sembilan sektor yaitu Sektor perdagangan,hotel, dan restoran 4. Sektor potensial adalah sektor yang memiliki peranan (Share) relatif besar

dibandingkan sektor-sektor lainnya terhadap konomi wilayah (PDRB) 3.4Jenis dan Sumber Data

Jenis dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan mencataat teori-teori dari buku-buku literature, bacaan-bacaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data-data yang digunakan berasal dari Badan Statistik Kabupaten Karo dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pariwisata Kabupaten Karo serta Dinas Pariwisata Propinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini periode waktu yang digunakan berkisar pada tahun 2008-2012

3.5 Teknik Analisis

Dalam penelitian ini metode analissi yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang pertama tentang Potensi pariwisata Kabupaten Karo adalah analisis LQ dan Shift Share. Untuk rumusan masalah yang kedua tentang kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian kabupaten karo menggunakan metode analisis deskriftip dengan menggunakan persentase setiap kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kabupaten Karo.

3.5.1 Location Quotient (LQ)

Analisis sektor basis dengan pendekatan LQ untuk mengetahui potensi spesialisasi suatu daerah terhadap aktivitas ekonomi utama atau untuk mengetahui sektor unggulannya. Dengan rumusan:


(39)

��� =����� �

Keterangan : LQi

S

= Nilai LQ pada sektor i

i

N

= PDRB sektor i Kabupaten Karo

i

S = PDRB sektor i Sumatera Utara

= Total PDRB dari seluruh kegiatan sektor Kabupaten Karo

N = Besaran total dari seluruh kegiatan sektor Sumatera Utara

Dari Hasil perhitungan LQ tersebut maka ada tiga kondisi yang dapat dicirikan pada suatu wilayah, yaitu :

 Apabila nilai nilai LQ > 1 artinya peranan sektor/komoditi tersebut di daerah itu lebih menonjol dibandingkan peran sektor /komoditi secara nasional atau lebih luas. Sebaliknya,

 Apabila LQ < 1 artinya peranan sektor/komoditi tersebut lebih kecil dari pada peranan sektor/komoditi tersebut secara nasional. Dalam analisis ini menggunakan data PDRB Kabupaten Karo Atas Dasar Harga Konstan Mulai tahun 2008 sampai 2012 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Sumatera Utara 2008-2012

 Apabila LQ = 1 artinya peranan sektor tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayah itu sendiri.

3.5.2 Shift Share Analisys (SSA)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian daerah Kabupaten Karo. Hasil analisis Shift Share juga mampu menunjukan keunggulan komperatif daerah Kabupaten Karo melalui


(40)

kinerja sektor dalam PDRB dibandingkan dengan Sumatera Utara. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan berdasarkan perbandingan tersebut. Jika penyimpangan positif maka daerah tersebut mempunyai keunggulan komperatif dan memilki Potensi. Analisis shift-share ini menggunakan data PDRB Kabupaten Karo dan PDRB Sumatera Utara berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.

Menurut Arsyad (1999) analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu dengan yang lainnya (Arsyad, 1999: 314), yaitu:

1. Perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

2. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan.

3. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing sektor-sektor daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadika acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu sektor adalah positif, maka sektor


(41)

tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada sektor yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Secara matematis, Provincial Share (PS), Proportional Shift (P), dan Differntial Shift (D) dapat diformulasikan sebagai berikut ( Tarigan, 2007:88; Sjafrizal, 2008:91):

1. Provincial Share (PS)

PSitKK =

2. Proportional Shift (P)

�����KKt-1�

PDRB SUMUTt

PDRB SUMUT t-1� −1

PitKK = PDRBi

3. Differential Shift (D) KKt-1 ������

SUMUTt

�����SUMUTt-1−

����TOTSUMUTt

����TOTSUMUTt-1�

Dit Dimana :

KK = �����KKt-1�

PDRBi KKt PDRBi KKt-1−

�����SUMUTt

�����SUMUTt-1�

SUMUT = Provinsi Sumatera Utara sebagai wilayah referensi yang lebih tinggi

KK = Kabupaten Karo sebagai wilayah analisis PDRB = Nilai PDRB

I = Sektor dalam PDRB

T = Tahun 2013


(42)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Kabupaten Karo

4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di antara dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan sehingga sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi dan merupakan daerah hulu sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah adalah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’ Lintang Utara dan 97°55’–98°38’ Bujur Timur. Kabupaten Karo merupakan salah satu dari 33 Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara, dan berbatasan langsung dengan 5 Kabupaten dan 1 provinsi.

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh Darusalam).


(43)

Gambar: Peta Kabupaten Karo

Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahata. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudia dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara. Obyek-obyek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang indah di daerah penggunungan, air terjun, air panas, dan kebudayaan yang unik. Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan, dan mata pencarian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749 Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo. Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari 13 kecamatan menjadi 17 kecamatan. Hingga saat ini Kabupaten Karo terdiri dari 262 desa. Wilayah yang terluas adalah mardinding yakni 267,11km2 (12,56% dari luas Kabupaten) dan Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Berastagi seluas 30,5 km2 (1,43% dari luas Kabupaten).


(44)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013

No Kecamatan Banyaknya

Desa/Kelurahan

Luas (Km2 Rasio Terhadap Total

Luas Kabupaten (%) )

1 Mardinding 12 267,11 12,56

2 Laubaleng 15 252,60 11,87

3 Tigabinanga 19 160,38 7,54

4 Juhar 24 218,56 10,27

5 Munthe 22 125,64 5,91

6 Kutabuluh 6 195,70 9,20

7 Payung 8 47,24 2,22

8 Tiganderket 17 86,76 4,08

9 Simpang Empat 17 93,48 4,39

10 Naman Teran 14 87,82 4,13

11 Merdeka 44,17 2,08

12 Kabanjahe 13 44,65 2,10

13 Berastagi 9 30,50 1,43

14 Tigapanah 22 186,84 8,78

15 Dolat rayat 7 32,25 1,52

16 Merek 18 125,51 5,90

17 Barusjahe 19 128,04 6,02

Jumlah 262 2,127,25 100,00


(45)

4.1.2 Iklim (Suhu dan Musim)

Wilayah Kabupaten Karo terletak di ketinggian antara 280-1.420 M di atas permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut maka Kabupaten Karo mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisasr antara 18,80C sampai 19,80

4.1.3 Kependudukan Kabupaten Karo

C dengan kelembaban udara rata-rata setingi 84,66 persen. Dengan ini beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujadan musim kemarau. Musim hujan pertama terjadi mulai bulan Agustus sampai denganbulan Januari dan musim kedua terjadi pada bulan Maret sampai bulan Mei. Sedangkanmusim kamarau biasanya terjadi pada bulan Februari, Juni, dan Juli.

Penduduk sebaai subjek dan sekaligus objek perencanaan merupakan bagian dari faktor sosial yangselalu berubah. Salah satu aspek penting yang harus diketahui ialah perkembangan juah penduduk pada wilayah perencanaan menunjukkan trend meningkat. Hasil sensu tahun 2000 penduduk Kabupaten Karo berjumlah 283.713 jiwa. Pada tahun 2012 sebsar 358.823 yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 km2. Kepadatan pendudukdiperkirakan sebesar 168,68 jiwa/km2. Sedangkan Laju pertumbuhan pendudu Kabupaten Karo 2010-2012 adalah sebesar 1,07 persen per tahun.


(46)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

No Kecamata Luas

Wilayah (Km2

2008

)

2009 2010 2011 2012

1 Mardingdin 267,11 16248 16617 17062 17222 17 445

2 Laubaleng 252,60 19712 20355 17713 17879 18 110

3 Tigabinang 160,38 19509 19902 19900 20086 20 346

4 Juhar 218,56 14026 14217 13244 13368 13 540

5 Munte 125,64 21180 21586 19686 19870 20 127

6 Kutabuluh 195,70 12177 12507 10586 10685 10 823

7 Payung 47,24 11058 11309 10837 10938 11 079

8 Tiganderke 86,76 14272 14579 13178 13301 13 474

9 Simpang

Empat

93,48 20610 21089 19015 19192 19 440

10 Naman Teran 87,82 12282 12652 12796 12916 13 083

11 Merdeka 44,17 12806 13218 13310 13434 13 607

12 Kabanjahe 44,65 62142 63990 63326 63918 64 746

13 Berastagi 30,50 45011 46686 42541 42929 43 494

14 Tigapanah 186,84 31976 33103 29319 29593 29 976

15 Dolat Rayat 32,25 8357 8573 8296 8374 8 482

16 Merek 125,51 15880 16130 18054 18223 18 458

17 Barusjahe 128,04 23634 24107 22097 22304 22 593

Jumlah 2 127,25 360880 370619 350960 354242 358 823

Sumber: Kabupaten Karo Dalam angka 2008-2013 (BPS)

4.1.4 Perekonomian Kabupaten Karo

PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat memberi petunjuksejauh mana perkembangan ekonomi dan stuktur ekonomi suatu daerah. Struktur eonomi suatu wilayah sangat ditentukan oleh besarnya peran sektor-sektor ekonomi daam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari


(47)

nilai tambah yang dicipakan oleh masing-masing sektor menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhaap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor. Struktur ekonomi suatu wiayah akan menentukan arah pengembangan wilayah tersebut. Struktur prekonomian dapt memberikan kriteria yang berbeda pada wilayah tersebut. Produk Domestik Regionl Bruto (PDRB) baik Provinsi Sumatera Utara maupun Kabupaten Karo terus meningat dari tahun ke tahun. Adapun perkembangan Distribusi Persentase PDRB KabupatenKaro secara sektoral dan peranannya pada setiap sektor ekonomi dapat diuraikan sebgai berikut:

a) Sektor Primer

Tabel 4.3

Distribusi Persentase PDRB KabupatenKaro Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2012

Lapangan

Usaha/ Sektor 2008 2009 2010 2011 2012

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

Primer 58,91 58,65 58,33 57,99 57,85

Pertanian 58,64 58,36 58,02 57,60 57,47

Penggalian 0,27 0,29 0,31 0,39 0,38

Sumber : Badan Pusat Statistik

Sektor primer terdiri dari sektor pertanian dan penggalian, pada tahun 2012 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 57,47 persen dan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Adapun penyebab penurunan distribusi pertanian tersebut disebabkan terjadinya bencana alam Erupsi Gunung Sinabung yang menyebabkan terganggunya aktivitas pertanian di kabupaten Karo. Hal tersebut juga terjadi pada sektor penggalian yang pada tahun 2012 memberikan kontribusi sebesar 0,38 persen. jika dibandingkan dengan tahun 2011 kontribusi sektor primer


(48)

pada PDRB mengalami penurunan yaitu sebesar 0,02 persen dari tahun 2012. Sektor primer merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap perekonomian Kabupaten Karo.

b) Sektor Sekunder

Tabel 4.4

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2012

Lapangan Usaha/

Sektor 2008 2009 2010 2011 2012

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

SEKUNDER 4,67 4,63 4,56 4,52 4,50

Industri 0,79 0,76 0,73 0.72 0,71

Listrik, Gas dan Air 0,30 0,30 0.30 0,29 0,29

Bangunan 3,58 3,57 3,53 3,51 3,50

Sumber : Badan Pusat Statistik

Yang termasuk dalam sektor sekunder yaitu sektor industri, sektor listrik,gas dan air, dan banguanan. Dari tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2012 sektor sekunder memberikan kontribusi sebesar 4,50 persen terhadap perekonomian Kabupaten Karo. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2011 kontribusi sektor sekunder mengalami penurunan sebesar 0,02 persen.


(49)

c) Sektor Tersier

Tabel 4.5

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2012

Lapangan Usaha/

Sektor 2008 2009 2010 2011 2012

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

Tersier 36,36 36,65 37,05 37,48 37,64

Perdagangan, Hotel

Dan Restoran 14,25 14,36 14,56 14,75 14,96

Pengangkutan Dan

Komunikasi 9,37 9,17 8,97 8,77 8,73

Keuangan, usaha Penyewaan dan

Jasa perusahaan 1,63 1,63 1,64 1,64 1.65

Jasa-Jasa 11,11 11,49 11,88 12,32 12,3

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan perbandingan peran dan kontribusi antara lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga konstan 2008-2012 menunjukan, pada tahun 2008 sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 36,36 persen dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 dengan memberikan kontribusi sebesar 37,64 persen. Lapangan usaha dominan yaitu Perdagangan, Hotel dan Restoran menyumbang sebesar 14,96 persen, dan diikuti sektor Jasa-jasa yang memberikan kontribusi sebesar 12,30 persen, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 8,73 persen, sektor Keuangan, Usaha Penyewaan dan Jasa Perusahaan memberikan kontribusi sebsar 1,65 persen.

4.1.5 Potensi Pariwisata Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan salah satu wilayah di Sumatera Utara yang memilki potensi pariwisata yang cukup banyak yakni memilki 23 obyek wisata. Dari 23 obyek wisata yang ada sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Karo baru


(50)

mampu mengelolah sebanyak 16 obyek wisata dan 7 obyek wisata lainya memiliki potensi namun belum mampu dikelolah. Potensi Pariwisata di Kabupaten Karo dapat terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6

Tabel Obyek Wisata Di Kabupaten Karo No Nama

Obyek Wisata

Jenis Wisata Lokasi Kecamatan

Desa Jarak (Km)

Fasilitas

1. Bukit Gundali ng

Panorama, Kuda Tunggang

Berastagi Gundaling 1 2 Penginap an dan Rumah Makan 2.

Debuk-debuk

Pemandian air panas belerang

Berastagi Doulu 10 -

3. Air Terjun Sikulika p

Keindahan Alam

Berastagi Doulu 11 -

4. Peceren Desa Budaya

Berastagi Sempa Jaya 1 - 5. Semang

at Gunung Pemandian Air Panas Simpang Empat Semangat Gunung

13 Penginap an dan Rumah Makan 6. Pendaki

an Gunung Sibayak Olahrga dan Penelitian Simpang Empat

Jaranguda 3 -

7. Lau Kawar Rekreasi/kei ndahan alam Simpang Empat Kuta Gugung

27 Warung Kopi 8 Gunung

Sinabun g Olahraga dan Penelitian Simpang Empat Sigarang-garang

30 -

9 Lingga Desa Budaya

Simpang Empat

Lingga 15 -

10 Air Terjun Sipiso-Piso Rekreasi dan Keindahan Alam

Merek Pengambate n


(51)

11 Tonggin g, Sibolan git, Sikodon g-kodong Rekreasi/Ke indahan Danau Toba

Merek Tongging 42 Penginap

an dan Rumah Makan

12 Gunung Sipiso-Piso

Olaraga/Kei ndahan Alam

Merek Situnggalin g

34 -

13 Dokan Desa Budaya

Merek Dokan 23

14 Taman Hutan Raya (TAHU RA) Rekreasi dan Penelitian

Tiga Panah Dolat Rayat 5 Penginap an

15 Padang Pengem bala Nodi Rekreasi Dan Penelitian

Mardin-ding Mbalbal Petarum

150 -

16 Lau Biang

Olahraga Arung Jeram

Kuta Buluh Perbesi-Limang

60

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Karo

Tabel 4.7

Daftar Objek Wisata Yang Potensial dan Belum Dikelolah 1. Gua Liang

Dahar

Keunikan Alam Kuta Buluh Lau Buluh 40 - 2. Gua Reci Keunikan Alam/

Penelitian

Barus Jahe Basam 15 - 3. Gua

Ling-ling Gara Keunikan Alam/ Penelitian Mardin-ding Kuta Pangkih

100 - 4. Air Terjun

Belingking

Keunikan Alam/ Penelitian

Kuta Buluh Mburidi 50 - 5. Gunung

Barus

Penelitian dan Keindahaan Alam

Barus Jahe Basam 6 - 6. Deleng

Kutu

Rekreasi dan Keindahan Alam

Berastagi Guru Singa

5 -

7. Uruk Tuhan

Rekreasi dan Keindahan Alam

Simpang Empat

Bekerah 25 - Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Karo


(52)

Perkembangan sektor pariwisata sangat di pengaruhi oleh ketersediaan fasilitas yang memadai baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Berikut pluktuasi dan perkembangan jumlah usaha akomodasi,

Tabel 4.8

Statistik Hotel dan Paiwisata Kabupaten Karo

Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

Usaha Akomodasi

53 59 53 53 66

Jumlah Kamar 1255 2200 1294 1337 1488

Jumlah tempat tidur

1270 2213 2083 2493 2860

Sumber: Karo Dalam Angka 2009-2012

4.1.6 Jumlah Wisatawan

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik pada obyek wisata di Kabupaten Karo pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 (Tabel 1.1) mengalami tren meningkat. Namun peningangkatan tersebut hanya terjadi pada kunjungan wisatawan Domestik tidak pada kunjungan wisatawan mancanegara yang terus mengalami penurunan. Faktor penyebabnya diawali dari terjadinya krisis yang melanda Amerika Latin pada tahun 1994-1996 namun tidak memberi pengaruh yang besar pada pariwisata Indonesia karena pangsa pasar pariwisata indonesia pada saat itu adalah Amerika dan Eropa, kemudian krisis melanda Indonesia terjadi pada tahun 1997-1998 dengan jatuhnya pemerintahan orde baru dan di ikuti terjadinya kerusuhan yakni terjadinya peristiwa tragedi Trisakti 12 mei 1998 yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada wisatawan. Krisis indonesia tersebut memberi dampak yang paling besar menyebabkan tinggat kunjungan mancanegara ke Indonesia hanya 10 sampai 15%. Sangat lambatnya pemulihkan citra pariwisata di mata dunia mengakibatkan jumlah kunjungan wisatawan


(53)

mancanegara terus mengalami penurunan, pemulihan citra tersebut membutuhkan waktu sekitar 10 tahun.

Pengembangan pariwisata di Sumatera Utara terjadi mulai tahun 70an dimana kawasan Danau Toba masih begitu indah, sejuk, bersih. Belum terjadi pencemaran di air Danau Toba Sehingga banyak investor khususnya investor lokal membangun sarana hotel tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan atau tidak berwawasan Ekogreen. Investor membangun sebuah IPAL (instalasi pengelolah air limbah) yang dibangun dibawah tanah agar tidak terlihat oleh tamu hotel dalam bentuk sumur resapan. Air limbah pada akhirnya mencemari air Danau Toba, sehingga merusak citra Pariwisata Kabupaten Karo dimata pariwisata dunia. Danau Toba tepatnya Tongging merupakan salah satu icon pariwisata Kabupaten Karo. Hal inilah yang menjadi faktor utama penyebab penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten karo. Dan faktor lain adalah Kualitas sumber daya manusia yang belum memadai. Sumber daya manusia bidang pariwisata di Kabupaten Karo masih tertinggal dalam bidang jasa pelayanan, saat daerah lain sudah mengarah pada tingkat kepedulian (costomer care), Kabupaten Karo yang merupakan daerah tujuan wisata justru masih sulit mencapai pelayanan tingkat customer care. Faktor lainnya penurunan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo tersebut yakni terjadi bencana Alam Erupsi Gunung Sinabung pada 2010, sehingga sangat terasa sekali penurunan jumlah kunjungan wisata ke Kabupaten Karo. Begitu juga letusan terakhir gunung terjadi pada tahun 2013 sehingga berpengaruh terjadinya penurunan jumlah


(54)

kunjungan wisatawan. Berikut adalah tabel dampak erupsi gunung sianbung terhadap kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo 2013

Tabel 4.9

Dampak Erupsi Sinabung Terhadap Kunjungan Wisatawan Ke Kabupaten Karo 2013

Bulan 2012 2013 Perubahan %

Januari 40.627 61.162 +20.535 50,55%

Februari 25.671 26.996 +1.325 5,16%

Maret 31.259 21.949 -9.310 -29,78%

April 39.916 34.500 -5.416 -13,57%

Mei 52.829 42.245 -10.584 -20,03%

Juni 36.906 36.950 +44 0,12%

Juli 48.301 28.195 -20.106 -41,63%

Agustus 59.474 76.973 +17.499 29,42%

September 33.932 19.454 -14.478 -42,67%

Oktober 34.233 15.788 -18.445 -53,88%

November 17.533 10.824 -6.729 -38,34%

Desember 18.367 8.161 -10.206 -55,57%

Jumlah 439.068 383.197 -55.871 -12,72%

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Karo

Tabel 4.9 menunjukan penurunan jumlah kunjungan wisatwan kekabupaten Karo. Pada bulan Januari 2013 jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo masih mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan bulaun Januari pada tahun 2012. Penurunan mulai terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Pada bulan Juni kembali terjadi peningkatan hal ini dikarenakan bertepatan dengan hari libur sekolah. Namun penurunan kembali terjadi pada bulan Juli, bahkan dibulan Juli merupakan penurunan tertinggi jika dibandingkan dengan


(55)

tahun 2012. Pada bulan Agustus kunjungan wisatawan kembali naik 29,42% jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2012. Erupsi Gunung Sinabung yang terus menerus mengakibatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo mengalami penurunan hingga akhir bulan Desember.

4.2 Gambaran Umum Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya Kabupaten Karo

4.2.1 Visi

Suatu organisasi harus memiliki faslafah yang menjadi penentu arah gerakan organisasi itu. Falsafah organisasi merupakan hal yang yang mutlak diketahui dan dipahami oleh setiap anggotanya serta komitmen untuk menuruti dan merealisasikannya sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat tercapai. Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo memiliki visi dan misi organisasi yang dapat dianggap sebagai falsafah organisasi. Visi dan misi yang telah dirumuskan bersifat tetap dan jangka panjang yang juga menjadi kerangka dasar perncanaan strategis. Visi adalah cara pandang jauh ke depan, kemana motivasi pemerintah harus dibawa agar tetap eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Pengaruh lingkungan internal dan ekternal yang mengakibatkat meningkatkan persaingan, tantangan dan tuntutan masyarakat, mendorong Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo untuk mempersiapkan diri agar tetap eksis dan unggul dengan senantiasa mengupayakan perubahan ke arah yang lebih baik. Adapun yang menjadi Visi dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintah kabupatn Karo adalah “Mewujudkan Kepariwisataan Karo Yang Maju, Modern dan Berwawasan Lingkungan dan Berdaya Saing Tinggi Dengan Mempertahankan Nilai-Nilai Budaya Karo Melalui Peran Serta Masyarakat dan


(56)

Dunia Usaha Yang Seluas-luasnya Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Kesejahtraan Masyarakat”

4.2.2 Misi

Misi merupakan peryataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membaa orgnisasi kepada suatu fokus. Misi dalam rangka mewujutkan Visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintahan Kabupateb Karo, dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut:

1. Memanfaatkan potensi pariwisata minat khusus secara optimal.

2. Memberdayakan secara maksimal obyek dan daya tarik wisata operasional dan potensial serta agrowisata.

3. Keberpihakan kepada pengusaha menengah kebawah serta masyarakat, khusunya pengusaha dari masyarakat lokal.

4. Peningkatan komitmen antara berbagai instansi pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan yang saling terkaitan.

5. Peningkatan kualitas aparatur pemerintah pelaku pariwisata dab nasyarakat kecil

6. Membina budaya sebagai aset pariwisata

7. Mendorong pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas wisata 8. Peningkatan pendapatan yang diproleh dari pengeluaran wisatawan

9. Menumbuh kembangkan sadar wisata baik yang telah ada maupun yang akan dibangun,

10.Membina usaha pariwisata baik yang telah ada maupun yang akan dibangun.


(57)

4.3 Hasil Analisis Dan Pembahasan

4.3.1 Analisis Potensi Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan Metode Location Quotient (LQ)

Untuk menganalisis potensi sektor pariwisata di Kabupaten Karo digunakan metode analisis Location Quotient (LQ). LQ merupakan perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Karo terhadap besarnya peranan sektor terebut di tingkat Provinsi Sumatera Utara. Maka dalam perhitungannya dibutuhkan sumbangan PDRB tiap sektor dan PDRB baik di Kabupaten Karo maupun Provinsi Sumatera Utara.

Dalam penelitian ini, sektor-sektor yang dimaksud dibagi ke dalam sembilan sektor yaitu:

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri

4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa

Dari perhitungan nilai koefisien LQ, maka sektor-sektor akan dikatagorikan kedalam sektor unggulan/potensi atau sektor tidak unggul. Suatu sektor yang dikatagori unggul atau berpotensi apabila sektor tersebut memiliki nilai koefisien


(58)

LQ>1. Dengan hasil perhitungan nilai koefisisien LQ>1 maka sekaligus mengindikasikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang unggul/potensial untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Kabupaten Karo. Sedangkan suatu sektor yang dikatagorikan tidak unggul/non basis apabila sektor tersebut memiliki nilai koefisien LQ<1. Yang mengindikasikan bahwa sektor terebut kurang potensial untuk dikembangkan dalam uapaya peningkatan perumbuhan dan pembangunan ekonom di Kabupaten Karo.

Berdasarkan rumus LQ tersebut, maka ada tiga kondisi yang dapat diperoleh , yaitu :

 Apabila nilai LQ > 1 artinya peranan sektor Pariwisata di Kabupaten Karo lebih menonjol dibandingkan peran sektor sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Sebaliknya,

 Apabila nilai LQ < 1 artinya peranan sektor Pariwisata di Kabupaten Karo lebih kecil dibandingkan dengan peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provisni Sumatera Utara

 Apabila nilai LQ = 1 artinya peranan sektor Pariwisata di Kabupaten Karo adalah sama dengan sektor yng sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.

Dalam perhitungan nilai koefisien LQ, penulis menggunakan data PDRB menurut lapangan usaha. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Karo dalm kurun waktu 2008-2012 pada lampiran.


(59)

Tabel 4.10

Hasil LQ Analisis Nilai PDRB Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

LQ 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian 2,46083 2,454422 2,45657 2,480805 2,510868

Pertambangan

dan penggalian 0,270252 0,295451 0,313276 0,329457 0,334482

Industri

Pengelolahan 0,034445 0,033865 0,033485 0,034341 0,034757

Listrik, Gas, dan

Air Bersih 0,414896 0,410015 0,403465 0,391123 0,397383

Kontruksi 0,535718 0,526772 0,520045 0,507928 0,503255

Perdagangan, 0,775351 0,778761 0,788466 0,788268 0,791876

Hotel 0,457498 0,476013 0,480063 0,483604 0,483144

Restoran 1,64679 1,689425 1,719811 1,746907 1,722904

Pengangkutan

dan komunikasi 1,006722 0,962741 0,915182 0,867465 0,847019

Keuangan, Real Estat dan jasa

perusaha. 27873,66 0,229671 0,221154 0,207676 0,199968

Jasa-jasa 1,121251 1,142854 1,2012892 1,202814 1,186139

Sumber : Hasil Olahan Data

Berdasarkan perhitungan tabel 4.10 nilai Location Qoutiens (LQ) Kabupaten Karo dalam kurun waktu 2008-2012 maka dapat terdentifikasi sektor-sektor basis dan non basis. Yang termasuk sektor-sektor basis di Kabupaten Karo dengan nilai perhitungan LQ>1 yaitu sektor Pertanian (2,51) , Jasa-jasa (1,18), sektor non basis yang terdapat di Kabupaten Karo dengan nilai perhitungan LQ<1 adalah sektor Industri Pengelolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Konstruksi, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Real Estat dan jasa perusahan. Sedangkan sektor yang termasuk kedalam sektor pariwisata yakni sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran jika di hitung secara sub sektor maka akan terlihat sub sektor yang mana yang berpotensi/unggul untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Kabupaten? Karo adalah sub sektor restoran yang memiliki nilai LQ (1,72). Sub sektor Hotel dan


(60)

Perdagangan tidak mencapai LQ>1. Hal ini semakin banyaknya pendirian vila-vila dikabupaten Karo dimana vila-vila-vila-vila tersebut akan mempengaruhi jumlah hunian kamar Hotel di Kabupaten Karo. Jarak antar Kabupaten Karo dengan Kota Medan juga merupakan faktor yang mempengaruhi tidak berpotensinya sub sektor Perdagangan dan Hotel. Sektor basis merupakan sektor yang memilki peranan yang sangat besar terhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Karo serta memiliki kekuatan dan potensi untuk dikembangkan. Meskipun demikian sektor nonbasis lainnya tidak dapat begitu saja diabaikan karena sektor nonbasis tersebut dapat dikembangkan menjadi sektor basis baru.

4.3.2 Analisis Potensi Sektor Pariwisata Kabupaten Karo Berdasarkan Metode Analisis Shift-Share

Kinerja sektor pariwisata Kabupaten Karo dalam penelitian ini dapat dilihat menggunakan Analisis Shift Share yang dibandingkan dengan kinerja sektor pariwisata Sumatera Utara. Dalam perhitungannya menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan berdasarkan lapangan usaha Kabupaten Karo dan harga konstan 2000 menurut lapangan usaha Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2012. Perubahan relatif struktur ekonomi Kabupaten Karo dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini :

1. Provincial share (PS) atau pertumbuhan ekonomi provinsi menunjukkan pengaruh pertumbuhan ekonomi provinsi terhadap perekonomian Kabupaten Karo.

PSitKK =�����KKt-1�

PDRB SUMUTt

PDRB SUMUT t-1−


(61)

2. Proportional Shift (P) atau pergeseran proporsional menunjukan perubahan relatif naik atau turunnya kinerja sektor pariwisata Kabupaten Karo terhadap sektor pariwisata Provinsi Sumatera Utara. Apabila P>0, maka artinya pada sektor pariwisata Kabupaten Karo pada tingkat Provinsi Sumatera Utara mempunyai spesialisasi yang tumbuh relatif cepat/naik. Apabila P<0, maka artinya sektor pariwisata Kabupaten Karo pada tingkat Provinsi Sumatera Utara mempunyai spesialisasi pertumbuhannya lebih lambat atau sedang turun.

3. Diffrential Shift (D) atau pergeseran diffrensial menunjukan tingkat kekompetitifan kinerja sektor pariwisata Kabupaten Karo dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara. Pergeseran ini disebut juga dengan pengaruh daya saing. Apabila D>0, artinya sektor pariwisata Kabupaten Karo mempunyai daya saing yang baik. Apabila D<0, artinya sektor pariwisata Kabupaten Karo tidak dapat bersaing/ tidak mempunyai daya saing.

PitKK = PDRBiKKt-1������

SUMUTt

�����SUMUTt-1−

����TOTSUMUTt

����TOTSUMUTt-1�

DitKK = �����KKt-1�

PDRBi KKt

PDRBi KKt-1−

�����SUMUTt


(1)

Artinya sub sektor pariwisata (sub sektor Restoran) Kabupaten Karo tidak hanya merupakan sub sektor basis. Sedangkan sub sektor pariwisata lainya yaitu sub sektor Perdagangan dan Hotel memilki nilai LQ<1 artinya sub sektor Perdagangan dan sub sektor Hotel merupakan sub sektor non basis. Namun demikian sektor nonbasis lainnya tidak dapat begitu saja diabaikan karena sektor nonbasis tersebut dapat dikembangkan menjadi sektor basis baru.

Tabel 4.15

Analisis Sektor Pariwisata Kabupaten Karo

No. Aspek Parameter Makna

1 LQ >1 sektor Basis

2 P Positif Tumbuh lebih cepat di Provinsi Sumut

3 D Positif Pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan Provinsi Sumut

Sumber : Hasil Olahan Data

Hasil perhitungan Ishift Share I nilai komponen P mempunyai nilai yang positif menunjukan bahwa sektor yang tumbuh lebih cepat di Provinsi Sumatera Utara . sedangkan nilai komponen D yang positif mempunyai arti bahwa sektor pariwisata Kabupaten Karo mempunyai potensi daya saing yang tinggi karena pertumbuhannya lebih cepat dibandingan dengan Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan uraian diatas maka sektor pariwisata Kabupaten Karo dapat digolongkan kedalm sektor basis dan sektor unggulan yang mempunyai potensi daya saing di Provinsi Sumatera Utara.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari uraian dan analisis dalam bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan alat analisis potensi wilayah yaitu indeks Locatioan Quotient menunjukan bahwa subsektor Restoran merupakan sektor unggulan dengan kriteria tergolong kedalam sub sektor yang berpotensi dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Karo. Sedangkan subsektor Perdagangan dan subsektor Hotel merupakan sub sektor non basis. Namun demikian sektor nonbasis lainnya tidak dapat begitu saja diabaikan karena sektor nonbasis tersebut dapat dikembangkan menjadi sektor basis baru untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Karo.

2. Dari hasil perhitungan shift-share untuk kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kabupaten Karo menunjukan nilai positif. Artinya sektor pariwisata Kabupaten Karo memiliki daya saing yang kuat.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat meningkatkan sektor pariwisata Kabupaten Karo yaitu:

1. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Karo dalam meningkatkan dan pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Karo sebaiknya menetapkan kebijakan-kebijakan seperti perbaikan infrastruktur, promosi, peningkatan


(3)

anggaran dalam pengembangan objek wisata, dan pengembangan sarana dan prasarana kepariwisataan. Hal ini dikarenakan begitu kaya dan besarnya potensi Kabupaten Karo sebagai Daerah tujuan Pariwisata mengingat Kabupaten Karo yang berada di dataran tinggi yang sejuk dan sangat cocok untuk menjadi daerah tujuan wisata utama. Pemerintah Kabupaten Karo juga harus memperbaiki Citra pariwisata dimata wisatawan mancanegara dengan cara menjaga kelestarian alam yang ada di Kabupaten Karo.

2. Untuk meningkatkan kontribusi subsektor Perdagangan dan Hotel terhadap PDRB Kabupaten Karo diharapkan pemerintah Kabupaten Karo lebih memperhatikan pembangunan vila-vila yang ada di Kabupaten Karo yang kurang memberi kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Karo.

3. Meningkatkan aksesibilitas ke dan antar obyek-obyek wisata. Tujuan utama dari kunjungan wisatawan ke suatu daerah adalah untuk menikmati Obyek dan Daya Tarik Wisata. Semakin banyak jumlah dan variasi Obyek dan Daya Tarik Wisata yang dapat dinikmati, maka semakin kuat pengaruhnya terhadap keinginan wisatawan mengunjungi daerah tersebut. Aksesibilitas merupakan faktor kunci yang perlu dibenahi dan ditingkatkan untuk memberikan kesempatan kepada wisatawan menikmati sebanyak-banyaknya Obyek dan Daya Tarik Wisata yang tersedia. Untuk itu aksesibilitas yang lancar dan baik menuju obyek wisata dan antar obyek wisata harus jadi prioritas pembangunan dalam menarik wisatawan ke Kabupaten Karo.


(4)

4. Pembenahan aspek fundamental Pariwisata yaitu aspek Keamanan, Kebersihan, Ketertiban Umum, Keindahan dan Sosial Budaya. Aspek Keamanan, Kebersihan, Ketertiban Umum, Keindahan dan sosial budaya merupakan aspek yang memiliki pengaruh dominan terhadap perkembangan pariwisata. Aspek-aspek tersebut merupakan cerminan sosial cultur masyarakat. Hingga saat ini semua aspek fundamental pariwisata tersebut dirasakan masih perlu ditingkatkan agar benar-benar mampu mendukung program pengembangan kepariwisataan yang dalam bentuk realnya berupa pembinaan masyarakat sadar wisata.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Adisasmita, Rahardjo. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta: Graha Ilmu

Arsyad, Lincolin, 1999, Pengantar Perencanan Pembangunan Ekonomi Daerah : Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2013. Karo Dalam Angka 2013. Karo: Badan Pusat Statistik.

Erawan, Nyoman I. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi (Bali Sebagai Kasus). Denpasar: Upada Sastra

Kusmayadi., dan Endar Sugiarto. 2000. Metode Penelitian Dalam Bidang Pariwisata

Pandit. Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 9 Tentang Kepariwisataan.

Safrizal, Prof. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang: Badueso Media

Sirojuzilam, dan Kasyful Mahali, 2010, Regional : Pembangunan, Perencanaan, dan Ekonomi, Medan: USU Press.

Spillane, James J. 1987. Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius

Suwardjoko dan Warpani.P. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. ITB: Bandung

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Terapan dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Tarigan, R. 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta.

Tambunan, Tulus T.H, 2011. Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan Analisia Empiris, Bogor, Ghalia Indonesia


(6)

Yoeti, A.O. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Dearah Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramita

Skripsi:

Jenni M. Sitepu. 2013. Potensi Obyek Wisata Batu Hoda di Desa Tigaras Kecamatan Dolok Perdamean Kabupaten Simalungun. Skripsi. Medan: jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Trilolorin, 2013. Analisis Daya saing Sektor Pariwisata Kota Medan. Skripsi. Medan: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Pardede, Tri Eka. 2011. Potensi dan Peluang Pengembangan Sektor Pariwisata di KabupatenTebing Tinggi. Skripsi. Medan: jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

WEB