Teknik Analisis Data Teknik Penulisan Review Terdahulu

Sepatan Timur.

g. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub-bab guna lebih memperjelas ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang diteliti. Adapun urutan dan tata letak masing-masing bab serta pokok pembahasannya adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, seperti biasanya diawali dengan pembahasan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Review Terdahulu dan terakhir Sistematika Penulisan. Pada bab II menjelaskan tentang Landasan Teoritis yang terdiri dari dua point, poin A tentang Pengertian Perjanjian Kerja, Jenis-jenis Perjanjian Kerja dan Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja. Adapun poin B tentang Pengertian Upah, Macam-Macam Upah dan Peraturan perundang-undangan Indonesia terkait Hukum Ketenagakerjaan. Pada bab III menjelaskan tinjauan Kronologis Kasus Perbudakan di Pabrik CV. Cahaya Logam Kec. Sepatan Timur Kabupaten Tangerang terdiri dari tiga point, yaitu Profil Perusahaan, Kronologis Kasus, dan Duduk Permasalahan. Pada bab IV Analisis Kasus Perbudakan di Pabrik CV. Cahaya Logam Kec. Sepatan Timur Kab. Tangerang Menurut Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif, terdiri dari tiga pembahasan yaitu Analisis Perjanjian Kerja Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif, Analisis Upah Buruh Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif, dan terakhir Analisis Kasus. Pada bab V Penutup, seperti biasa pembahasan terdiri dari kesimpulan dari skripsi ini dan yang kedua yaitu saran. 18

BAB II LANDASAN TEORITIS PERJANJIAN KERJA DAN UPAH MENURUT

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Perjanjian Kerja Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif 1. Pengertian Perjanjian Kerja Jika dilihat dari ketentuan Pasal 50 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menetapkan bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerjaburuh. 1 Adanya perjanjian demikian sangatlah esensial. Pemahaman di atas pada prinsipnya serupa dengan apa yang ada di Eropa. Di kebanyakan Negara di Eropa dasar atau landasan hukum perburuhan dapat ditemukan di dalam „perjanjian kerja’. Di Negara-negara di Eropa baik di dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam yurisprudensi, perjanjian kerja dipahami mencakup tiga elemen inti: pekerjaan, upah dan otoritaskewenangan. Ini berarti bahwa perjanjian kerja adalah suatu kesepakatan dengan mana buruhpekerja mengikatkan diri sendiri untuk bekerja di bawah otoritaskewenangan majikan dengan menerima pembayaran upah. 2 Hal di atas juga senada dengan definisi perjanjian kerja menurut Undang- undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau 1 Pasal 50 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan 2 Agusmidah, dkk, Bab-Bab Tentang Hukum Perburuhan Indonesia, Jakarta: UI Press, 2012, hal. 13 pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 3 Sementara dalam pasal 1601 A KUH Perdata, perjanjian kerja merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang satu, pekerja mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak pengusaha selama waktu tertentu, dengan menerima upah. Dari rumusan tersebut, perjanjian kerja harus memenuhi persyarat-persyaratan sebagai berikut: a Adanya pekerjaan b Adanya upah yang dibayarkan c Adanya perintah d Adanya waktu tertentu dan waktu tidak tertentu untuk perjanjiannya. 4 Setelah menjelaskan pandangan hukum positif terkait perjanjian kerja perburuhan. di bawah ini akan dijelaskan pembahasan perjanjian kerja menurut hukum Islam. Perjanjian atau akad dalam hukum Islam dipandang sah jika rukun dan syaratnya terpenuhi. Rukun yang dimaksud adalah unsur-unsur yang membentuk perjanjian tersebut seperti menurut jumhur ulama terdiri dari tiga aspek yaitu subyek akad, obyek akad dan sighat akad. Adapun di antara syarat-syarat akadnya sendiri yaitu ahliyatul „ada dan ahliyatul wujub. 3 Hadi Setia Tunggal, Seluk-Beluk Hukum Ketenagakerjaan, Tt: Harvarindo, 2014, hal. 48 4 Lebih jelas lihat Hadi Setia Tunggal, Seluk-Beluk Hukum Ketenagakerjaan, Tt: Harvarindo, 2014, hal. 48-49