Class : Bakteria
Ordo : Eubacterialees
Family : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus epidermidis S. epidermis merupakan bagian dari flora normal pada kulit
manusia, saluran pernafasan dan saluran pencernaan, dapat ditemukan di udara dan lingkungan sekitar kita. Kuman ini tidak patogen, tidak
bersifat invasive, nonhemolitik, berwarna putih, tidak membentuk koagulasi. Staphylococcus patogen sering menghemolisis darah dan
mengkoagulasi plasma Warsa et al., 1993. S. epidermis juga dapat menyebabkan endokarditis infektif jika sebagian besar bakteri ini
masuk ke dalam aliran darah dan menempel di katup-katup jantung. Bakteri ini juga sering disebut S. albus Jawetz et al., 1996.
c. Streptococcus mutan
Streptococcus mutan di klasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Class : Diplococcic
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streprococcus
Spesies : Streptococcus mutan
S. mutan merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang memiliki karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantai selama
pertumbuhannya. S. mutan dapat mensintesa berbagai macam polisakarida seperti dextrans atau levans dari sukrosa yang memiliki
peranan penting pada proses pembentukan karies gigi Brooks et al., 2005.
2.4. Antibakteri 2.4.1. Aktivitas Antibakteri
Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada
bakteri yang
bersifat menghambat
pertumbuhan bakteri
bacteriostatic dan
ada yang
bersifat membunuh
bakteri
bactericidal. Sulfonamid,
kloramfenikol, dan
tetrasikiklin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik. Sedangkan
sefalosforin, rifampisin, aminoglikosid, isoniazid, dan kotrimoksazol bekerja secara bakterisid Bilbiana dan Hastowo, 1992.
Konsentrasi minimal yang diperlukan untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri masing-masing dikenal sebagai nilai
MIC dan MBC. Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat menjadi bakterisid bila kadar antibakterinya ditingkatkan melebihi
MIC Setiabudy dan Gan, 1995.
2.4.2. Mekanisme Kerja Antibakteri a. Inhibitor Sintesis Dinding Sel
Kerusakan dinding
sel atau
penghambatan pada
pembentukannya dapat menyebabkan sel menjadi lisis. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yang merupakan kompleks
mukopeptida glikopeptida. Zat antibakteri menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri dengan menghambat keja enzim
traspeptidase dan enzim rasemase alanin atau dengan menghambat sintesa asam muramat. Senyawa penisilin dan sefalosforin yang secara
struktur mirip, dan senyawa-senyawa yang tidak mirip seperti sikloserin, vankomisin, dan basitrain merupakan zat antibakteri yang
bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel Setiabudy dan Gan, 1995; Chambers, 2007.
b. Inhibitor Fungsi Membran Sel
Senyawa yang
bekerja langsung
pada membran
sel mikroorganisme, mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan
kebocoran senyawa-senyawa intraselluler. Dalam hal ini termasuk senyawa yang bersifat detergen seperti polimiksin dan amfoterisin B
yang berikatan dengan sterol-sterol dinding sel Chambers, 2007. Kerusakan membran sel akan mengakibatkan keluarnya berbagai
komponen penting dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan lain-lain Setiabudy dan Gan, 1995.
c. Inhibitor Sintesis Protein Sel
Bakteri memiliki ribosom dengan 70S, sedangkan manusia memiliki 80S. Unit ribosom pada bakteri adalah 30S dan 50S.SÃntesis
protein dihambat dengan memengaruhi fungsi subunit ribosom 30S atau 50S sehingga menyebabkan penghambatan sÃntesis protein yang
reversibel dan mengakibatkan kematian sel. Obat bakteriostatik ini meliputi kloramfenikol, golongan tetrasiklin, eritromisin, klindamisin,
pristinamin dan aminoglikosida Setiabudy dan Gan, 1995; Chambers, 2007.
d. Inhibitor Sintesis Asam Nukleat
Antibakteri yang tergolong kelompok ini adalah golongan kuinolon dan rifampin. Dalam hal ini, derivat rifampin akan berikatan
dengan enzim polimerase-RNA pada sub unit sehingga menghambat sintesis RNA oleh enzim tersebut. Sementara asam nalidiksat bekerja
dengan menggaggu sintesis DNA . Sedangkan golongan kuinolon bekerja dengan menghambat topoisomerase Bilbiana dan Hastowo,
1992; Chambers, 2007
e. Inhibitor Metabolisme Sel Bakteri