Individu akan segera tertarik bila hal tersebut menarik minatnya. Bahkan seringkali apa yang terlihat sesuai dengan apa yang sebenarnya ingin dilihat.
2.2.3.4. Lingkungan budaya
Pengalaman-pengalaman pada berbagai kebudayaan yang berbeda dapat memengaruhi bagaimana informasi penglihatan itu diproses.
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
2.2.4.1. Faktor-faktor fungsional
Rakhmat 2005 menjelaskan bahwa faktor-faktor fungsional atau yang lazim disebut frame of referencekerangka rujukan ini berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk
stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Faktor-faktor personal yang menentukan persepsi antara lain; Perhatian, set
harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul, kebutuhan, sistem nilai, ciri kepribadian, dan gangguan kejiwaan Sarwono, 2000.
Dalam penjelasannya, Rakhmat 2005 memasukkan satu dari empat dalil yang diajukan oleh Krech dan Crutchfield yang berkenaan dengan persepsi ketiga
dalil yang lain masuk ke dalam faktor struktural, yakni persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa obyek-obyek yang mendapat tekanan
dalam persepsi seseorang biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Orang yang pergi ke pusat perbelanjaan karena lapar
akan mempersepsikan pusat perbelanjaan tersebut penuh dengan restoran atau kios-kios makanan.
2.2.4.2. Faktor-faktor struktural
Rakhmat 2005 menjelaskan, bahwa faktor-faktor struktural ini berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada
sistem saraf individu. Faktor-faktor ini bergerak menggunakan prinsip Gestalt, bila mempersepsikan sesuatu, individu memersepsikannya sebagai suatu
keseluruhan. Mereka tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya.
Lebih lanjut dalam penjelasannya, Rakhmat 2005 menyebutkan tiga dalil Krech dan Crutchfield yang terakhir: Kedua, medan perseptual dan kognitif selalu
diorganisasikan dan diberi arti, maksudnya individu mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Ketiga, sifat-sifat perseptual dan kognitif dari
substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat
individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya. Keempat, obyek atau peristiwa yang berdekatan
dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.
Berdasarkan pemaparan teoretik tentang persepsi di atas, maka faktor- faktor yang menentukan persepsi terhadap sinetron religius bernuansa mistis dapat
diartikan sebagai faktor-faktor yang menentukan proses pengorganisasian serta pemberian makna terhadap pola stimulus yang diindera dari sinetron religius
bernuansa mistis, sehingga pemirsa dapat memahami serta memberi arti terhadap sinetron tersebut.
2.3. Kerangka Berpikir
Religiusitas adalah hal substansial yang relevan diperbincangkan di sepanjang rentang kehidupan manusia, terutama dalam praktik menjadi Warga
Negara Indonesia, yang merupakan negara berketuhanan ini.
Thouless 1955 mengemukakan bahwa ada empat faktor yang memicu religiusitas dalam diri manusia, yaitu pengaruh pendidikan dan berbagai tekanan
sosial, faktor pengalamaan, faktor kebutuhaan serta faktor intelektual.
Menurut Hurlock 1980, dalam diri wanita dewasa awal akan terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang disebabkan oleh tuntutan sosial
dan psikologis. Pada fase inilah mereka mulai mengembangkan pola-pola perilaku, sikap dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama
sisa hidupnya.
Perubahan tersebut juga terjadi pada aspek religiusitas mereka, di mana biasanya sesudah orang menjadi dewasa ia telah dapat mengatasi keragu-raguan di