Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
agar terjadi reformasi menuju At- Tahiriyah yang lebih bermutu dan “merebut”
kepercayaan masyarakat. Masyarakat sebagai user sekaligus sebagai mitra M.A. At-Tahiriyah
tentu sangat berharap melihat perubahan-perubahan yang signifikan di lingkungan M.A. At-Tahiriyah. Dan perubahan-perubahan tersebut bisa
dimulai dari kepala M.A. At-Tahiriyah. Segala macam upaya perbaikan perlu dilakukan agar M.A. At-Tahiriyah
kembali menjadi pilihan utama orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Upaya-upaya tersebut memang telah dilakukan oleh kepala M.A. At-
Tahiriyah, namun sampai saat ini upaya-upaya tersebut belum mencapai hasil yang diharapkan. Penurunan jumlah murid terus terjadi.
Sebagai seorang pemimpin di sekolah, kepala M.A. At-Tahiriyah diharapkan mampu mengelola agar proses perbaikan dapat berjalan sesuai
dengan harapan. Dengan kepemimpinan yang baik, kepala sekolah bisa memberikan pengaruhnya terhadap bawahan agar melakukan hal-hal positif
bagi kemajuan sekolah. Keberadaan kepala sekolah dengan kepemimpinannya akan bisa membawa dampak besar bagi kemajuan M.A. At-Tahiriyah. Kepala
sekolah, selaku pemimpin seharusnya mampu “menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur,
memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi.”
3
Kemajuan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan manajerial kepala sekolah. Dengan kemampuan manajerial yang dimiliki
kepala sekolah ia akan mampu untuk mengarahkan bawahannya untuk mengikuti petunjuk dan arahan yang ia berikan. Sehingga cita-cita pendidikan
yang diinginkan bisa tercapai dengan hasil maksimal. Bawahan atau karyawan tidak bisa dipandang sebagai robot yang harus
bekerja sesuai dengan keinginan atasan. Kemampuan seorang manajer dalam “memanusiakan” karyawan sangat penting agar kepuasan kerja dapat dicapai.
Bawahan tentu tidak hanya semata-mata mengharapkan bayaran dari pekerjaan yang dilakukan. Karyawan yang sudah mapan dalam ekonomi akan
3
Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Jakarta: Indeks, 2005, h. 3
menjadikan bayaran sebagai sesuatu yang tidak penting dalam pekerjaannya, tapi kepuasan dalam bekerja menjadi tujuan. Kalau kita perhatikan di
pesantren-pesantren tradisonal banyak ustadz yang mengajar hanya bermodalkan keikhlasan. Namun mereka tidak pernah mengeluh dan tetap
semangat mengajar. Mereka akan merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika santrinya lulus dan sukses mengabdi di masyarakat. Sebaliknya
karyawan yang taraf ekonomi lemah mengharapkan bayaran yang sesuai dan tepat waktu.
Setelah bertahun-tahun, penaksiran tentang pentingnya bayaran untuk memanajemeni organisasi mengalami berbagai perubahan. Pertama,
bayaran dianggap sebagai cara utama, atau satu-satunya cara untuk memotivasikan orang-orang untuk bekerja. Kemudian bayaran dianggap
tidak terlalu penting. Akhir-akhir ini, para ahli ilmu keperilakuan sekali lagi menunjukan kesadaran akan pentingnya bayaran. Barangkali
sebagai akibat perubahan dalam pandangan, ada kemungkinan untuk melihat bayaran dengan pandangan yang lebih realistik dan seimbang.
Bayaran dapat dia dianggap sebagai penting dalam dua hal:
1. Untuk memelihara perdamaian industri, untuk menghindari rasa
ketidakadilan dan kekecewaan. 2.
Untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan para anggota organisasi jika diurus dengan baik.
4
Kemampuan manajerial kepala sekolah sangat penting artinya demi kemajuan sekolah. Output dari sekolah diharapkan mampu bersaing di segala
bidang. Sayang sekali sebagian sekolah seperti M.A At-Tahiriyah akhir-akhir ini mulai ditinggalkan masyarakat.. Padahal madrasah menjanjikan
kemampuan lebih bagi lulusannya. Lulusan madrasah diharapkan tidak hanya menguasai di bidang agama saja, tapi juga mampu bersaing dalam bidang
keilmuan lainnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan zaman,
tuntutan masyarakat terhadap sebuah lembaga pendidikan semakin tinggi pula. M.A. At-Tahiriyah tidak hanya dituntut untuk bisa melahirkan generasi yang
mempunyai bekal imtaq saja, namun juga menguasai iptek sebagai bekal menghadapi tantangan Era Elobalisasi. Ketidaksiapan sekolah dalam
4
Dov Elizur, Evaluasi Pekerjaan, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1991, h. 19
menghadapi persaingan di Era Globalisasi inilah yang kemudian menyebabkan penurunan jumlah murid di M.A. At-Tahiriyah.
Kondisi tersebut tentunya merupakan tantangan dan tanggung jawab yang besar bagi kepala sekolah yang ada sekarang untuk mengembalikan
kejayaan dan kebesaran M.A At-Tahiriyah sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas yang dulu pernah dimiliki.
Jumlah murid yang sedikit merupakan tantangan tersendiri bagi kepala sekolah. Ini akan memicu kreatifitasnya agar bisa memajukan M.A. At-
Tahiriyah kembali. Kemampuan manajerial merupakan hal mutlak yang harus dimiliki agar bisa mengarahkan bawahannya untuk bekerja lebih baik lagi.
Apa pun jenis pekerjaan yang dilakukan, profesi apa pun, di mana pun pekerjaan dan profesi dilaksanakan, keberhasilan ditentukan oleh ketegaran
dalam melewati tantangan, dan tidak surutnya tekad untuk memecahkan permasalahan. Permasalahanlah yang memberikan peluang kepada setiap
orang untuk mencapai keberhasilan.
5
Dengan adanya permasalahan maka akan menjadikan kreatifitas dan kemampuan seseorang semakin bertambah. Pengalaman merupakan guru
terbaik untuk mencapai kemajuan. Jadi permasalahan yang ada harus dipandang sebagai bahan pelajaran yang akan menjadikan hidup lebih maju di
masa yang akan datang. Permasalahan yang dihadapi M.A. At-Tahiriyah yang disebabkan oleh
semakin menurunnya jumlah murid justru merupakan sebuah tantangan bagi segenap personel yang ada di M.A. At-Tahiriyah. Kepala sekolah sebagai
manajer berada di garda terdepan untuk memimpin para guru dalam memajukan sekolah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Kemampuan Manajerial Kepala M.A. At- Tahiriyah Jakarta”
5
Erry Riyana, Hardjapamekas, Esensi Kepemimpinan Mewujudkan Visi Menjadi Aksi, Jakarta: Elex Komputindo, 2000, h. 124