Perbandingan Hasil Perawatan Resesi Gingiva Antara Dua Teknik Cangkok Jaringan Ikat Subepitel.

BAB 4 EVALUASI HASIL PENUTUPAN AKAR GIGI YANG TERSINGKAP

DENGAN TEKNIK CANGKOK JARINGAN IKAT SUBEPITEL Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hasil penutupan akar gigi yang tersingkap dengan berbagai teknik. Pada bab ini akan dibahas mengenai perbandingan hasil perawatan resesi gingiva antara dua teknik cangkok jaringan ikat subepitel, perbandingan antara teknik cangkok jaringan ikat subepitel dengan matriks dermal aselular allograft, evaluasi hasil penutupan akar gigi yang tersingkap yang dilakukan pada gigi molar,dan evaluasi penutupan akar gigi pada pasien yang merokok dan tidak merokok.

4.1 Perbandingan Hasil Perawatan Resesi Gingiva Antara Dua Teknik Cangkok Jaringan Ikat Subepitel.

Teknik amplop merupakan teknik yang diperkenalkan oleh Raetzke 1985 dimana cangkok yang diperoleh dari palatal ditempatkan langsung pada permukaan akar yang tersingkap dengan memasukkan cangkok kedalam amplop yang dibuat di sekeliling permukaan akar gigi yang tersingkap dengan insisi ketebalan sebagian. Untuk mengetahui hasil perawatan resesi gingival dengan teknik amplop dan flep posisi koronal yang sama-sama dikombinasikan dengan cangkok jaringan ikat, akan dikutip penelitian yang akan dilakukan oleh Cordioli G. dkk menggunakan sampel 21 pasien yang sehat secara sistemik 13 wanita dan 8 pria, dengan resesi gingival klas I dan II menurut klasifikasi Miller. 10 Universitas Sumatera Utara Pasien secara acak dibagi kedalam dua kelompok terdiri dari 10 pasien yang dirawat dengan teknik amplop kelompok A, berusia antara 24 dan 56 tahun rata- rata usia 38±11,5 dan 11 pasien yang dirawat dengan flep posisi koronal, berusia antara 25 dan 50 tahun rata-rata usia 34,6±8,5 tahun. Pada kelompok A dan kelompok flep posisi koronal masing-masing terdapat 31 resesi yang hasil perawatannya diukur lagi setelah 12 sampai 18 bulan. Hasil perawatan disajikan pada tabel 1. 10 Tabel 1. Parameter sebelum dan sesudah perawatan mukogingiva. Cordioli G, Mortarino C, Chierico A, Grusovin MG, Majzoub Z. Comparison of 2 Techniques of Subepithelial Connective Tissue Graft in The Treatment of Gingival Recession. J Periodontal 2001;72:147 Kelompok flep posisi koronal Kelompok Amplop Parameter Pra Bedah Bedah Pasca Bedah Pra Bedah Bedah Pasca Bedah Resesi BSE-TG mm 3,5±1,1 - 0,2±0,4 3,6±1,2 - 0,5±0,7 Tersingkapnya cangkokan mm - 0,5±0,6 - - 2,8±1,1 - Jaringan Berkeratin mm 2,0±1,5 - 2,7±1,6 1,4±1,1 - 4,5±1,1 Keseluruhan nilai diatas ditulis sebagai rata-rata ±standar deviasi. BSE=Batas Sementum Enamel;TG=Tepi Gingiva Universitas Sumatera Utara Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh pada pemeriksaan resesi gingiva kedua kelompok terjadi perbaikan, tetapi bila dibandingkan hasil perawatan pasca bedah pada kedua kelompok tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik . Begitu juga dengan tersingkapnya cangkokan, lebih besar pada kelompok A teknik amplop dibandingkan kelompok flep posisi koronal yang masing-masing dikombinasikan dengan cangkok jaringan ikat. Peningkatan jaringan berkeratin lebih besar terjadi pada kelompok A dibandingkan kelompok flep posisi koronal, tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik. 4.2 Perbandingan Antara Teknik Cangkok Jaringan Ikat Subepitel Dengan Matriks Dermal Aselular Alograf. Matriks dermal aselular MDA atau Acellular Dermal Matrix merupakan jaringan yang dibeku-keringkan, bebas sel, terdiri dari matriks kulit dengan kolagen dan matriks ekstraseluler serat elastik, yang berasal dari material allogen dari kulit manusia yang kemudian dihilangkan target antigen sel imunitas medianya. Pada bedah plastik periodontal MDA digunakan untuk menggantikan donor dari daerah palatal. Haghighati F. dkk telah meneliti 9 pasien 4 wanita dan 5 pria berusia 24-25 tahun rata-rata usia 35 tahun dengan 32 daerah resesi klas I dan II berdasarkan klasifikasi Miller. Hanya gigi anterior dan premolar dengan resesi gingiva ≥2mm pada bagian bukal dirawat. Antara kriteria eksklusi adalah: 11 1. Penyakit sistemik yang memberi efek pada jaringan periodontal 2. Alergi terhadap pengobatan atau bahan yang digunakan Universitas Sumatera Utara 3. Pasien yang diindikasikan untuk pengobatan antibiotik profilaksis 4. Pasien merokok 5. Perawatan steroid 6. Wanita hamil 7. Oral higene yang buruk 8. Pasien yang tidak kooperatif 9. Restorasi permukaan akar 10. Gigi goyang Setiap pasien dijelaskan mengenai struktur, resiko dan manfaaat dari prosedur dan memberikan inform consent sebelum perawatan. Persediaan sebelum bedah dilakukan instruksi oral higenes, skeling dan penyerutan akar, aplikasi pasta polish yang kurang abrasive, dan perbaikan oklusal apabila perlu. 11 Semua parameter klinis diukur dengan menggunakan prob periodontal Williams dan hasil penelitian adalah seperti berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Rata-rata standard deviasi kedalaman resesi, keluasan resesi, dan level perlekatan klinis pada baseline, 6 minggu, 12 minggu dan 24 minggu setelah bedah. Haghighati F,Mousavi M, Moslemi N. Comparative Clinical Evaluation of Subepithelial Connective Tissue Graft and Acellular Dermal Matrix Allograft for The Treatment of Gingival Recession. J Dent 2006;3:164 Parameter mm Baseline 6 minggu 12 minggu 24 minggu Perbedaan minggu ke 24 dan baseline Kedalaman Resesi ADMA 4,561,31 1,691,19 1,361,19 1,501,21 2,531,1 SCTG 3,41,4 2,471,09 2,441,09 1,00,93 2,311,1 Keluasan Resesi ADMA 1,001,37 0,931,43 0,871,45 2,941,44 3,811,05 SCTG 2,001,26 1,871,15 1,871,41 2,001,67 3,871,14 Level perlekatan klinis ADMA 4,561,31 1,361,19 1,191,09 1,501,21 3,061,61 SCTG 5,252,02 2,471,09 2,441,09 2,371,31 2,881,82 Tabel 2 menunjukkan hasil perawatan setelah 24 minggu pada kelompok kontrol dan kelompok uji. Pada kedua kelompok terlihat tidak banyak perbedaan yang signifikan secara statistik dalam hal kedalaman resesi, keluasan resesi dan level perlekatan klinis. Pada kelompok cangkok jaringan ikat subepitel rata-ratastandard deviasi kedalaman resesi berkurang dari 3,41,4 mm pada baseline kepada 1,00,93 mm setelah 24 minggu. Rata-rata perubahan kedalaman resesi adalah sebanyak Universitas Sumatera Utara 2,311,1mm. Manakala untuk kelompok Matriks dermal aselular allograft, terjadi pengurangan kedalaman resesi dari 2,90,92 pada baseline menjadi 0,40,66 setelah 24 minggu. Rata-rata perubahan kedalaman resesi adalah sebanyak 2,531,1mm. Perbedaan keluasan resesi hasil perawatan tidak begitu signifikan secara statistik untuk kedua kelompok. Pada kelompok Matriks dermal aselular allograf, perbedaan antara baseline dan 24 minggu setelah perawatan adalah sebanyak 3,811,85 mm. Manakala pada kelompok cangkok jaringan ikat subepitel perbedaan antara baseline dan 24 minggu setelah perawatan adalah sebanyak 3,871,14 mm. Begitu juga dengan level perlekatan klinis yang menunjukkan terjadi peningkatan sebanyak 3,06 1,61 mm untuk kelompok Matriks dermal aselular allograf dan 2,881,82 untuk kelompok cangkok jaringan ikat subepitel.

4.3 Evaluasi Penutupan Akar Gigi dengan Teknik Cangkok Jaringan Ikat Subepitel Pada Gigi Molar