dalam jabatan fungsional. SMF memiliki tugas melaksanakan diagnosa, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan,
penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan. Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas memberikan pertimbangan
kepada Direktur Utama dalam hal menyusun dan merumuskan medicoetikolegal dan etik pelayanan rumah sakit, penyelesaian masalah etik kedokteran, etik rumah
sakit serta penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik pelayanan rumah sakit, pemeliharaan etika penyelenggaraan fungsi rumah sakit, kebijakan yang terkait
dengan Hospital Bylaws serta Medical Staff Bylaws gugus bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di rumah sakit.
c. Satuan Pemeriksaan Intern
Satuan Pemeriksaan Intern SPI adalah satuan kerja fungsional yang bertugas melaksanakan pemeriksaan intern rumah sakit. Satuan Pemeriksaan
Intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
d. Instalasi
Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah
sakit. Instalasi berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur yang dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur
Utama. Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-tenaga fungsionalnon medis.
3.2 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik No. OT.01.01.IV.2.118682009 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Instalasi
Universitas Sumatera Utara
Farmasi RSUP H. Adam Malik tanggal 01 April 2009, IFRS dipimpin oleh seorang kepala instalasi. Dalam melaksanakan kegiatan IFRS, kepala instalasi
dibantu oleh wakil kepala instalasi farmasi, tata usaha, lima kelompok kerja dan empat depo. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dapat
dilihat pada Gambar 3.2. di bawah ini.
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Falsafah pelayanan farmasi menurut Surat Keputusan Direktur Utama
RSUP H. Adam Malik No OT.01.03IV.1418662009 adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada
Direktur Umum dan Operasional
Ka. Instalasi Farmasi Wa.Ka. Instalasi Farmasi
Ka. Tata Usaha
Ka. Pokja Farmasi
Klinis Ka. Pokja
Perencanaan dan Evaluasi
Ka. Pokja Perbekalan
Ka. Pokja. Apotik I
Ka. Pokja. Apotik II
Ka. Depo Farmasi IGD
Ka. Depo Farmasi Rindu A
Ka. Depo Farmasi Rindu B
Ka.Depo Farmasi CMU Lt III
Wa.Ka Pokja Perbekalan
Wa. Ka. Depo Farmasi Rindu A
Wa. Ka. Depo Farmasi Rindu B
Wa. Ka. Depo CMU Lt III
Universitas Sumatera Utara
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Fungsi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik adalah: a.
melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan instalasi farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian.
b. melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H.
Adam Malik serta melaksanakan evaluasi dan SIMRS instalasi farmasi. c.
melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi di gudang instalasi farmasi dan memproduksi obat-obat
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. d.
mendistribusikan perbekalan farmasi ke seluruh satuan kerjainstalasi di lingkungan RSUP H. Adam Malik untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat
inap, gawat darurat dan instalasi-instalasi penunjang lainnya. e.
melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinis. f.
melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
3.2.1 Kepala Instalasi Farmasi
Kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi
dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan di bidang kefarmasian di RSUP H. Adam Malik. Kepala Instalasi Farmasi berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Umum dan Operasional.
3.2.2 Wakil Kepala Instalasi Farmasi
Wakil Kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu Kepala Instalasi Farmasi untuk menyelenggarakan,
mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh
Universitas Sumatera Utara
kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, menggantikan tugas Kepala Instalasi Farmasi
apabila berhalangan hadir.
3.2.3 Tata Usaha Farmasi
Kepala Tata Usaha Farmasi bertugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan,
kerumahtanggaan, mengarsipkan surat masuk dan keluar serta urusan kepegawaian instalasi farmasi.
3.2.4 Kelompok Kerja 3.2.4.1 Pokja Perbekalan
Pokja perbekalan dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan
pengendalian stok perbekalan farmasi, peracikan, pembuatan, pengemasan kembali perbekalan farmasi serta administrasi perbekalan farmasi dan
melaksanakan SIMRS instalasi farmasi.
3.2.4.2 Wakil Kepala Pokja Perbekalan
Wakil kepala pokja perbekalan bertugas membantu Kepala Pokja Perbekalan untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi, peracikan pembuatan pengemasan kembali, perbekalan farmasi serta
administrasi perbekalan farmasi, melaksanakan SIMRS instalasi farmasi.
3.2.4.3 Pokja Apotek
Universitas Sumatera Utara
Pokja Apotek terbagi dua, yaitu pokja Apotek I dan pokja Apotek II yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas menyelenggarakan dan
mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi
untuk pasien rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi. Pokja Apotek I melayani pasien Askes rawat jalan dan
pasien umum rawat jalan. Sedangkan pokja apotek II melayani pasien Jamkesmas rawat jalan dan rawat inap di luar jam kerja, pasien Askes rawat inap, pasien
umum, pasien perusahaan, pasien hemodialisa rawat jalan dan rawat inap.
3.2.4.4 Pokja Farmasi Klinis
Pokja Farmasi Klinis dipimpin oleh seorang apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan
Farmasi Klinik dan melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi
dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Farmasi Klinis. Pelayanan Farmasi Klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien
dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat.
Pelayanan farmasi klinik meliputi: 1.
Pengkajian dan Pelayanan Resep
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencengahan terjadinya kesalahan pemberian
obat medication error. Tujuan pengkajian dan pelayanan resep untuk menganalisa adanya masalah
terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai dengan
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi: • Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan serta tinggi badan pasien.
• Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter. • Tanggal resep.
• Ruanganunit asal resep. Persyaratan farmasetik meliputi:
• Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan. • Dosis dan jumlah obat.
• Stabilitas. • Aturan dan cara penggunaan.
Persyaratan klinis meliputi: • Ketepan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat.
• Duplikasi pengobatan. • Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD.
Universitas Sumatera Utara
• Kontraindikasi. • Interaksi obat.
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh obatsediaan seluruh obatsediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawancara atau data rekam medikpencatatan penggunaan obat pasien. Tujuan penelusuran riwayat penggunaan obat:
a. Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medik
pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi penggunaan obat.
b. Melakukan verifikasi riwayat penggunaaan obat yang diberikan oleh
tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan.
c. Mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki
ROTD. d.
Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat. e.
Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat. f.
Melakukan penilaian rasionelitas obat yang diresepkan. g.
Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang digunakan.
h. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat.
i. Melakukan penilaian terhadap tehnik penggunaan obat.
j. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu
kepatuhan minum obat.
Universitas Sumatera Utara
k. Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter. l.
Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan penggobatan alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.
Kegiatan yang dilakukan oleh apoteker meliputi: a.
Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasienkeluarganya. b.
Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan:
• Nama obat termasuk obat non resep, dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat.
• Reaksi obat yang tiak dikehendaki termasuk riwayat alergi. • Kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat jumlah obay yang tersisa.
3. Pelayanan Informasi Obat PIO
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan yang lainnya serta pasien dan pihak lain diluar rumah sakit.
Tujuan pelayanan informasi obat: a.
Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit dan pihak lain diluar rumah sakit.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obatperbekalan farmasi, terutama bagi KomiteSub Komite Farmasi dan Terapi.
c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan:
Universitas Sumatera Utara
a. Menjawab pertanyaan.
b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.
c. Menyediakan informasi bagi KomiteSub Komite Farmasi dan Terapi
sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit. d.
Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya. f.
Melakukan penelitian. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. Sumber daya manusia.
b. Tempat.
c. Perlengkapan.
4. Konseling
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasienkeluarga pasien yang dilakukan secara sistematik untuk memberikan
kesempatan kepada pasienkeluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran sehingga pasienkeluarga
pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan
keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam
menjalankan terapi. Tujuan khusus:
a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien.
Universitas Sumatera Utara
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien.
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat.
d. Membantu pasien untu mangatur dan menyesuaikan penggunaan obat
dengan penyakitnya. e.
Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. f.
Mencengah dan meminimalkan masalah terkait obat. g.
Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalah dalam hal terapi. h.
Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan. i.
Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.
Kegiatan: a.
Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien. b.
Mengidentifikasi tingkat pemahaman tentang penggunaan obat melalui Three Prime Quiestion.
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat. d.
Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat.
e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien.
f. Dokumentasi.
Faktor yang perlu diperhatikan: 1.
Kriteria Pasien • Pasien kondisi khusus pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal dan
hati, ibu hamil dan menyusui.
Universitas Sumatera Utara
• Pasien dengan terapi jangka panjangpenyakit kronis TB, DM, epilepsi, dll.
• Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instriksi khusus penggunaan kortikosteroid dengan tappering downloff.
• Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit digoksin, phenytoin.
• Pasien yang menggunakan banyak obat polifarmasi. • Pasien yang mempunyai riwayat kepatujhan rendah.
2. Sarana dan Prasarana
• Ruangan dan tempat konseling. • Alat bantu konseling kartu pasiencatatan konseling.
5. Pemantauan Terapi Obat PTO
Pemantauan Terapi Obat PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD.
Kegiatan: a.
Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD.
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.
Tahapan pemantauan terapi obat: a.
Pengumpulan data pasien. b.
Identifikasi masalah terkait obat. c.
Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
Universitas Sumatera Utara
d. Pemantauan.
e. Tindak lanjut.
Faktor yang harus diperhatikan: a.
Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini dan terpercaya.
b. Kerahasian informasi.
c. Kerjasama dengan tim kesehatan lain dokter dan perawat.
6. Monitoring Efek Samping Obat MESO
Monitoring Efek Samping Obat MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki ROTD yang terjadi pada
dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait
dengan kerja farmakologi. Tujuan:
a. Menemukan Efek Samping Obat ESO sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang. b.
Menemukan frekuensi dan insiden Efek Samping Obat yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan.
c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkanmempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya Efek Samping Obat. d.
Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yag tidak dikehendaki. e.
Mencengah terulanganya kejadian reaksi obat yag tidak dikehendaki. Kegiatan pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat ESO:
a. Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Universitas Sumatera Utara
b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami ESO. c.
Mengevaluasi laporan ESO algoritme Naranjo. d.
Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di KomiteSub Komite Farmasi dan Terapi.
e. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan: a.
Kerjasama dengan Komite Farmasi dan Terapi dan ruang perawat. b.
Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat. 7.
Visite Visite merupakan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker
secara mandiri atau bersama tim tenagan kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi
obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional dan menyajikan onformasi obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya. Visite juga dilakukan kepada pasien yang sudah keluar dari rumah sakit atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Home Pharmacy Care. Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi
mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.
8. Evaluasi Penggunaan Obat EPO
Evaluasi Penggunaan Obat EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan: a.
Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan. b.
Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu. c.
Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. Kegiatan praktek EPO:
a. Mengevaluasi penggunaan obat secara kualitatif algoritme Gyssen.
b. Mengevaluasi penggunaan obat secara kuantitatif metode ATCDDD.
Metode ATCDDD Anatomycal Therapeutic Chemical Classification System with Defined Daily Doses
adalah sistem pembagian kelas terapi obat. Sistem ini merupakan instrument dalam penelitian penggunaan obat
dalam rangka peningkatan mutu penggunaan obat.
Faktor yang perlu diperhatikan: a.
Indikator peresepan. b.
Indikator pelayanan. c.
Indikator fasilitas. 9.
Dispensing Sediaan Khusus Dispensing sediaan khusus steril harus dilakukan di instalasi farmasi
rumah sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin stabilitas dan sterilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat. Tujuan:
a. Menjamin stabilitas dan sterilitas produk.
b. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya.
c. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
Universitas Sumatera Utara
9.1 Pencampuran Obat Suntik Melakukan pencampuaran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang
menjamin kompatibilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.
Kegiatan: a.
Mencampur sediaan intravena kedalam cairan ifus. b.
Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai.
c. Mengemas menjadi sediaan siap pakai.
Faktor yang perlu diperhatikan: a.
Ruangan khusus. b.
Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet. c.
HEPA Filter. 9.2 Penyiapan Nutrisi Parenteral
Penyiapan nutrisi parenteral merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai
kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.
Kegiatan: a.
Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan.
b. Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi.
Faktor yang perlu diperhatikan: a.
Tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, ahli gizi. b.
Sarana dan prasarana.
Universitas Sumatera Utara
c. Ruangan khusus.
d. Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet.
e. Kantong khusus pencampuran untuk nutrisi parenteral.
9.3 Penanganan Sedian Sitostatika Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan Siap
pakai sesuai dengan kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan
obatnya dari efek toksik dan kontaminasi dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi maupun proses pemberian
pada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai. Kegiatan:
a. Melakukan perhitungan dosis secara akurat.
b. Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai.
c. Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan.
d. Mengemas dalam kemasan tertentu.
e. Membuang limbah sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Faktor yang perlu diperhatikan: a.
Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai. b.
Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet. c.
HEPA Filter. d.
Alat pelindung diri. e.
Sumber daya manusia yang terlatih. f.
Cara pemberian obat kanker.
Universitas Sumatera Utara
10. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah PKOD
Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas
usulan dari apoteker kepada dokter. Tujuan:
a. Mengetahui kadar obat dalam darah.
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
Kegiatan: a.
Memisahkan serum dan plasma darah. b.
Memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma dengan menggunakan alat TDM Therapeutic Drug Monitoring.
c. Membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: a.
Alat Therapeutic Drug Monitoringinstrumen untuk mengukur kadar obat. b.
Reagen sesuai obat yang diperiksa.
3.2.4.5 Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Pokja Perencanaan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang apoteker yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung Kepada kepala Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan
perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan
melaksanakan SIMRS Instalasi Farmasi serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Perencanaan dan
Evaluasi.
Universitas Sumatera Utara
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIMRS adalah suatu sistem yang berhubugan dengan pengelolaan data, pengumpulan data, penyajian
infirmasi analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan Rumah Sakit. Teknologi informasi merupakan salah
satu teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini dengan kemajuan teknologi informasi, pengaksesan data atau informasi yang tersedia dapat berlangsung
dengan cepat, efisien serta akurat. Hal ini jugalah yang menjadi pertimbangan RSUP H. Adam Malik untuk melakukan Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit berbasis komputer. Saat ini RSUP H. Adam Malik telah menggunakan Sistem Informasi
Rumah Sakit berbasis komputer yaitu dengan sistem on line ke berbagai instalasi. Aplikasi Sistem Informasi membantu setiap instalasi agar mudah memperoleh
pelayanan dan informasi seluruh data, pegolahan data, penyajian informasi, serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.
Pelayanan Instalasi Farmasi merupakan dalah satu pelayanan utama yang menunjang kegiatan pelayanan di lingkungan Rumah Sakit dalam menjalankan
fungsinya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Instalasi farmasi bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi berupa obat yang
digunakan semua unit di lingkungan Rumah Sakit untuk pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Sistem informasi ini sangat menguntungkan bagi instalasi
farmasi secara on line sehingga kebutuhan obat-obatan dapat langsung diseduakan
untuk depo yang bersangkutan. Hal ini dapat mempermudah dan mempercepat pekerjaan setiap SDM yang bertugas dalam pengelolaan perbekalan farmasi.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIMRS juga mempermudah bagian pokja perencanaan dan evaluasi untuk mengelola perbekalan farmasi,
Universitas Sumatera Utara
mulai dari mebuat perencanaan perbekalan farmasi yang harus disediakan untuk semua depo yang ada di Rumah Sakit tanpa harus mengumpulkan data ke setiap
depo yang ada, sampai pembuatan laporan perbekalan farmasi. Pokja perencanaan dan evaluasi merupaka administrasi bagi aplikasi SIMRS di instalasi farmasi yang
bertanggung jawab menyususn data base atau master barang untuk setiap perbekala farmasi yang beredar di Rumah Sakit, baik jenis, spesifikasi, harga dan
lain-lain. Jadi dengan adanya Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit ini, sangat membantu untuk kemajuan dan perkembangan RSUP H. Adam Malik.
3.2.5 Depo Farmasi 3.2.5.1 Depo Farmasi Rindu A
Depo farmasi Rindu A dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi RSUP
H. Adam Malik, yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan
farmasi serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di Ruang Inap Terpadu A. Sistem
distribusi obat yang dilakukan di Rindu A adalah secara One Day Dose Dispensing
ODDD.
3.2.5.2 Wakil Kepala Depo Farmasi Rindu A
Wakil Kepala Depo Farmasi Rindu A bertugas membantu Kepala Depo Farmasi Rindu A untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi terhadap kebutuhan
perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap terpadu A.
3.2.5.3 Depo Farmasi Rindu B
Universitas Sumatera Utara
Depo farmasi rindu B dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi RSUP H.
Adam Malik, yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan
farmasi serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di Ruang Inap Terpadu B. Sistem
distribusi obat yang dilakukan di Rindu B adalah secara One Day Dose Dispensing
ODDD untuk obat injeksi dan Three Days Dose Dispensing untuk obat oral.
3.2.5.4 Wakil Kepala Depo Farmasi Rindu B
Wakil Kepala Depo Farmasi Rindu B bertugas membantu kepala depo farmasi rindu B untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap terpadu B.
3.2.5.5 Depo Farmasi CMU Lantai III
Depo Farmasi CMU Lantai III dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi RSUP
H. Adam Malik, yang bertugas menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok
perbekalan farmasi serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien Instalasi Bedah Pusat IBP dan
Instalasi Anestesi dan Reanimasi secara sistem dosis individual dan sistem floor stock
. Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi.
Universitas Sumatera Utara
3.2.5.6 Wakil Kepala Depo Farmasi CMU Lantai III
Wakil Kepala Depo Farmasi CMU lantai III bertugas membantu Kepala Depo Farmasi CMU lantai III menyelenggarakan dan mengkoordinasikan
terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi terhadap
kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien instalasi bedah pusat dan instalasi
anaestesi dan reanimasi. 3.2.5.7 Depo Farmasi IGD
Depo Farmasi IGD dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam
Malik, yang bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien Instalasi Instalasi Gawat Darurat IGD.
3.3 Instalasi Cental Sterilized Supply Department CSSD
Instalasi Sterilisasi Pusat adalah satu unit kerja yang merupakan fasilitas, penyelenggaraan, kegiatan pelayanan kebutuhan steril yang dipimpin oleh seorang
kepala instalasi yang berada dibawah Direktur Umum dan Operasional. Pelayanan sterilisasi adalah kegiatan yang memproses semua bahan,
peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medis di rumah sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian
tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan CSSD adalah: 1.
Melakukan sterilisasi instrument dan linen untuk kebutuhan kamar operasi
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan sterilisasi untuk kebutuhan IGD
3. Melakukan sterilisasi untuk kebutuhan catheterisasibedah jantung
4. Melakukan sterilisasi ruangan dengan fogging dan UV lamp
5. Melakukan Re-USE dengan gas Etylen oxyde
Sasaran dari kegiatan yang dilakukan adalah tercapainya kebutuhan steril untuk seluruh lingkungan rumah sakit, mencegah terjadinya infeksi nosokomial
seminimal mungkin dan mempertahankan mutu hasil sterilisasi dengan melakukan monitoring terhadap proses dan hasil sterilisasi.
Untuk mendapatkan pelayanan CSSD yang optimal disediakan ruangan yang memadai yang terdiri atas:
- Ruang pencucian
- Ruang kerja
- Ruang steril penyimpanan barang steril yang memenuhi syarat.
Instalasi Sterilisasi Pusat dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil kepala instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya. Struktur Organisasi
Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik dapat dilihat pada gambar 3.3 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Instalasi Central Sterilized Supply Department
CSSD RSUP H. Adam Malik
3.4 Instalasi Gas Medis