Pengetahuan Dan Motivasi Suami Dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Periode Februari-Maret 2009.

(1)

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SUAMI DALAM MERAWAT

ISTRI PASCA SEKSIO SESARIA DI RUANG V KEBIDANAN RSU

Dr. PIRNGADI MEDAN PERIODE

FEBRUARI 2009-MARET 2009

OLEH :

TETTY LOURENA SIHOTANG NIM. 085102083

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Imiah, Juni 2009

Tetty Lourena Sihotang NIM. 085102083

Pengetahuan Dan Motivasi Suami Dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Periode Februari-Maret 2009.

ix + 46 halaman + 5 tabel + 7 lampiran

Abstrak

Seksio sesaria adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) mengeluarkan satu bayi atau lebih.

Di Indonesia setiap tahun terjadi 13.815 kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan nifas. Di sumatera Utara setiap tahun 132 angka kematian ibu. Partipasi suami sangat diperlukan dalam merawat ibu pasca seksio sesaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari-Maret 2009. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi penelitian berjumlah 33 orang dan sampel dalam penelitian ini seluruh populasi akan dijadikan sampel sebanyak 33 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner meliputi data karakteristik responden, pengetahuan dan motivasi dalam merawat istri pasca seksio sesaria. Hasil penelitian sebagian besar responden berumur 39-45 tahun sebanyak 16 orang (48,4%). Pendidikan sebagian besar SLTA sebanyak 25 orang (75,8%) dan Pekerjaan sebagian besar memiliki pekerjaan wiraswasta sebanyak 20 orang (60,6%). Berdasarkan pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 22 orang (66,6%) dan motivasi baik sebanyak 23 orang (69,7%).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan suami cukup dan motivasi suami baik.Sebaiknya petugas kesehatan memberi penkes kepada para suami untuk dapat menambah pengetahuan suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria sehingga motivasinya nanti akan tetap baik

Kata kunci : pengetahuan, motivasi, dalam merawat istri pasca seksio sesaria. Daftar pustaka : 27 (1998-2008)


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Pengetahuan Dan Motivasi Suami Dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Periode Februari 2009 -Maret 2009.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Program D-IV Bidan Pendidik tahun ajaran 2008/2009.

Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, baik bantuan moril maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan yang berharga ini penulis sepatutnya mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Prof.Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis mengikuti pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik.

2. Prof.dr. Guslihan Dasa Tjipta Sp.A(K) selaku Ketua Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Murniati Manik, MSc, Sp.KK selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(4)

4. Dr. Juliandi Harahap,MA, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Dr. Ichwanul Adenin, SpOG selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

6. Idau Ginting, SST,M.Kes, selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

7. Dr.H.Syahrial R Anas, MHA, selaku kepala badan pelayanan kesehatan RSU Dr.Pirngadi Kota Medan yang telah mengizinkan saya untuk mengadakan penelitian di RSU tersebut

8. Nurhayati, SST selaku kepala ruang V kebidanan RSU Dr.Pirngadi Medan. 9. Bapak, Ibu , kakak dan adik-adik ku tersayang, yang telah memberikan motivasi

baik moril maupun materil serta doa restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

10.Semua teman-teman seangkatan tahun ajaran 2008/2009 yang telah memberikan dukungan dan persahabatan selama ini, terimakasih buat semua orang yang belum penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, untuk itu penulis mengaharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.


(5)

Medan, Juni 2009 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUHAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengetahuan ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Tingkatan Pengetahuan ... 8

B. Motivasi ... 10

1. Pengertian ... 10

2. Hukum Motivasi ... 10

3. Jenis Motivasi ... 12

4. Cara Memotivasi ... 11

5. Jenis Motivator ... 12

6. Penghancur Motivasi ... 13

C. Seksio Sesaria ... 14

1. Pengertian ... 14


(7)

3. Sebab-sebab Seksio Sesaria ... 15

4. Resiko Seksio Sesaria ... 19

D. Perawatan dan Pemulihan Pasca Operasi Seksio Sesaria .. 22

1. Gizi ... 22

2. Mobilisasi ... 23

3. Penyembuhan luka ... 24

4. Nyeri ... 26

5. Buang Air Besar ... 26

6. Membersihkan Diri ... 26

7. Istirahat ... 27

BAB III : KERANGKA PENELITIAN ... 28

A. Kerangka Konsep ... 28

B. Defenisi Operasional ... 29

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Desain Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 30

1. Populasi ... 30

2. Sampel ... 30

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

1. Lokasi Penelitian ... 31

2. Waktu Penelitian ... 31

D. Pertimbangan Etik Penelitian ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Pengumpulan Data ... 33

G.Analisa Data ... 33

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian………. .... 34

1. Karakteristik responden ... 34 2. Pengetahuan Suami Dalam Merawat istri Pasca seksio


(8)

sesaria ... 35

3. Motivasi Suami Dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria. 36 B. Pembahasan Penelitian ... 38

1. Pengetahuan Suami Dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria ... 38

2. Motivasi Suami dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria ... 40

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 42


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden tentang pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009 ... 35 Tabel 5.2 Distribusi pengetahuan responden dalam merawat istri pasca

seksio sesaria di RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari

2009-Maret 2009 ... 36 Tabel 5.3 Distribusi motivasi responden dalam merawat istri pasca seksio

sesaria di RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009 ... 37 Tabel 5.4 Distribusi pernyataan tentang pengetahuan responden dalam

merawat istri pasca seksio sesaria di RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009 ... 37 Tabel 5.5 Distribusi pernyataan tentang motivasi responden dalam

merawat istri pasca seksio sesaria di RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari-Maret 2009 ... 38


(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 1. Kerangka konsep penelitian pengetahuan dan motivasi suami


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Content Validity

Lampiran 4. Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 5. Surat Balasan Dari RSU Dr. Pirngadi Medan Lampiran 6. Master Data


(12)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Imiah, Juni 2009

Tetty Lourena Sihotang NIM. 085102083

Pengetahuan Dan Motivasi Suami Dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Periode Februari-Maret 2009.

ix + 46 halaman + 5 tabel + 7 lampiran

Abstrak

Seksio sesaria adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) mengeluarkan satu bayi atau lebih.

Di Indonesia setiap tahun terjadi 13.815 kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan nifas. Di sumatera Utara setiap tahun 132 angka kematian ibu. Partipasi suami sangat diperlukan dalam merawat ibu pasca seksio sesaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari-Maret 2009. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi penelitian berjumlah 33 orang dan sampel dalam penelitian ini seluruh populasi akan dijadikan sampel sebanyak 33 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner meliputi data karakteristik responden, pengetahuan dan motivasi dalam merawat istri pasca seksio sesaria. Hasil penelitian sebagian besar responden berumur 39-45 tahun sebanyak 16 orang (48,4%). Pendidikan sebagian besar SLTA sebanyak 25 orang (75,8%) dan Pekerjaan sebagian besar memiliki pekerjaan wiraswasta sebanyak 20 orang (60,6%). Berdasarkan pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 22 orang (66,6%) dan motivasi baik sebanyak 23 orang (69,7%).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan suami cukup dan motivasi suami baik.Sebaiknya petugas kesehatan memberi penkes kepada para suami untuk dapat menambah pengetahuan suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria sehingga motivasinya nanti akan tetap baik

Kata kunci : pengetahuan, motivasi, dalam merawat istri pasca seksio sesaria. Daftar pustaka : 27 (1998-2008)


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap wanita menginginkan persalinan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Namun tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan dengan tindakan seksio sesaria. Seksio sesaria dikembangkan sebagai salah satu metode modern dibidang kedokteran untuk membantu menurunkan angka kematian ibu akibat melahirkan (Kasdu, 2003)

Seksio sesaria adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi., Fauzi, 2007)

WHO (World Health Oganization), memperkirakan bahwa rata-rata seksio sesaria ada diantara 10% dan 15% dari seluruh kelahiran di negara-negara berkembang. Di tahun 1970, seksio sesaria hanya dilakukan dalam 5% dari seluruh persalinan, tapi tahun 2002, meningkat pesat hingga 26% dari seluruh kehamilan (Dewi., Fauzi, 2007)

Dibeberapa negara maju misalnya di Belanda, persentase seksio sesaria kecil yaitu sekitar 13%. Di Amerika Serikat, sekitar 22% dan di Indonesia, persentasenya masih besar, yaitu lebih dari 50 persen, terutama di rumah sakit-rumah sakit swasta (Dewi., Fauzi, 2007)

Di Indonesia seksio sesaria menjadi tren karena berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran kebidanan, semakin modern alat kesehatan, banyak


(14)

obat-obatan terutama antibiotika, teknik anestesi semakin disempurnakan oleh para ahlinya serta tingginya tuntutan terhadap dokter menunjang meningkatnya angka kejadian seksio sesaria di Indonesia (Kasdu, 2003)

Berdasarkan Survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 sampai 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2005 menurun menjadi 262 per 100.000 kelahiran hidup. Diharap 2010 Angka Kematian Ibu (AKI) turun menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007).

Di Indonesia setiap tahun terjadi 13.815 kematian ibu atau setiap hari terjadi 38 kematian ibu atau setiap jam ada ibu hamil, bersalin, dan nifas yang meninggal karena berbagai penyebab, sedangkan di Sumatera Utara setiap tahun 132 angka kematian ibu (Depkes RI, 2007).

Prof. Dr. Gulardi dan dr. A. Basalamah melakukan survei sederhana terhadap 64 rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993. Hasilnya, tercatat 17.665 kelahiran yang dikutip dari majalah Ayah bunda No. 3/Februari 2001. Dari angka kelahiran tersebut, sebanyak 35,7-55,3% melahirkan dengan seksio sesaria. Sebanyak 19,5-27,3% di antaranya merupakan operasi sesaria karena adanya komplikasi cephalopelvic disproportion (ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin), perdarahan hebat yang terjadi selama persalinan sebanyak 11,9-21%, seksio sesaria karena janin sungsang berkisar antara 4,3-8,7%, disebabkan oleh gawat janin


(15)

(denyut jantung janin melemah menjelang persalinan) dan 2,4% karena ukuran janin terlalu besar sehingga tidak dapat melewati panggul ibu, sisanya, sekitar 13,9% operasi sesaria dilakukan tanpa pertimbangan medis. Sementara, data dari RSU. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tahun 1999-2000 menyebutkan bahwa dari jumlah persalinan sebanyak 404 per bulan, 30% persalinan seksio sesaria, 52,5% persalinan spontan, sedangkan sisanya dengan bantuan alat seperti vakum atau forsep (Kasdu, 2003)

Berdasarkan survey pendahuluhan yang dilakukan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah persalinan dengan seksio sesaria sebanyak 472 dengan indikasi persalinan pre- eklamsi berat 24 orang, eklamsi 17 orang, kehamilan lewat waktu 52 orang, disproporsi sefalo-pelvik (ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin) 26 orang, letak bokong 39 orang, presentasi kaki 5 orang, plasenta previa 190 orang, gawat janin (denyut jantung janin melemah menjelang persalinan) 41 orang, indikasi sosial 10 orang, oligohidramnion 10 orang, partus tak maju 18 orang, anak besar 17 orang, rupture uteri iminens 2 orang, kematian janin dalam rahim 4 orang, partus terlantar 4 orang, letak lintang 11 orang dan makrosomnia 2 orang.

Jumlah kematian ibu dengan persalinan seksio sesaria di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 sebanyak 9 orang dengan indikasi pre- eklamsi ringan 1 orang, pre- eklamsi berat 3 orang, eklamsi 1 orang, plasenta previa 4 orang.


(16)

Faktor resiko paling banyak dari seksio sesaria adalah akibat tindakan anestesi, jumlah darah yang dikeluarkan oleh ibu selama operasi berlangsung, komplikasi penyulit, radang endometrium pembekuan darah pembuluh balik, penyumbatan pembuluh darah, paru-paru, dan pemulihan serta letak rahim menjadi tidak sempurna (Kasdu, 2003).

Motivasi merupakan bagaimana orang berpikir dan merasa, yang berkaitan dengan rasa percaya diri mereka, keyakinan mereka terhadap diri sendiri, dan perilaku mereka terhadap kehidupan (Denny, 2007).

Motivasi kepada orang lain merupakan hal yang penting diberikan mencakup kemampuan berkomunikasi, memberi contoh, memberi tantangan, memberi dorongan semangat, mendapatkan umpan balik, melibatkan diri, mendelegasikan, mengembangkan dan melatih, memberi informasi, memberi instruksi singkat, dan memberi ganjaran yang tepat (Denny, 2007).

Motivasi yang diberikan suami terhadap istrinya pasca seksio sesaria sangat penting dalam pelaksanaan upaya-upaya kesehatan reproduksi. Asuhan pasca seksio sesaria merupakan salah satu bentuk dari pemeliharaan reproduksi (BKKBN, 2000)

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (BKKBN, 2001).


(17)

Motivasi moral, psikis, fisik, sosial, dan spritual suami kepada istrinya sangat dibutuhkan dalam asuhan pasca seksio sesaria yang merupakan refleksi dari peran suami dalam keluarga (BKKBN, 2001).

Suami memberikan motivasi kepada istri dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas sampai pada fase penyembuhan luka yang merupakan satu perwujudan kesetaraan dan keadilan gender dalam menunaikan tanggung jawabnya untuk membina keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2001)

Motivasi yang diberikan oleh suami kepada istrinya dapat berupa kehadirannya, sentuhan, memberikan rasa nyaman dengan mengurangi rasa nyeri, memberikan motivasi berupa kata-kata yang membangkitkan semangat (Dagun, 2002 ).

Proses penyembuhan istri pasca seksio sesaria yang dirawat oleh suami akan lebih cepat pemulihannya, karena suami merupakan pasangan, sehingga beralasan apabila suami istri berbagi tanggung jawab dan peranan secara seimbang untuk mencapai kesehatan, suami juga bertanggung jawab secara, sosial, moral, dan ekonomi dalam membangun keluarga (BBKKBN, 2001). Istri yang tidak dirawat oleh suami akan banyak mengalami masalah antara lain takut melakukan mobilisasi, cemas akan luka operasi serta terbatas dalam melakukan aktivitas (Mundy, 2005).

Partisipasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria pada akhir-akhir ini hanya sedikit diketahui. Banyak rumah sakit yang tidak memperdulikan partisipasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria, sedangkan suami memainkan peranan


(18)

yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan kesehatan. Motivasi yang diberikan suami pasca seksio sesaria sangat diperlukan untuk membantu istri mengatasi masalahnya. Berdasarkan fenomena tersebut diatas peneliti ingin mengetahui bagaimana Pengetahuan Dan Motivasi Suami Dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria Di Ruang V Kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Februari-Maret 2009.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengetahuan Dan Motivasi Suami Dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria Di Ruang V Kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Februari2009-Maret 2009.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Februari 2009-Maret 2009.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui pengetahuan suami dalam merawat Istri pasca seksio sesaria di


(19)

ruang V kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009. b. Untuk mengetahui motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di

ruang V kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfat untuk :

1. Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi institusi (D-IV Bidan Pendidik USU Medan) sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka merencanakan dan bermanfaat sebagai pedoman bagi mahasiswa yang lain dalam penerapan di lapangan.

2. Institusi Pelayanan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi pengembangan model perawatan ibu pasca seksio sesaria yang mengikut sertakan adaptasi suami.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini sebagai pengaplikasian ilmu yang di peroleh selama D-IV bidan pendidik dan memperoleh penambahan ilmu yang terbaru dalam merawat istri pasca seksio sesaria yang mengikut sertakan adaptasi suami.

4. Bagi responden

Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi suami, untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan dominanan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2005).

2. Tingkatan pengetahuan (Sunaryo, 2004) yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


(21)

14

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini juga diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analisys)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat pengunaan kata kerja, seperti dapat mengambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(22)

15

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang sudah ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada. Pengetahuan mencakup ingatan yang digali pada saat dibutuhkan melalui tingkat pengetahuan yang lain dan juga dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas.

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah adanya kekuatan dorongan yang menggerakan kita untuk berperilaku tertentu (Notoatmodjo, 2005). Motivasi adalah mengarahkan orang lain melakukan sesuatu karena mereka ingin melakukannya (Denny, 2007)

Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari pada gerakan atau perbuatan (Sarwono, 2000)

2. Hukum motivasi (Denny, 2007)

a. Kita harus termotivasi supanya dapat memotivasi orang lain. b. Motivasi membutuhkan tujuan

c. Motivasi, yang sekali terbentuk idak dapat berlangsung lama. d. Motivasi membutuhkan pengakuan

e. Partisipasi memotivasi


(23)

16

g. Tantangan hanya memotivasi jika anda bisa menang h. Setiap orang mempunyai sumbu motivasi

i. Rasa memiliki kelompok akan memotivasi j. Kepemimpinan yang memberikan inspirasi

3. Jenis motivasi (Notoatmojo, 2005)..

a. Motif motivasi (Motivasi dari dalam diri kita sendiri)

Motif biologis ini bersumber dari keadaan fisiologis dari tubuh manusia. b. Motif sosial (Motivasi dari pengaruh lingkungan)

Motif sosial adalah sesuatu dorongan untuk bertindak yang tidak kita pelajari

4. Cara memotivasi

Ada tiga cara yang ditetapkan untuk memotivasi seseorang menurut (Sunaryo, 2004) yaitu :

a. Memotivasi dengan kekerasan

Adalah cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.

b. Memotivasi dengan bujukan

Adalah cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang memberikan motivasi.

c. Memotivasi dengan identifikasi

Adalah cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu.


(24)

17

5. Jenis motivator

Jenis-jenis motivator dilakukan berdasarkan atas hierarki kebutuhan yang menentukan tindakannya. Kebutuhan dasar manusia terdiri atas lima, menuurut Abraham Harold Maslow, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis/biologis

Merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu udara, cairan elektrolit, makanan, dan seks.

b.Kebutuhan rasa aman, misalnya: 1) Rasa aman terhindar dar pencurian.

2) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan, dan lain-lain.

3) Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya:

1) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua,saudara, teman, kekasih, dan lain-lain.

2) Ingin dicintai / mencintai orang lain

3) Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada d. Kebutuhan harga diri, misalnya:

1) Ingin mengharhai dan menghargai orang lain 2) Adanya respek atau perhatian dari orang lain


(25)

18

e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya:

1) Ingin dipuja atu disanjung oleh orang lain

2) Ingin sukses dan berhasil dalam mencapai cita-cita

3) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier,usaha,kekayaan, dan lain-lain.

6. Penghancur motivasi.

Aturan-aturan motivasi adalah tahu dan mampu mengenali faktor-faktor penghancur motivasi (demotivator). Fondasi dari semua motivasi adalah pengharapan. Tanpa ada pengharapan, seorang individu tidak akan mempunyai motivasi (Denny, 2007).

Faktor penghancur motivasi adalah: a. Kurangnya rasa percaya diri

Hal ini sering kali terungkap melalui perasaan internal “Mampukah saya melakukannya?” atau “saya tidak cukup bagus”, “saya tidak punya kualifikasi untuk itu, saya tidak mampu…”, dan sebagainya

b. Kekhawatiran

Perasaan yang dirasakan orang-orang ketika mereka merasa khawatir tentang apa yang terjadi jika mereka gagal, rasa takut jika mereka melakukan kesalahan. c. Opini-opini negative

Opini-opini negative adalah perkataan orang-orang yang dapat melukai perasaan


(26)

19

d. Merasa tidak penting

Ketika seseorang benar-benar merasa kurang penting, sudah pasti mereka akan merasa kehilangan motivasi.

C. Seksio Sesaria

1. Pengertian seksio sesaria

Seksio sesaria adalah persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan diperut dengan menyanyat dinding rahim (Kasdu, 2005).

Istilah Caesar sendiri berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan dengan membuka dinding perut dan rahim. Seksio sesaria adalah persalinan janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Winjosastro, 2005).

2. Jenis seksio sesaria

a. Jenis klasik

Jenis klasik yaitu dengan mengunakan sayatan vertikel sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar. Akan tetapai jenis ini sudah sangat

jarang


(27)

20

b. Sayatan mendatar dibagian atas dari kandungan kemih sangat umum dilakukan pada masa sekarang karena metode ini meminimalkan resiko terjadinya perdarahan dan cepat penyembuhannya.

c. Histerektomi sesaria

Histerektomi sesaria adalah seksio sesaria yang diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus–kasus dimana perdarahan yang sulit ditangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dengan rahim.

d. Bentuk lain seksio sesaria adalah Extrapostnal CS Abportio CS

e. Seksio sesaria berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah menjalani seksio sesaria. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi selanjutnya

3. Sebab-sebab seksio sesaria

Melahirkan dengan cara seksio sesaria tidak bisa diputuskan begitu saja oleh dokter karena resiko yang mungkin dialami akibat pembedahan harus di pertimbangkan, baik dari kesehatan ibu maupun bayinya. seksio sesaria ini seharusnya jika keadaan medis memerlukannya. Artinya janin atau ibu dalam keadaan darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan operasi. Itu sebabnya harus ada alasan yang jelas untuk melakukan tindakan pembedahan. Karena bentuk operasi apapun selalu mengandung resiko sehingga harus ada indikasi yang jelas.

Tindakan operasi diputuskan oleh penolong persalinan bertujuan untuk memperkecil terjadinya resiko yang membahanyakan jiwa ibu atau bayinya. Namun


(28)

21

dalam kehamilan sehat, persalinan secara alamiah jauh lebih aman. Meskipun demikian, kini banyak pasien yang sengaja meminta persalinan dengan jalan operasi walaupun tanpa alasan medis yang tepat.

a. Seksio sesaria ada yang terencana ada yang tidak

Seksio sesaria bisa dibedakan antara yang direncanakan dengan yang tidak direncanakan. Disini yang dibicarakan adalah tindakan seksio sesaria yang dilakukan karna ada alasan medis. Apabila persalinan dipaksakan untuk dilakukan secara alami akan mengancam keselamatan ibu dan bayi. Hal ini terjadi pada kesulitan kehamilan yang sudah terdeteksi sejak dini, misalnya karena keadaan panggul ibu yang sempit atau ibu mengalami plasenta previa.

Sementara itu, seksio sesaria yang tidak direncanakan biasanya baru diputuskan pada saat atau ketika persalinan berlangsung. Seksio sesaria yang mendadak bisa terjadi jika dokter memperkirakan bayi lahir alami tetapi dalam perkembangan terjadi sesuatu diluar dugaan misalnya tidak terjadi kemajuan dalam proses persalinan contohnya kepala bayi tidak dapat keluar sehingga menyebabkan ibu kehabisan tenaga sementara bayi sudah kekurangan oksigen karena terlalu lama dijalan lahir. Direncanakan biasanya akan berhasil lebih baik. Pada seksio sesaria yang sudah direncanakan, waktu pembedahan dapat ditentukan jauh hari sebelum hari persalinan, walaupun tidak berarti persalinan dengan operasi untuk menyelamatkan ibu dan bayinya yang tanpa direncanakan, tidak terjamin keselamatannya. Namun bentuk pembedahan apapun memiliki resiko yang tidak kecil bagi keselamatan yang bersangkutan. Disamping itu seksio sesaria yang direncanakan proses


(29)

22

pembedahannya ternyata lebih sulit karena pembedahan yang dilakukan sebelum tanda-tanda persalinan berlangsung, menyebabkan segmen bawah rahim belum terbentuk dengan baik keadaan ini menyulitkan pembedahan sehingga lebih mudah terjadi atonia uteri. Namun pada umumnya keuntungan persalinan dengan operasi yang direncanakan lebih besar dari pada kerugiannya.

b. Seksio sesaria tidak dapat dilakukan sembarangan

Sebelum keputusan untuk melakukan persalinan dengan operasi, biasanya dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan, hal ini dilakukan untuk melihat resiko-resiko yang mungkin terjadi atas tindakan operasi seperti pendarahan, cidera saluran kemih, dan atau usus infeksi. Pertimbangan pemeriksaan ini harus berdasarkan penilaian pra bedah secara lengkap, mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan pembiusan. Ketentuan tersebut tidak selalu berlaku terutama menghadapi kasus gawat darurat yang memerlukan kecepatan waktu untuk melakukan tindakan.

Namun apapun kondisinya persyaratan minimal tindakan operasi harus tetap dipenuhi, yaitu sebelum operasi dilakukan kajian usia kehamilan berdasarkan haid terakhir, profil biofisik ibu maupun janinnya dan penilaian kematangan paru-paru janin.

c. Penyebab seksio sesaria

Persalinan merupakan upanya melahirkan bayi yang ada dirahim ibu. Apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi menurut buku obstetric and gynecology ada empat alasan yaitu untuk keselamatan ibu dan janin ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kontraksi, distosia (persalinan macet) sehingga


(30)

23

menghalangi persalinan yang alami, dan bayi dalam keadaan darurat, sehingga harus segera dilahirkan tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin.

Jadi penyebab dilakukan operasi pada persalinan sebagai berikut: 1) Faktor janin

a) Bayi terlalu besar b) Kelainan letak bayi

(1) Letak sungsang (2) Letak lintang (3) letak muka (4) Letak kaki

c) Ancaman gawat janin

d) Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK ) e) Faktor plasenta

(1) Plasenta previa (2) Plasenta lepas (3) Plasenta acreta (4) Vasa previa f) Kelainan tali pusat

Ada 2 kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu: (1) Prolapsus tali pusat ( talipusat menumbung ) (2) Terlilit tali pusat


(31)

24

2) Faktor ibu

Faktor ibu yang menyebabkan dilakukannya operasi misalnya panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi uterus, riwayat kematian prenatal, pernah mengalami trauma persalinan, dan ingin dilakukannya tindakan sterilisasi. Kondisi kehamilan bisa pula penyebab dilakukannya operasi misalnya tidak ada tanda persalinan padahal kehamilan harus diakhiri karena alasan janin dan ibunya. Ibu menderita eklamsi atau ketuban pecah dini, dan ingin dilakukan tindakan sterillisasi. Namun dari kondisi janin dan ibu tidak semuanya harus dilakukan persalinan dengan tindakan operasi dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu apabila persalinan pervagina membahayakan keselamatan ibu dan janinnya. Berikut ini faktor ibu yang menyebabkan janin harus dilahirkan dengan operasi:

a) Usia.

b) Panggul sempit/ CPD (Cephalopelvis Disproportion).

c) Seksio sesaria yang berulang/ Persalinan sebelumnya dengan tindakan operasi sesaria.

d) Faktor hambatan jalan/ partus tak maju e) Kelainan kontraksi

f) Ketuban pecah dini ( KPD )

4. Resiko seksio sesaria

Seksio sesaria sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis, bukan keinginan pasien yang tidak mau menanggung rasa sakit. Hal ini karena resiko seksio sesaria lebih besar dari pada persalinan alami. Demikian teori yang disebutkan dalam


(32)

25

buku Obstetrics and gynecology. Didalamnya dijelaskan, dalam kondisi ibu janin yang sehat dan tidak ada kesulitan, seksio sesaria memiliki resiko.

Menurut Peel dan Chamberlain, indikasi untuk melakukan operasi dengan berbagai penyebabnya mengakibatkan angka kematian ibu 17% (sebelum dikoreksi) dan 0.5% (sesudah dikoreksi), sedangkan kematian janin 14,5%. Pada 774 persalinan berikutnya, terjadi 1,03% rahim robek. Seksio sesaria berulang bisa terjadi. Misalnya, bayi dengan panggul ibu sempit sehingga setiap kali melahirkan harus seksio sesaria. Umumnya seksio sesarea dibatasi hanya tiga kali dan sebaiknya ibu menunggu sekurang-kurangnya dua tahun untuk merencanakan hamil kembali.

Adapun resiko operasi seksio sesaria yaitu: a. Alergi

Resiko pada pasien operasi sesaria adalah alergi terhadap obat tertentu karena penggunaan obat-obatan pada pasien dengan operasi sesaria lebih banyak di bandingkan dengan cara melahirkan alami.

b. Perdarahan

Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan–bekuan darah pada pembuluh darah balik dikaki dan rongga panggul sebelum operasi, seorang wanita harus melakukan pemeriksaan darah lengakap, Salah satunya untuk mengetahui masalah pembekuan darahnya. Perdarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika arteri–arteri uteria ikut terbuka atau karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat menyebabkan syok secara mendadak.


(33)

26

c. Cedera pada organ lain

Jika operasi tidak dilakukan secara hati–hati, kemungkinan pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya organ lain, seperti rektum atau kandung kemih. Penyembuhan luka bekas seksio sesaria yang tidak sempurna dapat menyebabkan infeksi pada organ rahim atau kandung kemih, selain itu dapat juga berdampak pada organ lain dengan menimbulkan perlekatan pada organ–organ didalam rongga perut untuk kehamilan resiko tinggi yang memerlukan penanganan khusus.

d. Parut dalam rahim

Seorang wanita yang sudah mengalami pembedahan akan memiliki parut dalam rahim, oleh karena itu tiap kehamamilan seperti persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang cermat sehubungan dengan bahaya rupture uteri, meskipun resiko sangat kecil terjadi. Pemeriksaan pasca seksio sesaria dapat dilakukan seminggu setelah persalinan.

e. Demam.

Setelah operasi tidak bisa dijelaskan penyebabnya, namun kadang–kadang demam bisa terjadi karena infeksi setelah seksio sesaria.

f. Pengaruh produksi ASI

Efek pembiusan bisa mempengaruhi produksi ASI jika dilakukan pembiusan total (Narkose). Akibatnya kolostrum tidak bisa dinikmati bayi dan bayi tidak segera

menyusui begitu ia dilahirkan. Namun apabila dilakukan dengan pembiusan regional ( spiral ) maka tidak banyak mempengaruhi produksi ASI (Kasdu, 2003 ).


(34)

27

D. Perawatan dan pemulihan pasca operasi seksio sesaria.

Perawatan pada masa pemulihan membutuhkan perhatian yang sangat besar dari ahli kebidanan dan seluruh staf perawatan.

Perawatan yang dapat diberikan suami kepada istri pasca seksio sesaria

1. Gizi

Didalam pemberian makanan harus diberikan makanan yang mengandung gizi, protein, lemak, hidrat arang dan vitamin, kalsium serta kalori. Pemberian makanan harus diberikan secara bertahap dimulai dari minuman, bubur disaring, bubur lunak, dan akhirnya makanan biasa (Mochtar, 1998).

a. Diet pertama.

Diet pertama dapat diberikan 6-10 jam pasca seksio sesaria berupa air putih atau air teh.

b. Diet hari kedua

Diet kedua dapat diberikan dengan cara bubur disaring (MI), dan mengandung nilai gizi, protein, lemak, hidrat arang dan vitamin serta kalori. Makanan yang dapat diberi berupa susu, sayur-sayuran, yang semuanya dihaluskan.

c. Diet pada hari ketiga

Diet dapat diberikan bubur lunak (MII) dan makanan tidak boleh bersifat merangsang dan makanan harus mengandung nilai gizi, hidrat arang, protein, lemak, kalori dan kalsium, dan makan dapat berupa beras, yang sedikit lebih lemut dari biasanya, daging, tempe, telur, sayuran dan buah.


(35)

28

d. Diet pada hari kempat

Diet pada hari kempat sudah dapat diberikan makanan biasa (MB) dan makan harus mengandung gizi yang seimbang terutama makanan mengandung serat, seperti buah-buahan, agar dapat mencengah sembelit

Pemberian makanan rutin ini dapat berubah bila dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan seperti adanya kembung pada perut, meteorismus dan peristaltik usus yang kurang sempurna (Mochtar, 1998)

2. Mobilisasi

Mobilisasi adalah pergerakan yang memerlukan kontraksi dan relaksasi dari sistem muskulo skeletal yang dapat dilaksanakan dengan cara latihan (Mundy, 2005).

Kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan. pengetahuan dan motivasi suami yang besar terhadap istri berpartisipasi dalam aktivitas yang dirancang untuk memperbaiki mobilitas fisik. Aktivitas yang dilakukan dalam batas terapeutik sangat menguntungkan, ketidak nyamanan dapat dikontrol, dan sasaran aktivitas dapat tercapai Kemajuan mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin dijumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula kepercayaan bahwa ibu mulai sembuh. Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah ibu sadar.Latihan pernafasan dapat dilkukan ibu sambi tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua ibu dapat didudukan selama 5 menit dan melatih ibu untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembusnya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada


(36)

29

diri ibu bahwa ia mulai pulih Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari ibu dianjurkan belajar duduk, kemudian belajar berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari ke lima pasca bedah..

Mobilisasi berguna untuk mencengah terjadinya trombosis dan emboli. Sebaliknya, bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan.

3. Penyembuhan luka

a. Proses penyembuhan luka terdiri atas tiga fase (Oswari, 2005) 1). Tahap tidak lancar

Tahap ini terjadi bila serum dan sel darah membentuk jaringan dari serat di dalam luka, luka mengikat luka itu sehingga tampak seperti koreng kemerah-merahan.

2). Tahap Fibroplasia

Keadaan penyembuhan dengan membentuk serat fibroblast dalam anyaman protein. Kemudian anyaman protein itu diserap perlahan-lahan.. Sementara itu timbul pula pembuluh darah kapiler dari pinggir luka. sehingga terbentuk jaringan baru yang masih kasar dan disebut jaringan granulasi.

3). Tahap pengerutan

Pertautan pertama atau persatuan utama. Pada penyembuhan dengan pertautan pertama ini, bekas luka hanya tampak sebagai satu garis karena tidak terjadi peradangan dan pinggir luka bertaut dengan sempurna.


(37)

30

b. Bekas luka

Proses penyembuhan luka seksio sesaria lebih lama dibandingkan dengan penyembuhan luka pasca persalinan normal. Untuk proses penyembuhan luka operasi membutuhkan 7-10 hari. Lebih lama dibandingkan dengan persalinan normal yang hanya 2-3 hari. Bekas luka di perut ibu ditutupi oleh kain kasa lembut, dan dapat diganti sesudah 3-4 hari setelah operasi sesaria yang dilakukan perawat dan selanjutnya diganti setiap hari oleh pasien. Luka dapat diberi salep betadin sedikit. Oleh sebab itu dibutuhkan vitamin A dan C, tembaga dan zat besi yang adekuat untuk mempercepat penyembuhan luka, diperoleh dari buah-buahan dan sayuran segar dan obat di berikan untuk menekan sintesis protein inferasi kontraksi luka dan epitelesasi. Ibu yang seksio sesaria boleh merencanakan kehamilan setelah 2 tahun dari operasi karena perlu pertimbangan terhadap bekas luka operasi dan kesiapan organ-organ kandungan, dan wajib kontrol kembali setelah 1 minggu setelah pulang dari rumah sakit.

c. Komplikasi luka Jenis komplikasi luka:

1). Sebagian luka sembuh dan tertutup baik, sebagian lagi dengan eksudat dalam jumlah sedang atau banyak dan keluar melalui lubang-lubang (fistel) dan terinfeksi. 2). Luka terbuka sebagian, bernanah dan terinfeksi


(38)

31

4. Nyeri

Pada hari pertama, rasa sakit atau perih di bagian perut mulai terasa, setelah efek bius sudah habis. Dokter akan memberi obat untuk mengurangi rasa nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri suami juga dapat memberi sentuhan pada luka ibu dan memberikan kata-kata untuk membuat ibu tenang dan tidak gelisah.

5. Buang air besar

Pada umumnya, para ibu baru akan buang air besar pada hari ketiga. Biasanya, pada saat awal setelah persalinan, banyak ibu-ibu yang mengalami sembelit. Namun, banyak wanita menjadi sembelit setelah persalinan karena sejumlah cairan hilang dari tubuh, sedangkan dubur menyerap air sebanyak mungkin dari tinja agar cairan tubuh seimbang. Keadaan ini bisanya terjadi pada hari-hari pertama sampai hari kelima setelah operasi sesaria. Untuk mengatasi sembelit, upayakan untuk mengonsumsi makanan yang berserat tinggi, seperti sereal dan buah-buahan. Sebaiknya menghindari makanan yang bisa memperburuk keadaan seperti makanan yang berlemak, banyak minum jus buah juga bisa membantu melunakan tinja dan melancarkan buang air besar.

6. Membersihkan diri

Seperti halnya persalinan alami, setelah melahirkan ibu akan segera mengeluarkan cairan lokia, yaitu darah sisa plasenta. Oleh karena itu, setelah ibu buang air, suami dapat membantu membasuh vagina ibu hingga bersih untuk mencengah terjadinya infeksi.


(39)

32

7. Istirahat

Dokter menyuruh ibu untuk beristirahat yang cukup di tempat tidur, bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan. Istrirahat yang cukup mengurangi kegairahan dan ketegangan persalinan, pikiran mengenai bayi yang baru dan perubahan yang terjadi didalam tubuh ibu, termasuk nyeri yang terasa akibat operasi yang menggangu sistem tubuh. Disini suami berperan untuk menjaga suasana ruangan tenang, dan membatasi pengunjung yang mengunjungi ibu


(40)

BAB III KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan-hubungan antara konsep yang satu dengan yang lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka (Machfoedz, 2005). .

Kerangka konsep penelitian ini dengan judul pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009, sebagai berikut:

Variabel independen Variabel dependen

Skema 3.1

Pengetahuan Motivasi

Suami perawatan istri pasca seksio sesaria


(41)

34

B. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala 1 Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui oleh suami mengenai perawatan istri pasca seksio sesaria.

meliputi:pengetahuan tentang seksio sesaria, gizi, mobilisasi, perawatan luka, nyeri, buang air besar, membersihkan diri dan istirahat.

Kuesioner Wawancara 1. Baik, jika skor jumlah jawaban yang benar (12-15) 2. Cukup, jika

skor jumlah jawaban yang benar (8-11) 3. Kurang, jika

skor jumlah jawaban yang benar (<8)

Ordinal

2. Motivasi Semua bentuk motivasi yang diberikan oleh suami terhadap istri tentang perawatan pasca seksio sesarea.

Kuesioner Wawancara 1. Baik, jika skor jumlah jawaban yang benar (8-10) 2. Cukup, jika

skor jumlah jawaban yang benar (5-7) 3. Kurang jika skor jumlah jawaban yang benar (<5)


(42)

35

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009.

B. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang mempunyai istri dalam perawatan pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan yaitu pada bulan Februari 2009 sampai Maret 2009 dengan jumlah populasi persalinan dengan seksio sesaria sebanyak 33 orang.

2. Sampel

Dalam penelitian ini seluruh populasi akan dijadikan sampel penelitian (Arikunto, 2006) sampel dalam penelitian ini 33 orang. Adapun kriteria dalam sampel ini adalah :

a. Bersedia untuk menjadi responden

b. Suami dari istri yang sedang dalam perawatan pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU.Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009.


(43)

36

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan. Adapun pertimbangan penentuan lokasi ini adalah ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis yaitu pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Februari 2009- Maret 2009.

D. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran USU dan izin dari Direktur RSU.Dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur penelitian. Apabila calon responsen bersedia, maka calon responden dipersilakan menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(44)

37

E.

Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui. Alat ukur terdiri atas 3 bagian yaitu: bagian pertama berisi tentang karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan. Bagian kedua berisi tentang pengetahuan suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria terdiri 15 soal dengan model pertanyaan menggunakan pilihan ganda (a, b, c). Bagian ketiga berisi tentang motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria terdiri dari 10 pertanyaan dengan model pertanyaan menggunakan pilihan ya dan tidak . Jadi total pertanyaan adalah 25 soal. Skala pengukuran pengetahuan dan motivasi adalah jika jawaban yang benar diberi nilai atau skor 1 dan bila jawaban salah diberi nilai 0.

Uji validitas pada kuesioner ini menggunakan validitas isi. Yang dimaksud dengan validitas isi adalah subtansi pengukuran itu betul-betul mewakili konsep yang sudah dirumuskan dalam defenisi operasional, yang didasarkan pada landasan teori (Machfoedz, 2005).

Uji validitas ini dilakukan dengan berkonsultasi pada ahli, dimana dalam hal ini dilakukan dengan Dokter spesialis obstetric and gynecology, yang tujuannya agar pertanyaan-pertanyaan dalam alat ukur itu tidak menyimpang dari konsep isi yang hendak diukur.


(45)

38

F. Pengumpulan data

Metode pengumpulan data berupa data primer yang diperoleh dari kuesioner yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan dalam beberapa pertanyaan yang ada, kuesioner diisi langsung oleh responden saat itu juga dan setelah kuesioner selesai diisi, dikumpulkan kembali.

Beberapa prosedur yang dilaksanakan pada pengumpulan data ini adalah:

Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden dan menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti menanyakan kesediaan calon responden, calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Responden dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden kemudian memeriksa kelengkapan data yang terkumpul pada kuesioner dan bila terdapat kesalahan dan kekurangan data maka diperbaiki dan dilengkapi dengan menggunakan pendataan ulang.

G. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah secara analisis univariant, semua variabel dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan metode komputerisasi dengan software microsoft exel. Dan pengolahan data deskriptif disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria.


(46)

39

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ”Pengetahuan Dan Motivasi Suami Dalam Merawat istri Pasca Seksio Sesaria Di Ruang V Kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009” sebanyak 33 responden dan didapat hasil distribusi responden berdasarkan karakteristik responden, pengetahuan dan motivasi suami yang diuraikan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden

Karaksteristik responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan. Umur suami yang dijadikan responden bervariasi yaitu dari suami yang berumur 25-31 tahun, 32-38 tahun, 39-45 tahun.

Pendidikan responden bervariasi dari tingkat pendidikan terendah sampai tingkat pendidikan tertinggi dari SD, SLTP, SMA dan Diploma.

Pekerjaan responden hanya terdiri dari pegawai swasta dan wiraswasta. Distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(47)

40

Tabel 5.1.

Distribusi karakteristik responden tentang pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan

RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden berumur diantara 39-45 tahun sebanyak 16 orang (48,4%), dan paling sedikit responden berumur di antara 25-31 tahun sebanyak 8 orang (24,3%). Tingkat pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SLTA sebanyak 25 orang (75,8%), dan paling sedikit responden berpendidikan Diploma ada 1 orang (3,0%).

Jenis pekerjaan responden sebagian besar wiraswasta yaitu 20 orang (60,6%). Pekerjaan yang paling sedikit sebagai pegawai swasta 13 orang (39,4%).

2. Pengetahuan responden dalam merawat isti pasca seksio seksio sesaria

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan suami merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh suami mengenai perawatan istri pasca seksio sesaria.

Karakteristik Jumlah Persentase (%) Umur (tahun) 25-31 32-38 39-45 8 9 16 24,3 27,3 48,4 Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma 3 4 25 1 9,1 12,1 75,8 3,0 Pekerjaan Pegawai swasta Wiraswasta 13 20 39,4 60,6


(48)

41

Dari pengetahuan suami tentang perawatan istri pasca seksio sesaria di RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009 didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.2

Distribusi pengetahuan suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan

Periode Februari 2009-Maret 2009

No. Pengetahuan Suami Jumlah Persentase

1. Baik 6 18,2

2. Cukup 22 66,6

3. Kurang 5 15,2

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009 yang sebagian besar adalah suami yang berpengetahuan cukup sebanyak 22 orang (66,6%). Suami yang berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang (15,2%).

3. Motivasi responden pasca seksio seasaria

Motivasi merupakan kemauan untuk berbuat sesuatu. Motivasi seseorang di tentukan oleh intensitas kebutuhanya. Motivasi suami merupakan segala sesuatu bentuk dorongan yang diberikan oleh suami kepada istri mengenai perawatan pasca seksio sesaria. Dari motivasi suami tentang perawatan istri pasca seksio sesaria di RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009 didapatkan hasil sebagai berikut


(49)

42

Tabel 5.3

Distribusi motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU Dr.Pirngadi Medan

periode Februari 2009-Maret 2009

No. Motivasi Jumlah Persentase 1. Baik 23 69,7%

2. Cukup 10 30,3% 3. Kurang 0 0%

Jumlah 33 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009 sebagian besar memiliki motivasi baik sebanyak 23 orang (69,7%). Suami yang memiliki motivasi kurang tidak ada.

4. Pernyataan tentang pengetahuan suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria.

Tabel 5.4

Distribusi pernyataan tentang pengetahuan suamidalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan

periode Februari 2009-Maret 2009.

No Pengetahuan Hasil

Benar Salah N % N %

1. Pengertian seksio sesaria 31 93.9% 2 6,1%

2. Batas maksimal operasi seksio sesaria 19 57,8% 14 42,2%

3 Jarak kehamilan pasca seksio sesaria 13 39,4% 20 60,6%

4. Perawatan yang tidak dilakukan 21 63,6% 12 36,4%

5 Tindakan yang diberikan 6-10 jam ibu sadar 18 54,5% 15 45,5%

6. Makanan setelah dua hari dirawat. 16 48,5% 17 51,5%

7. Vitamin komplek yang baik dimakan. 15 45,5% 18 54,5%

8. Makanan yang dihindarkan 27 81,8% 6 18,2%

9. Pergerakan setelah 6-10 jam ibu sadar. 30 90.9% 3 9,1%

10. pemeriksaan kunjungan ulang. 19 57,8% 14 42,2%

11. Pergerakan setelah 3-5 pasca seksio sesaria 20 60,6% 13 39,4%

12. Yang tidak dilakukan menghilangkan nyeri 9 27,3% 24 72,7%

13. Buah-buahan mempercepat penyembuhan. 30 90,9% 3 9,1%

14. Luka yang dikatakan sembuh 31 93,9 2 6,1%


(50)

43

5. Pernyataan tentang motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria

Tabel 5.5

Distribusi pernyataan tentang motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V RSU. Dr. Pirngadi

Medan periode Februari 2009-Maret 2009

No Motivasi Hasil

Benar Salah N % N %

1. Keinginan dalam merawat istri 33 100% 0 0% 2. Latihan pergerakan 28 84,8% 5 15,2% 3. Mengontrol minum obat 30 90,9% 3 9,1% 4. Menganjurkan menyusui bayi 29 87,9% 4 12,1% 5. melarang melakukan pergerakan 12 36,4% 21 63,6% 6. Pemeriksaan kontrol ulang 30 90,9% 3 9,1% 7. suplemen vitamin dan buah-buahan 29 87,9% 4 12,1%

8. Istirahat yang cukup 33 100% 0 0%

9. Tinggal lebih lama di Rumah Sakit 27 81,8% 6 18,2% 10. Pergantian perban luka 21 63,6% 12 36,4

B. Pembahasan

1. Pengetahuan suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominant yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seeorang (Notoatmodjo, 2005).


(51)

44

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengetahuan suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009, sebagian besar berpengetahuan cukup sebanyak 22 orang (66,6%). Responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang (15,2%).

Secara keseluruhan pengetahuan responden cukup, namun dapat dilihat pernyataan tentang jarak kehamilan pasca seksio sesaria dari 33 responden yang menjawab benar sebanyak 13 orang (39,4%) dan responden yang menjawab salah sebanyak 20 orang (60,6%). Makanan setelah dua hari dirawat dari 33 responden yang menjawab benar sebanyak 16 orang (48,5%) dan responden yang menjawab salah sebanyak 17 orang (51,5%). Vitamin komplek yang baik dimakan., dari 33 responden yang menjawab benar sebanyak 15 orang (45,5%) dan responden yang menjawab salah sebanyak 18 orang (54,5%). Tindakan yang tidak dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri dari 33 responden yang dapat menjawab benar sebanyak 9 orang (27,3) dan responden yang menjawab salah sebanyak 24 orang (72,3%).

Dari pernyataan diatas pengetahuan responden kurang dipengaruhi oleh pengalaman, sumber informasi dan partisipsai suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria yang masih kurang.

Menurut hasil penelitian Meriana, (2003), sebagian besar suami memiliki pengetahuan yang baik dalam merawat istri pasca seksio sesaria, di sebabkan adanya informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan.


(52)

45

Hasil penelitian yang saya lakukan diperoleh sebagian besar responden berpengetahuan cukup.

C. Motivasi Suami Dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria Di Ruang V Kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Februari-Maret 2009.

Harapan merupakan penyebab motivasi, tanpa ada harapan tak seorang pun akan pernah bisa termotivasi. Motivasi adalah kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu (Notoatmodjo, 2005). Motivasi menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu.

Memberikan motivasi kepada orang lain memerlukan kerja sama, untuk mencapai satu atau lebih tujuan tertentu, apabila yang lain bersifat mendukung, mendampingi, memperkuat atau melengkapi (Selse, 2007).

Berdasarkan atas hasil penelitian diperoleh bahwa motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009 yang sebagian besar suami yang memiliki motivasi baik sebanyak 23 orang (69,7%). Responden yang memiliki motivasi kurang tidak ada. Pada teori hirarki kebutuhan manusia mempunyai motivasi untuk memiliki kebutuhan dasar dan apabila kebutuhan yang paling dasar sudah terpenuhi maka akan berusaha memenuhi kebutuhan berikutnya. Sedangkan motivasi seorang suami terlibat dalam merawat istri pasca seksio sesaria, karena akan memenuhi kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh istri terutama kasih sayang yang ditingkatkan suami kepada istrinya.


(53)

46

Motivasi suami baik, sehingga segala sesuatu yang dilakukan sudah maksimal. Motivasi responden yang baik karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan suami, cara memperoleh informasi, adanya kepercayaan diri, sikap yang tegas, tujuan yang ditetapkan, sumber-sumber yang mencakup uang, waktu dan tenaga. Motivasi merupakan faktor predisposisi untuk terbentuknya tindakan atau perilaku. Perilaku petugas kesehatan juga mempengaruhi terhadap motivasi suami dengan cara memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan kepada suami-suami sehingga akan menambah wawasan dan motivasi suami

Secara keseluruhan motivasi responden baik. Berdasarkan tentang melarang melakukan pergerakan dari 33 respoden yang menjawab benar sebanyak 12 orang (36,4%) dan yang menjawab salah sebanyak 21 orang sebanyak (63,6%).

Motivasi suami kurang disebabkan karena kurangnya kesadaran, rasa percaya diri, pengalaman suami.

Menurut hasil penelitian Meriana, (2003), sebagian besar suami memiliki motivasi yang baik, karena adanya partisipasi suami dan informasi yang diperoleh..

Hasil penelitian yang saya lakukan diperoleh sebagian besar responden memiliki motivasi baik.


(54)

47

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengetahuan dan motivasi suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria di ruang V kebidanan RSU Dr. Piringadi Medan periode Februari-Maret 2009.

1. Pengetahuan Suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria.

Dari hasil distribusi pengetahuan yang dilakukan terhadap 33 responden di ruang V kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009 sebagian besar responden berpengetahuan cukup sebanyak 22 orang (66,6%). Pengetahuan baik sebanyak 6 orang (18,2%) dan pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (15,2%). 2. Motivasi Suami dalam merawat istri pasca seksio sesaria.

Dari hasil distribusi motivasi yang dilakukan terhadap 33 responden di ruang V kebidanan RSU Dr. Pirngadi Medan periode Februari 2009-Maret 2009 sebagian besar responden memilki motivasi baik sebanyak 23 orang (69,7%). Motivasi cukup sebanyak 10 orang (30,3%).

B. Saran

1. Bagi Tempat penelitian

Diharapkan kepada tenaga kesehatan di rumah sakit khususnya ruang V kebidanan RSU. Dr. Pirngadi Medan agar memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada suami tentang cara merawat istri pasca seksio sesaria serta dampak buruk bila bila tidak melakukan perawatan terhadap istri.


(55)

48

2. Bagi para suami

Diharapkan suami dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasinya dalam melakukan perawatan terhadap istri pasca seksio sesaria dengan baik.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya, untuk dapat melanjutkan dan memperluas cakupan penelitian ini baik dari segi materi maupun populasi dan sampel yang digunakan.


(56)

49

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan pratik, Jakarta: Rineka Cipta. Asnah., Asiah., & Manik. (2008). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Medan:

Program D-IV Bidan Pendidik.

Budiarto. (2002). Biostatiska untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC.

BKKBN. (2000). Bahan Pembelajaran Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta: BKKBN.

_______. (2001). Bahan Pembelajaran Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta: BKKBN.

Denny. (2007). Cara Memotivasi Diri Sendiri dan orang lain, Ed. Ke-3, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Dagun. (2002). Psikologi Keluarga. Ed. Ke-2, Jakarta: Rineka Cipta. Dinas Kesehatan RI. (2007). Profil Kesehatan sumatera utara.

Dewi., Fauzi. (2007). Operasi Caesar, pengantar dari A sampai Z, Jakarta: Edsa Mahkota

Haryanto. (2000). Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, Jakarta EGC.

Hidayat.(2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Ed. Ke-1, Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock. (1998). Psikologi Perkembangan, Ed. Ke-5, Jakarta: Erlangga. Jonson. (2005). Buku Ajar Pratik Kebidanan, Jakarta: EGC.

Jones. (2001). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Ed. Ke-6, Jakarta: Hipokrates. Kasdu. (2003). Operasi Caesar. Ed. Ke-2, Jakarta: Puspa Swara.


(57)

50

Machfoedz. (2005). Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Institusi Kesehatan Keperawatan Dan Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya

Mochtar. (1998). Obstetri Operatif Dan Obstetri Sosial, Ed. Ke-2, Jakarta: EGC Morison. (2003). Manajemen Luka, Jakarta: EGC.

Mundy. (2005). Pemulihan Pasca Operasi Caesar, Jakarta: Erlangga

Musbikin. (2000). Persiapan Menghadapi Persalinan, Ed Ke-2, Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Notoatmodjo. (2003). Ilmu kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka Cipta __________.(2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka cipta

Oswari. (2005). Bedah dan Perawatannya, Ed. Ke- 4, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Samin. (2008). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sarwono. (2003). Pengantar Umum Psikologi. Ed. Ke-9, Jakarta: Bulan Bintang. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan, Jakarta: EGC


(58)

51

Kuesioner Penelitian

Tentang Pengetahuan Dan Motivasi Suami Dalam Merawat Istri Pasca Seksio Sesaria Di Ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan

Periode Februari 2009-Maret 2009

No responden : ………

Diisi oleh peneliti

Petunjuk:

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan bapak saat ini, serta beri tanda silang (x) untuk jawaban pengetahuan yang dianggap benar dan tanda checklist (v) untuk jawaban motivasi yang dianggap benar.

1. Karakteristik Responden

1. Umur : tahun.

2. Pedidikan terakhir: ( ) SD ( ) SLTP ( ) SLTA ( ) Diploma ( ) Sarjana

3. Pekerjaan : ( ) Pegawai Negeri ( ) Pegawai Swasta ( ) Wiraswasta ( ) Dan lain -lain


(59)

52

2

.

Pertanyaan Pengetahuan Tentang Perawatan Istri Pasca Seksio Sesaria

1. Menurut bapak, apakah pengertian dari operasi seksio sesaria? a. Persalinan melahirkan bayi dengan cara melalui vagina

b. Persalinan melahirkan bayi dengan cara bantuan alat vakum atau forsep

c. Persalinan melahirkan bayi dengan cara melalui pembedahan diperut dengan menyayat dinding rahim.

2. Menurut bapak, sampai berapa kali batas dilakukan operasi seksio sesaria pada ibu?

a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali

3. Menurut bapak, setelah operasi seksio sesaria berapa tahun sebaiknya ibu dapat hamil kembali?

a. 1 tahun b. 2 tahun c. 3 tahun

4. Menurut bapak, perawatan apa saja yang dapat bapak berikan kepada ibu setelah operasi seksio sesaria, kecuali?

a. Dalam menyediakan makanan bergizi b. Membantu dalam melatih pergerakan c. Menganti perban luka


(60)

53

5. Menurut bapak, setelah ibu sadar 6-10 jam pasca bedah, pertama sekali dapat diberikan?

a. nasi lunak b. bubur saring

c. minum atau teh manis

6. Menurut bapak, makanan apa yang bisa dimakan oleh ibu setelah dua hari dirawat? a. Makanan dengan cara bubur disaring, minum air buah dan susu

b. Makanan biasa ( nasi, lauk pauk, sayuran) c. Makanan yang sedikit lebih lemut dari nasi biasa

7.Menurut bapak, vitamin komplek apa yang baik dimakan oleh ibu untuk mempercepat penyembuhan luka ?

a. Vitamin K dan D b. Vitamin B dan K

c. Vitamin A, C, Tembaga dan zat besi

8. Menurut bapak, untuk mengatasi susah buang air besar pada ibu,makanan apa yang perlu diberikan, kecuali?

a. buah-buahan b. Sereal


(61)

54

9. Menurut bapak, setelah 6-10 jam ibu sadar pergerakan apa yang dapat dilakukan oleh ibu?

a. Berjalan

b. Duduk ditempat tidur

c. Miring ke kiri- miring kekenan

10. Menurut bapak, setelah pulang dari rumah sakit kapan sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang ?

a. 3 hari setelah dari rumah sakit

b. 7 hari setelah pulang dari rumah sakit c. 4 hari setelah pulang dari rumah sakit

11. Menurut bapak, setelah 3-5 hari pergerakan apa yang dapat dilakukan oleh ibu? a. Berjalan sendiri

b. duduk

c. Miring kekiri-miring kekanan

12. Menurut bapak, tindakan apa yang tidak dapat diberikan kepada istri untuk menghilangkan rasa nyeri?

a. Membersihkan luka ibu

b. Memberi sentuhan disekitar luka ibu


(62)

55

13. Menurut bapak, buah-buahan apa yang baik dimakan oleh ibu untuk mempercepat penyembuhan luka?

a. Nangka dan semangka b Pepaya dan jeruk c. Salak dan semangka

14. Menurut bapak, luka bagaimana yang dikatakan sembuh? a. Luka yang kering

b. luka yang basah dan bernanah c. Luka yang mengeluarkan darah

15. Menurut bapak berapakali sebaiknya perban luka ibu diganti? a. tiga kali dalam sehari

b. satu kali dalam sehari c. dua kali dalam sehari


(63)

56

3. Pertanyaan Motivasi Tentang Perawatan Istri Pasca Seksio Sesaria

1. Apakah bapak merawat ibu atas keingin diri sendiri?

Ya Tidak

2. Apakah bapak mendorong istri untuk melakukan latihan pergerakan secara teratur dan rutin?

Ya Tidak

3. Apakah bapak mengontrol ibu untuk minum obat secara teratur setiap hari.?

Ya Tidak

4. Apakah bapak menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya?

Ya Tidak

5. Apakah bapak menyuruh ibu untuk menjaga lukanya dengan tidak melakukan pergerakan?

Ya Tidak

6. Apakah bapak mendukung ibu untuk kontrol ulang setelah keluar dari rumah sakit

Ya Tidak.

7. Apakah bapak memberikan suplemen vitamin dan buah- buahan kepada ibu?

Ya Tidak.

8. Apakah bapak menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup?


(64)

57

9. Apakah bapak menganjurkan ibu agar tinggal dirumah sakit lebih lama agar ibu mendapat perawatan sampai masa pemulihan sesuai yang dinginkan ?

Ya Tidak.

10. Apsakah bapak mengontrol pergantian perban luka ibu setiap hari ? Ya Tidak.


(1)

2

.

Pertanyaan Pengetahuan Tentang Perawatan Istri Pasca Seksio Sesaria 1. Menurut bapak, apakah pengertian dari operasi seksio sesaria?

a. Persalinan melahirkan bayi dengan cara melalui vagina

b. Persalinan melahirkan bayi dengan cara bantuan alat vakum atau forsep

c. Persalinan melahirkan bayi dengan cara melalui pembedahan diperut dengan menyayat dinding rahim.

2. Menurut bapak, sampai berapa kali batas dilakukan operasi seksio sesaria pada ibu?

a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali

3. Menurut bapak, setelah operasi seksio sesaria berapa tahun sebaiknya ibu dapat hamil kembali?

a. 1 tahun b. 2 tahun c. 3 tahun

4. Menurut bapak, perawatan apa saja yang dapat bapak berikan kepada ibu setelah operasi seksio sesaria, kecuali?


(2)

5. Menurut bapak, setelah ibu sadar 6-10 jam pasca bedah, pertama sekali dapat diberikan?

a. nasi lunak b. bubur saring

c. minum atau teh manis

6. Menurut bapak, makanan apa yang bisa dimakan oleh ibu setelah dua hari dirawat? a. Makanan dengan cara bubur disaring, minum air buah dan susu

b. Makanan biasa ( nasi, lauk pauk, sayuran) c. Makanan yang sedikit lebih lemut dari nasi biasa

7.Menurut bapak, vitamin komplek apa yang baik dimakan oleh ibu untuk mempercepat penyembuhan luka ?

a. Vitamin K dan D b. Vitamin B dan K

c. Vitamin A, C, Tembaga dan zat besi

8. Menurut bapak, untuk mengatasi susah buang air besar pada ibu,makanan apa yang perlu diberikan, kecuali?

a. buah-buahan b. Sereal


(3)

9. Menurut bapak, setelah 6-10 jam ibu sadar pergerakan apa yang dapat dilakukan oleh ibu?

a. Berjalan

b. Duduk ditempat tidur

c. Miring ke kiri- miring kekenan

10. Menurut bapak, setelah pulang dari rumah sakit kapan sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang ?

a. 3 hari setelah dari rumah sakit

b. 7 hari setelah pulang dari rumah sakit c. 4 hari setelah pulang dari rumah sakit

11. Menurut bapak, setelah 3-5 hari pergerakan apa yang dapat dilakukan oleh ibu? a. Berjalan sendiri

b. duduk

c. Miring kekiri-miring kekanan

12. Menurut bapak, tindakan apa yang tidak dapat diberikan kepada istri untuk menghilangkan rasa nyeri?

a. Membersihkan luka ibu

b. Memberi sentuhan disekitar luka ibu


(4)

13. Menurut bapak, buah-buahan apa yang baik dimakan oleh ibu untuk mempercepat penyembuhan luka?

a. Nangka dan semangka b Pepaya dan jeruk c. Salak dan semangka

14. Menurut bapak, luka bagaimana yang dikatakan sembuh? a. Luka yang kering

b. luka yang basah dan bernanah c. Luka yang mengeluarkan darah

15. Menurut bapak berapakali sebaiknya perban luka ibu diganti? a. tiga kali dalam sehari

b. satu kali dalam sehari c. dua kali dalam sehari


(5)

3. Pertanyaan Motivasi Tentang Perawatan Istri Pasca Seksio Sesaria 1. Apakah bapak merawat ibu atas keingin diri sendiri?

Ya Tidak

2. Apakah bapak mendorong istri untuk melakukan latihan pergerakan secara teratur dan rutin?

Ya Tidak

3. Apakah bapak mengontrol ibu untuk minum obat secara teratur setiap hari.?

Ya Tidak

4. Apakah bapak menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya?

Ya Tidak

5. Apakah bapak menyuruh ibu untuk menjaga lukanya dengan tidak melakukan pergerakan?

Ya Tidak

6. Apakah bapak mendukung ibu untuk kontrol ulang setelah keluar dari rumah sakit

Ya Tidak.

7. Apakah bapak memberikan suplemen vitamin dan buah- buahan kepada ibu?

Ya Tidak.

8. Apakah bapak menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup?


(6)

9. Apakah bapak menganjurkan ibu agar tinggal dirumah sakit lebih lama agar ibu mendapat perawatan sampai masa pemulihan sesuai yang dinginkan ?

Ya Tidak.

10. Apsakah bapak mengontrol pergantian perban luka ibu setiap hari ? Ya Tidak.