Perilaku Suami Tehadap Istri pada Masa Nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

(1)

PERILAKU SUAMI TERHADAP ISTRI PADA MASA NIFAS

DI RUANG V RUMAH SAKIT UMUM

DR. PIRNGADI MEDAN

LENNY ROHANY LUMBAN GAOL

NIM. 095102037

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010 Lenny Rohany Lumban Gaol

Perilaku Suami Tehadap Istri pada Masa Nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010

viii + 44 hal + 7 tabel + 1 skema + 9 lampiran Abstrak

Masa nifas berlangsung selama enam minggu dari sejak hari melahirkan. Selama waktu tersebut maka perubahan-perubahan yang terjadi baik fisiologis maupun psikologis sampai kembali kekeadaan seperti tidak hamil. Masa ini juga merupakan masa wanita tersebut untuk mengambil alih tanggung jawab perawatan bayi masih sangat memerlukan perhatian dan bergantung pada orang lain atau keluarga. Masa ini dapat menimbulkan masalah, terutama jika mendapat kesulitan dalam menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 33 orang dengan metode pengambilan sampe total sampling. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Maret sampai 31 Maret 2010. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi dan kuesioner perilaku suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan responden dalam kategori baik yaitu 17 orang (51,6 %), sikap responden mayoritas dalam kategori cukup yaitu 23 orang (69,8 %) dan tindakan responden mayoritas dalam kategori cukup yaitu 17 orang (51,5 %). Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada para suami untuk dapat meningkatkan pengetahuannya khususnya tentang perawatan ibu dalam masa nifas.

Kata Kunci: pengetahuan, sikap dan tindakan, suami, masa nifas Daftar pustaka 17 ( 2002 - 2009 )


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini yang berjudul ’’Perilaku Suami Terhadap Istri pada Masa Nifas.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini peneliti banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Ichwanul Adenin, SpOG (K), selaku dosen pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yang telah banyak memberikan petunjuk dan saran-saran.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada orangtua tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moril maupun material serta doa kepada peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman-teman DIV yang tidak dapat saya tuliskan seluruhnya, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 7. Semua pihak yang mendukung, membantu, dan mendoakan peneliti dalam


(4)

Peneliti menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun susunan bahasanya, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan bimbingan dari pembaca yang dapat membangun kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti khususnya.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2010 Peneliti


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I : PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku ... 5

1. Pengertian Perilaku ... 5

2.Alasan Seseorang berperilaku ... 6

3. Teori determinan Perilaku ………. ... 7

4. Bentuk Perilaku ... 8

B. Masa Nifas ... 13

C. Bayi Baru Lahir/ Neonatus ... 18

D. Partisipasi suami dalam asuhan masa nifas ... 20

E. Perilaku suami terhadap istri pada masa nifas ... 21

BAB III : KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 23

B. Defenisi Operasional ... 24

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26


(6)

2. Sampel ... 26

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

1. Lokasi Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

D. Pertimbangan Etik Penelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 27

F. Validitas dan reabilitas ... 28

G. Pengumpulan Data ... 29

H. Analisa data ... 30

I. Analisa Data ... 30

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31

1. Karakteristik Responden ... 32

2. Pengetahuan Responden ... 33

3. Sikap Responden ... 34

4. Tindakan Responden ... 36

B. Pembahasan ... 39

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Responden Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 : Surat Pernyataan Content Validity Index Lampiran 4 : Master Tabel

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian

Lampiran 7 : Surat Selesai Melakukan Penelitian Lampiran 8 : Lembar Konsultasi


(8)

LEMBAR PERNYATAAN

PERILAKU SUAMI TERHADAP ISTRI PADA MASA NIFAS DI RUANG V RSU DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2010 Yang Menyatakan,


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Tentang Perilaku Suami Terhadap isteri pada masa nifas di Ruang V RSU.Dr.Pirngadi

Medan Tahun 2010 ... 32 Tabel 5.2. Distribusi Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Perilaku

Suami Terhadap istri pada masa nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 33 Tabel 5.3. Distribusi Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Perilaku

Suami Terhadap istri pada masa nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 34 Tabel 5.4. Distribusi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Perilaku

Suami Terhadap istri pada masa nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 35 Tabel 5.5. Distribusi Berdasarkan Sikap Responden Tentang Perilaku

Suami Terhadap istri pada masa nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 36 Tabel 5.6. Distribusi Berdasarkan Tindakan Responden Tentang Perilaku

Suami Terhadap istri pada masa nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 37 Tabel 5.7. Distribusi Berdasarkan Tindakan Responden Tentang Perilaku

Suami Terhadap istri pada masa nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 38


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema I Kerangka Konsep ... 23


(11)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010 Lenny Rohany Lumban Gaol

Perilaku Suami Tehadap Istri pada Masa Nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010

viii + 44 hal + 7 tabel + 1 skema + 9 lampiran Abstrak

Masa nifas berlangsung selama enam minggu dari sejak hari melahirkan. Selama waktu tersebut maka perubahan-perubahan yang terjadi baik fisiologis maupun psikologis sampai kembali kekeadaan seperti tidak hamil. Masa ini juga merupakan masa wanita tersebut untuk mengambil alih tanggung jawab perawatan bayi masih sangat memerlukan perhatian dan bergantung pada orang lain atau keluarga. Masa ini dapat menimbulkan masalah, terutama jika mendapat kesulitan dalam menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 33 orang dengan metode pengambilan sampe total sampling. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Maret sampai 31 Maret 2010. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi dan kuesioner perilaku suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan responden dalam kategori baik yaitu 17 orang (51,6 %), sikap responden mayoritas dalam kategori cukup yaitu 23 orang (69,8 %) dan tindakan responden mayoritas dalam kategori cukup yaitu 17 orang (51,5 %). Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada para suami untuk dapat meningkatkan pengetahuannya khususnya tentang perawatan ibu dalam masa nifas.

Kata Kunci: pengetahuan, sikap dan tindakan, suami, masa nifas Daftar pustaka 17 ( 2002 - 2009 )


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa nifas berlangsung selama enam minggu dari sejak hari melahirkan. Selama waktu tersebut maka perubahan-perubahan yang terjadi baik fisiologis maupun psikologis sampai kembali kekeadaan seperti tidak hamil. Masa ini juga merupakan masa wanita tersebut untuk mengambil alih tanggung jawab perawatan bayi masih sangat memerlukan perhatian dan bergantung pada orang lain atau keluarga. Masa ini dapat menimbulkan masalah, terutama jika mendapat kesulitan dalam menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Jones, 2002).

Kurangnya perawatan pada ibu nifas dan bayi baru lahir akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat, bahkan dapat menyebabkan kematian (Saifuddin, 2001).

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun.

Diantara negara-negara ASEAN, Indonesia mempunyai angka kematian ibu dan bayi yang tinggi. Dimana terdapat angka kematian ibu berkisar 560/100.000 kelahiran hidup di Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 2004 angka kematian bayi mencapai 36/1000 kelahiran hidup (Khairuddin, 2005).

Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan kesadaran suami dan keluarga dalam perawatan ibu dalam masa nifas.


(13)

Pada beberapa kasus, partisipasi seorang suami dipengaruhi dengan kelas persiapan suami, diorganisasikan, dan disajikan oleh pria untuk pria. Dimana suami sering berada di tempat kerja saat asuhan masa nifas diberikan. Transisi pada masa menjadi ayah melibatkan perubahan peran, tanggung jawab dan hubungan dengan keluarga. Masa ini adalah masa yang membuat stres dan penuh emosional. Besarnya partisipasi setiap suami dalam perawatan masa nifas sangat beragam dan bergantung pada ketersediaan paternitas pola kerja, perawatan anak yang lain dan kenyamanan ayah dalam menjalankan peran ini. Mereka yang baru menjadi ayah membutuhkan informasi dan dukungan yang berkelanjutan (Henderson dan Brouse, 1991). Bidan berada pada posisi yang mengemban amanat untuk memenuhi kebutuhan ini. Melibatkan suami dalam perawatan masa nifas tampaknya penting, baik untuk kepuasan diri maupun perkembangan keluarga.

Selama ibu dalam masa nifas jika suami menunjukkan rasa sayang kepada istri bisa sangat membantu pemulihan fisik dan moral ibu ( A.August, 2000 ).

Sedangkan perawatan bayi di rumah mencakup perawatan tali pusat,kebersihan dan nutrisi. Suami dapat melakukan perawatan tali pusat pada bayi dengan mengganti popok bayi dengan kasa steril apabila basah. Hal ini sudah merupakan pencegahan infeksi tali pusat. Karena angka kematian bayi 40 % pada usia di bawah satu bulan dan paling banyak disebabkan oleh asfiksia dan infeksi.

Berdasarkan survey awal peneliti pada 16 Januari 2010 menemukan ada beberapa ibu postpartum menginginkan ditemani ibunya atau mertua, hal ini disebabkan oleh ketidak telatenan, dan faktor-faktor lain yang menyebabkan suami tidak mampu memberikan perawatan nifas pada ibu.


(14)

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

2. Untuk mengetahui sikap suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

3. Untuk mengetahui tindakan suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.


(15)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan di D-IV Bidan Pendidik USU dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Praktik kebidanan

Dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan hasilnya dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidana dalam memberikan asuhan/ perawatan masa nifas dengan melakukan kunjungan rumah untuk mengidentifikasi keadaan ibu.

4. Bagi peneliti lanjutan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan atau menambah informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai perilaku suami terhadap istri pada masa nifas.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

1. Pengertian perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau makhluk hidup

yang mempunyai aktifitas masing-masing disepanjang kegiatan yang dilakukannya seperti: berjalan, berfikir, berbicara, berpendapat, bereaksi dan lain sebagainya. Bloom membedakan perilaku dalam tiga bentuk komponen yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: perilaku dalam bentuk pengetahuan yang artinya mengetahui situasi atau rangsangan dari luar, perilaku dalam bentuk sikap artinya tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar subjek, dan perilaku dalam bentuk tindakan artinya sudah kongkrit yang berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Penelitian rongers (1974) mengungkapkan bahwa seseorang mengadopsi perilaku didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu: a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui


(17)

b. Interest (merasa tertaraik), terhadap stimulus atau objek tersebut bagi dirinya, hal

ini berarti responden sudah lebih baik lagi.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus bagi dirinya

hal ini berarti sikap responden sudah mulai baik lagi.

d. Trial (percobaan) dimana orang mulai mencoba berprilaku baru.

e. Adoption (adopsi) dimana subjek sudah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Skiner (1938) adalah seorang ahli perilaku mengungkapkan bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara perangsang atau stimulus dan respon.

Skiner membedakan perilaku menjadi dua respon yaitu:

a. Respon atau refleksif adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan yang disebut electing stimuli karena menimbulkan respon- respon yang relatif tetap. b. Operan respon atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan

bekembang diikuti oleh perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena rangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme (Notoadmodjo, 2007).

2. Alasan seseorang berperilaku

Menurut para tim kerja World Health Organisation (WHO) bahwa yang menyebabkan sesorang berperilaku atau tidak berperilaku ada empat alasan yaitu: a. Pemikiran dan perasaan yaitu dalam bentuk pengalaman diri atau orang lain. b. Referensi atau acuan yaitu apabila seseorang itu penting untuknya maka apa


(18)

c. Sumber daya (resources) mencakup saranan dan prasarana atau fasilitas uang pelayanan dan juga keterampilan.

d. Sosial budaya (culture) kebudayaan perilaku normal apabila kebiasaan nilai bersumber dan selanjutnya kebudayaan berpengaruh terhadap perilaku (Notoadmodjo, 2007).

3. Teori determinan Perilaku

a. Teori Lawrence Green (1980) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut:

1) Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2) Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalya puskesmas, obat-obatan dan lain- lain.

3) Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoadmodjo, 2007).

b. Teori WHO (1948)

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan orang berperilaku adalah karena adanya beberapa alasan yaitu:

1) Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.


(19)

2) Kepercayaan

Kepercayaan sering kita peroleh dari orang tua,kakek atau nenek, seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa asdanya pembuktian terlebih dahulu.

3) Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

4) Orang penting sebagai referensi

Perilaku lebih banyak dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting, apabila seseorang itu penting baginya maka apa yang ia katakana atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

5) Sumber-Sumber daya

Sumber daya mencakup uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

6) Perilaku normal

Kebiasan, nilai, dan penggunaan sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan.

4. Bentuk Perilaku a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi


(20)

melalui panca indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominant yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan yang mencakup dominant kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1) Tahu ( know)

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat mengintrospeksikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dapat juga diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus – rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur


(21)

organisasai dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian didalam sesuatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis berarti suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang sudah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian didasarkan kepada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.


(22)

1. Ciri-ciri sikap

a. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan objek tertentu.

b. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap suatu kelompok.

c. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat juga berupa kumpulan dari hal-hal tersebut.

Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi perasaan (Heri Purwanto, 1994). Dalam bagian lain Allport (1945) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tren to behave) seperti halnya dengan pengetahuan.

2. Tingkatan sikap

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau objek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

b. Merespon (responding)

Memberi jawaban bila ditanya, dan menyelesaikan tugas yang diberikan ini adalah suatu indikasi dari sikap.


(23)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilihnya merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek (Notoadmodjo, 2007).

c. Tindakan

Tindakan adalah sikap yang belum otomatis dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata maka diperlukan faktor pendukung lain. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan yang didukung oleh sikap yang mengatakan bahwa sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Heri Purwanto,1999).

Tingkatan tindakan a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon Terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.


(24)

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan, maka ini sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah tindakan yang sudah berkembang dengan baik yang berarti bahwa tindakan sudah dimodifikasi dengan baik tanpa mengurangi kebenara tindakan lanjut (Notoadmodjo, 2007).

B. Masa Nifas

1. Pengertian masa nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:

1. Periode immediate postpartum yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam

2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu). Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.


(25)

3. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu). Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).

2. Perawatan masa nifas

a. Mobilisasi dini

Dengan melakukan mobilisasi dini diharapkan keadaan pemulihan kesehatan akan lebih cepat. Selain itu mempercepat involusio alat kandungan, memperlancar fungsi gastrointestinal, perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme (Manuaba,2007).

b. Perawatan perineum

Ada beberapa cara dalam merawat perineum yaitu:

1. Siapkan alat-alat cuci yang bersih seperti air bersih, dan pembalut yang bersih.

2. Bersihkan dengan kasa betadine dari depan ke belakang, keringkan dengan waslap dan tempel kasa betadine lalu pasang pembalut, celana dalam. Dalam keadaan normal proses penyembuhan jaringan akan terjadi sekitar 10 hari jika tidak ada infeksi (Saifuddin, 2002).

c. Berkemih

Suami dapat membantu ibu bila ingin buang air kecil. Kadang-kadang ibu sulit waktu buang air kecil karena pada persalinan mengalami tekanan oleh


(26)

kepala janin. Juga karena adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.

d. Defekasi

Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari setelah melahirkan. Bila timbul obstipasi dan susahh buang air besar, dapat diberikan obat pencahar.

e. Kebersihan vagina

Pada masa nifas terjadi perdarahan sampai 40 hari. Disinilah pentingnya menjaga kebersihan di daerah sekitar vagina dengan seksama.

Cara menjaga kebersiahan vagina yaitu:

1) Bersihkan vagina setiap kali buang air kecil atau besar.

2) Cara membilas yang benar adalah dari depan ke belakang. Bukan sebaliknya karena proses membersihkan dari belakang ke depan dapat mengakibatkan bakteri dan kuman yang ada di anus masuk ke vagina sehingga memungkinkan terjadinya infeksi.

3) Keringkan vagina dengan handuk lembut, lalu gantilah pembalut.Pembalut harus diganti setiap habis buang air besar dan buang air kecil minimal 3 jam sekali atau bila ibu merasa tidak nyaman.Bila tidak sering diganti daerah sekitar vagina akan lembab dan dapat menyebabkan infeksi


(27)

3. Diet/Nutrisi/Gizi

Masalah diet perlu mendapat perhatian pada masa nifas untuk dapat meningkatkan kesehatan dan pemberian ASI. Gizi selama menyusui tida saja akan berpengaruh terhadap kesehatan ibu yang baru melahirkan, tetapi juga pada bayinya. Ibu yang menyusui perlu mendapatkan gizi untuk memproduksi ASI. Oleh karena itu bila asupan gizi ibu kurang, maka kebutuhan gizi yang diperlukan untuk memproduksi ASI akan diambil dari tubuh ibu. Dalam sehari ibu menyusui memerlukan 2700-2900 kalori dalam bentuk asupan makanannya. Ibu menyusui membutuhkan tambahan protein sebanyak 20-25%, kalsium sampai 45%, zat besi sebanyak 4%. Ibu menyusui membutuhkan gizi seimbang untuk kesehatan ibu dan peningkatan kualitas dan kuantitas ASI (Kasdu,2004).

4. ASI dan Perawatan Payudara

Sehingga kelancaran pemberian ASI berjalan. Pemberian ASI harus merata pada kedua payudara. Kedua payudara harus disokong pada saat pemberian ASI dengan baik. Putting susu perlu diperhatikan dan dibersihkan sebelum memberikan ASI.

Cara merawat putting susu yaitu:

Mengompres puting susu dengan kapas yang berminyak selama 5 menit agar kotoran terangkat, kemudian mengolesi menyak pada ibu jari dan mengoles kedua payudara.


(28)

5. Pakaian

Pakaian longgar terutama daerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang arena tidak akan mempengaruhi involusio. Pakaian dalam sebaiknya dipakai yang menyerap, sehingga lokea tidak memberikan iritasi pada sekitarnya. Pembalut sebaiknya diganti dua sampai tiga kali sehari atau setiap saat tersa penuh lokea (Manuaba,2005).

6. Tanda – Tanda bahaya Masa Nifas

a. Perdarahan vagina yang keluar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak. b. Pengleuaran vagina yang baunya menusuk.

c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.

d. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati atau masalah pengelihatan. e. Pembengkakan di wajah atau di tangan.

f. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil.

g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, atau terasa sakit. h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

i. Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan di kaki.

j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri.

k. Merasa sangat letih.

7. Istirahat

Setelah proses persalinan yang melelahkan ibu butuh cukup istirahat. Sarankan pada ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, kurang istirahat mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:


(29)

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b. Memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak perdarahan.

c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya sendiri (Pusdiknakes, 2003).

8. Senggama

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk mulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Pusdiknakes,2003).

C. Bayi Baru lahir/neonatus

1. Perawatan harian bayi baru lahir

a. Pemberian makan

1) Berikan ASI sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara penuh)

2) Biasanya bayi baru lahir minta makan setiap 2-3 jam.

3) Pastikan bahwa bayi mendapat cukup kolosterum selama 24 jam pertama 4) pastikan bahwa bayi menyusu paling tidak setiap 4 jam.

5) Berikan ASI saja, susu formula, air gula, atau makanan lain akan membuat hisapan bayi melemah yang akan menyebabkan produksi ASI berkurang. b. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi

1) Bayi memerlukan selimut penutup melebihi orang dewasa. Suhu ruangan sedikitnya 18-21 derajat celcius.


(30)

2) Jika bayi kedinginan, ia harus didekap erat ke tubuh anda, dan kemudian keduanya diselimuti.

3) jangan gunakan alat penghangat buatan di tempat tidur seperti botol berisi air panas. Benda ini bisa membakar bayi.

c. Mencegah kecelakaan

1) Jangan sekali-kali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.

2) jangan sekali-kali meninggalkan bayi dalam air sendirian atau di tempat tidur, kursi, atau meja. Bayi dapat tenggelamatau jatuh dan kepalanya terluka.

3) Hindari pemberian apapun melalui mulut bayi selain ASI. Bayi bisa tersedak

4) baringkan bayi pada alas keras pada punggungnya atau pada sisi badannya.

5) Hindari penggunaan bantal pada kepala bayi dan tempat tidurnya. d. Mencegah infeksi

1) Cuci tangan selalu sebelum memegang bayi.

2) Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih selalu dan letakkan popok dibawah tali pusat. Jika pusat kotor, cuci basuh dengan air bersih yang telah dimasak. Jangan memberi apapun pada pusat bayi.

3) Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan dengan air bersih dan hangat dengan sabun setiap hari.

4) Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan siapapun yang memegang bayi memcuci tangannya terlebih dahulu.


(31)

2. Tanda – Tanda bahaya pada bayi baru lahir

a. Pernafasan : sulit atau lebih dari 60 kali per menit

b. Kehangatan : terlalu panas (>38C) atau terlalu dingin (<36C).

c. Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat. d. Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, ada lendir atau darah pada tinja. e. Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk f. Tinja/kemih : tidak berkemih dalam tiga hari, atau tidak berkemih dalam 24 jam.

g. Aktifitas : menggigil, atau tangis yang tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, kejang.

Hal yang harus dilakukan apabila terjadi tanda bahaya pada ibu dan bayi baru lahir adalah segera melaporkan pada petugas kesehtan atau membawa ke petugas kesehatan agar segera mendapat pertolongan (Pusdiknakes,2003).

Suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita serta orang terdekat yang menyebabkan kehamilan terjadi dan orang pertama dalam memberi dorongan kepada istri (Huliana, 2004).

D. Partisipasi Suami dalam Asuhan Masa Nifas

Kesehatan reproduksi merupakan suatu kesehatan dalam keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya (BKKBN, 2003). Dari hasil penelitian diketahui bahwa partisiapsi suami


(32)

dalam kesehatan reproduksi masih sangat rendah (BKKBN, 2003). Beberapa pandangan yang salah diatas harus diluruskan . Kesadaran, pengetahuan, sikap, dan perilaku suamidalam kesehatan reproduksi umumnya dan asuhan masa nifas khususnya perlu ditingkatkan. Partisipasi suami dalam asuhan mulai dari kehamilan sampai masa nifas merupakan salah satu perwujutan dan kesetaraan dan keadilan gender dalam menunaikan tanggung jawabnya untuk membina keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2003). Perlunya peningkatan partisipasi suami dalam asuhan mulai dari kehamilan sampai masa nifas karena suami merupakan pasangan atau partner dalam proses reproduksi, sehingga berlasan apabila suami istri berbagi tanggung jawab dan peranan secara seimbang untuk mencapau kesehatan reproduksi dan berbagi beban untuk mencegah penyakit serta komplikasi kesehatan reproduksi dan kehamilan, suami juga bertanggung jawab secara sosio, moral, dan ekonomi dalam membangun keluarga. Duami secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peranan yang penting dalam mengambil keputusan. Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam asuhan kehamilan saat ini masih rendah. Paertisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik, sosial, dan spiritual. Partisipasi suami dalam asuhan masa nifas merupakn refleksi dari peran suami dalam keluarga (BKKBN, 2003).

E. Perilaku Suami terhadap Istri pada Masa Nifas

1. Suami dapat melakukan pekerjaan ibu sehari-hari seperti memasak, mencuci pakaian dan merapaikan rumah.


(33)

2. Membantu ibu untuk berkemih, mandi dan mengganti pakaian jika ibu menginginkannya.

3. Membantu merawat bayi.

Jika suami bekerja pada siang hari, tugas merawat bayi dapat digantikan ayah pada malam harinya. Misalnya dengan membagi waktu malam menjadi dua paruh waktu pertama (pukul 21.00 – 24.00) untuk istri, paruh waktu berikutnya (24.00 – 04.00) untk suami. Pada malam hari itu suami bisa mengambil tugas mengganti popok bayi, mengganti baju, atau mengayun bayi sementara istri hanya menyusui.

a. Jika bayi terpaksa minum susu formula, suami bisa mengambil semua tugas persiapan.

b. Jika suami bekerja pada siang hari tentukan pembagian tugas pada akhir pekan.

4. Ayah menyusui

Yaitu ayah yang mendukung dan berpartisipasi dalam proses pemberian ASI, agar ASI keluar lebih lancar:

1) Suami melihat kepada istri saat menyusui bayi, mendekap bayi dalam pelukan, dan Suami bisa membantu menyediakan makanan dan minuman bagi istri yang menyusui, misalnya membuatkan segelas susu hangat saat istri menyusui.

2) Jangan tidur sepanjang malam tapi tunjukkan solidaritas dalam kegiatan menyusui di malam hari, misalnya mengangkat bayi dari ranjang untuk


(34)

diserahkan kepada istri, lalu mengembalikan bayi ke ranjangnya usai menyusui.

3) Suami dapat mengurangi keletihan istri akibat menyusui dengan memijat bahunya.

Terhadap bayi, usapan lengan ayahnya saat ia tengah menyusu umumnya menyenangakan, meskipun ada juga bayi yang sangat sensitif sehingga tidak ingin di ganggu saat tengah menyusu.

4) Suami bisa membantu memberikan ASI perahan pada bayi saat istri tidak bisa memberikan ASI sacara langsung Suami bisa berada disamping istri yang tengah menyusui sambil meberikan semangat pada istri untuk terus memberikan ASI nya, juga kekaguman dan penghargaan.

5) Suami bisa membantu istri memijat payudara. Lakukan kontak berkomunikasi dengan bayi.


(35)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Peneliti akan meneliti tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi medan tahun 2010.

Hal ini dapat dilihat dari kerangka konsep peneliti dibawah ini :

Perilaku Suami

Bagan 3.1

Ibu masa nifas Pengetahuan

Sikap Tindakan


(36)

B. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1. Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui suami tentang masa nifas yang meliputi: - Pengertian

masa nifas - Manfaat

melakukan latihan pergerakan - Perawatan ibu

selama masa nifas

- Perawatan bayi - Tanda bahaya

pada ibu nifas - Tanda bahaya

pada bayi

Kuesioner Angket 1. Baik bila 76%-100% atau total skor 12-15 2. Cukup bila

50%-70% atau total skor 8-11 3. Kurang bila

<50% atau total skor <8

Ordinal

2. Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap istri pada masa nifas yang meliputi suami

Kuesioner Angket 1.Baik bila 76%-100% atau total skor

31-40 2.Cukup bila

50%-75%


(37)

setuju atau tidak setuju

- Sikap suami terhadap istri pada masa nifas - Sikapsuami

dalam merawat bayi

atau total skor 21-30 3.Kurang bila

<50% atau total skor 10-20

3. Tindakan Tindakan adalah reaksi atau perbuatan nyata yang dilakukan secara langsung oleh suami

terhadap istri pada masa nifas yang meliputi: dilakukan atau tidak dilakukan - Tindakan

suami dalam melakukan perawatan ibu nifas

- Tindakan suami dalm melakukan perawatan pada bayi

Kuesioner Observasi 1.Baik bila 76%-100% atau total skor

31-40 2.Cukup bila

50%-75% atau total skor

21-30 3.Kurang bila <50% atau total skor 10-20. Ordinal


(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang mempunyai istri sedang dalam masa nifas pada maret 2010 di ruang V Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan sebanyak 33 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili dari seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, jadi seluruh populasi akan menjadi objek penelitian yaitu sebanyak 33 orang.


(39)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang V Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 1 Maret sampai dengan 31 Maret 2010.

D. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin dari pimpinan RSU. Dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani

informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden

berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(40)

E. Instrumen Penelitian.

Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan instrumen berupa kuesioner yang dibuat oleh si peneliti. Kuesioner tentang data demografi responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan. Pertanyaan untuk pengetahuan sebanyak 15 soal dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : a, b, atau c jika menjawab benar maka diberi nilai satu (skor =1), sedangkan jika menjawab salah diberi nilai nol (skor = 0).

Pertanyaan untuk sikap sebanyak 10 pertanyaan dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : Sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pertanyaan no 1-5 merupakan pertanyaan positif (favorable) dan pertanyaan no 6-10 merupakan pertanyaan negatif (unfavorable). Untuk pertanyaan positif skor Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Untuk pertanyaan negatif (SS) = 1, (S) = 2, (TS) = 3, (STS) = 4. Total skor diperoleh nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 40. Jadi semakin tinggi skor semakin baik sikap suami dalam merawat ibu masa nifas

Pertanyaan untuk tindakan sebanyak 10 soal dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban :selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Jika menjawab selalu maka skor 4, jika menjawab sering maka skor 3, jika menjawab kadang- kadang maka skor 2, dan jika menjawab tidak pernah maka skor 1.Total skor terendah 10 dan total skor tertinggi 40. Jadi semakin tinggi jumlah skor maka semakin baik tindakan suami dalam merawat ibu masa nifas.


(41)

F. Validitas dan Reabilitas Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang hendak di ukur (Arikunto, 2006). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan content validity. Uji validitas akan di lakukan oleh pakarnya yaitu dokter spesialis obstetri ginekologi.

2. Uji Realibitas

Uji reabilitas adalah ketepatan atau keajengan suatu alat pengukur. Uji reabilitas dilakukan untuk melihat alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan sebagai alat ukur (Arikunto, 2006). Uji reabilitas dalam penelitian ini mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner. Sekumpulan pertanyaan unutuk mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien reabilitasnya 0,7 atau lebih dari 0, 7 sudah memadai syarat reabilitas.

Uji validitas akan dilakukan pada 10 orang suami yang memiliki istiri sedang dalam masa nifas yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel, kemudian data diolah menggunakan SPSS dengan mencari koefisien realibitas Alpha

Cronbach.

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi perilaku suami terhadap istri pada masa nifas. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah: mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi


(42)

pendidikan program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU, dan mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pimpinan RSU. Dr. Pirngadi Medan, setelah mendapat izin kemudian peneliti melaksanan penelitian, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent, setelah itu peneliti memberikan penjelasan tentang perawatan ibu dan bayi dalam masa nifas, setelah memberikan penjelasan, peneliti memberikan lembar kuesioner kepada responden, peneliti juga melakukan observasi, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisa.

I. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisa univariant, semua variabel dianalisa secara deskriptif dengan menghitung frekuensinya.

Dari pengolahan data deskriptif, data demografi disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan, sikap dan tindakan suami terhadap istri pada masa nifas.


(43)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai Februari sampai Maret 2010 di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah responden sebanyak 33 orang.

Untuk mengidentifikasi perilaku suami terhadap istri pada masa nifas, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan 15 pertanyaan pengetahuan, 10 pertanyaan sikap dan 10 pernyataan tindakan. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden, pengetahuan, sikap dan tindakan

suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.


(44)

1. Karakteristik responden

Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup umur, pendidikan dan pekerjaan. Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 5.1

Distribusi karakteristik responden tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No Karakteristik F %

A. 1. 2. 3. 4. Umur Suami 21-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun 5 7 9 12 15,1 21,2 27,3 36,4

Total 33 100 %

B. 1. 2. 3. 4. Pendidikan Suami SD SMP SMA PT 4 7 14 8 12,1 21,2 42,4 24,3

Total 33 100 %

C. 1. 2. 3. Pekerjaan Suami PNS Wiraswasta Pegawai swasta 5 22 6 15,1 66,7 18,2

Total 33 100 %

Berdasarkan tabel diatas diketahui berumur 36-40 tahun merupakan responden terbanyak yaitu 12 orang (36,4 %), pendidikan terbanyak pendidikan SMA yaitu 14 orang (42,4 %), pekerjaan terbanyak wiraswasta yaitu 22 orang (66,7 %).


(45)

2. Pengetahuan responden

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Tabel 5.2

Distribusi berdasarkan pengetahuan responden tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No Pernyataan Pilihan Jawaban

Benar Salah

F % F %

1 Masa nifas merupakan…. 19 57,6 14 42,4

2 Sebagai latihan pergerakan setelah ibu melahirkan ibu boleh....

25 75,8 8 24,2 3 Manfaat melakukan mobilisasi dini atau latihan

pergerakan adalah....

25 75,8 8 24,2 4 Bila ibu nifas tidak BAB 3-4 hari sebaiknya.... 24 72,7 9 27,3 5 Cara merawat luka jahitan setelah melahirkan

adalah....

23 69,7 10 30,3 6 Kebutuhan nutrisi ibu nifas perlu ditingkatkan

agar....

24 72,7 9 27,3 7 Bila ibu nifas kurang istirahat akan dapat…. 23 69,7 10 30,3 8 Dibawah ini yang merupakan tanda-tanda bahaya

pada masa nifas adalah….

22 66,7 11 33,3 9 Ibu nifas dapat melakukan hubungan suami istri

setelah….

21 63,6 12 36,4 10 ASI diberikan kepada bayi setiap…. 26 78,8 7 21,2 11 Bayi yang baru lahir sebaiknya diberi makan…. 22 66,7 11 33,3 12 Cara mempertahankan suhu tubuh bayi adalah…. 24 72,7 9 27,3 13 Mencegah infeksi pada bayi baru lahir adalah

dengan cara….

27 81,8 6 18,2 14 Untuk mencegah kecelakaan pada bayi

sebaiknya....

24 72,7 9 27,3 15 Di bawah ini yang merupakan tanda bahaya pada

bayi baru lahir adalah....


(46)

Berdasarkan hasil pilihan jawaban pengetahuan suami, didapat bahwa suami yang banyak menjawab pertanyaan yang benar pada pertanyaan nomor 13 ada 27 orang (81,8 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab pertanyaan yang benar pada pertanyaan nomor 1 ada 19 orang (57,6 %). Sedangkan suami yang banyak menjawab salah pada pertanyaan nomor 1 ada 14 orang (42,4 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab salah pertanyaan nomor 13 ada 6 orang (18, 2%).

Tabel 5.3

Distribusi berdasarkan pengetahuan responden tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU.Dr.Pirngadi MedanTahun 2010

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kurang 5 15,1

Cukup 11 33,3

Baik 17 51,6

Total 33 100 %

Berdasarkan kategori pengetahuan, sebagian besar suami mempunyai pengetahuan baik tentang perawatan masa nifas yaitu sebanyak 17 orang (51,6 %).

3. Sikap Responden

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.


(47)

Tabel 5.4

Distribusi berdasarkan sikap responden tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No. Pernyataan Pilihan jawaban

SS S TS STS

F % F % F % F %

1 Ibu nifas perlu melakukan mobilisasi dini atau latihan pergerakan supaya kesehatan ibu cepat pulih.

17 51,5 6 18,2 9 27,2 1 3,1

2 Kebutuhan nutrisi ibu nifas harus dipenuhi supaya pengeluaran ASI ibu lancar.

19 57,6 11 33,3 3 9,1 - -

3 Pada saat ibu dalam masa nifas suami menggantikan peran ibu untuk melakukan pekerjaan rumah.

2 6,1 29 87,8 2 6,1 - -

4 Pada saat ibu menyusui bayi pada malam hari suami mendampingi ibu.

2 6,1 21 63,6 10 30,3 - - 5 Suami membantu ibu untuk mengganti

pembalut agar tidak terjadi infeksi.

- - 18 54,5 14 42,4 1 3,1 6 Bila bayi menangis atau rewel dan ibu

sedang istirahat suami menunggu sampai ibu terbangun untuk menenangkan bayi.

- - 16 48,5 17 51,5 - -

7 Ibu yang cukup istirahat dapat mengurangi produksi ASI.

- - 7 21,2 26 78,8 - - 8 Susu formula sangat baik untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir.

8 24,2 25 75,8 - - - -

9 Apabila bayi BAB suami meminta agar ibu membersihkannya walaupun ibu sedang istirahat.

1 3,1 20 60,6 12 36,3 - -

10 Bethadine diberikan pada tali pusat supaya cepat pupus.

9 27,3 6 18,2 18 54,5 - -

Berdasarkan hasil pilihan jawaban sikap suami, didapat bahwa suami yang banyak menjawab pernyataan sangat setuju pada nomor 2 ada 19 orang (57,6 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab pernyataan sangat setuju pada nomor 9 ada 1 orang (3,1 %). Didapat bahwa suami yang banyak menjawab pernyataan setuju


(48)

pada nomor 3 ada 29 orang (87,8 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab pernyataan setuju pada nomor 1 dan 10 ada 6 orang (18,2 %). Didapat bahwa suami yang banyak menjawab pernyataan tidak setuju pada nomor 7 ada 26 orang (78,8 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab pernyataan tidak setuju pada nomor 3 ada 2 orang (6,1 %). Sedangkan suami yang menjawab pernyataan sangat tidak setuju hanya pada nomor 1 dan 5 ada 1 orang (3,1 %).

Tabel 5.5

Distribusi berdasarkan sikap responden tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kurang 5 15,1

Cukup 23 69,8

Baik 5 15,1

Total 33 100 %

Berdasarkan kategori sikap, hampir seluruh responden mempunyai sikap cukup terhadap istri pada masa nifas yaitu sebanyak 23 orang (69,8 %).

4. Tindakan Responden

Tindakan adalah sikap yang belum otomatis dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata maka diperlukan faktor pendukung lain. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan hubungan erat antara


(49)

sikap dan tindakan yang didukung oleh sikap yang mengatakan bahwa sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak.

Tabel 5.6

Distribusi berdasarkan tindakan responden tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No. Pertanyaan Pilihan jawaban

Selalu Sering Kadang-kadang

Tidak pernah

F % F % F % F %

1 Suami menemani ibu setiap ibu mandi. - - 13 39,4 20 60,6 - - 2 Suami membantu ibu bila ingin turun

dari tempat tidur karena keadaan kesehatan ibu belum pulih.

- - 17 51,5 16 48,5 - -

3 Suami menganjurkan ibu menggunakan air yang sudah dimasak untuk membersihkan kelamin ibu.

- - 7 21,2 17 51,5 9 27, 3 4 Suami membantu ibu untuk merawat

luka bekas jahitan dengan menggunakan kain kasa dan bethadine.

1 3,1 5 15,1 19 57,6 8 24, 2 5 Ibu diberi makan oleh suami dengan

makanan yang bergizi seperti nasi, ikan, sayur, buah dan ditambah dengan susu.

11 33,3 14 42,5 8 24,2 - -

6 Apabila popok bayi basah suami menggantinya tanpa meminta bantuan ibu.

- - 12 36,3 19 57,6 2 6,1

7 Apabila bayi menangis pada malam hari suami bangun untuk menenangkannya.

- - 7 21,2 26 78,8 - - 8 Pada saat ibu menyusui bayi, suami

memijat punggung ibu untuk mengurangi rasa letih karena menyusui.

- - 4 12,1 11 33,3 18 54, 6 9 Suami mendampingi ibu bila ibu

menyusui bayinya pada malam hari.

- - 7 21,2 26 78,8 - - 10 Apabila tali pusat bayi basah suami

mengganti pembalutnya dengan pembalut yang kering.

- - 2 6,1 7 21,2 24 72, 7


(50)

Berdasarkan hasil pilihan jawaban tindakan suami, didapat bahwa suami yang banyak menjawab selalu pada nomor 5 ada 11 orang (33,3 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab selalu pada nomor 4 ada 1 orang (3,1 %). Didapat bahwa suami yang banyak menjawab sering pada nomor 2 ada 17 orang (51,5 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab sering pada nomor 10 ada 2 orang (6,1 %). Didapat bahwa suami yang banyak menjawab kadang-kadang pada nomor 7 dan 9 ada 26 orang (78,8 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab kadang-kadang pada nomor 10 ada 7 orang (21,2 %). Sedangkan suami yang banyak menjawab tidak pernah pada nomor 10 ada 24 orang (72,7 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab tidak pernah pada nomor 6 ada 2 orang (6,1 %).

Tabel 5.7

Distribusi berdasarkan tindakan responden tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kurang 16 48,5

Cukup 17 51,5

Baik - -

Total 33 100 %

Berdasarkan kategori tindakan ditemukan bahwa dari 33 orang responden tidak ada yang melakukan tindakan dengan kategori baik tentang perawatan ibu masa nifas.


(51)

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 33 orang suami yang diteliti ditemukan mayoritas suami berpengetahuan baik tentang perawatan masa nifas yaitu sebanyak 17 orang (51,6 %) dan minoritas suami berpengetahuan kurang tentang perawatan masa nifas sebanyak 5 orang (15,1%).

Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 33 suami yang diteliti, ditemukan mayoritas suami berumur 36-40 tahun sebanyak 12 orang (36,4%) dan minoritas suami yang berumur 21-25 tahun sebanyak 5 orang (15,1 %). Sesuai pendapat Hurlock (2002), bahwa usia dewasa (18-40 tahun) merupakan masa dimana seseorang secara maksimal mencapai prestasi yang memuaskan, pada usia tengah (41-60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi.

Pada tingkat pendidikan juga ditemukan suami mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 14 orang (42,4 %), dan minoritas suami berpendidikan SD sebanyak 4 orang (12,1 %). Sesuai pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga.

Pada pekerjaan juga ditemukan mayoritas suami memiliki pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 22 orang (66,7 %) dan minoritas PNS sebanyak 5 orang (15,1 %), dan sesuai pendapat Hurlock (1998) yang mengatakan bahwa pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan pola tindakan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan juga berpengaruh terhadap tingkat sosial


(52)

ekonomi dan tingkat sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, semakin baik pekerjaan seseorang maka diharapkan tingkat kesehatannya juga semakin baik. Pekerjaan suami mempengaruhi terhadap keterlibatan dalam merawat ibu pada masa nifas.

2. Pengetahuan Suami dalam Merawat Istri pada Masa Nifas

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 33 orang suami yang diteliti ditemukan mayoritas suami berpengetahuan baik tentang perawatan masa nifas yaitu sebanyak 17 orang (51,6 %) dan minoritas suami berpengetahuan kurang tentang perawatan masa nifas sebanyak 5 orang (15,1%).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2007).

3. Sikap Responden dalam Merawat Istri pada Masa Nifas

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas tetapi merupakan prediposisi suatu tindakan.

Berdasarkan hasil penelitian distribusi sikap responden terhadap istri pada masa nifas mayoritas suami memiliki sikap dengan kategori cukup sebanyak 23 orang


(53)

(69,8 %), berarti masih kurangnya motivasi responden untuk merubah sikap, sehingga segala yang dilakukan belum maksimal, karena sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap objek tertentu. Hal ini menunjukkan semakin rendah tingkat perkembangan sikap seseorang dalam menghadapi masalah semakin sulit untuk merubah perilakunya.

Sikap suami terhadap istri pada masa nifas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karena adanya pengetahuan suami mengenai perawatan ibu nifas, cara memperoleh informasi, adanya kepercayaan yang diperoleh dari orang tua sumber-sumber yang mencakup uang, waktu serta tenaga dan dapat dipengaruhi oleh kebudayaan di masyarakat setempat. Sikap merupakan faktor predisposisi untuk terbentuknya tindakan atau perilaku, disini perilaku petugas kesehatan juga mempengaruhi terhadap sikap suami dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan kepada suami-suami sehingga akan menambah wawasan dan pengetahuan para suami.

Bila dilihat secara rinci dari hasil penelitian untuk pernyataan sikap nomor 3 sebanyak 29 orang responden ( 87,8 %) menjawab setuju bila suami menggantikan peran ibu untuk melakukan pekerjaan rumah untuk sementara seperti memasak, merawat anak lain dan mencuci pakaian selama ibu dalam masa nifas hal ini menunjukkan bahwa sikap suami sudah baik.

Untuk pernyataan sikap nomor 7 sebanyak 26 orang (78,8 %) responden menjawab tidak setuju bila ibu yang cukup istirahat dapat mengurangi produksi ASI, ini berarti suami memahami bahwa ibu harus cukup istirahat supaya produksi ASI lancar.


(54)

4. Tindakan Suami dalam Merawat Istri pada Masa Nifas

Tindakan adalah suatu perbuatan nyata dari sesuatu yang telah disikapi. Untuk mewujudkan suatu sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata maka diperlukan faktor pendukung lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh tindakan responden mayoritas cukup sebanyak 17 orang (51,5 %). Hal ini disebabkan karena faktor pendukung lain seperti sumber daya yang mencakup uang, waktu dan tenaga berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

Bila dilihat dari hasil penelitian untuk pertanyaan tindakan nomor 5 sebanyak 8 orang (24 %) suami menjawab kadang-kadang dalam hal memenuhi kebutuhan nutrisi ibu sementara dari pertanyaan pengetahuan hampir seluruh responden menjawab benar mengenai kebutuhan nutrisi ibu nifas sebanyak 24 orang (72,7 %) maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik tidak selamanya mempengaruhi seseorang dapat bertindak dengan baik. Untuk pertanyaan tindakan nomor 9 sebanyak 26 orang responden (78,8 %) menjawab kadang-kadang dalam hal menyusui bayi apakah suami mendampingi istri dalam hal ini keikutsertaan suami masih kurang padahal jika hal ini sering dilakukan akan terbentuk ikatan antara ibu, bayi dan ayah.

Menurut Notoadmodjo, 2007 pengetahuan dan sikap sangat erat kaitannya terhadap tindakan/perilaku. Dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengetahuan responden tentang perawatan ibu nifas pada kategori cukup, sikap responden sebagian besar cukup sehingga tindakan untuk melakukan perawatan ibu nifas juga belum maksimal.


(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas di ruang V RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari segi karakteristik responden tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas berdasarkan umur mayoritas suami berumur 36-40 tahun sebanyak 12 orang (36,4 %). Berdasarkan pendidikan mayoritas suami berpendidikan SMA sebanyak 14 orang (42,4 %). Sedangkan berdasarkan pekerjaan suami mayoritas wiraswasta sebanyak 22 orang (66,7 %).

2. Dari segi kategori pengetahuan responden tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas mayoritas mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 17 orang (51,6 %).

3. Dari segi kategori sikap responden tentang perilaku suami terhadap istri pada masa nifas mayoritas mempunyai sikap cukup yaitu sebanyak 23 orang (69,8 %). 4. Dari segi kategori tindakan responden tentang perilaku suami terhadap istri pada

masa nifas mayoritas mempunyai tindakan cukup yaitu sebanyak 17 orang (51,5 %).


(56)

B. Saran

1. Kepada petugas kesehatan di RS, di Puskesmas atau pun di Rumah Bersalin agar memberi pendidikan kesehatan kepada para suami tentang perawatan masa nifas serta dampak buruk bila tidak dilakukan perawatan.

2. Bagi para suami diharapkan mau melakukan perawatan terhadap ibu nifas walaupun dengan wakrtu yang terbatas karena merupakan tanggung jawab suami sebagai kepala keluarga untuk merawat dan menjaga kesehatan keluarganya. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian ini di

tempat lain dengan jumlah sampel yang lebih banyak, dan pada peneliti lanjut diharapkan dapat menggunakan desain kolerasi yang dapat menjelaskan pengaruh perilaku suami tentang perawatan dalam masa nifas


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. (2007), Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Darwis, S, (2003), Metode Penelitian Kebidanan, Jakarta : EGC. Ester, M. (2006), Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan, Jakarta : EGC.

Manuaba, I. (2002), Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC

Manuaba, I. (2007), Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC

Marshal. (2004), Mengatasi Depresi Pasca Melahirkan, Jakarta: Arcan.

Notoatmodjo, S. (2007), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2002), Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. Oswari, E. (2004), Perawatan Ibu Hamil dan Bayi, Jakarta :PSH

Prawirohardjo, S. (2002), Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, S. (2006), Penuntun Nifas. Makasar: Yayasan Pendidikan Indonesia. Sastroasmoro, S. (2008), Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta Sadung

Seto.

Saleha. (2009), Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba Medika. Saifuddin, Abdul Bari. (2002), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Jakarta:YBP-SP.

Sudjana. (2002), Metode Statistika, Bandung : Tarsito.


(58)

Kuesioner Penelitian

Perilaku Suami terhadap Istri pada Masa Nifas di Ruang V RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2010

No. Responden : Petunjuk:

Jawablah pertanyaan ini, serta beri tanda silang untuk salah satu jawaban anda!

A. Data Demografi

Umur :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

B. Pertanyaan Pengetahuan

1. Masa nifas merupakan….

a. Masa pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan b. Masa pemulihan kesehatan ibu sebelum melahirkan c. Masa pemulihan kesehatan ibu pada saat melahirkan 2. Sebagai latihan pergerakan setelah ibu melahirkan ibu boleh....

a. berjalan keluar rumah

b. miring kekanan dan kiri, serta duduk di tepi tempat tidur c. memandikan bayi

3. Manfaat melakukan mobilisasi dini atau latihan pergerakan adalah.... a. Untuk mempercepat pemulihan kesehatan ibu

b. Untuk melatih agar ibu dapat bergerak cepat c. Untuk menambah selera makan ibu

4. Bila ibu nifas tidak BAB 3-4 hari sebaiknya.... a. Ditunggu sampai ibu bisa BAB

b. Ibu dipaksa untuk BAB c. Memberikan obat pencahar


(59)

a. Cukup dengan minum jamu saja

b. Membersihkan dengan menggunakan kasa bethadine c. Luka jahitan tidak boleh diberi apa-apa

6. Kebutuhan nutrisi ibu nifas perlu ditingkatkan agar....

a. Keadaan kesehatan ibu cepat pulih dan untuk persiapan ASI b. Berat badan ibu tidak menurun

c. Ibu tidak lemah karena sudah melalaui proses kelahiran bayi 7. Bila ibu nifas kurang istirahat juga akan dapat....

a. Mengurangi jumlah Air Susu Ibu (ASI) b. Mengurangi berat badan ibu

c. Meningkatkan suhu tubuh ibu

8. Di bawah ini yang merupakan tanda-tanda bahaya pada masa nifas adalah.... a. Nafsu makan ibu meningkat.

b. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, atau terasa sakit. c. Berat badan ibu meningkat

9. Ibu nifas dapat melakukan hubungan suami istri setelah.... a. Dua minggu melahirkan

b. Tiga minggu melahirkan

c. Darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

10. ASI diberikan kepada bayi setiap.... a. Tiga kali sehari

b. Bayi menginginkan ASI atau paling tidak setiap 4 jam c. Enam kali sehari

11. Bayi yang baru lahir sebaiknya diberi makan.... a. Bubur tim

b. Susu formula c. ASI saja

12. Cara mempertahankan kehangatan tubuh bayi adalah....


(60)

b. Membuat penghangat buatan di tempat tidur seperti botol berisi air panas c. Mendekatkan bayi keperapian

13. Mencegah infeksi pada bayi baru lahir adalah dengan cara.... a. Meberi obat anti infeksi pada tali pusat bayi

b. Menjaga tali pusat bayi agar tetap bersih dan kering, jangan memberikan apapun pada pusat bayi

c. Setiap mandi talipusat digosok dengan menggunakan sabun 14. Untuk mencegah kecelakaan pada bayi sebaiknya....

a. Bayi tidak boleh disentuh oleh siapapun b. Bayi tetap berada di tempat tidur

c. Jangan meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu

15. Di bawah ini yang merupaka tanda bahaya pada bayi baru lahir adalah.... a. Tidak buang air besar dalam tiga hari, atau tidak berkemih dalam 24 jam b. Bayi menangis


(61)

C. Pertanyaan untuk Sikap

Berikan tanda chek list () pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda! Keterangan:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pertanyaan SS S TS STS

1 Ibu nifas perlu melakukan mobilisasi dini atau latihan pergerakan supaya kesehatan ibu cepat pulih.

2 Kebutuhan nutrisi ibu nifas harus dipenuhi supaya produksi ASI ibu lancar.

3 Pada saat ibu dalam masa nifas suami menggantikan peran ibu untuk melakukan pekerjaan rumah.

4 Pada saat ibu menyusui bayi pada malam hari suami mendampingi ibu.

5 Suami membantu ibu untuk mengganti pembalut agar tidak terjadi infeksi.

6 Bila bayi menangis atau rewel dan ibu sedang istirahat suami menuggu sampai ibu terbangun untuk menenangkan bayi.

7 Ibu yang cukup istirahat dapat mengurangi produksi ASI.

8 Susu formula sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir.

9 Apabila bayi BAB suami meminta agar ibu membersihkannya walaupun ibu sedang istirahat. 10 Bethadine diberikan pada tali pusat supaya cepat


(62)

D. Pertanyaan untuk Tindakan

Lingkarilah salah satu jawaban yang anda anggap benar! 1. Suami menemani ibu setiap ibu mandi.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

2. Suami membantu ibu bila ingin turun dari tempat tidur karena keadaan kesehatan ibu belum pulih.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Suami menganjurkan ibu menggunakan air yang sudah dimasak untuk membersihkan kelamin ibu.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4. Suami membantu ibu untuk merawat luka bekas jahitan dengan menggunakan kain kasa dan bethadine.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Ibu diberi makan oleh suami dengan makanan yang bergizi seperti nasi, ikan, sayur, buah dan ditambah dengan susu.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah


(63)

6. Apabila popok bayi basah suami menggantinya tanpa meminta bantuan ibu. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Apabila bayi menangis pada malam hari suami bangun untuk menenangkannya. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Pada saat ibu menyusui bayi, suami memijat punggung ibu untuk mengurangi rasa letih karena menyusui.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

9. Suami mendampingi ibu bila ibu menyusui bayinya pada malam hari. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

10. Apabila tali pusat bayi basah suami mengganti pembalutnya dengan pembalut yang kering.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah


(64)

PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG KTI

Nama : Lenny Rohany NIM : 095102037

Judul : Perilaku Suami terhadap Istri pada Masa Nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas disetujui untuk mengikuti ujian sidang KTI.

Medan, Juni 2010 Pembimbing

(dr. Ichwanul Adenin, SpOG, K)


(65)

SURAT PERNYATAAN CONTENT VALIDITY

Nama : Lenny Rohany NIM : 095102037

Judul : Prilaku Suami terhadap Istri pada Masa Nifas di Lingkungan IV dan XVIII Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2010.

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas telah melakukan uji validitas terhadap kuesioner penelitiannya dengan jumlah 35 pertanyaan.

Medan, Desember 2009 Diuji oleh,


(66)

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM DIV

BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Nama : Lenny Rohany NIM : 095102037

Judul : Prilaku Suami terhadap Istri pada Masa Niifas di Ruang V RSU. Dr.Pirngadi Medan Tahun 2010

Pembimbing : dr. Ichwanul Adenin, SpOG, K

Tanggal Materi Anjuran/saran Paraf

mahasiswa

Paraf pembimbing


(67)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama : Lenny Rohany / 095102037 adalah mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang ”Perilaku Suami terhadap Istri pada Masa Nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya mohon kesediaan bapak dalam melakukan pelaksanaan tentang tujuan penelitian saya. Jika bapak bersedia silahkan tanda tangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan bapak.

Partisipasi bapak dalam penelitian ini bersifat suka rela, sehingga bapak bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apa pun. Identitas pribadi bapak dan semua informasi yang bapak berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi bapak dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, Maret 2010 Responden


(1)

D. Pertanyaan untuk Tindakan

Lingkarilah salah satu jawaban yang anda anggap benar! 1. Suami menemani ibu setiap ibu mandi.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

2. Suami membantu ibu bila ingin turun dari tempat tidur karena keadaan kesehatan ibu belum pulih.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Suami menganjurkan ibu menggunakan air yang sudah dimasak untuk membersihkan kelamin ibu.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4. Suami membantu ibu untuk merawat luka bekas jahitan dengan menggunakan kain kasa dan bethadine.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Ibu diberi makan oleh suami dengan makanan yang bergizi seperti nasi, ikan, sayur, buah dan ditambah dengan susu.

a. Selalu b. Sering


(2)

6. Apabila popok bayi basah suami menggantinya tanpa meminta bantuan ibu. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Apabila bayi menangis pada malam hari suami bangun untuk menenangkannya. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Pada saat ibu menyusui bayi, suami memijat punggung ibu untuk mengurangi rasa letih karena menyusui.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

9. Suami mendampingi ibu bila ibu menyusui bayinya pada malam hari. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

10. Apabila tali pusat bayi basah suami mengganti pembalutnya dengan pembalut yang kering.

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG KTI

Nama : Lenny Rohany NIM : 095102037

Judul : Perilaku Suami terhadap Istri pada Masa Nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas disetujui untuk mengikuti ujian sidang KTI.

Medan, Juni 2010 Pembimbing

(dr. Ichwanul Adenin, SpOG, K)


(4)

SURAT PERNYATAAN CONTENT VALIDITY

Nama : Lenny Rohany

NIM : 095102037

Judul : Prilaku Suami terhadap Istri pada Masa Nifas di Lingkungan IV dan XVIII Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2010.

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas telah melakukan uji validitas terhadap kuesioner penelitiannya dengan jumlah 35 pertanyaan.

Medan, Desember 2009 Diuji oleh,


(5)

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM DIV

BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Nama : Lenny Rohany

NIM : 095102037

Judul : Prilaku Suami terhadap Istri pada Masa Niifas di Ruang V RSU. Dr.Pirngadi Medan Tahun 2010

Pembimbing : dr. Ichwanul Adenin, SpOG, K

Tanggal Materi Anjuran/saran Paraf mahasiswa

Paraf pembimbing


(6)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama : Lenny Rohany / 095102037 adalah mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang ”Perilaku Suami terhadap Istri pada Masa Nifas di Ruang V RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya mohon kesediaan bapak dalam melakukan pelaksanaan tentang tujuan penelitian saya. Jika bapak bersedia silahkan tanda tangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan bapak.

Partisipasi bapak dalam penelitian ini bersifat suka rela, sehingga bapak bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apa pun. Identitas pribadi bapak dan semua informasi yang bapak berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi bapak dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, Maret 2010 Responden