3.4 Rangkaian Driver Lampu
Port paralel tidak dapat mengendalikan lampu beban secara langsung, karena itu diperlukan rangkaian driver sebagai perantara antara lampu dengan port paralel.
Rangkaian driver ini menggunakan sebuah transistor C945 dan relay, dimana keduanya merupakan saklar elektronik. Rangkaian Driver Lampu ditunjukkan pada
Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Rangkaian Driver Lampu
Rangkaian ini menggunakan konektor DB 25 yang merupakan konektor untuk paralel port. Konektor DB 25 ini langsung dihubungkan dengan rangkaian sensor arus
dan dihubungkan ke rangkaian DTMF Dekoder. Namun, Gambar 3.4 diatas bukanlah
gambar rangkaian untuk kedua bola lampu. Rangkian ini hanya digunakan untuk salah satu lampu saja. Perbedaan rangkaian terletak pada pin yang terhubung dengan port
parallel, untuk lampu pasangannya digunakan pin-2 dan pin-11 sebagai penghubungnya.
3.5 Analisis Sistem
Analisis mengenai tujuan, identifikasi dan kebutuhan sistem kendali jarak jauh dijabarkan masing-masing pada poin-poin berikut:
3.5.1 Tujuan Sistem
Sistem ini bertujuan untuk memberikan kemudahan pengendalian peralatan elektronik dari jarak jauh, sehingga untuk suatu keadaan tertentu tidak dibutuhkan lagi
tenaga manusia sebagai pengendali langsung. Selain itu sistem juga bertujuan untuk memberi informasi mengenai keadaan hidup atau tidaknya peralatan yang dikontrol
dan mendapatkan jawaban laporan melalui fasilitas SMS Short Message Service. Informasi tersebut dapat diakses dengan memanfaatkan nada DTMF pada telepon.
3.5.2 Identifikasi Sistem
Sistem memiliki kemampuan – kemampuan sebagai berikut : 1.
Dapat mengolah data keluaran DTMF dekoder. 2.
Dapat mengirim suatu pesan SMS sebagai laporan. 3.
Dapat memproses perintah yang masuk sesuai dengan pendefinisian kode yang telah ditentukan.
3.5.3 Kebutuhan Perangkat Lunak
Berdasarkan kebutuhan sistem secara umum, perangkat lunak yang akan dibangun harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut :
1. Mampu mengambil data yang dikirimkan oleh DTMF decoder.
2. Mampu mengeksekusi perintah sesuai dengan input yang diterima.
3. Mampu mengeksekusi perintah baru tanpa mengganggu keadaan sebelumnya.
4. Mampu memberikan laporan status peralatan melalui jasa SMS.
3.5.4 Alur Kerja Sistem
Secara garis besar, alur kerja program yang akan dibahas dapat dilihat pada Gambar 3.5, sedangkan alur kerja sistem secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran C.
Gambar 3.5 hanya menjelaskan garis-garis besar proses yang dikerjakan oleh sistem. Proses yang digambarkan oleh diagram tersebut adalah ketika program
dijalankan oleh user, maka saat itu juga program mulai melakukan proses pembacaan nilai DTMF. Selanjutnya program akan membaca nilai DTMF yang dikirim. Setelah
diperoleh nilai DTMF, dilakukanlah proses perbandingan untuk mengatasi agar kegiatan yang sama tidak dilakukan berulang kali, hal ini dilakukan untuk mengatasi
permasalahan DTMF dekoder yang bersifat latch. Setelah melakukan proses perbandingan antara nilai DTMF yang baru dengan yang lama, jika menghasilkan
nilai yang sama, maka program kembali melakukan pembacaan nilai DTMF. Jika hasil operasi false, maka proses dilakukan dengan mencari data yang sesuai dengan
looping if bersarang. Setelah menemukan kemungkinan yang sesuai, maka dilanjutkan dengan proses menghidup-matikan lampu serta pendefinisian status lampu yang
terhubung. Proses menghidup-matikan lampu disini berisikan operasi logika. Setelah itu, semua proses dilanjutkan dengan pengiriman laporan status mengenai alat-alat
yang terhubung. Selanjutnya program akan kembali ke proses pembacaan nilai DTMF hingga program dihentikan. Penjelasan mengenai proses-proses dan algoritma yang
terjadi dalam masing-masing proses hidup-matikan lampu dijelaskan dengan rinci pada poin selanjutnya. Sedangkan diagram alir sistem secara keseluruhan dapat dilihat
pada LampiranC.
Gambar 3.5 Diagram Alur Sistem
3.6 Menu Pilihan
Pengguna aplikasi diasumsikan sudah mengetahui menu pilihan dari masing-masing tombol. Rincian masing-masing pilihan perintah yang diwakilkan oleh tombol pada
handphone dijelaskan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Menu pada Tombol No. tombol
Perintah yang diwakili oleh tombol
1 Menghidupkan semua lampu
2 Menghidupkan lampu-1
3 Menghidupkan lampu-2
4 Mematikan lampu-1
5 Mematikan lampu-2
6 Meminta laporan status kedua lampu
7 Mematikan semua lampu
Karena dari 4 bit keluaran DTMF dekoder hanya digunakan 3 tiga bit pertama saja, maka jika user menekan tombol 8 akan sama dengan nilai 0 nol, dan nilai tombol 9
akan sama dengan 1 satu, 0 nol sama dengan 2 dua, bintang sama dengan 3 dan pagar sama dengan 4.
3.7 Proses Penyampaian Data DTMF Dekoder ke Paralel Port
Data 4 empat bit hasil keluaran DTMF dekoder, diteruskan ke port paralel sebagai input ke register status dengan alamat 379h. Namun tidak keseluruhan bit tersebut
dipergunakan. Karena alat peraga hanya memakai dua buah lampu sehingga ragam instruksi yang digunakan hanyalah sedikit, yakni 7 tujuh perintah instruksi. Oleh
karena itu, 3 tiga bit data biner dari DTMF dekoder sudah cukup untuk mewakili instruksi yang akan digunakan. Jadi, hanya 3 tiga bit data yang disampaikan ke
register status pada port paralel. Seperti yang digambarkan oleh Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rangkaian Output DTMF decoder
D3 D2
D1 D0
- - - -
Dari gambar diatas tampak bahwa ada 4 empat bit data keluaran DTMF dekoder dan yang dihubungkan dengan port paralel dan digunakan sebagai input
hanya 3 tiga bit pertama saja, yakni D0-D2. Ketiga bit data tersebut dihubungkan dengan pin ke 15, 13 dan 12 dari port paralel, seperti yang digambarkan pada
Gambar3.3.
Data yang disampaikan ke paralel port sebagai input masuk ke register status. Data yang disampaikan oleh DTMF dekoder akan mengalami perubahan nilai ketika
berada di register status. Hal ini dikarenakan ketika berada pada register status yang memiliki 8 delapan pin, 5 lima pin diantaranya memiliki nilai masing-masing,
adanya 3 tiga pin yang tidak digunakan yang selalu bernilai logika 1 nilai default dan juga diakibatkan adanya inverting pada S7 ataupun bit kedelapan pada register
status. Inverting berarti pin bersifat aktif rendah, dan setiap data yang masuk akan di iverskan, dengan kata lain, apabila data yang disampaikan ke S7 adalah 1 satu, maka
data tersebut akan di inverskan menjadi 0 nol. Nilai default setiap pin ketika tidak digunakan adalah 1 satu. Proses perubahan nilai tersebut dapat digambarkan seperti
rangkaian Gambar 3.6. Tabel Keadaan default port status
~S7 S6 S5 S4
S3 - - -
0 1 1
1 1 1
1 1
Data DTMF dekoder = S5,S4,S3
Gambar 3.6 Default Port Status
Selanjutnya keadaan register status ketika menerima data dari DTMF dekoder misalkan data yang disampaikan adalah 0001 akan berubah menjadi seperti Tabel
3.3
Tabel 3.3 Port Status dengan Input DTMF = 1
~S7 S6 S5 S4
S3 - - -
0 1 0 0 1 1 1
1 Dari Tabel 3.3 diatas terlihat jelas bagaimana perbedaan antara nilai yang
dikirim oleh DTMF dekoder dan yang terbaca pada port status alamat 379. Nilai tersebut yang kemudian dibaca oleh perangkat lunak yang digunakan sebagai
antarmukanya untuk mengetahui perintah ekseskusi selanjutnya.
3.8 Proses Penyampaian Data Lampu