Bab III Miskin Literatur Berbahasa Inggris
Setelah pada bab sebelumnya Saya memaparkan hasil penelitian yang berkenaan dengan peta kajian skripsi
mahasiswa, pada bab ini saya akan menyajikan hasil penelitian ini tentang sitiran atau referensi yang digunakan
dalam skripsi-skripsi tersebut. Penyajian kali ini memuat kuantitas sitiran, klasifikasi referensi berdasarkan bidang
ilmu, jenis referensi, dan bahasa referensi.
Minimnya Literatur yang Disitir
Secara keseluruhan, terdapat sejumlah 5042 sitiran yang terdapat di dalam skripsi mahasiswa Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta rentang waktu 2006-2011. Secara umum, rata-rata skripsi
menyitir 10 literatur Tafsir atau Hadis dalam setiap skripsinya.
Grafik 4. Frekuensi Skripsi Menyitir Literatur
Data ini menunjukkan bahwa lebih dari 85 atau sejumlah 418 skripsi menyitir kurang dari 15 literatur Tafsir
atau Hadis, dan hanya kurang dari 16 atau sejumlah 72 skripsi yang menyitir lebih dari 15 literatur Tafsir dan Hadis
dalam penyusunan skripsinya. Sementara itu, secara umum rata-rata frekuensi sitiran literatur adalah 7. Artinya, rata-rata
literatur disitir oleh 7 skripsi, namun dengan menggunakan rumus modus, penelitian ini menemukan sebagian besar
literatur hanya disitir oleh 1 skripsi.
Grafik 5. Frekuensi Literatur yang Disitir
Grafik ini menunjukkan mayoritas literatur yaitu sejumlah 733 atau sekitar 95 literatur disitir oleh kurang
dari 25 skripsi, sejumlah 19 atau sekitar 2,5 literatur disitir oleh kurang dari 50 skripsi, sebanyak 5 atau sekitar 0,6
literatur disitir oleh 51-100 skripsi, dan hanya 9 atau sekitar 1,2 literatur yang disitir lebih dari 100 skripsi. Karya-
karya yang disitir lebih di 100 skripsi tersebut adalah:
1. Al- Jāmiʻ al-Ṣaḥīḥ karya al-Bukhārī.
2. Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab.
3. Al- Jāmiʻ al-Ṣaḥīḥ karya Muslim ibn al-Ḥajjāj.
4. Al- Jāmiʻ al-Ṣaḥīḥ karya al-Tirmidhī.
5. Al-Musnad karya Aḥmad ibn Ḥanbal.
6. Sunan ibn Mājah karya Ibn Mājah al-Qazwīnī.
7. Sunan Abī Dāwūd karya Abū Dāwūd al-Sijistānī.
8. Tafsir Al-Azhar karya Hamka 9. Membumikan Al-Qur’an karya M. Quraish Shihab.
Secara lebih spesifik berdasarkan klasifikasi bidang ilmu, frekuensi penyitiran literatur tafsir dalam skripsi
menunjukkan bahwa 404 literatur tafsir atau sekitar disitir oleh kurang dari 25 skripsi, 12 literatur tafsir disitir oleh 26-
50 skripsi, 3 literatur tafsir disitir oleh 51-75 skripsi, 2 literatur tafsir disitir oleh 76-100 skripsi, 2 literatur tafsir
disitir oleh 101-125 skripsi, dan 1 literatur tafsir yang disitir oleh hampir 200 skripsi.
Grafik 6. Frekuensi Literatur Tafsir yang Disitir
Sedangkan frekuensi literatur hadis yang disitir, 294 literatur hadis atau sekitar disitir oleh kurang dari 25 skripsi,
7 literatur hadis disitir oleh 26-50 skripsi, 2 literatur hadis disitir oleh 51-75 skripsi, 3 literatur hadis disitir oleh 76-100
skripsi, 2 literatur hadis disitir oleh 126-150 skripsi, 1 literatur hadis disitir oleh 151-175 skripsi, 2 literatur hadis
0-25 Skripsi
26-50 Skripsi
51-75 Skripsi
76-100 Skripsi
101-125 Skripsi
126-150 Skripsi
151-200 Skripsi
404
12 3
2 2
1
disitir oleh 176-200 skripsi, dan 1 literatur hadis yang disitir oleh lebih dari 200 skripsi.
Grafik 6. Frekuensi Literatur Hadis yang Disitir
Minimnya Literatur Jurnal Ilmiah dan Hasil Penelitian Berkenaan dengan bentuk atau jenis literatur yang
disitir, penelitian ini memperoleh hasil data bahwa mayoritas literatur yang disitir adalah literatur dalam bentuk buku.
Lebih dari 91 atau sejumlah 702 literatur yang disitir adalah buku, dan kurang dari 10 literatur yang dalam
bentuk selain buku yaitu 46 skripsi, 3 buah tesis, 8 buah disertasi, 11 artikel dalam jurnal ilmiah, dan 1 laporan hasil
penelitian.
Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian mahasiswa untuk mengakses karya-karya ilmiah baik dalam jurnal
ilmiah maupun hasil penelitian, padahal keterbaruan ilmu pengetahuan akan banyak diperoleh melalui kedua jenis
literatur tersebut. Faktor lain yang menyebabkan minimnya penggunaan literatur dalam bentuk artikel di Jurnal Ilmiah
adalah minimnya ketersediaan literatur-literatur tersebut di perpustakaan baik perpustakaan Fakultas, maupun
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
0-25 Skripsi
26-50 Skripsi
51-75 Skripsi
76-100 Skripsi
101-125 Skripsi
126-150 Skripsi
151-175 Skripsi
176-200 Skripsi
200 Skripsi
294
7 2
3 2
1 2
1
Grafik 6. Jenis Literatur
Mahasiswa memang dapat mengakses artikel-artikel yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah dari internet, namun UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta baru menyediakan fasilitas tersebut pada tahun 2011 dengan berlangganan pada pusat-
pusat data artikel seperti JSTOR, PROQUEST, dan EBSCOHOST.
Minimnya Penggunaan Literatur Berbahasa Asing
Berdasarkan bahasa yang digunakan dalam literatur yang disitir, penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa
Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta rentang waktu 2006-2011 lebih banyak
menggunakan literatur berbahasa Indonesia dalam penyusunan skripsi mereka, baik literatur tersebut memang
berbahasa Indonesia maupun terjemahan ke dalam bahasa Indonesia.
Sejumlah 493 literatur atau mendekati 64 literatur yang disitir adalah literatur berbahasa Indonesia, sedangkan
literatur berbahasa Arab sejumlah 262 karya atau sekitar
34, dan amat disayangkan, literatur berbahasa Inggris sebagai bahasa dunia yang paling banyak digunakan hanya
berjumlah 4 literatur. Selain itu, ada literatur-literatur dengan 3 bahasa lain yang disitir, yaitu Jawa, Melayu, dan Sunda.
Grafik 7. Bahasa Literatur yang Disitir
Penelitian ini juga menunjukkan beberapa literatur berbahasa lokal atau daerah yang disitir oleh mahasiswa
dalam menyusun skripsinya. Penyitiran terhadap literatur berbahasa daerah ini dikarenakan bahasa daerah tersebut
adalah bahasa yang digunakan dalam objek kajian atau tema yang diteliti skripsi tersebut.
Satu hal yang juga patut menjadi perhatian seluruh civitas akademi adalah banyaknya penggunaan literatur yang
bukan menggunakan bahasa asli melainkan hasil terjemahan. Sejumlah 178 literatur atau sekitar 23,1 karya tulis yang
disitir adalah hasil terjemahan dari buku aslinya. Sejumlah skripsi bahkan lebih memilih menggunakan karya
terjemahan literatur-literatur utama dalam kajian tafsir hadis dari pada menyitir sumber aslinya.
Sebagian karya-karya tafsir atau hadis seperti Tafsīr
ibn Kathīr, Tafsīr al-Jalālayn, Tafsīr al-Marāghī, Fī Ẓilāl al- Qur’ān, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Abī Dāwūd,
dan Sunan al- Tirmidhī disitir terjemahannya, bukan sumber
aslinya, padahal karya-karya tersebut tersedia di perpustakaan-perpustakaan.
Meskipun demikian, berkenaan dengan jumlah sitiran, karya-karya berbahasa Indonesia, baik yang asli
berbahasa Indonesia maupun terjemahan dari bahasa asing Arab atau Inggris, hanya disitir 1915 kali atau sekitar 38.
Sedangkan literatur berbahasa Arab disitir lebih dari 60 atau 3106 kali. Sisanya, sejumlah 21 sitiran adalah literatur
berbahasa Inggris, Jawa, Melayu, dan Sunda.
Grafik 8. Sebaran Jumlah Sitiran Menurut Bahasa Literatur
Sedangkan jika dilihat dari sebaran klasifikasi wilayah kajian Qur’anic Studies dan
Ḥadīth Studies, maka literatur tafsir yang berbahasa Indonesia baik yang asli
berbahasa Indonesia, maupun yang merupakan hasil terjemahan, adalah literatur yang paling banyak disitir yaitu
sejumlah 308 literatur, sementara literatur tafsir berbahasa Arab hanya 103 literatur, tidak mencapai separuhnya
literatur tafsir berbahasa Indonesia.
Arab Indonesia
Inggris Jawa
Melayu Sunda
3106 1915
7 2
10 2
Grafik 9. Prosentase Bahasa Literatur Tafsir yang Disitir
Berbeda dengan popularitas literatur berbahasa Indonesia di wilayah kajian Qur’anic Studies, literatur
Ḥadīth Studies yang disitir mendapatkan porsi yang sama, yaitu masing-masing 155 literatur berbahasa Arab dan
Indonesia. Hanya saja perlu mendapatkan perhatian, tidak satu pun literatur
Ḥadīth Studies berbahasa Inggris yang disitir.
Grafik 10. Prosentase Bahasa Literatur Hadis yang Disitir
Temuan ini sangat memprihatinkan, mengingat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah kampus yang salah satu
semboyannya adalah Integrity yang di antaranya dimaknai
24 73
1 2
Arab Indonesia
Inggris Jawa, Melayu, Sunda
49,7 49,7
0,6 Arab
Indonesia Melayu dan Sunda
dengan integrasi antara tradisi Timur dan Barat. Hal ini semestinya tercermin dalam setiap aktifitas akademik semua
pihak yang berkecimpung di dalamnya, apalagi mahasiswa. Sebuah masalah besar yang harus diselesaikan berkenaan
dengan tidak adanya literatur kajian Hadis yang disitir oleh mahasiswa Tafsir Hadis dalam penyusunan skripsi rentang
waktu 2006-2010.
Bab IV Popularitas Tafsir Indonesia