Entrepreneurship Kewirausahaan TINJAUAN TEORITIS

xli dijadikan feedback untuk peningkatan program pelatihan ke depan, sehingga pelatihan dapat ditingkatkan. 43 Dari teori-teori tersebut dapat dikemukakan bahwa sistem pelatihan kewirausahaan merupakan satu kesatuan yang meliputi serangkaian proses yang terdiri dari beberapa bagian penting unsur-unsur dalam upaya pembiasaan diri dalam pemberian kecakapan terhadap peserta pelatihan kewirausahaan untuk menumbuh serta meningkatkan kemampuan santri dalam berwirausaha.

D. Entrepreneurship Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan “usahawan” atau “wiraswasta” pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan Entrepreneurship tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi bisa dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti karyawan, mahasiswa, santri dan yang lainya. Menurut Soeharto Wirakusuma Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone of economy, yaitu saraf pusat perekonomian atau sebagai Tail bone of economy, yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa.. 44 Dr. Suryana M.Si dalam bukunya menyatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan 43 Veitzhal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, h.226 44 Suryana, Kewirausahaan, Jakarta: PT. Salemba Emban Patria, 2003 h. 10 xlii sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. 45 Sedangkan menurut Peter F.Drucker yang dikutif oleh Kasmir SE, dalam sebuah bukunya kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, masih dalam sumber yang sama diungkapkan oleh Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha. 46 Sedangkan dalam buku Zakat dan Kewirausahaan, disebutkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda Create New and Different melalui berpikir kreatif dan inovatif. 47 Pengertian yang berbeda diungkapkan oleh Ir. Harmaizar, kewirausahaan adalah proses penciptaan suatu yang baru atau mengadakan suatu perubahan atas yang lama dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan individu dan masyarakat. 48 Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminology yang persis mengenai kewirausahaan Entrepreneurship akan tetapi pada hakikatnya kewirausahaan mempunyai arti yang sama yaitu merujuk pada watak, ciri, yang melekat pada seseorang yang mempunyai keinginan untuk maju dan kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif dan kreatif dalam memecahkan dan menemukan peluang untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. 2. Model Proses Kewirausahaan 45 Ibid, h. 1 46 Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 h. 17 47 Lili bariadi dkk, Zakat dan Kewirausahaan, Jakarta: CED, 2005 H. 37 48 Harmaizar dkk, Menggali Potensi Wirausaha, Bandung: CV. Dian Anugerah Prakasa, 2006 cet ke-2 h.4 xliii Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi ini dipicu oleh faktor pribadi., lingkungan dan sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian Locus of control, toleransi, pengambilan resiko, nilai- nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen dan ketidakpuasan. Sedangkan yang berasal dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktifitas, pesaing, incubator, sumber daya dan kebijakan pemerintah. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok. Seperti halnya pada saat perintisan kewirausahaan, maka pertumbuhan kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi organisasi dan lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan kewirausahan adalah pesaing, pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu pendanaan. Sedangkan factor yang berasal dari pribadi adalah komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial. Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur, budaya, dan strategi. 49 Model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini digambarkan oleh Bygrave menjadi urutan langkah-langkah berikut ini: Inovation Inovasi Triggering event Pemicu Implemention Pelaksanaan Growth Pertumbuhan 50 49 Suryana, Kewirausahaan, h. 40 50 H. Buchari Alma, Kewirausahaan, Bandung: Alfa Beta, 2006 h.8 xliv Gambar 2.3. Proses perintisan Kewirausahaan 3. Jiwa dan Sikap Kewirausahaan Orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan adalah orang- orang yang percaya diri yakin, optimis, dan penuh komitmen berinisiatif energik dan percaya diri, memiliki motif berprestasi berorientasi hasil dan berwawasan kedepan, memiliki jiwa kepemimpinan berani tampil berbeda dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan karena itu suka akan tantangan. 51 4. Profil Kewirausahaan Berbagai ahli mengemukakan profil wirausaha dengan pengelompokan yang berbeda. Ada yang pengelompokan berdasarkan pemilikannya, pengelompokan berdasarkan perkembangannya dan pengelompokan berdasarkan kegiatan usahanya. Roofke mengelompokan kewirausahaan berdasarkan perananya, sebagai berikut : a. Kewirausahaan Rutin Wirt, yaitu wirausaha yang dalam melakukan kegiatan sehari- harinya cenderung menekankan pada pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi tradisional. b. Kewirausahaan Arbitrase, yaitu wirausaha yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan pengetahuan dan pemanfaatan pembukaan. c. Wirausaha Inovatif, yaitu wirausaha dinamis yang menghasilkan ide-ide dan kreasi-kreasi baru yang berbeda. 52 51 Suryana, Kewirausahaan, h. 2 52 Jochen Roopke, Entrepreneurship dalam Pembangunan Koperasi, Bandung: PIP, 1993 h. 5 xlv Sedangkan Zimmerer mengelompokan profil kewirausahaan sebagai berikut : a. Part-Time Entrepreneur, yaitu wirausaha yang melakukan usahanya hanya sebagian waktu saja atau sebagai hobi. Kegiatan bisnis biasanya hanya bersifat sampingan. b. Home-Based new ventures yaitu usaha yang dirintis dari rumahtempat tinggalnya. c. Family-Owned Business, yaitu usaha yang dilakukandimiliki oleh beberapa anggota keluarga secara turun temurun. d. Compreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang bekerja sama sebagai pemilik dan menjalankan usaha bersama- sama. 53 Sedangkan menurut Bukhari Alma profil wirausaha adalah sebagai berikut: a. Women Enterpreneur Banyak wanita yang terjun kedalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasi, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya. b. Minority Entrepreneur 53 Suryana, Kewirausahaan, h. 50 xlvi Kaum minoritas terutama di Negara kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja di lapangan pemerintahan sebagai mana layaknya warga Negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. c. Imigrant Entrepreneur Kaum pendatang yang memasuki daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non formal yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi pedagang tingkat menengah. d. Part time Entrepreneur Memulai bisnis dalam mengisi waktu luang merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. e. Home Based Home Ada pula Ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan-kegiatan bisnisnya dari rumah tangga. Misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan. f. Family-Owned Business Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis dan cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah usaha bapak maju dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak-anak mereka. Dalam xlvii keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan. g. Compreneur Compreneur dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang orang yang ahli dibidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi- divisi tertentu dari bisnis yang sudah ada. 54 54 H. Buchari Alma, Kewirausahaan, h. 35, xlviii

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH

CIPINING-BOGOR A. Sejarah Berdiri Pada tahun ajaran 1985-1986 mulai dirasakan bahwa pesantren Darunnajah Ulujami tidak dapat menampung seluruh peminat yang mendaftar. Hal ini mendorong pendiri pesantren untuk segera mencari lokasi lain guna membuka pesantren baru sebagai pengembangan dari pesantren yang telah ada agar dapat menampung minat para pendaftar. Maka pada tahun 1986 mulai pencarian lokasi tanah yang memungkinkan dan akhirnya ditemukanlah di kampung Cipining. Kemudian dimulailah pembelian tanah tegalan dan perkebunan milik penduduk, yang kemudian dikuatkan dengan surat keputusan gubernur jawa barat no. 593.82SK. 295.S AGR-DA 225-87 tanggal 24 Februari 1987, dilokasi seluas 70 hektare. Pembebasan tanah ini sampai saat ini baru mencapai 40 ha, sedangkan untuk sisanya seluas 30 ha masih terus diupayakan dan menanti uluran tangan para muhsinin dan dermawan yang berminat menginvestasikan hartanya untuk dipetik hasilnya diakhirat kelak melalui jalur infak, wakaf atau shadaqoh jariyah. Pada tahun 1987 dimulai pembangunan 16 ruang kamar dan kelas beberapa bangunan lain yang kemudian dapat diselesaikan pada bulan juni 1988. 55 Akhirnya, pada tanggal 18 juli 1988 dibukalah pesantren ini dimulailah pelajaran secara resmi dengan jumlah santri 200 orang. Hadir pada acara 55 Buku keterangan Singkat Pondok Pesantren Darunnajah-Cipining-Bogor. 1992

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan kewirausahaan terhadap santri di pondok pesantren: Studi kasus Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor

13 96 96

Aplikasi sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren modern dalam membentuk santri yang berkualitas di pondok pesantren Darunajah cipayung

1 4 95

Aktivitas Dakwah Di Pondok Pesantren Al-UM Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba

0 24 110

STRATEGI COPING SANTRI DALAM MENGHADAPI STANDAR KELULUSAN DI PONDOK PESANTREN Strategi Coping Santri Dalam Menghadapi Standar Kelulusan Di Pondok Pesantren.

0 3 30

STRATEGI PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN BRANDING SEBAGAI PONDOK KEWIRAUSAHAAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SANTRI.

3 40 156

MENUMBUHKAN JIWA ENTREPRENEURSHIP SANTRI MELALUI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWIRAUSAHAAN BERBASIS SYARIAH PADA PONDOK PESANTREN MAMBAUL HIKAM (MMH) JOMBANG.

3 9 73

Pelatihan Jurnalistik Santri Pondok Pesantren AL Amin Pabuaran Purwokerto

0 0 25

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian - BIMBINGAN KYAI DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN SANTRI DENGAN KEGIATAN ENTREPRENEURSHIP DI PONDOK PESANTREN AL-MAWADDAH HONGGOSOCO JEKULO KUDUS - STAIN Kudus Repository

0 0 9

BIMBINGAN KYAI DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN SANTRI DENGAN KEGIATAN ENTREPRENEURSHIP DI PONDOK PESANTREN AL-MAWADDAH HONGGOSOCO JEKULO KUDUS - STAIN Kudus Repository

0 0 33

PENGARUH KREATIVITAS DAN EFEKTIVITAS PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN BERBASIS SYARIAH TERHADAP JIWA ENTREPRENEURSHIP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL BAROKAH MANGUNSUMAN SIMAN PONOROGO

1 4 97