Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang Rokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker Paru di kota Medan Tahun 2010.

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR SMA NEGERI DAN SWASTA TENTANG ROKOK SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA

KANKER PARU DI KOTA MEDAN TAHUN 2010.

Oleh : VINA WILIANA

070100326

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR SMA NEGERI DAN SWASTA TENTANG ROKOK SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA

KANKER PARU DI KOTA MEDAN TAHUN 2010.

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : VINA WILIANA

070100326

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang Rokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker Paru di kota Medan Tahun 2010

Nama : Vina Wiliana NIM : 070100326

Pembimbing Penguji I

( dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes ) ( dr. Sri Sofyani, Sp.A )

Penguji II

( dr. A. Amra, Sp.M )

Medan, 30 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD-KGEH ) ( NIP : 19540220 198011 1 001 )


(4)

ABSTRAK

Pendahuluan. Setiap tahun ada lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari tujuh puluh persen kasus kanker paru baru terdiagnosis pada stadium lanjut. Merokok adalah penyebab utama terjadinya kanker paru oleh karena bahan-bahan karsinogenik yang terdapat di dalamnya. Namun, kesadaran masyarakat, terutama yang berusia produktif, untuk tidak merokok ataupun bahaya dari merokok masih sangat rendah, termasuk di kota Medan.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap pelajar SMA tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru di kota Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap rokok mayoritas berada dalam kategori baik, yaitu 53,5%, kategori sedang diperoleh sebesar 43,5%, dan kategori kurang diperoleh sebesar 3%. Hasil uji sikap responden terhadap rokok mayoritas berada dalam kategori sedang yaitu 58,5%, kategori baik diperoleh sebesar 41,5%, dan tidak diperoleh adanya responden dengan kategori kurang.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori baik dan sikap pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori sedang. Status ini bisa menjadi lebih baik lagi dengan memberlakukan pemeriksaan secara berkala untuk menjaring para pelajar yang merokok sehingga intervensi dini dapat dilakukan. Pendekatan lainnya yang bisa dipertimbangkan yaitu mensosialisasikan bahaya rokok kepada para pelajar SMA dan sekaligus sebagai upaya untuk mencegah merokok itu sendiri.


(5)

ABSTRACT

Introduction. Every year, there are more than 1,3 million cases of lung cancer in the

world with death rate of 1,1 million. In Indonesia, lung cancer has been the main cause of death of men and more than 70 percent cases of lung cancer are diagnosed on last stadium. Smoking is the main cause of lung cancer because of the carsinogenic agents contained in it. However, young people awareness for not smoking or the danger of smoking is still very low, including people in Medan.

Methods. The aim of this research is to know both knowledge and the attitude among

student of Senior High School in Medan. This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a cluster sampling technique.

Results. With the total sample of 200 people, the result show that the majority of

respondents knowledge toward cigarette is good category which is 53,5%, the average category is 43,5% and the less category is 3%. The result on respondent’s attitude towards cigarette is majority on the average category that is 58,5%, the good category is 41,5% and none for the less category.

Discussion. Senior High School students in Medan have a good knowledge and

average attitude. This status can be made better by implementing periodic examinations on students to screen for smokers, so that early interventions can be done. Another approach which may be considered is by socialiating the harm of cigarette smoking to students so as to prevent the act of smoking itself.

Key words: Knowledge and Attitude, Senior High School Student, Cigarette.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang Rokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker Paru di kota Medan Tahun 2010.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Siregar, Sp.PD (KGEH) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.

3. Ibu dr. Sri Sofyani, Sp.A selaku tim penguji I. 4. Ibu dr. A. Amra, Sp.M selaku tim penguji II.

5. Bapak atau Ibu dosen yang telah memberikan didikan sampai selama ini. 6. Sekolah SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan yang telah memberikan

ijin penelitian dan kepada kepala sekolah dan guru- guru yang telah membantu.

7. Seluruh teman-teman sepelayanan FK USU angkatan 2007, terima kasih atas dukungan dan perhatian dari kalian semua juga terima kasih buat kebersamaannya selama ini.

Secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tercinta atas doa, perhatian, kesabaran dan dukungannya dalam menjalani pendidikan di FK USU.

Medan, November 2010 Penulis,

Vina Wiliana 070100326


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN...i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR SINGKATAN...ix

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...……….... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 4

1.3. Tujuan Masalah………... 4

1.4. Manfaat Penelitian……….... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Kanker Paru………...5

2.1.1. Defenisi Kanker Paru………... 5

2.1.2. Etiologi Kanker Paru………...5

2.1.3. Epidemiologi Kanker Paru………...6

2.1.4. Faktor Risiko Kanker Paru………...6

2.1.5. Jenis Kanker Paru………..…...7

2.1.6. Patogenesis Kanker Paru...7

2.1.7. Gambaran Klinis Kanker Paru... 8

2.1.8. Diagnosa Kanker Paru…... ...9


(8)

2.1.10. Komplikasi Kanker Paru... 10

2.1.11. Pencegahan Kanker Paru………...10

2.2. Rokok & Perilaku Merokok...11

2.2.1. Jenis Rokok... 11

2.2.2. Zat yang Dikandung Rokok... 12

2.2.3. Dampak Merokok... 13

2.2.4. Tahapan Perkembangan Perilaku Merokok….………….. 14

2.3. Pengetahuan………... 16

2.4. Sikap………...17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL... 20

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………... 20

3.2. Variabel dan Defenisi Operasional……….………... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN... 22

4.1. Rancangan Penelitian………....…... 22

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 22

4.2.1. Lokasi Penelitian………... 22

4.2.2. Waktu Penelitian………... 22

4.3. Populasi dan Sampel penelitian………... 22

4.3.1. Populasi Penelitian………... 22

4.3.2. Sampel Penelitian………...22

4.4. Instrumen Penelitian...24

4.4.1. Pengukuran Pengetahuan... 24

4.4.2. Pengukuran Sikap... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data………... 27

4.4.1. Data Primer………... 27


(9)

4.4.3. Uji Validitas dan Reabilitas...27

4.5. Metode Analisis Data...28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...29

5.1. Hasil Penelitian...29

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...29

5.1.3. Hasil Analisa Data...31

5.1.3.1. Pengetahuan Pelajar SMA Terhadap Rokok...31

5.1.3.2. Sikap Pelajar SMA Terhadap Rokok...33

5.2. Pembahasan...36

5.2.1.. Pengetahuan...36

5.2.2. Sikap...39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...42

6.1. Kesimpulan...42

6.2. Saran...42

DAFTAR PUSTAKA...44 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur,

Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur...21 Tabel 4.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan...24 Tabel 4.2. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Sikap...26 Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin...30 Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Mengenal Rokok

Berdasarkan Jenjang Pendidikan...30 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variabel Pengetahuan...31 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan...32 Tabel 5.5. Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap

Tingkat Pengetahuan...32 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variabel Sikap...33 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap...35 Tabel 5.8. Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap


(11)

DAFTAR SINGKATAN

CDC Centers for Disease Control and Prevention

CO Carbon Monoxide

COPD Chronic Obstructive Pulmonary Disease DNA Deoxyribonucleic Acid

EPA Environmental Protection Agency FK Fakultas Kedokteran

IPA Ilmu Pengetahuan Alam IPS Ilmu Pengetahuan Sosial

MS Mainstream Smoke

NSCLC Non Small Cell Lung Carcinoma PET Positron Emission Tomography PPOK Penyakit Paru Obstruksi Kronis

RF Rokok Filter

RNF Rokok Non Filter

RS Rumah Sakit

SCLC Small Cell Lung Carcinoma

SD Sekolah Dasar

SIADH Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone SMP Sekolah Menengah Pertama


(12)

SPSS Statistical Products and Service Solutions SS Sidestream Smoke

TK Taman Kanak-kanak

USG Ultrasonography

USU Universitas Sumatera Utara WHO World Health Organization


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Surat Ethical Clearence Lampiran 4 Lembar Validitas Konten

Lampiran 5 Lembar Penjelasan Pengisian Kuesioner Lampiran 6 Lembar Persetujuan Pengisian Kuesioner Lampiran 7 Lembar Kuesioner


(14)

ABSTRAK

Pendahuluan. Setiap tahun ada lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari tujuh puluh persen kasus kanker paru baru terdiagnosis pada stadium lanjut. Merokok adalah penyebab utama terjadinya kanker paru oleh karena bahan-bahan karsinogenik yang terdapat di dalamnya. Namun, kesadaran masyarakat, terutama yang berusia produktif, untuk tidak merokok ataupun bahaya dari merokok masih sangat rendah, termasuk di kota Medan.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap pelajar SMA tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru di kota Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling.

Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap rokok mayoritas berada dalam kategori baik, yaitu 53,5%, kategori sedang diperoleh sebesar 43,5%, dan kategori kurang diperoleh sebesar 3%. Hasil uji sikap responden terhadap rokok mayoritas berada dalam kategori sedang yaitu 58,5%, kategori baik diperoleh sebesar 41,5%, dan tidak diperoleh adanya responden dengan kategori kurang.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori baik dan sikap pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori sedang. Status ini bisa menjadi lebih baik lagi dengan memberlakukan pemeriksaan secara berkala untuk menjaring para pelajar yang merokok sehingga intervensi dini dapat dilakukan. Pendekatan lainnya yang bisa dipertimbangkan yaitu mensosialisasikan bahaya rokok kepada para pelajar SMA dan sekaligus sebagai upaya untuk mencegah merokok itu sendiri.


(15)

ABSTRACT

Introduction. Every year, there are more than 1,3 million cases of lung cancer in the

world with death rate of 1,1 million. In Indonesia, lung cancer has been the main cause of death of men and more than 70 percent cases of lung cancer are diagnosed on last stadium. Smoking is the main cause of lung cancer because of the carsinogenic agents contained in it. However, young people awareness for not smoking or the danger of smoking is still very low, including people in Medan.

Methods. The aim of this research is to know both knowledge and the attitude among

student of Senior High School in Medan. This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a cluster sampling technique.

Results. With the total sample of 200 people, the result show that the majority of

respondents knowledge toward cigarette is good category which is 53,5%, the average category is 43,5% and the less category is 3%. The result on respondent’s attitude towards cigarette is majority on the average category that is 58,5%, the good category is 41,5% and none for the less category.

Discussion. Senior High School students in Medan have a good knowledge and

average attitude. This status can be made better by implementing periodic examinations on students to screen for smokers, so that early interventions can be done. Another approach which may be considered is by socialiating the harm of cigarette smoking to students so as to prevent the act of smoking itself.

Key words: Knowledge and Attitude, Senior High School Student, Cigarette.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker paru menempati urutan kedua setelah kanker prostat pada pria dan kanker payudara pada wanita. Belakangan ini kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama mortalitas oleh akibat merokok. Kebanyakan kanker paru didiagnosa pada stadium lanjut sehingga memperburuk prognosisnya (Syed Huq, 2010). Setiap tahun ada lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Kanker paru menjadi penyebab utama kematian dalam penyakit-penyakit golongan kanker. Bahkan kanker jenis ini bertanggung jawab atas 18,7% kematian oleh akibat kanker (WHO, 2004).

Kanker paru menempati urutan kedua setelah kanker prostat bagi kaum pria di Amerika Serikat. Pada penelitian tahun 2005 sebanyak 84,6 % pria dari semua golongan ras menderita kanker paru dan bronkus. Untuk pria dengan ras kulit putih, didapatkan angka kejadian kanker paru sebesar 83,9% sedangkan untuk pria dengan ras kulit hitam angka kejadiannya sebesar 101,6%. Risiko untuk menderita kanker paru adalah 23 kali lebih besar di antara pria yang merokok dan 13 kali lebih besar di antara wanita yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok (CDC, 2005). Menurut WHO, merokok merupakan salah satu ancaman paling besar bagi kesehatan masyarakat yang dihadapi oleh dunia. Ada lebih dari satu miliar orang yang merokok di dunia dan sekitar setengah anak-anak dunia menghirup udara yang telah dicemari oleh asap rokok. Lebih dari 80% perokok dunia adalah yang berada di Negara dengan pendapatan rendah sampai menengah. Merokok sendiri telah


(17)

menyebabkan kematian 5,4 juta orang dalam setahun dan 100 juta kematian telah disebabkan oleh merokok dalam abad ke-20. Jika hal ini berlanjut, maka kematian akan mencapai satu miliar dalam abad ke-21. Kematian akibat merokok akan meningkat lebih dari 8 juta setahun dalam tahun 2030 mendatang dan 80% dari kematian itu akan terjadi di Negara sedang berkembang.

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain – lain. Dari beberapa kepustakaan, telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insisden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Anak-anak yang terpapar dengan asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar (Amin ,2006).

Menurut WHO, merokok pada usia muda akan meningkatkan risiko dari kanker paru. Untuk sebagian besar kasus kanker paru yang berhubungan dengan merokok, risiko akan semakin meningkat apabila individu masih melanjutkan kebiasaan merokok.

Kebanyakan dari perokok mulai mengkonsumsi rokok sebelum mereka mencapai usia dewasa. Seperempat dari perokok muda pertama kali menghisap rokok sebelum mereka mencapai usia sepuluh tahun. Ada beberapa faktor yang berperan yaitu iklan dan promosi dari perusahaan rokok, mudahnya akses untuk mendapatkan rokok, dan harga yang murah. Adanya tekanan-tekanan dari kelompok yang sebaya juga berpengaruh, sehingga muncul anggapan bahwa merokok adalah sesuatu yang normal di antara kelompok sebaya dan jika tidak merokok akan membuatnya rendah diri. Bahkan jika ada orang tua yang merokok juga akan mempengaruhi anak untuk


(18)

merokok di usia muda. Semakin muda usia seseorang merokok, semakin besar risiko terkena penyakit yang diakibatkan oleh rokok seperti kanker dan penyakit jantung (WHO, 2001).

Di Indonesia, kebiasaan merokok ini sebagian besar (68,8%) dimulai sebelum umur 19 tahun, yaitu saat masih anak-anak atau remaja. Rata-rata umur mulai merokok adalah sekitar 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring bertambahnya umur dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2% (15-19 tahun), melonjak ke 60,1% (20-24 tahun). Remaja pria umur 15-(15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara tahun 1995-2001, lebih tinggi dari kelompok manapun (Depkes, 2001).

Proporsi penduduk Provinsi Sumatera Utara umur 10 tahun ke atas yang merokok tiap hari sebesar 23%. Di kota Medan proporsi penduduk di atas 10 tahun yang merokok adalah sebesar 19,3%. Di kabupaten Nias (16%) terendah dibanding dengan kabupaten/kota lainnya, sedangkan Kabupaten Karo (41%) tertinggi dari kabupaten/ kota yang lain. Proporsi merokok tiap hari sudah dimulai sejak umur 10-14 tahun, yang kemudian meningkat menjadi 10-14% pada umur 15-24 tahun, proporsi merokok terus meningkat seiring bertambahnya umur dan pada puncaknya pada umur 45-54 tahun (36,6%). Selanjutnya proporsi merokok menurun setelah umur 54 tahun. Perokok umumnya pada laki-laki, dan menurut pendidikan terbanyak pada berpendidikan tamat SMA (29,3%), selanjutnya tamat SMP (Riskesdas, 2007).

Pelajar SMA tersebar di sekolah negeri dan swasta, di mana karakteristik antara sekolah negeri dan swasta sangat berbeda. SMA Negeri merupakan sekolah yang dikelola oleh pemerintah, sedangkan SMA Swasta dikelola oleh pihak swasta. SMA Negeri dengan SMA Swasta kemungkinan memiliki perbedaan dalam hal tingkat sosial-ekonomi. Hal ini bisa dilihat dari uang sekolah mereka, di mana pada SMA Negeri bisa hanya berkisar beberapa puluh ribu rupiah, sedangkan untuk SMA Swasta bisa berkisar hingga ratusan ribu rupiah. Dari uang sekolah itu, bisa kita lihat


(19)

bahwa kesempatan jajan yang dimiliki oleh pelajar SMA Swasta mungkin lebih besar dibanding dengan pelajar SMA Negeri. Kesempatan untuk jajan bisa digunakan dalam banyak hal, meliputi makanan, berbelanja ataupun membeli rokok.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap dari para pelajar SMA baik di sekolah swasta maupun negeri mengenai merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru di kota Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal yang diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja teerhadap rokok sebagai faktor risiko kanker paru. Oleh karena itu, maka masalah yang dapat dijabarkan dalam rumusan:

a. Bagaimana pengetahuan para pelajar SMA tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru?

b. Bagaimana sikap para pelajar SMA terhadap merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap pelajar SMA tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru di kota Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pelajar SMA akan bahaya dari merokok yang bisa menyebabkan terjadinya kanker paru di kota Medan. b. Untuk mengetahui bagaimana sikap pelajar SMA dalam menyikapi kebiasaan merokok yang telah menjadi sebuah trend di kalangan remaja di kota Medan.


(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

a. Sebagai masukan dan informasi bagi pihak sekolah baik swasta maupun negeri dalam menyikapi para palajarnya yang merokok.

b. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang rokok di Kota Medan.


(21)

Bab 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Paru

2.1.1. Definisi Kanker Paru

Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker paru menempati urutan kedua setelah kanker prostat pada pria dan kanker payudara pada wanita. Belakangan ini kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama mortalitas oleh akibat merokok. Kebanyakan kanker paru didiagnosa pada stadium lanjut sehingga memperburuk prognosisnya (Huq, 2010).

2.1.2. Etiologi Kanker Paru

Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan berisiko terkena kanker paru. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif (Amin, 2006). Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esophagus. Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tubuh.

Menurut Amin (2006), etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah :

a. yang berhubungan dengan zat karsinogen seperti asbestos, radiasi ion pada pekerja tambang uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisikilik hidrokarbon, vinil klorida.


(22)

b. polusi udara yang banyak terjadi di daerah perkotaan.

c. genetik, dimana terjadi mutasi dari beberapa gen yang berperan dalam kanker paru yaitu proto oncogen, tumor suppressor gene, gene encoding enzyme.

d. diet yang rendah konsumsi betakarotene, selenium dan vitamin A pernah dilaporkan menyebabkan tingginya risiko kanker paru.

2.1.3 Epidemiologi Kanker Paru

Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di Amerika tahun 2002 dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan 13% dari semua kanker baru yang terdiagnosis) dengan 154.900 kematian (merupakan 28% dari seluruh kematian akibat kanker). Di Inggris prevalensi kejadiannya mencapai 40.000/ tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharma Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke 3 setelah kanker payudara dan kanker leher rahim. Angka kematian akibat kanker paru di seluruh dunia mencapai kurang lebih satu juta penduduk setiap tahunnya. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tapi klinik tumor dan paru di Rumah Sakit merasakan benar peningkatannya. Di negara berkembang lain, dilaporkan insidennya naik dengan cepat antara lain karena konsumsi rokok berlebihan seperti di China yang mengkonsumsi 30% rokok dunia. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65%) dengan life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20 (Amin, 2006).

2.1.4. Faktor Risiko Kanker Paru

Faktor risiko dari kanker paru ada tiga,yaitu merokok, gas radon dan riwayat keluarga dengan kanker paru. Merokok merupakan faktor risiko utama dari kanker paru. Seorang perokok lebih berisiko 10 hingga 20 kali terkena kanker paru atau meninggal akibat kanker paru tersebut dibanding dengan orang yang tidak merokok.Merokok juga menyebabkan kanker laring, mulut, tenggorokan, esofagus, kandung kemih, ginjal, pankreas, serviks, dan juga acute myeloid leukemia.Merokok


(23)

dari bekas rokok orang lain( secondhand smoke ) juga mengakibatkan kanker paru (CDC, 2010).

Gas Radon juga menyebabkan kanker paru. Gas ini biasanya ditemukan di dalam rumah. Gas ini tidak berbau, tidak berwarna yang keluar dari batu atau debu dan bisa terperangkap dalam rumah atau bangunan. Gas radon merupakan penyebab kedua dari kanker paru setelah merokok (CDC, 2010).

Risiko kanker paru akan meningkat apabila orang tua ataupun saudara pernah menderita penyakit kanker paru. Bisa karena di dalam keluarga saling berbagi kebiasaan, misalnya merokok. Bisa juga karena tinggal di dalam lingkungan yang sama di mana ada karsinogen, yaitu gas radon. Selain itu, bisa juga karena penyakit ini diturunkan dalam gen mereka (CDC, 2010).

2.1.5. Jenis Kanker Paru

Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan, terdiri dari SCLC (small cell lung carcinoma) dan NSCLC ( non small cell lung carcinoma atau karsinoma skuamosa, adeno karsinoma, karsinoma sel besar).

Gambaran histology dari SCLC (small cell lung carcinoma) yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nukleoli. Disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum. Sel kecil ini cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudorest. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan, begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap sekitar pembuluh darah (Amin, 2006).

Gambaran histologis NSCLC ( non small cell lung carcinoma ) yang khas adalah proses keratinisasi dan pembentukan “bridge” intraseluler, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari displasia skuamosa ke karsinoma in situ (Amin,2006).


(24)

2.1.6. Patogenesis Kanker Paru

Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi) atau penyisipan (insersi) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah,programmed cell death). Perubahan tampilan gen ini menyebabkan sel sasaran, yaitu sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan otonom (Amin, 2006).

Rokok selain sebagai inisiator, juga merupakan promoter dan progresor, dan rokok diketahui sangat berkaitan dengan terjadinya kanker paru. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ lain (Amin, 2006).

2.1.7. Gambaran Klinis Kanker Paru

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Menurut Amin (2006), gejala-gejala kanker paru dapat bersifat:

a. Lokal ( tumor tumbuh setempat ):

- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis - Hemoptisis

- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas - Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

- Atelektasis b. Invasi local

- Nyeri dada

- Dispnea karena efusi pleura - Invasi ke perikardium - Sindrom vena cava superior


(25)

- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

- Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis

c. Gejala Penyakit Metastasis

- Pada otak, tulang, hati, adrenal

- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)

d. Sindrom Paraneoplastik : terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala: - Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

- Hematologi : leuko sitosis, anemia, hiperkoagulasi - Hipertrofi osteoartropati

- Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer - Neuromiopati

- Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia) - Dermatologik : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh - Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis

- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/ COPD yang terdeteksi secara radiologis

- Kelainan berupa nodul soliter

2.1.8. Diagnosis Kanker Paru

Langkah pertama adalah secara radiologis dengan menentukan apakah lesi intratorakal tersebut sebagai jinak atau ganas. Bila fasilitas tersedia dengan teknik PET (Positron Emission Tomography), maka dapat dibedakan antara tumor jinak dan ganas serta untuk menentukan staging penyakit. Kemudian ditentukan apakah letak lesi sentral atau perifer, yang bertujuan untuk menentukan bagaimana cara pengambilan jaringan tumor (Amin, 2006). Untuk lesi yang letaknya perifer,


(26)

kombinasi bronkoskopi dengan biospi, sikatan, bilasan, transtorakal biopsi/aspirasi dan tuntunan USG atau CT scan akan memberikan hasil lebih baik. Sedangkan untuk lesi letak sentral, langkah pertama sebaiknya dengan pemeriksaan sitologi sputum diikuti bronkoskopi fleksibel. Secara radiologis dapat ditentukan ukuran tumor, kelenjar getah bening torakal, dan metastasis ke organ lain.

2.1.9. Pengobatan Kanker Paru

Tujuan pengobatan kanker paru adalah kuratif, paliatif dan suportif. Terdapat perbedaan fundamental dari Non Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) dengan Small Cell Lung Carcinoma (SCLC), sehingga pengobatannya harus dibedakan.

Pengobatan Non Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) meliputi terapi bedah yang merupakan pilihan pertama pada stadium I atau II pada pasien yang adekuat sisa cadangan parenkim parunya. Survival pasien pada stadium I mendekati 60%, pada stadium II 26-37%. Pada stadium III A masih ada kontroversi mengenai keberhasilan operasi bila kelenjar mediastinum ipsilateral atau dinding torak terdapat metastasis. Pada stadium IIIb dan IV tidak dioperasi, tetapi dilakukan Combined Modality Therapy yaitu gabungan radiasi, kemoterapi dengan operasi (Amin,2006).

Untuk jenis Small Cell Lung Carcinoma (SCLC), dibagi dua, yaitu limited-stage disease yang diobati dengan tujuan kuratif ( yaitu kombinasi kemoterapi dan radiasi ) dan angka keberhasilan terapi sebesar 20% serta extensive-stage disease yang diobati dengan kemoterapi dan angka respon terapi inisial sebesar 60-70% dan angka respon terapi komplit sebesar 20-30%. Angka median-survival time untuk limited-stage adalah 18 bulan dan untuk extensive-stage disease adalah 9 bulan (Amin,2006).

2.1.10. Komplikasi Kanker Paru

Komplikasi dari kanker paru dapat berupa komplikasi torakal, komplikasi ekstra torakal, atau kanker paru itu bermetastasis ke otak (Amin, 2006).


(27)

2.1.11. Pencegahan Kanker Paru

Menurut CDC (2010), pencegahan dari kanker paru ada empat,yaitu : a. Berhenti Merokok

Dengan berhenti merokok, akan menurunkan risiko terjadinya kanker paru dibandingkan dengan tidak berhenti merokok sama sekali. Semakin lama seseorang berhenti merokok, maka akan semakin baik kesehatannya dibanding mereka yang merokok. Bagaimanapun, risiko bagi mereka yang nberhenti merokok tetap lebih besar dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.

b. Menghindari menghisap rokok orang lain ( secondhand smoke ) c. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon

Menurut EPA ( Environmental Protection Agency ), setiap rumah disarankan untuk dites apakah ada gas radon atau tidak.

d. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak

Dengan mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak akan membantu melindungi dari kanker paru.

2.2. Rokok dan Perilaku Merokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, di mana 50 di antaranya telah diketahui bersifat karsinogenik (WHO, 2008). Sampai sekarang belum ada batas jumlah yang pasti dengan terpaparnya asap rokok untuk menimbulkan penyakit. Tetapi dari bukti yang ada, terpaparnya asap rokok dalam waktu yang lama akan meningkatkan risiko yang fatal untuk kesehatan. Lebih dari 85% penderita kanker paru adalah perokok.

Ditinjau dari segi asap rokok, asap rokok dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu mainstream smoke (MS) dan sidestream smoke (SS). Mainstream smoke adalah


(28)

asap yang dihisap oleh perokok selama merokok melalui pipa rokok atau batang rokok sedangkan sidestream smoke adalah asap rokok yang dihasilkan dari hasil pembakaran antara rokok dengan pipa rokok atau batang rokok. Komposisi kimia yang dihasilkan dari kedua asap rokok secara kualitatif adalah sama tetapi secara kuantitatif dijumpai perbedaan yang cukup signifikan anatara MS dan SS. Sehingga dari hasil percobaan didapatkan SS secara kuantitas mengandung lebih banyak senyawa kimia organik jika dibandingkan dengan MS. Jadi dari hasil studi ditetapkan bahwa kemungkinan SS akan bersifat lebih karsinogenik daripada MS walaupun pada konsentrasi yang sama banyak (Mulcachy, 1997).

2.2.1. Jenis Rokok

Di Indonesia pada umumnya, rokok dibedakan menjadi beberapa jenis.

Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok. Menurut Jaya (2009), maka rokok dibagi :

a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus :

- Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung - Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren - Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas

- Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau b. Rokok berdasarkan bahan baku :

- Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

- Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

- Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk


(29)

c. Rokok berdasarkan Proses Pembuatannya :

- Sigaret Kretek Tangan : rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling dengan menggunakan tangan atau alat bantu sederhana. - Sigaret Kretek Mesin : rokok yang proses pembuatannya

menggunakan mesin

d. Rokok berdasarkan penggunaan filter :

- Rokok Filter (RF) : rokok yang pada pangkalnya terdapat gabus - Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada pangkalnya tidak terdapat gabus

2.2.2. Zat yang Dikandung Rokok

Rokok mengandung sekitar 4000 zat kimia beracun, dan sedikitnya 250 zat telah diketahui berbahaya, serta 50 zat telah diketahui dapat menyebabkan kanker (WHO, 2008). Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85%) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hydrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethane, benzen, methanol, kumarin, 4-etilalkohol, ortokresol dan perylene adalah sebagian sari beribu-ribu zat di dalam rokok (Jaya, 2009).

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol. Zat- zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen). Racun utama pada rokok adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida. a. Nikotin

Zat ini paling sering dibicarakan dan diteliti, meracuni saraf, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, serta menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan.


(30)

Sebatang rokok menghasilkan Pb sebanyak 0,5 µ g. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 µg Pb. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 µg per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak timah hitam yang masuk ke dalam tubuh.

c. Gas karbonmonoksida (CO)

Gas ini memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tetapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO merebut tempat ikatannya dengan hemoglobin. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1%. Sementara dalam darah perokok mencapai 4-15%.

d. Tar

Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernapasan dan paru- paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg (Jaya, 2009).

2.2.3. Dampak Merokok

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik batang rokok itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok.

a. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang diantaranya beracun dan 50 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh (WHO, 2008). Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dan lain-lain (Jaya, 2009).


(31)

b. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernafasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet (Jaya, 2009).

c. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.

d. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin,sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok. Rokok dengan merek terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok sebagian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara. Pabrik rokok yang memperkerjakan banyak buruh tidak akan mampu meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup para buruh dapat diperkerjakan di tempat usaha lain yang lebih kreatif dan mendatangkan devisa (Jaya, 2009).

e. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker (Jaya, 2009).

2.2.4. Tahapan Perkembangan Perilaku Merokok

Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan menjadi seorang perokok karena ada beberapa tahap yang dilalui seorang perokok sebelum menjadi bagian dari hidupnya. Menurut Leventhal dan Cleary (2004) ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu :


(32)

a. Tahap persiapan

Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di tahap ini terjadi pembentukan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap mengenai rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat atau lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan yang berkaitan dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal seperti model, sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga anggapan merokok berkaitan dengan bentuk kedewasaan dikalangan remaja sehingga diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok.

b. Tahap inisiasi

Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Menurut Salber, et.al., dalam Rochadi (2004), apabila seorang remaja mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka besar kemudian tidak akan menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar 80%. Leventhal dan Cleary dalam Rochadi (2004) juga berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok pada awalnya akan cenderung menjadi perokok regular. Seperti dikatakan Ary dan Biglan dalam Rochadi (2004) bahwa menjadi


(33)

perokok regular seringkali terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.

c. Tahapan menjadi seorang perokok

Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk menjadi perokok regular. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep, belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya (Leventhal dan Evehant dalam Rochadi, 2004).

d. Tahapan tetap menjadi perokok

Di tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan,kecanduan, penurunan kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan memperoleh perhargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis yang memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok,yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah. (Leventhal dan Avis dalam Rochadi, 2004).

2.3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera mnusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan


(34)

dari luar. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif (pengetahuan) mempunyai enam tingkatan :

a. Tahu ( Know )

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap sesuatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami ( Comprehension )

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi ( Application )

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisis ( Analysis )

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis ( Synthesis )

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau mengembangkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.


(35)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

2.4. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan lebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2007). Sikap dapat menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang di dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Perilaku dalam bentuk sikap merupakan tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri subjek.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan : a. Menerima ( Receiving )

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon ( Responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah diartikan bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai ( Valuing )

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


(36)

d. Bertanggung jawab ( Responsible )

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah sikap paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian ditanya pendapat responden (Notoatmodjo, 2007).


(37)

Bab 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam bentuk tabel berikut di bawah ini :


(38)

Tabel 3.1: Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil ukur Skala Ukur Pengetahuan Hasil tahu

setelah melakukan penginderaan terhadap rokok, jenis rokok,bahaya merokok, dan kandungan zat yang ada dalam rokok.

Angket Kuesioner dengan jumlah 10 soal

Baik, apabila nilai jumlah pertanyaan > 75%

Sedang, apabila nilai jumlah pertanyaan 40-75%

Kurang, apabila nilai jumlah pertanyaan < 40%

Ordinal

Sikap Reaksi atau respon subjek yang masih tertutup terhadap rokok berdasarkan pengetahuan subjek tentang rokok.

Angket Kuesioner dengan jumlah 10 soal

Baik, apabila nilai jumlah pertanyaan > 75%

Sedang, apabila nilai jumlah pertanyaan 40-75%

Kurang, apabila nilai jumlah pertanyaan < 40%


(39)

Bab 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional karena penelitian dilakukan pada saat itu juga atau bersamaan. Dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu, akan mendeskripsikan sejauh mana tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang merokok yang bisa menyebabkan kanker paru.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri-6 dan SMA Methodist-2 Medan. Alasan pemilihan sekolah ini adalah setelah dilakukan random terhadap semua SMA di Medan, maka yang terpilih untuk SMA Negeri adalah SMA Negeri-6 dan untuk SMA swasta adalah SMA Methodist-2.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga bulan Desember 2010. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober 2010.

4.3. Populasi dan sampel penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA tingkat 3 di SMA negeri-6 dan SMA Methodist-2 Medan tahun 2010. Populasi penelitian pada SMA tingkat 3 Methodist-2 berjumlah 638 orang, sedangkan pada SMA tingkat 3 Negeri-6 berjumlah 214 orang.


(40)

Sampel pada penelitian ini adalah pelajar SMA tingkat 3 di SMA Negeri-6 dan SMA Methodist-2 Medan tahun 2010.

Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus : n = Z2

d

1-α/2 [ P1 (1- P1) + P2 (1- P2) ]

Keterangan :

2

n = besar sampel minimum Z1-α/2 = standar deviasi normal= 1,96

P1 = Perkiraan proporsi pada populasi 1 (0,5). P2 = Perkiraan proporsi pada populasi 2 (0,5). d = derajat ketepatan yang diinginkan = 0,1

Maka besar sampel pada penelitian ini adalah : n = Z2

d

1-α/2 [ P1 (1- P1) + P2 (1- P2) ]

n = 1,96

2

2

0,1

[ 0,5 (1-0,5) + 0,5 (1-0,5) ]

n = 192,08 digenapkan menjadi 200 orang 2

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling. Sampel tersebut didistribusikan merata pada pelajar SMA tingkat 3 :

a. SMA Methodist-2 kelas 3 IPA : ¼ x 200 = 50 orang b. SMA Methodist-2 kelas 3 IPS : ¼ x 200 = 50 orang c. SMA Negeri-6 kelas 3 IPA : ¼ x 200 = 50 orang d. SMA Negeri-6 kelas 3 IPS : ¼ x 200 = 50 orang


(41)

4.4. Instrumen Penelitian 4.4.1. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran gambaran pengetahuan pelajar SMA mengenai rokok dan kanker paru dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Bila jawanban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah akan diberi nilai 0. Sistem skoring yang diberikan pada tiap- tiap pertanyaan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan

No. Skor

1. A = 1 B = 0 C = 0 D = 0

2. A = 1 B = 0 C = 0 D = 0

3. A = 0 B = 1 C = 0 D = 0

4. A = 0 B = 1 C = 0 D = 0

5. A = 0 B = 0 C = 1 D = 0

6. A = 1 B = 0 C = 0 D = 0

7. A = 0 B = 0 C = 0 D = 1

8. A = 0 B = 0 C = 1 D = 0

9. A = 0 B = 1 C = 0 D = 0


(42)

Dengan memakai skala pengukuran, yaitu :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner pengetahuan. b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

c. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner pengetahuan.

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden,yaitu : a. Skor 8-10 : baik

b. Skor 4-7 : sedang c. Skor ≤ 3 : kurang

4.4.2. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap pelajar SMA mengenai rokok dan kanker paru dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Dengan menggunakan Likert Scale yang dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban. Penyusunan kuesioner ini juga dikelompokkan dalam 5 pertanyaan favorable dan 5 pertanyaan unfavorable. Jawaban dalam pertanyaan favorable mengandung nilai- nilai positif dan nilai- nilai yang diberikan adalah :

sangat setuju = nilai 4 setuju = nilai 3 tidak setuju = nilai 2 sangat tidak setuju = nilai 1


(43)

Sedangkan jawaban dalam pertanyaan unfavorable mengandung nilai-nilai negatif dan nilai- nilai yang diberikan adalah :

sangat setuju = nilai 1 setuju = nilai 2 tidak setuju = nilai 3 sangat tidak setuju = nilai 4

Tabel 4.2.

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Sikap

No. Skor

1. SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1

2. SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1

3. SS = 1 S = 2 TS = 3 STS = 4

4. SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1

5. SS = 1 S = 2 TS = 3 STS = 4

6. SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1

7. SS = 1 S = 2 TS = 3 STS = 4

8. SS = 1 S = 2 TS = 3 STS = 4

9. SS = 4 S = 3 TS = 2 STS = 1

10. SS = 1 S = 2 TS = 3 STS = 4

Keterangan : SS = Sangat Setuju S = Setuju

TS = Tidak Setuju


(44)

Dengan memakai skala pengukuran, yaitu :

a. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner sikap. b. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner sikap.

c. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner sikap.

Maka penilaian terhadap sikap responden,yaitu : a. Skor 31-40 : baik

b. Skor 16-30 : sedang c. Skor <16 : kurang

4.5. Metode Pengumpulan Data 4.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.

4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak sekolah yang berhubungan dengan jumlah murid SMA tingkat 3.

4.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Pertanyaan disebut valid apabila nilai dari r hitung > r tabel. Reliabilitas merupakan suatu indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau


(45)

diandalkan. Pertanyaan yang telah diuji validitasnya, dilanjutkan dengan uji reliabilitas, di mana pertanyaan disebut reliabel jika nilai r > 0,60. Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan program SPSS. Sampel yang digunakan berasal dari sekolah SMA lain, yaitu pelajar SMA Methodist 3. Jumlah sampel yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah 20 orang. Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini juga telah melewati validitas isi (validity content).

4.6. Metode Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data yang masih mentah diolah. Ada empat tahapan dalam mengolah data, yaitu :

a. Editing, yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan dan konsisten.

b. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan koding adalah untuk mempermudah kita pada saat analisis data dan juga pada saat entry data.

c. Processing, yaitu proses entry data dari kuesioner ke dalam program komputer.

d. Cleaning, yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.

Data dari setiap responden dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17 (Statistical Products and Service Solutions). Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini. 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan. Pengambilan data dilakukan di ruangan kelas tingkat 3 SMA Negeri 6 yang terletak di Jalan Ansari No. 34 Medan, ada 2 ruangan yang dijadikan sebagai tempat pengambilan data, yaitu : ruangan kelas IPA dan IPS. Sedangkan di SMA Methodist 2 yang bertempat di Jalan M.H. Thamrin No. 96 Medan, juga diambil dari 2 ruangan, yaitu ruangan kelas IPA dan IPS. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober 2010.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 tingkat 3, dengan jumlah responden masing- masing sekolah adalah sebanyak 100 orang. Total responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 orang.

Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai jenis kelamin dan pendidikan pertama mengenal rokok. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.


(47)

Pada penelitian ini, jumlah jenis kelamin, laki-laki dan perempuan tidak dibatasi. Karena dalam penelitian ini, peneliti hanya ingin melihat gambaran pengetahuan dan sikap dari responden terhadap rokok, peneliti tidak membandingkan pengetahuan dan sikap terhadap rokok berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin f(frekuensi) %

Laki-laki 81 40,5

Perempuan 119 59,5

Jumlah 200 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden terbanyak yaitu responden dengan jenis kelamin perempuan (59,5%). Responden laki-laki adalah sebesar 40,5%.

Pada penelitian ini, di dalam lembar kuesioner ada ditanyakan karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu pada jenjang pendidikan manakah responden mengenal rokok.

Tabel 5.2.

Distribusi Karakteristik Responden Mengenal Rokok Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan f(frekuensi) %

TK 40 20,0

SD 123 61,5

SMP 30 15,0

SMA 7 3,5

Jumlah 200 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden mengenal rokok berdasarkan jenjang pendidikan dapat sangat bervariasi, yaitu sejak TK (20%), SD (61,5%), SMP (15%), SMA (3,5%). Dari hasil tersebut, persentase terbesar mengenal rokok adalah pada saat pendidikan SD dan persentase terkecil adalah pada saat pendidikan SMA.


(48)

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 6 dan SMAMethodist 2 Terhadap Rokok

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai pengetahuan terhadap rokok. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada table 5.3. di bawah ini.

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Benar Salah

f % f %

1 Faktor risiko utama Kanker Paru 193 96,5 7 3,5 2 Penyakit yang tidak diakibatkan oleh

Rokok 128 64,0 72 36,0

3 Penyebab utama kematian akibat

kanker 86 43,0 114 57,0

4 Senyawa yang berikatan dengan Hb 150 75,0 50 25,0 5 Zat penyebab ketagihan dalam Rokok 189 94,5 11 5,5 6 Zat di lingkungan sekitar penyebab

Kanker Paru 184 92,0 16 8,0

7 Yang tidak termasuk racun utama

Rokok 118 59,0 82 41,0

8 Bahaya Perokok Aktif dan Perokok

Pasif 147 73,5 53 26,5

9 Zat penyebab warna gigi cokelat

dalam Rokok 158 79,0 42 21,0

10 Ikatan CO dengan Hb 109 54,5 91 45,5

Berdasarkan tabel di atas, pertanyaan- pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan mengenai faktor risiko utama kanker paru (96,5%) dan pertanyaan tentang zat penyebab ketagihan dalam rokok (94,5%). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan tentang penyebab utama kematian akibat kanker (57%) dan pertanyaan tentang ikatan antar karbonmonoksida (CO) dengan hemoglobin (Hb) (45,5%).


(49)

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden dikatakan berpengetahuan baik bila menjawab 8-10 pertanyaan pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang bila menjawab 4-7 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan kurang bila menjawab lebih kecil atau sama dengan 3 dari pertanyaan pengetahuan dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengethuan pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 dapat dikategorikan pada table 5.4.

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan f (frekuensi) %

Baik 107 53,5

Sedang 87 43,5

Kurang 6 3

Total 200 100

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori kurang memiliki persentase paling kecil yaitu 3%, tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase sebanyak 43,5% dan tingkat pengetahuan dengan kategori baik adalah sebesar 53,5%.

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah SMA, yang terdiri dari satu sekolah negeri yaitu SMA Negeri 6 Medan dan satu sekolah swasta yaitu SMA Methodist 2 Medan. Data yang diambil dari kedua sekolah ini dapat dilihat perbandingan hasil untuk pengetahuan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5.

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan

Kategori Pengetahuan

Pengetahuan

Kurang Sedang Baik Total

f % f % f % f %


(50)

Sekolah Responden

SMA Negeri

6 5 2,5 54 27,0 41 20,5 100 50

Total 6 3 87 43,5 107 53,5 200 100

Dari tabel tersebut, tingkat pengetahuan kurang memiliki nilai yang paling kecil pada kedua sekolah SMA tersebut, yaitu sebesar 0,5% dan 2,5%. Untuk tingkat pengetahuan sedang, sekolah SMA Negeri 6 memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah SMA Methodist 2, yaitu 27,0%. Sedangkan untuk tingkat pengetahuan baik, sekolah SMA Methodist 2 memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan SMA Negeri 6, yaitu 33,0%.

5.1.3.2. Sikap Pelajar SMA Methodist 2 dan SMA Negeri -6 Terhadap Rokok Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai sikap terhadap rokok. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel sikap dapat dilihat pada table 5.6. di bawah ini.

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap

No Pernyataan

Jawaban Responden Sangat

Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

f % f % f % f %

1 Alasan merokok oleh karena pengaruh teman

74 37,0 107 53,5 15 7,5 4 2,0 2 Bila mencium

asap

rokok,menutup mulut

123 61,5 71 35,5 6 3,0 0 0,0 3 Perokok akan

menawarkan rokok kepada orang lain/teman yang tidak merokok


(51)

Sambungan tabel 5.6.Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap

No Pernyataan

Jawaban Responden Sangat

Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

f % f % f % f %

4 Di tempat umum,memilih ruangan bebas

rokok 126 63,0 60 30,0 7 3,5 7 3,5 5 Bila seseorang

merokok di dekat anak

kecil, lihat saja 4 2,0 24 12,0 109 54,5 63 32 6 Merokok

adalah cara bergaul dan mendapat penghargaan

sosial 3 1,5 6 3,0 53 26,5 138 69,0 7 Bila ditawari

rokok, akan

merokok 2 1,0 5 2,5 41 20,5 152 76,0 8 Bila teman

adalah seorang perokok, tetap bergaul

dengannya 24 12,0 140 70,0 30 15,0 6 3,0 9 Mendukung

pemerintah dalam mengurangi konsumsi

tembakau 81 40,5 94 47,0 21 10,5 4 2,0 10 Bila seorang

merokok di tempat yang dilarang untuk merokok, diam


(52)

Dari tabel di atas, terlihat bahwa pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan sangat setuju adalah pada pernyataan mengenai responden akan memilih ruangan bebas rokok apabila berada di tempat umum (63,0%). Pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan setuju adalah pada pernyataan mengenai responden akan tetap bergaul dengan temannya yang adalah seorang perokok (70,0%). Pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan tidak setuju adalah pada pernyataan mengenai responden akan melihat saja apabila ada seseorang merokok di dekat seorang anak kecil (54,5%). Pernyataan sikap yang paling banyak dijawab dengan sangat tidak setuju adalah pada pernyataan mengenai responden akan merokok apabila ditawari rokok (76,0%).

Penilaian sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila skor atas pertanyaan sikap bernilai 31-40 sedangkan seorang responden dikatakan memiliki sikap sedang bila skor atas pertanyaan sikap bernilai 16-30 dan dikatakan bersikap kurang bila skor atas pertanyaan sikap bernilai sama dengan atau di bawah 15. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka sikap pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 dapat dikategorikan pada table 5.7.

Tabel 5.7.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

Sikap f (frekuensi) %

Baik 83 41,5

Sedang 117 58,5

Kurang 0 0

Total 200 100

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan baik memiliki persentase 41,5% sedangkan sikap yang dikategorikan sedang memiliki persentase yang paling besar yaitu 58,5% dan pada penlitian ini tidak didapatkan sikap dengan kategori kurang.


(53)

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah SMA, yang terdiri dari satu satu sekolah negeri yaitu SMA Negeri 6 Medan dan satu sekolah swasta yaitu SMA Methosist-2 Medan. Data yang diambil dari kedua sekolah ini dapat dilihat perbandingan hasil untuk sikap pada tabel 5.8.

Tabel 5.8.

Distribusi Asal Sekolah Responden Terhadap Tingkat Sikap

Kategori Sikap

Sikap

Kurang Sedang Baik Total

f % f % f % f %

Asal Sekolah Responden

Methodist

2 0 0 63 31,5 37 18,5 100 50 SMA

Negeri 6 0 0 54 27,0 46 23,0 100 50

Total 0 0 117 58,5 83 41,5 200 100

Dari tabel tersebut, kedua sekolah tersebut tidak ada pelajar SMA tingkat 3 dengan sikap yang kurang terhadap merokok. Sikap sedang merupakan nilai yang terbanyak pada sekolah SMA Negeri 6 dan SMA Methodist 2 Medan dengan nilai sebesar 27% dan 31,5%.

5.2. Pembahasan 5.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.


(54)

Dari 200 orang responden, didapatkan hasil bahwa jumlah responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan, yaitu sebanyak 119 orang (59,5%). Sedangkan responden laki-laki berjumlah 81 orang (40,5). Hal ini bisa dikarenakan pada saat pengambilan data, kelas yang dijadikan tempat pengambilan sampel memiliki lebih banyak murid perempuan, baik pada sekolah SMA Negeri 6 ataupun pada SMA Methodist 2.

Dalam kuesioner penelitian, juga disertai dengan pertanyaan sejak kapan responden memperoleh pengetahuan tentang rokok. Dari 200 responden, diperoleh sebanyak 123 orang (61,5%) memperoleh pengetahuan tentang rokok pada saat jenjang pendidikan SD. Pada umumnya responden tersebut memperoleh pendidikan tentang rokok adalah dari guru-guru di sekolah dan terutama pada saat pendidikan dasar yaitu SD. Sebanyak 40 orang (20%) memperoleh pendidikan tentang rokok saat jenjang pendidikan TK. Hal ini bisa dikarenakan responden tersebut telah mengenal rokok sejak kecil yang berasal dari lingkungan keluarga mereka. Sebanyak 30 orang (15%) mengenal rokok saat jenjang pendidikan SMP dan sebanyak 7 orang (3,5%) mengenal rokok saat jenjang pendidikan SMA. Hal ini mungkin bisa dikarenakan responden tersebut memiliki lingkungan hidup yang sehat, bersih dan bebas dari rokok sejak kecil dan responden ini mulai lebih paham tentang rokok setelah memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP atau SMA.

Dari hasil pengetahuan diperoleh sebanyak 193 responden (96,5%) telah memiliki pengetahuan yang baik bahwa faktor risiko utama terjadinya kanker paru adalah merokok, seperti yang dikemukakan bahwa seorang perokok lebih berisiko 10 hingga 20 kali terkena kanker paru atau meninggal akibat kanker paru tersebut dibanding dengan orang yang tidak merokok (CDC, 2010). Di samping itu, sebanyak 128 responden (64,0%) mengetahui bahwa salah satu contoh penyakit yang tidak diakibatkan dari merokok adalah kejang. Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esofagus,dan diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang


(55)

bersifat karsinogen terhadap organ tubuh (Amin, 2006). Sebanyak 86 responden (43,0%) yang mengetahui bahwa penyebab kematian utama dalam penyakit golongan kanker adalah kanker paru. Hasil tersebut sesuai dengan yang dikemukakan bahwa belakangan ini kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama mortalitas oleh akibat merokok (Huq, 2010).

Sebanyak 150 responden (75,0%) yang menjawab dengan benar bahwa gas di dalam rokok yang memiliki kecenderungan untuk berikatan dengan hemoglobin adalah gas karbonmonoksida (CO). Seharusnya hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tetapi karena karbonmonoksida (CO) lebih kuat daripada oksigen, maka gas karbonmonoksida (CO) merebut tempat ikatannya dengan hemoglobin. Kadar gas karbonmonoksida (CO) dalam darah bukan perokok kurang dari 1%. Sementara dalam darah perokok mencapai 4-15% (Jaya, 2009). Menurut Gondodiputro (2007), gas karbonmonoksida (CO) akan sangat cepat berikatan dengan hemoglobin di dalam darah dan membentuk karboksihemoglobin, dan sebanyak 109 responden (54,5%) berpengetahuan baik tentang ikatan antara gas karbonmonoksida (CO) dengan hemoglobin ini.

Nikotin merupakan zat di dalam rokok yang meracuni saraf, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, serta menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Didapati sebanyak 189 responden (94,5%) yang berpengetahuan baik tentang nikotin. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan (Jaya, 2009). Sebanyak 158 responden (79,0%) yang berpengetahuan baik bahwa tar yang terdapat dalam kandungan rokok yang bersifat karsinogenik dapat membuat warna cokelat pada kuku dan gigi di mana menurut Gondodiputro (2007), tar adalah sejenis cairan berwarna coklat tua atau hitam yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru, sehingga dapat membuat warna gigi dan kuku seorang perokok menjadi coklat, begitu juga di paru-paru.

Gas Radon juga menyebabkan kanker paru. Gas ini biasanya ditemukan di dalam rumah. Gas ini tidak berbau, tidak berwarna yang keluar dari batu atau debu


(56)

dan bisa terperangkap dalam rumah atau bangunan, didapati sebanyak 184 responden (92,0%) yang mengetahui bahwa gas di lingkungan sekitar yang bisa menyebabkan terjadinya kanker paru. Gas radon merupakan penyebab kedua dari kanker paru setelah merokok (CDC, 2010). Sebanyak 118 responden (59,0%) yang berpengetahuan baik bahwa zat yang tidak termasuk racun utama pada rokok adalah karbondioksida (CO2

Sebanyak 109 responden (54,5%) yang menjawab dengan benar bahwa bahwa bahaya dari asap rokok terhadap kesehatan lebih besar pada perokok pasif dibandingkan dengan perokok aktif. Hasil tersebut sesuai dengan yang dikemukakan bahwa sebanyak 35 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok (perokok aktif), sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (perokok pasif) (Budiantoro, 2009). Menurut Mulcachy (1997), sidestream smoke (SS), yaitu asap rokok yang dihasilkan dari hasil pembakaran antara rokok dengan pipa rokok atau batang rokok, memiliki mengandung lebih banyak senyawa kimia organik jika dibandingkan dengan mainstream smoke (MS), yaitu asap yang dihisap oleh perokok selama merokok melalui pipa rokok atau batang rokok. Jadi dari hasil studi ditetapkan bahwa kemungkinan sidestream smoke (SS), akan bersifat lebih karsinogenik daripada mainstream smoke (MS) walaupun pada konsentrasi yang sama banyak.

). Racun utama pada rokok adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida. Komponen gas asap rokok terdiri dari karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid dan partikelnya adalah berupa tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol, di mana zat- zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (Jaya, 2009).

Secara keseluruhan, diperoleh sebanyak 107 responden yang berpengetahuan baik (53,5%), 87 responden yang berpengetahuan sedang (43,5%), dan 6 responden yang berpengetahuan kurang (3%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas pengetahuan tentang rokok pada pelajar SMA swasta dan SMA negeri di kota Medan berada pada tingkat baik. Sedangkan jika dilihat dari masing-masing sekolah, maka


(57)

terdapat perbedaan dari tingkat pengetahuan dari para pelajar SMA. Pada SMA swasta Methodist 2, mayoritas pelajarnya berpengetahuan baik mengenai rokok, sedangkan pada SMA Negeri 6, mayoritas pelajarnya berada pada tingkat pengetahuan sedang. Menurut asumsi peneliti, hal ini bisa dikarenakan pada sekolah SMA Methodist 2 para pelajarnya telah dididik sejak awal untuk tidak merokok serta adanya pembelajaran kepada para pelajar tentang bahaya dari merokok. Selain itu, juga diberlakukan aturan yang ketat untuk tidak merokok dan pemberian sanksi yang tegas.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penlitian Loren (2009), dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Terhadap Rokok”. Di mana hasil penelitian Loren diperoleh mayoritas mahasiswa fakultas kedokteran USU memiliki tingkat pengetahuan sedang (87,3%) terhadap rokok, sedangkan dalam penelitian ini, mayoritas para pelajar SMA di kota Medan berpengetahuan baik (53,5%) tentang rokok. Hal ini mungkin dikarenakan pada pelajar SMA, materi pembelajaran tentang bahaya rokok adalah berupa pengetahuan umum dan tidak terlalu mendalam serta mudah untuk dimengerti, sehingga para pelajar SMA ini memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sedangkan pada mahasiswa fakultas kedokteran USU, pengetahuan yang sedang mungkin disebabkan oleh tidak terdapatnya topik kuliah yang lebih dalam atau khusus mengenai bahaya rokok, misalnya nikotin, sehingga tingkat pengetahuan yang diperoleh adalah sedang.

5.2.2 Sikap

Dalam penelitian sikap, pengukuran juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan sikap responden terhadap rokok. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden sudah dapat merespon dengan baik terhadap rokok baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Hal ini terlihat dari tabel hasil bahwa sebanyak


(58)

107 responden (53,5%) menyatakan setuju bahwa alasan seseorang merokok adalah pengaruh dari teman ,123 responden (61,5%) menyatakan sangat setuju untuk menutup hidung apabila mencium asap rokok, 82 responden (41,0%) menyatakan setuju bahwa seorang perokok akan menawarkan rokok kepada orang lain atau teman yang tidak merokok, 126 responden (63,0%) menyatakan sangat setuju untuk memilih ruangan yang bebas rokok apabila berada di tempat umum.

Sebanyak 109 responden (54,5%) menyatakan tidak setuju untuk berdiam saja apabila ada seseorang merokok di dekat seorang anak kecil, 138 responden (69,0%) menyatakan sangat tidak setuju bahwa merokok merupakan salah satu cara bergaul dan mendapat penghargaan sosial, 152 responden (76,0%) menyatakan sangat tidak setuju untuk ikut merokok apabila seseorang menawarkan rokok kepadanya, 140 responden (70,0%) menyatakan setuju untuk tetap bergaul dengan temannya yang adalah perokok, 94 responden (47,0%) menyatakan setuju untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi konsumsi tembakau, dan 98 responden (49,0%) menyatakan tidak setuju untuk berdiam saja apabila ada seseorang yang merokok di tempat umum yang telah diberi larangan untuk merokok.

Dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa sikap pelajar SMA swasta dan SMA negeri terhadap rokok berada pada kategori sedang (58,5%). Bila dilihat dari masing-masing sekolah, maka pelajar sekolah SMA swasta Methodist 2 memiliki nilai yang lebih besar (31,5%) dibanding sekolah SMA Negeri 6 (27%) untuk tingkat sikap sedang. Menurut asumsi peneliti, hal ini mungkin dikarenakan oleh pada SMA swasta Methodist 2 Medan diberlakukan larangan yang ketat bagi para pelajarnya untuk tidak merokok. Bagi pelajar yang tertangkap merokok, akan dikenakan sanksi dan dikeluarkan dari sekolah. Pada SMA Negeri 6 juga ada diberlakukan larangan untuk merokok, tetapi sanksi yang diberikan tidak sebesar pada SMA swasta.

Dari hasil analisa secara keseluruhan, didapati hasil pengetahuan dan sikap yang tidak sejalan di mana pengetahuan yang diperoleh dari para responden berada


(1)

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Pengetahuan 7

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 82 41.0 41.0 41.0

1 118 59.0 59.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Pengetahuan 8

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 53 26.5 26.5 26.5

1 147 73.5 73.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Pengetahuan 9

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 42 21.0 21.0 21.0

1 158 79.0 79.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Pengetahuan 10

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 91 45.5 45.5 45.5

1 109 54.5 54.5 100.0


(2)

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid pengetahuan

kurang

6 3.0 3.0 3.0

pengetahuan sedang

87 43.5 43.5 46.5

pengetahuan baik

107 53.5 53.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Perbandingan Total Skor Pengetahuan dalam Kategori antar Sekolah SMA

Negeri dan SMA Swasta

kel pengetahuan

Total

pengetahuan

kurang

pengetahuan sedang

pengetahuan baik asal

sekolah responden

Methodist-2

Count 1 33 66 100

Expected Count 3.0 43.5 53.5 100.0

% within kel pengetahuan

16.7% 37.9% 61.7% 50.0%

% of Total .5% 16.5% 33.0% 50.0%

SMAN-6 Count 5 54 41 100

Expected Count 3.0 43.5 53.5 100.0

% within kel pengetahuan

83.3% 62.1% 38.3% 50.0%

% of Total 2.5% 27.0% 20.5% 50.0%

Total Count 6 87 107 200

Expected Count 6.0 87.0 107.0 200.0

% within kel pengetahuan

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%


(3)

Pertanyaan Sikap :

Pertanyaan Sikap 1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 2.0 2.0 2.0

2 15 7.5 7.5 9.5

3 107 53.5 53.5 63.0

4 74 37.0 37.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap 2

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 6 3.0 3.0 3.0

3 71 35.5 35.5 38.5

4 123 61.5 61.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap 3

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 15 7.5 7.5 7.5

2 82 41.0 41.0 48.5

3 66 33.0 33.0 81.5

4 37 18.5 18.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap 4

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap 5

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 2.0 2.0 2.0

2 24 12.0 12.0 14.0

3 109 54.5 54.5 68.5

4 63 31.5 31.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap 6

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 138 69.0 69.0 69.0

2 53 26.5 26.5 95.5

3 6 3.0 3.0 98.5

4 3 1.5 1.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap 7

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 2 1.0 1.0 1.0

2 5 2.5 2.5 3.5

3 41 20.5 20.5 24.0

4 152 76.0 76.0 100.0


(5)

Pertanyaan Sikap 8

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 24 12.0 12.0 12.0

2 140 70.0 70.0 82.0

3 30 15.0 15.0 97.0

4 6 3.0 3.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap 9

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 2.0 2.0 2.0

2 21 10.5 10.5 12.5

3 94 47.0 47.0 59.5

4 81 40.5 40.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap 10

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 3.0 3.0 3.0

2 35 17.5 17.5 20.5

3 98 49.0 49.0 69.5

4 61 30.5 30.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

Total Skor Sikap dalam Kategori

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid sikap

sedang


(6)

SMA Swasta

kelompok sikap

Total sikap sedang sikap baik

asal sekolah responden

SMA Methodist-2

Count 63 37 100

Expected Count 58.5 41.5 100.0

% within kelompok sikap

53.8% 44.6% 50.0%

% of Total 31.5% 18.5% 50.0%

SMAN-6 Count 54 46 100

Expected Count 58.5 41.5 100.0

% within kelompok sikap

46.2% 55.4% 50.0%

% of Total 27.0% 23.0% 50.0%

Total Count 117 83 200

Expected Count 117.0 83.0 200.0

% within kelompok sikap

100.0% 100.0% 100.0%