Tujuan Manfaat Kelapa Sawit Perkebunan Kelapa Sawit

Pada tanaman, Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion yang tergantung pada jenis mineral pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat, Kalium di dalam jaringan tetap berbentuk ion dan tidak ditemukan dalam bentuk senyawa organik yang bersifat mudah bergerak sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkan.Secara umum peran kalium berhubungan dengan proses metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi, sedangkan Gejala awal defesiensi Kalium pada tanaman adalah terlihat pada daun yang muncul warna kuning di pinggir dan diujung daun yang sudah tua, yang akhirnya mengering dan rontok yang diikuti dengan batang dan cabang yang lemah dan mudah rebah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan analisa unsur hara Kalium pada daun kelapa sawit secara spektrofotometri.

1.2. Permasalahan

Beberapa jumlah kadar unsur hara Kalium yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit untuk menghindari tanah kekurangan Kalium dapat ditentukan berapa banyak pupuk Kalium yang harus diberikan pada tanaman sehingga diperoleh pertumbuhan yang cepat dan hasil buah yang maksimal.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah : Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit berdasarkan ion Kalium pada daun kelapa sawit secara spektrofotometri. Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui apakah daun kelapa sawit kekurangan unsur hara Kalium dan mempersiapkan berapa banyak ion Kalium yang dibutuhkan daun kelapa sawit dengan pemberian pupuk pada tanaman kelapa sawit. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut dari Amerika yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak antara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi banua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang. Kelapa sawit Elaeis guineesis saat ini telah bekembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asal-usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon Mauritius dan Amsterdam. Keempat batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara.

2.2. Perkebunan Kelapa Sawit

Menurut Hunger 1924 pada tahun 1869 Pemerintah Kolonia Belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim pada tahun 1970 di Musi Hulu. Universitas Sumatera Utara Pelopor perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet yang berasal dari Belgia. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara komesial dalam perkebunan Sungai Liput Aceh dan Pulu Raja Asahan. Pada masa penjajahan Jepang 1942, pemerintah pendudukan meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri perang. Kemudian semua terhenti karena terjadinya serangan sekutu pada tahun 1943. Pada tahun 1947 Pemerintah Belanda merebut kembali dua pertiga dari perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran. Kemudian menjelang akhir tahun 1948 maskapai-maskapai perkebunan asing hampir memperoleh perkebunan mereka masing-masing dan menjadi milik mereka kembali. Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil alih oleh Pemerintah Indonseia. Namun milik perusahaan Inggris, Prancis, Belgia, dan Amerika dikembalikan lagi kepada miliknya pada akhir Desember 1967. Pada masa pemerintahan Orde Lama relatif perkebunan sawit sangat terlantar, karena tidak ada peremajaan dan rehabilitasi pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun drastis dan kedudukan Indonesia di dipasar internasional sebagai pemasok minyak sawit nomor satu terbesar sejak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia hingga sekarang ini. Pada masa Orde baru telah mulai membangun kembali perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran dengan mengadakan peremajaan dan penanaman baru. Selanjutnya pemerintah telah bertekad pula membangun perkebunan kelapa sawit dengan mengembangkan melalui berbagai pola. Sejak 1975 muncul berbagai pola pengembangan kelapa sawit seperti pola Unit Pelaksana Proyek UPP dan Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara P3RSU. Kemudian proyek PIRBUN sejak 19771978, antara lain: PIR Khusus, PIR Berbantuan. Selanjutnya sejak tahun 1986 muncul lagi PIR TRANS. Sejak 1984 berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pertanian No.8531984, pengembangan perkebunan besar kelapa sawit dilakukan dengan pola PIR, Risza,S.1994.

2.3. Daun Kelapa Sawit