Analisa Unsur Hara Cu Dan Zn Pada Daun Kelapa Sawit dengan menggunakan AAS Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan

(1)

ANALISA UNSUR HARA Cu DAN Zn PADA DAUN KELAPA

SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN AAS DI PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

KARYA ILMIAH

Disusun Oleh :

072401046

ARDIANSYAH

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ANALISA UNSUR HARA Cu DAN Zn PADA DAUN KELAPA

SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN AAS DI PUSAT

PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

072401046

ARDIANSYAH

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA UNSUR HARA Cu DAN Zn PADA

DAUN KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN AAS DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : ARDIANSYAH

NIM : 072401046

Program Studi : D3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di : Medan, Juli 2010

Diketahui/Disetujui Oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua , Dosen Pembimbing

Dr. Rumondang Bulan , MS

NIP :195408301985032001 NIP :194607161974031001 Drs.Abdi Negara.Sitompul


(4)

PERNYATAAN

ANALISA UNSUR HARA Cu DAN Zn PADA DAUN KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN AAS DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT

(PPKS) MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010

072401046 ARDIANSYAH


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang mencurahkan rahmat, berkah dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan karya ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan Studi Program Diploma 3 pada Fakults Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Semoga niat dan amalan ini dapat dinilai sebagai ibadah. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang syafaatnya kita harapkan dikemudian hari.

Karya ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dengan judul “ ANALISA UNSUR HARA Cu DAN Zn PADA DAUN KELAPA

SAWIT DENGAN METODE AAS”.

Selesainya Karya Ilmiah ini juga tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya :

1. Orang tua tercinta Ayahanda Alinur dan Ibunda Zubaidah Hanim yang telah memberikan do’a restunya yang tiada terhingga, dan telah banyak memberikan pengorbanan moril maupun materil serta kesabaran yang tulus, dan adinda tersayang yaitu Faisal, Syah Reza, Nurfaizi, serta seluruh keluarga saya yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

2. Bapak Drs. Abdi Negara.Sitompul sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis. 3. Ibu DR. Rumondang MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU, dan

Ibu Dr, Marpongahtun, M.Sc selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Analis 4. Bapak Baharuddin AR,B.Sc, selaku penanggung jawab laboratorium tanah dan

daun, seluruh karyawan PPKS Medan khususnya laboratorium tanah dan daun terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis.

5. Kawan-kawan kost Ajo 82 yang telah memberikan bantuan kepada penulis diantaranya adalah abangda Zulham Effendi, Muammar Zia Nst, Andang Budi Purwono, M. Ridho Qhadafi, Abdul Hadi Siregar dan seluruh kawan – kawan yang namanya tidak dapat disebutkan.

6. Rekan-rekan mahasiswa/i Kimia Analis D-3 angkatan 2007 sekaligus sahabat-sahabat yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesmpurnaan dalam materi dan penyajian. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang dapat menjadi bahan masukan bagi penulis. Semoga penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Juli 2010


(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa unsur hara Cu (Tembaga) dan Zn (Seng) pada daun kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penentuan kadar Cu (Tembaga) dan Zn (Seng) pada daun kelapa sawit dilakukan dengan metode destruksi basa dengan metode Atomic Absorption Spectrophotometer . Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar Cu (Tembaga) yang diperoleh dari daun Kelapa Sawit pada sample No. 12329, 12330, 12331, 12332 dan 12333 adalah 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm, dan 8 ppm. Sedangkan Kadar Zn (Seng) yang diperoleh dari daun Kelapa Sawit pada sample No. 12329, 12330, 12331, 12332, dan 12333 adalah 30 ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm, dan 26 ppm. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kadar Cu dan Zn berada di atas kisaran optimal.


(7)

ANALYSIS ELEMENT OF HARA Cu AND Zn AT PALM LEAF BY USING AAS IN INDONESIA OIL PALM RESEARCH INSTITUTE (PPKS) MEDAN

ABSTRACT

Nutrient analysis has been carried out Cu (Copper) and Zn (zinc) on palm leaves on Palm Research Center in Medan. Determination of Cu (copper) and Zn (zinc) in the leaves of palm oil with alkaline destruction method with Atomic Absorption Spectrophotometer method. The result showed that the concentration of Cu (Copper) obtained from palm leaves in the sample No. 12 329, 12 330, 12 331, 12 332 and 12 333 is 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm and 8 ppm. While the levels of Zn (Zinc) obtained from palm leaves in the sample No. 12 329, 12 330, 12 331, 12 332 and 12 333 is 30 ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm and 26 ppm. From these results suggest that Cu and Zn levels above the optimal range.


(8)

DAFTA ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

BAB II TINJAUN PUSTAKA 4

2.1. Daun Kelapa Sawit 4

2.2. Penyakit pada daun dan tajuk Kelapa Sawit 6 2.3. Gejala Defisiensi Unsur hara tanaman Kelapa Sawit 8

2.4. Daun Kelapa Sawit 9

2.4.1. Penentuan Kesatuan Contoh Daun (KCD) 10

2.4.2. Penomoran KCD 11

2.4.3. Cara Penentuan letak daun 11

2.5. Peranan Unsur hara Mikro Pada Tanaman Kelapa Sawit 11

2.5.1. Tembaga (Cu) 12

2.5.2. Seng (Zn) 13

2.6. Spektroskopi Serapan Atom 15

2.6.1. Teori Spektroskopi Serapan Atom 15

2.6.2. Cara Kerja AAS 17

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 19

3.1. Alat 19

3.2. Bahan 20

3.3. Persiapan Contoh Daun Kering 21

3.3.1. Membersihkan Contoh Daun Tanaman Kelapa Sawit 21

3.3.2. Mengeringkan dan Menggiling 21

3.4. Prosedur Destruksi Basa (H2SO4 + H2O2) Daun Kelapa Sawit 21

3.5. Prosedur Penetapan Cu dan Zn Daun Kelapa Sawit Secara

Spektroskopi Serapan Atom 22

3.6. Cara kerja AAS 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26

4.1. Hasil 26


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 30

5.1. Kesimpulan 30

5.2. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel-1 Kisaran Optimal Unsur – unsur mikro Lampiran 1

Tabel-2 Absorbansi Larutan Cu Standar Lampiran 2

Tabel-3. Kadar Tembaga (Cu) Contoh Daun Lampiran 2

Perhitungan Analisis Tembaga (Cu) Lampiran 2

Tabel-4 Absorbansi Larutan Zn Standar Lampiran 3

Tabel-5. Kadar Seng (Zn) Contoh Daun Lampiran 3


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Atomiser Nyala 18

Gambar 1.2. Grafik Kurva Standard Cu (ppm) Lampiran 4 Gambar 1.3. Grafik Kurva Standard Zn (ppm) Lampiran 5


(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa unsur hara Cu (Tembaga) dan Zn (Seng) pada daun kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penentuan kadar Cu (Tembaga) dan Zn (Seng) pada daun kelapa sawit dilakukan dengan metode destruksi basa dengan metode Atomic Absorption Spectrophotometer . Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar Cu (Tembaga) yang diperoleh dari daun Kelapa Sawit pada sample No. 12329, 12330, 12331, 12332 dan 12333 adalah 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm, dan 8 ppm. Sedangkan Kadar Zn (Seng) yang diperoleh dari daun Kelapa Sawit pada sample No. 12329, 12330, 12331, 12332, dan 12333 adalah 30 ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm, dan 26 ppm. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kadar Cu dan Zn berada di atas kisaran optimal.


(13)

ANALYSIS ELEMENT OF HARA Cu AND Zn AT PALM LEAF BY USING AAS IN INDONESIA OIL PALM RESEARCH INSTITUTE (PPKS) MEDAN

ABSTRACT

Nutrient analysis has been carried out Cu (Copper) and Zn (zinc) on palm leaves on Palm Research Center in Medan. Determination of Cu (copper) and Zn (zinc) in the leaves of palm oil with alkaline destruction method with Atomic Absorption Spectrophotometer method. The result showed that the concentration of Cu (Copper) obtained from palm leaves in the sample No. 12 329, 12 330, 12 331, 12 332 and 12 333 is 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm and 8 ppm. While the levels of Zn (Zinc) obtained from palm leaves in the sample No. 12 329, 12 330, 12 331, 12 332 and 12 333 is 30 ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm and 26 ppm. From these results suggest that Cu and Zn levels above the optimal range.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam pertumbuhannya tanaman kelapa sawit membutuhkan adanya ketersediaan unsur hara. Unsur hara yang dibutuhkan terdiri dari 16 jenis. Unsur tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H), Oksigen (O), nitrogen (N), belerang (S), fosfor (P), klor (Cl), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), seng (Zn), borium (Bo), dan molibdum (Mo).

Unsur C, H, dan O diperoleh tanaman dari udara dan air, sedangkan ketiga belas unsur yang lainnya diperoleh dari lahan pertanaman. Ketiga belas unsur hara tanaman ini digolongkan kedalam unsur hara makro yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan S dan unsur hara mikro yaitu Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, Bo, dan Mo. Unsur hara makro dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit.

Telah disebutkan di muka bahwa penyimpangan fisiologis ini dapat disebabkan oleh adanya kekurangan unsur hara, di samping itu dapat pula disebabkan oleh kelebihan unsur hara. Sering kali penyakit ini menghasilkan suatu gejala pada tubuh tanaman. Untuk beberapa tahapan, gejala dari penyimpangan fisiologis ini tidak dapat di bedakan dengan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus.


(15)

Ada bermacam unsur hara yang apabila kekurangan maupun kelebihan dapat menimbulkan gejala pada tanaman. Ada dua kelompok unsur hara yang essensial bagi tanaman, kelompok pertama disebut unsur makro dan yang kedua adalah unsur hara mikro. Unsur hara makro relatif lebih banyak diperlukan oleh tanaman, sedangkan unsur hara mikro juga sama pentingnya dengan unsur hara makro, hanya dalam hal kebutuhan akan zat – zat ini hanya sedikit.

Kekurangan unsur hara Cu dianggap hanya terjadi pada tanah-tanah gambut tetapi ternyata juga dilaporkan terjadi pada tanah-tanah berpasir. Tanaman yang menderita defisiensi Cu di pembibitan, terlihat sangat kerdil. Gejala awal adalah terjadinya klorosis pada daun muda yang sudah terbuka dan warna anak daun yang menderita defisiensi Cu berubah menjadi kuning yang dimulai dari ujung daun dan akhirnya kering.

Penyebab umumnya kekurangan unsur hara Cu terjadi pada :

1. Tanah berpasir 2. Tanah gambut

Kekurangan unsur hara Cu terjadi jika kadar Cu daun 30 kg tandan buah segar pertanaman. Tanaman – tanaman tersebut harus diracun dan ditebang untuk memungkinkan enam tanaman disekitarnya tumbuh lebih baik. Kondisi ini menunjukkan pentingnya sensus tanaman secara rutin untuk menyeleksi tanaman – tanaman yang abnormal dan yang menunjukkan gejala kekurangan unsur hara.


(16)

Beberapa jumlah kadar unsur hara Cu dan Zn yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit untuk menghindari daun kekurangan unsur hara Cu dan Zn dapat ditentukan berapa banyak pupuk Cu dan Zn yang harus diberikan pada tanaman sehingga diperoleh pertumbuhan yang cepat dan hasil buah yang maksimal.

1.3.Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :

Untuk mengetahui tingkat pemupukan tanaman kelapa sawit berdasarkan unsur hara pada daun kelapa sawit dengan metode AAS.

1.4. Manfaat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui apakah daun kelapa sawit kekurangan unsur hara dan mempersiapkan beberapa banyak unsur hara yang dibutuhkan daun kelapa sawit dengan pemberian pupuk pada tanaman kelapa sawit.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daun Kelapa Sawit

Daun kelapa sawit mirip daun kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang belakang sejajar. Daun – daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 – 9 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Produksi daun tergantung iklim setempat. Di Sumatera Utara, misalnya produksi daun mencapai 20 – 24 helai/tahun. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman.

Pemangkasan adalah pembuangan daun - daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan. Tujuan pemangkasan adalah sebagai berikut:


(18)

1. Memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan alami.

2. Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan buah terjepit pada pelepah daun.

3. Membantu dan memudahkan pada waktu panen.

4. Agar proses metabolisme tanaman berjalan lancer, terutama pada fotosintesis dan respirasi.

Dalam satu tahun tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan 20 - 30 pelepah daun. Kemampuan produksi tanaman tersebut menurun menjadi 18 - 25 pelepah daun seiring dengan pertambahan umur tanaman. Dengan demikian rata – rata produksi pelepah adalah 1,5 - 2,5 pelepah/bulan. Namun, hanya sekitar 8 – 22 pelepah daun yang ditemukan bunga atau buah, sedangkan pelepah lainnya tidak menghasilkan bunga atau buah. Pelepah daun yang menghasilkan bunga atau buah disebut pelepah penyangga (songgoh) dan pelepah yang tidak bisa menghasilkan bungaan atau buah disebut pelepah kosong. pelepah penyanggah akan ditunas bersamaan dengan panen buah, sedangkan pelepah kosong akan ditunas secara rutin dengan interval waktu tertentu di luar waktu panen.

Untuk terus melangsungkan metabolisme yang baik, seperti proses fotosintesis dan respirasi maka jumlah pelepah pada setiap batang tanaman harus dipertahankan dalam jumlah tertentu sesuai umur tanaman. Untuk tanaman berumur antara 3 – 8 tahun, jumlah pelepah yang optimal sekitar 48 – 56 ( 6 – 7 lingkaran duduk daun ) dan


(19)

lingkaran duduk daun). Pemangkasan dilakukan 6 bulan sekali untuk tanaman belum menghasilkan dan 8 bulan sekali untuk tanaman menghasilkan. Pemangkasan dapat dilakukan dengan menggunakan alat Chisel (alat pahat), egrek (arit bergagang), atau kampak petik. Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menanmbah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman.

2.2. Penyakit Pada Daun dan Tajuk ( Helai Daun) Kelapa Sawit

Beberapa jenis penyakit yang banyak ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit serta cara pengendalian dan pemberantasannya.

1. Penyakit daun bibit muda (anthracnose)

Gejala

Terdapat bercak – bercak dikelilingi warna kuning yang merupakan batas antara bagian daun yang sehat dan yang terserang. Gejala yang lain yang tampak adalah adanya warna coklat dan hitam diantara tulang daun. Daun – daun yang diserang menjadi kering dan akhirnya mengalami kematian.

Penyebab

Jamur Melanoconium elaedeis, Glomerella singulata dan Botryodiplodia palmarum.


(20)

Pengendalian dengan mengurangi naungan bibit sesuai dengan perkembangan umur tanaman. Serangan yang bersifat sporadic, dapat dilakukan tindakan pemangkasan ringan pada tajuk bibit yang terinfeksi.

Jika mengalami serangan berat, sebaiknya bibit dimusnahkan. Pemberantasan secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida, seperti Dithane M – 45 80 WP yang berbahan aktif mancozeb 80% dengan kosentrasi 0,2% atau dengan Captan dengan kosentrasi 0,2%.

2. Penyakit Tajuk ( Crown Disease)

Gejala

Helai daun mulai dari pertengahan sampai ujung pelepah kecil – kecil, sobek atau tidak ada sama sekali. Pelepah yang bengkok dan tidak berhelai daun merupakan gejala yang cukup serius. Jaringan yang terinfeksi pada pelepah yang tidak membuka berwarna coklat kemerah – merahan. Gejala ini tampak pada tanaman yang berumur 2 – 4 tahun.

Penyebab

Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi kemungkinan faktor fisiologis tanaman atau faktor genetis. Namun, tingkat serangan ditentukan oleh faktor keturunan.

Pengendalian dan pemberantasan


(21)

dengan kosentrasi 0,25%. Namun, yang terpenting adalah melakukan penyeleksian yang ketat terhadap bibit yang akan ditanam yaitu memilih tanaman yang berasal dari pohon induk yang resisten terhadap penyakit tajuk.

2.3. Gejala Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit

Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman.

Kekurangan unsur hara tanaman, dapat diketahui dari gejala – gejala yang tampak pada tanaman. Kekurangan unsur hara yang berlebihan dapat menurunkan produktivitas tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian.

Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian pupuk, diantaranya daya serap akar tanaman, cara pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk.

- Cara pemupukan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memupuk tanaman sebagai berikut :

1. Bersihkan terlebih dahulu piringan dari rumput, alang – alang dan kotoran lain.


(22)

2. Pada area datar semua pupuk di tabur merata mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggir piringan.

3. Pada areal yang berteras pupuk disebar pada piringan kurang lebih 2/3 dari dosis dibagian dalam teras dekat dinding bukit, sisanya (1/3 bagian) diberikan pada bagian luar teras.

2.4. Daun Kelapa Sawit

Pengambilan contoh daun bertujuan terutama untuk memperoleh data tentang kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis laboratorium, mengingat adanya hubungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan tanaman dan produksi tandan buah segar kelapa sawit.

Dengan demikian kandungan hara daun digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam dalam penyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya. Cara pengambilan contoh daun dilapangan sangat mempengaruhi hasil analisis laboratorium.

2.4.1. Penentuan kesatuan contoh daun (KCD)

Pengambilan contoh daun didasarkan pada satu unit yang dikenal dengan kesatuan contoh daun (KCD) atau leaf sampling unit (LSU). Satu KCD harus mencerminkan keseragaman meliputi :

- Umur tanaman - Jenis tanah


(23)

- Topografi dan Drainase

Luas satu KCD berkisar 20 – 30 ha, namun jika keadaannya sangat seragam maka luas KCD dapat diperluas menjadi 40 ha. Luas KCD tidak dianjurkan kurang dari 10 ha agar tidak menyulitkan dalam aplikasi pemupukan dan mengefisienkan biaya analis.

2.4.2. Penomoran KCD

Nomor KCD ditulis pada pohon dipinggir jalan produksi, untuk mempermudah petugas pengambilan contoh daun maupun untuk pengawasan. Penomoran KCD di sarankan dengan sistem afdeling. Nomor terdiri atas tiga digit, digit pertama menunjukkan nomor afdeling, sedangkan digit kedua dan ketiga menunjukkan nomor KCD di afdeling tersebut. Nomor pohon umumnya dibuat pada bekas tunas an pelepah dengan warna biru.

2.4.3. Cara Penentuan Letak daun

- Daun ke 1 adalah daun termuda yang helai daunnya telah terbuka seluruhnya

dan jarak antara helai daun tersebut dengan daun yang lain sudah jelas nampak pada pangkal pelepah.

- Daun ke 9 letaknya dibawah daun ke 1 agak ke sebelah kiri pada spiral arah

kanan dan agak kesebelah kanan pada spiral arah kiri.

- Daun ke 17 letaknya di bawah daun ke 9 agak kesebelah kiri pada spiral arah


(24)

2.5. Peranan Unsur Hara Mikro Pada Tanaman Kelapa Sawit

Meskipun unsur hara mikro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang sangat

kecil, kegunaan bagi tanaman sama pentingnya dengan unsur hara lainnya. Kekurangan unsur hara mikro dapat menurunkan hasil panen secara drastis seperti pada kekurangan unsur hara makro . Pengamatan yang seksama diperlukan untuk menganalisa gejala kekurangan unsur hara mikro, karena gejala kekurangan unsur mikro sering kali mirip.

Pemupukan untuk mencegah terjadinya kekurangan unsur hara mikro tidak perlu dilakukan secara terus – menerus karena jika jumlahnya berlebih, unsur ini gampang sekali meracuni tanaman. Pemupukan dilakukan jika tanaman benar – benar terlihat mengalami gejala defisiensi ( kekurangan ) unsur hara mikro. Keenam unsur hara mikro (Zn, Fe, Mn, Mo, Cu, B ) berbeda – beda reaksinya pada setiap jenis tanah. Setiap jenis tanaman juga membutuhkan unsur hara mikro dalam jumlah yang berbeda – beda.

2.5.1. Tembaga (Cu)

Tembaga diserap tanaman dalam bentuk ion Cu2+ atau ion Cu3+. Unsur mikro ini adalah aktifator enzim dalam proses penyimpanan cadangan makanan. Di dalam tanaman, tembaga memiliki beberapa peran, yakni sebagai katalisator dalam proses pemapasan dan peromabakan karbohidrat. Sebagai salah satu elemen dalam proses pembentukan vitamin A, dan secara tidak langsung berperan dalam proses pembentukan klorofil. Tanaman yang memasuki fase genertif sangat memerlukan Cu.


(25)

Kekurangan Cu dapat terjadi pada tanah berpasir atau pada tanah yang mengandung banyak kapur. Ketersediaan Cu di dalam tanah akan menurun seiring dengan peningkatan pH. Pada tanah organik seperti gambut, Cu terikat sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Unsur ini jarang ditambahkan lewat pemupukan, karena kelebihan Cu dalam jumlah sedikit saja akan meracuni tanaman dan menurunkan penyerapan Mn. Karena itu, pemupukan Cu tidak disarankan, kecuali gejala defisiensi sudah dapat dipastikan. Aplikasi menjadi lebih aman jika diberikan lewat penyemprotan pupuk daun. Pada daerah pertanian intensif, kelebihan Cu di dalam tanah diakibatkan oleh tingginya pemakaian fungisida.

Tanaman seperti gandum, lettuce, bawang, bayam, dan jagung sangat peka terhadap kekurangan Cu. Gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan Cu tidak spesifik. Hanya hasil analisis tanah dan analisis jaringan tanaman yang akan memastikan terjadinya defisiensi Cu. Gejala awal yang ditunjukkan adalah daun muda akan menguning, pertumbuhannya tertekan, kemudian berubah memutih. Sementara itu, daun – daun tua akan gugur. Kekurangan Cu pada padi ditunjukkan lewat gejala daun muda yang memutih dengan ujungnya mengering.

A. Cuprum (Cu)

1. Gejala jika kekurangan unsur Cu, daun menjadi klorosis dan bagian ujungnya berwarna putih.


(26)

2.5.2. Seng (Zn)

Seng diserap tanaman dalam bentuk ion Zn2+ . Seng merupakan bagian dari sistem enzim tanaman. Fungsi seng cukup penting, antara lain sebagai katalisator dalam pembentukan protein, mengatur pembentukan asam indoleasetik (asam yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh tanaman), dan berperan aktif dalam transformasi karbohidrat. Seperti unsur hara mikro lainnya, kebutuhan Zn sangat kecil. Jika terjadi kelebihan sedikit saja, tanaman akan keracunan. Kekurangan Zn dapat terjadi pada tanah yang mengandung kadar phosphat tinggi atau di daerah yang bersuhu rendah, misalnya di pegunungan.

Ketersediaan Zn di dalam tanah akan menurun seiring dengan peningkatan pH. Pada tanah ber – pH 5 – 6 , Zn banyak tersedia. Pada tanah ber – pH 6 – 9 , ketersediaan Zn semakin menurun. Pada pH di atas 9, Zn tidak lagi dapat diserap oleh tanaman. Pemberian pupuk Zn lewat tanah atau daun sebaiknya dilakukan saat tanaman masih muda, yakni begitu gejala kekurangan unsur Zn terlihat. Jika hal ini diterapkan dengan benar, hasil panen akan meningkat dengan nyata. Untuk tanaman yang disemprot Zn secara rutin, pemberian lewat daun adalah langkah yang paling efisien.

Gejala lain yang umum terjadi akibat kekurangan Zn sebagai berikut :

- Ruas pada bagian pucuk lebih pendek sehingga membentuk gejala ”roset”

(saling bertumpukan pada satu titik tumbuh).

- Pembentukan warna kuning diantara tulang daun (interveinal clorosis) pada


(27)

B. Zinkum (Zn)

- Gejala jika kekurangan Zn, daun kekuningan bahkan kemerah – merahan terutama pada daun yang agak tua – kondisi parah, daun dan pelepah mengering sehingga dapat menyebabkan kematian.

Ada beberapa penyebab kekurangan seng diantaranya sebagai berikut :

- Tanah secara umum memang tidak mengandung seng.

- Tanah asam dan tanah berpasir mengandung seng rendah sekali. - Tanah kelebihan kapur, pH menjadi tinggi, kelarutan seng berkurang. - Pemupuka n fosfat berlebihan selama bertahun – tahun dapat menyebabkan

kekurangan seng.

2.6. Spektroskopi Serapan Atom

2.6.1. Teori Spektroskopi Serapan Atom

Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom – atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm, sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pasda keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ketingkat eksitasi. Tingkat – tingkat eksitasinya pun bermacam – macam. Misalkan unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi elektron 1s22s22p63s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energi. Elektron ini dapat


(28)

tereksitasi ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV ataupun ke tingkat 4p dengan energi 3,6 eV, masing – masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis sepktrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum. Inilah yang dikenal dengan garis resonansi. Spektrum atomik untuk masing – masing unsur terdiri atas garis – garis resonansi. Garis – garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa spektrum yang berasosiasi dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa pita – pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.

Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan cara memperoleh garis resonansi yang tepat. Temperatur nyala harus sangat tinggi. Ini dapat diterangkan dari persamaan distribusi Boltzman :

Jika Nj dan No masing – masing jumlah atom tereksitasi dan atom pada keadaan dasar K tetapan Boltzman (1,38 x 10-16 erg/K), T temperatur absolute (K) Ej perbedaan energy tingkat eksitasi dan tingkat dasar. Pj dan Po faktor statistik yang ditentukan oleh banyaknya tingkat yang mempunyai energi setara pada masing – masing tingkat kuantum. Pada umumnya fraksi atom tereksitasi yang berada pada gas yang menyala, kecil sekali. Pengendalian temperature nyala penting sekali.

Kita membutuhkan kontrol tertutup dari temperatur yang digunakan untuk eksitasi. Kenaikan temperatur menaikkan efisiensi atomisasi. Tenaga radiasi emisi akan menentukan jumlah atom tereksitasi sesuai dengan persamaan :


(29)

PT = h v Nj AT

Dengan keterangan PT = tenaga radiasi dalam nyala h tetapan planck = 6,6 x 10-34

joule/det, V frekuensi uncak garis spektral, AT koefesien Eistein yaitu jumlah transisi

tiap atom tiap detik, nilainya sekitar 108 transisi. Persamaan ini hanya digunakan untuk metode emisi nyala.

2.6.2. Cara Kerja AAS

Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen berikut : a) Unit atomisasi

b) Sumber radiasi

c) Sistem pengukur fotometrik

Atomisasi dapat dilakukan baik denagn nyala maupun dengan tungku. Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Temperatur harus benar – benar terkendali dengan sangat hati – hati agar proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila temperatur terlalu tinggi. Gambar 1.1 menunjukkan suatu tipe atomiser nyala. Bahan bakar dan gas oksidator dimasukkan kedalam kamar pencampur kemudian dilewatkan melalui baffle menuju ke pembakar, nyala akan dihasilkan. Sampel dihisap masuk ke kamar penampur. Hanya tetesan kecil yang dapat melalui baffle. Tetapi hal ini tidak selalu sesempurna ini, karena kadangkala nyala tersedot balik ke dalam kamar pencampur sehingga meghasilkan ledakan. Untuk itu biasanya lebih disukai pembakar dengan lubang yang sempit dan aliran gas pembakar serta oksidator dikendalikan dengan seksama. Dengan gas asetilen dan oksidator udara tekan, temperatur


(30)

maksimum yang tercapai adalah 1200o C. Untuk temperatur tinggi biasanya digunakan N:O (2:1). Karena banyaknya interferensi dan efek nyala yang tersedot balik, nyala mulai kurang digunakan, sebagai gantinya digunakan proses atomisasi tanpa nyala, misalkan suatu perangkat pemanas listrik. Sampel sebanyak 1 – 2 µ l diletakkan pada batang grafit yang porosnya horizontal atau pada logam tantalum yang berbentuk pita. Pada tungku grafit temperatur dapat dikendalikan secara elektris. Biasanya temperatur dinaikkan secara bertahap, unutk menguapkan dan sekaligus mendisosiasi senyawa yang dianalisis.

Gambar 1.1 Atomiser nyala.

Pembakar Nyala

Penggerak Bahan bakar

Udara

Saluran Terisap


(31)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat – alat

1. Gelas labu 250 mL 2. Pipet skala 10 mL

3. Timbangan analitik Mettler Toledo

4. Hot plate

5. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) 6. Botol aquades

7. Rak tabung reaksi 8. Botol plastik tertutup

9. Kertas saring Whatman No.40 10. Corong saring plastik

11. Labu ukur 100 mL pyrex

12. Mesin giling listrik dengan kehalusan 1 mm Bra Blender

13. Oven pengering Gallenhamp

3.2. Bahan – bahan


(32)

- Larutan H2SO4 pekat : HNO3 pekat (1:5) - Larutan HClO4 pekat

- Larutan Standar 1000 ppm Cu {Cu(NO3)2.3H2O} dan Zn (Zinc acetat) - Larutan standar 100 ppm Cu dan Zn dalam H2O

Pipet 20 mL larutan Standar 1000 ppm Cu dan Zn, masing – masing dimasukkan kedalam labu ukur 200 mL dan dipenuhkan dengan air destilasi hingga tanda garis.

- Larutan seri standar 0-10 ppm Cu dalam H2SO4 0,54N

Pipet masing-masing 1,5 mL H2SO4 pekat p.a ke dalam labu ukur 100 mL

yang telah berisi air destilasi kira – kira 20 mL, dikocok hingg rata dan dibiarkan sampai dingin.

Pipet 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL larutan standar 100 ppm Cu dalam H2O ke dalam

masing-masing labu ukur 100 mL yang telah diberi 1,5 mL H2SO4 pekat dalam

H2O, kemudian penuhkan dengan H2O hingga tanda garis. Kocok hingga

homogen.

- Larutan seri standar 0-5 ppm Zn dalam H2SO4 0,54 N

Pipet masing-masing 1,5 mL H2SO4 pekat p.a ke dalam labu ukur 100 mL

yang telah berisi air destlasi kira – kira 20 mL, dikocok hingga rata dan dibiarkan sampai dingin.

Pipet 0, 1, 2, 3, 4, 5 mL larutan standar 100 ppm Zn dalam H2O ke dalam

masing-masing labu ukur 100 mL yang telah diberi 1,5 mL H2SO4 pekat dalam


(33)

3.3.1. Membersihkan contoh daun tanaman kelapa sawit

Contoh yang telah diterima dilaboratorium terlebih dahulu dicatat dan diberi nomor laboratorium secara beraturan. Contoh segera dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi air destilasi. Bagian tulang kasar (lidinya) dibuang dengan gunting, begitu juga bagian pinggir daun terutama daun daun yang agak lebar digunting dan dibuang. Kemudian contoh daun dimasukkan kedalam kain kelambu ukuran 15 x 30 dan disertai label nomor contoh / nomor laboratorium.

3.3.2. Mengeringkan dan menggiling

Contoh daun yang sudah bersih didalam kantong kelambu dikeringkan di dalam oven pengering pada suhu 600 C-700 C terus-menerus sampai contoh daun menjadi kering dengan indikasi terasa rapuh bila diremas dengan tangan. Contoh daun kering digiling dengan mesin giling listrik menggunakan saringan kehalusan < 1 mm. Contoh daun yang sudah halus dimasukkan kedalam mangkuk plastik pakai tutup disertakan label contoh dan siap untuk dianalisis.

3.4. Prosedur Destruksi Basa (H2SO4 + H2O2) Daun Kelapa Sawit

Prinsip

Bahan organik dapat di destruksi oleh Hydrogen peroksida pada suhu yang relative rendah. Destruksi disempurnakan lebih lanjut oleh asam sulfat pekat pada suhu yang tinggi.

Cara Kerja

- Timbang 1 gram contoh daun kering 1050C kedalam gelas labu 250 mL.


(34)

- Didiamkan selama 1 malam didalam lemari asam

- Contoh yang ada dalam gelas labu ditambahkan 2,5 mL HClO4 pekat

- Dipanaskan sampai semua uap HNO3 habis hingga cairan berwarna kekuning –

kuningan.

- Gelas labu diangkat dan didinginkan. Cairan dipindahkan ke dalam labu ukur

100 mL sampai dibilas dengan air destilasi dan dipenuhkan hingga tanda garis.Kocok hingga merata dan disaring.

3.5. Prosedur Penetapan Cu dan Zn Daun Kelapa Sawit Secara Spektroskopi Serapan Atom

- Filtrat dari hasil destruksi contoh daun dengan HNO3, H2SO4, dengan HClO4

diukur dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), dimana alat sebelumnya dikalibrasi dengan larutan standard (0-10) ppm Cu dan (0-5) ppm Zn.

3.6 Cara kerja SSA Cara penggunaan SSA

1. Isi buku pengendali pengunaan alat

2. Hidupkan kompresor udara, tekanan 70 psi dan blower

3. Buka gas acytilene (tekanan minimal 70 psi), tekanan ke SSA 10-15 psi. Ingat: gas di buka hanya sesaat akan dinyalakan

4. Periksa drainase trap harus berisi air dan tankidi isi air sekitar 1/3 dari volume 5. Power ON


(35)

8. Tekan param entry, param entry hidup 8.1 LAMP CUR (0,5 MA)

--- (isikan, sesuai dengan continuous masing-masing lampu) 8.2 INT. TIME (0,5-60 sec)

--- (isikan 1, 2, atau 3 detik) 8.3 REPLICATION (1-99)

--- (isikan 1, 2, atau 3 detik)

8.4 CAL: NON LIN (1), LIN (2) ADD (3) --- (isikan pilih nomor berapa) 8.5 FLAME (1), PK AREA (2)

--- (isikan pilih nomor 1, 2, atau 3) 8.6 STD: 1. ---), 2. ---), 3. ---)

--- (isikan konsentrasi masing-masing standar nomor 1, 2 dan seterusnya)

8.7 RESLOPE (0,0001-99), salah satu dari nomor standar yang diinginkan 9. Tekan ENERGY. AA CTS: ……….. EN

9.1 Atur kecepatan

9.1.1 Panjang gelombang s/d CTS ………. max 9.1.2 Panjang lampu maju mundur s/d CTS ………. max 9.1.3 Posisikan lampu vertikal s/d CTS ……….. max 9.1.4 Posisi lampu horizontal s/d CTS ……… max 10. Tekan GAIN

11. Tekan CONTINUOUS


(36)

12.1 Ukuran blanko sampel, tekan A/Z – 0,000 12.2 Calibrasi s. b. b

- Tekan konsentrasi STD 1, tekan Calib - Tekan konsentrasi STD 2, tekan Calib - Tekan konsentrasi STD 3, tekan Calib 13. Baca konsentrasi sampel s. b.b

Masukkan sampel, tekan READ, terbaca konsentrasi catat atau printer

Cara mematikan SSA

1. Aspirasi H2O beberapa menit

2. OFF-kan oxidant (nyala api mati)

3. Tekan “Param Entry” ketik 0 untuk Lamp Cur

4. Tutup gas acytiline. Bila menggunakan gas nitrous, maka gas nitrous terlebih dahulu dimatikan

5. Matikan kompresor udara

6. Buang gas yang tersisa pada tubing-tubing selang 7. Tutup tangki gas acytiline

8. Putar tombol oxidant pada posisi AIR sampai Fuel-0 9. Putar tombol oxidant pada posisi AIR sampai Oxidant-0 10. Matikan SSA dengan menekan OFF dan matikan blower


(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL

Tabel-1 kisaran optimal unsur – unsur mikro dilampirkan pada lampiran pertama. Tabel-2 Kosentrasi larutan Cu standar dilampirkan pada halaman lampiran kedua. Gambar 1.2 Grafik kurva standar Cu dilampirkan pada halaman lampiran keempat. Tabel-3 Kadar tembaga (Cu) Contoh Daun dilampirkan pada halaman lampiran kedua. Perhitungan analisa tembaga (Cu) dilampirkan pada halaman lampiran kedua.

Tabel-4 kosentrasi larutan Zn standar dilampirkan pada halaman lampiran ketiga. Gambar 1.3 Grafik kurva standar Zn dilampirkan pada halaman lampiran kelima. Tabel-5 Kadar seng (Zn) Contoh Daun dilampirkan pada halaman lampiran ketiga. Perhitungan analisa seng (Zn) dilampirkan pada halaman lampiran ketiga.


(38)

4.2. Pembahasan

Dari hasil analisis daun yang diperoleh di laboratorium kemudian dibandingkan dengan angka optimum unsur hara mikro untuk daun Kelapa Sawit, maka akan dapat disimpulkan bahwa tanaman tersebut kekurangan unsur hara.

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh bahwa analisis ini digunakan sebagai pedoman yang mudah untuk memberikan indikasi kebutuhan unsur hara buatan baik unsur hara mikro dan unsur hara makro pada daun Kelapa Sawit yang merupakan bagian yang paling penting atau efektif dari tanaman.

Serta dapat diperoleh petunjuk seberapa besar unsur hara yang diserap oleh tanaman baik yang berasal dari tanah, air hujan, dan pupuk. Pedoman ini sebagai petunjuk yang efektif untuk menjadikan tanaman yang memiliki produksi yang unggul dibandingkan dengan tanaman – tanaman lain tanpa penambahan unsur hara yang dibutuhkan.

Selain jumlah unsur hara secara individu, jumlah relatif salah satu unsur hara terhadap unsur hara yang lain juga berpengaruh pada ketersediaan unsur hara. Dengan kata lain, jumlah salah satu unsur hara harus berada dalam keadaan seimbang dengan unsur hara yang lain supaya penyerapan oleh tanaman menjadi optimal. Menjaga keseimbangan unsur hara adalah tujuan penting dari pengolahan kesuburan tanah. Dengan menggunakan pupuk, kekurangan unsur hara yang ada di dalam tanah dapat ditambahkan supaya pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal. Namun, jika keseimbangan unsur hara tidak di perhatikan, ketersediaan unsur hara lain yang tidak


(39)

Berdasarkan hasil analisis yang di dapatkan, tembaga (Cu) berada di atas kisaran optimum. Sehingga tembaga (Cu) yang terkandung pada daun Kelapa Sawit dengan nomor laboratorium 12329 – 12333 disarankan dianalisa lebih lanjut untuk memastikan pemupukan Cu, karena berada dalam batasan berbahaya, apabila kelebihan Cu sedikit saja akan meracuni tanaman. Aplikasi menjadi lebih aman jika diberikan lewat penyemprotan pupuk daun. Pupuk daun yang berkualitas memiliki daya larut yang tinggi sehingga akan memudahkan dalam aplikasi pupuk, terutama tidak perlu teralu lama mengaduk. Pupuk berdaya larut tinggi memungkinkan seluruh unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun dapat sampai dan diserap oleh permukaan daun. Jika dalam campuran pupuk dan air masih terdapat endapan, bahan yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman. Sedangkan seng (Zn) pada daun kelapa Sawit dengan nomor laboratorium 12329 – 12333 berada dibawah kisaran optimum atau berada dalam batasan berbahaya (gejala defisiensi), maka perlu ditambahkan unsur hara Zn yang dibutuhkan melalui penyemprotan pupuk Zn secara rutin, pemberian lewat daun adalah langkah yang paling efisien. Keuntungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikit pun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar.

Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan dengan saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan


(40)

sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektivitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprot pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena kosentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Yudiarti, T, 2007, Ilmu Penyakit Tumbuhan, Edisi Pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu.

http://eone87.wordpress.com/2010/04/05/gejala-defisiensi-hara-dan-kelainan-pada-tanaman, diakses tanggal 12 April 2010.

Djafaruddin, 2000, Dasar – Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman, Edisi I, Cetakan 1, Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.

Novizan, 2005, Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Cetakan 1, Jakarta: Penerbit Agromedia Pustaka.

Pracaya, 2009, Hama & Penyakit Tanama, Edisi Revisi, Jakarta: Penebar Swadaya.

Van , F, 2008, Kelapa Sawit, Budi Daya Pemanfaatan Hasil & Limbah

Analisis Usaha, Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar kimia Analitik, Jakarta : Universitas Indonesia (UI – Press).

Aldin, U.L, 2008, Kelapa Sawit di Indonesia, Medan : PPKS.

Baharuddin, A.R, 2005, Prosedur Analisis Pengujian Kimia Tanah

Laboratorium Tanah Dan Daun, Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit


(42)

LAMPIRAN-1

Tabel-1 Kisaran optimal unsur – unsur mikro

Unsur Mikro

Kisaran Optimum

(ppm)

Batasan Berbahaya

(ppm)

Zn

4,01 – 6,00

<4,01 dan > 12,00 ppm

Mn

18,01 – 24,00

<18 dan > 48 ppm

Cu

1,80 – 2,40

<1,8 dan > 4,8 ppm

Fe

24,10 – 36,00

<24,1 dan > 96,10 ppm

Sumber : Ir. Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Cetakan

1. Jakarta: Penerbit Agromedia Pustaka.


(43)

LAMPIRAN-2

Data analisis tembaga (Cu)

Tabel-2 Absorbansi Larutan Cu standar Kosentrasi Absorbansi

0.00 0.0000 0.05 0.0022 0.10 0.0052 0.20 0.0118 0.40 0.0255 0.60 0.0370

Tabel-3 Kadar Tembaga ( Cu ) Contoh Daun

No Lab Abs a B Kosentrasi Cu B.C Cu (ppm)

Contoh Blanko

12329 0.0025 0.0633 -0.0006 0.0490 0 1 5

12330 0.0037 0.0633 -0.0006 0.0679 0 1 7

12331 0.0029 0.0633 -0.0006 0.0553 0 1 6

12332 0.0038 0.0633 -0.0006 0.0695 0 1 7

12333 0.0043 0.0633 -0.0006 0.0774 0 1 8

Perhitungan analisa tembaga (Cu)


(44)

Keterangan : CS = Kosentrasi sampel Cu

CB = Kosentrasi blanko


(45)

LAMPIRAN-3

Data analisis seng (Zn)

Tabel-4 Absorbansi Larutan Zn Standar

Kosentrasi Absorbansi

0.00 0.0000

0.20 0.0281

0.40 0.0621

0.60 0.0981

0.80 0.1361

1.00 0.1686

Tabel-5 Kadar Seng ( Zn ) Contoh Daun

No Lab Abs a b kosentrasi Zn B.C Zn (ppm)

Contoh Blanko

12329 0.0483 0.1719 -0.0038 0.3031 0 1 30

12330 0.0719 0.1719 -0.0038 0.4404 0 1 44

12331 0.0397 0.1719 -0.0038 0.2531 0 1 25

12332 0.0367 0.1719 -0.0038 0.2356 0 1 24

12333 0.0408 0.1719 -0.0038 0.2595 0 1 26

Perhitungan Analisa Seng (Zn)


(46)

Keterangan : CS = Kosentrasi sampel Zn

CB = Kosentrasi blanko


(47)

LAMPIRAN-4

Gambar 1.2. Grafik kurva Standar Cu ( ppm )


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil analisa daun diperoleh bahwa :

Kadar Zn (Seng) yang diperoleh dari daun kelapa sawit pada sampel No. 12329, 12330, dan 12331, 12332, dan 12333 adalah 30 ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm dan 26 ppm, dimana tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit berdasarkan unsur hara yang terdapat pada daun secara AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) berbeda – beda. Dari hasil yang diperoleh, kadar Zn berada dalam batasan berbahaya (< 4,01 ppm – > 12,00 ppm), hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, cuaca, curah hujan, dan keadaan tanah.

Kadar Cu (Tembaga) yang diperoleh dari daun kelapa sawit pada sample No. 12329, 12330, 12331, 12332, dan 12333 adalah 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm, dan 8 ppm, hal ini menunjukkan tingkat kesuburan tanaman berada dalam batasan berbahaya (< 1,8 ppm dan > 4,8 ppm), hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, cuaca, curah hujan, dan keadaan tanah.


(49)

Sebaiknya tanaman yang sudah pasti mengalami gejala defisiensi, diberikan unsur hara yang dibutuhkan agar berada dalam keadaan yang setimbang dengan unsur hara yang lain supaya penyerapan oleh tanaman menjadi optimal.


(1)

CB = Kosentrasi blanko


(2)

LAMPIRAN-3

Data analisis seng (Zn)

Tabel-4 Absorbansi Larutan Zn Standar

Kosentrasi Absorbansi

0.00 0.0000 0.20 0.0281 0.40 0.0621 0.60 0.0981 0.80 0.1361 1.00 0.1686

Tabel-5 Kadar Seng ( Zn ) Contoh Daun

No Lab Abs a b kosentrasi Zn B.C Zn (ppm)

Contoh Blanko

12329 0.0483 0.1719 -0.0038 0.3031 0 1 30 12330 0.0719 0.1719 -0.0038 0.4404 0 1 44 12331 0.0397 0.1719 -0.0038 0.2531 0 1 25 12332 0.0367 0.1719 -0.0038 0.2356 0 1 24 12333 0.0408 0.1719 -0.0038 0.2595 0 1 26


(3)

(4)

LAMPIRAN-4

Gambar 1.2. Grafik kurva Standar Cu ( ppm )


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil analisa daun diperoleh bahwa :

Kadar Zn (Seng) yang diperoleh dari daun kelapa sawit pada sampel No. 12329, 12330, dan 12331, 12332, dan 12333 adalah 30 ppm, 44 ppm, 25 ppm, 24 ppm dan 26 ppm, dimana tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit berdasarkan unsur hara yang terdapat pada daun secara AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) berbeda – beda. Dari hasil yang diperoleh, kadar Zn berada dalam batasan berbahaya (< 4,01 ppm – > 12,00 ppm), hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, cuaca, curah hujan, dan keadaan tanah.

Kadar Cu (Tembaga) yang diperoleh dari daun kelapa sawit pada sample No. 12329, 12330, 12331, 12332, dan 12333 adalah 5 ppm, 7 ppm, 6 ppm, 7 ppm, dan 8 ppm, hal ini menunjukkan tingkat kesuburan tanaman berada dalam batasan berbahaya (< 1,8 ppm dan > 4,8 ppm), hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, cuaca, curah hujan, dan keadaan tanah.


(6)

Sebaiknya tanaman yang sudah pasti mengalami gejala defisiensi, diberikan unsur hara yang dibutuhkan agar berada dalam keadaan yang setimbang dengan unsur hara yang lain supaya penyerapan oleh tanaman menjadi optimal.