Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kanker Payudara

Dengan adanya fakta bahwa kejadian kanker payudara semakin meningkat setiap tahun dan lebih sering terdeteksi pada stadium lanjut, maka peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara khususnya angkatan 2005 sebagai bagian dari masyarakat mengenai pemeriksaan payudara sendiri SADARI sebagai salah satu cara dalam mendeteksi dini kanker payudara.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ingin digali oleh peneliti dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2005 terhadap pemeriksaan payudara sendiri SADARI sebagai salah satu cara mendeteksi dini kanker payudara.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2005 terhadap pemeriksaan payudara sendiri SADARI. 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2005 tentang SADARI sebagai salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara. 2. Untuk mengetahui gambaran sikap mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2005 terhadap SADARI sebagai salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara. 3. Untuk mengetahui gambaran tindakan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2005 terhadap SADARI sebagai salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara. Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2005 tentang SADARI. 2. Meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai kanker payudara dan SADARI. 3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang penelitian. 4. Menambah pengetahuan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai kanker payudara dan SADARI. 5. Memberikan informasi kepada lembaga terkait agar lebih giat melakukan penyuluhan mengenai SADARI sebagai salah satu cara deteksi dini kanker payudara. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara

2.1.1 Embriologi Payudara Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang sepanjang garis aksila sampai ke regio inguinal. Dua pertiga kaudal dari garis tersebut akan segera menghilang dan hanya tinggal bagian dada yang akan berkembang menjadi cikal-bakal payudara Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2004. 2.1.2 Anatomi Payudara Payudara merupakan suatu kelenjar kulit yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat, yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Pria dan wanita memiliki payudara yang memiliki sifat yang sama sampai saat pubertas. Pada saat pubertas terjadi perubahan pada payudara wanita, dimana payudara wanita mengalami perkembangan dan berfungsi untuk memproduksi susu sebagai nutrisi bagi bayi. Payudara terletak di dinding anterior dada dan meluas dari sisi lateral sternum menuju garis mid-aksilaris di lateral. Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus penghasil ASI, lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar puting. Puting papilla merupakan bagian yang menonjol di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Tiap payudara terdiri atas 15-30 lobus. Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh septa fibrosa yang berjalan dari fasia profunda menuju ke kulit atas dan membentuk struktur payudara. Dari tiap lobus keluar duktus laktiferus dan menyatu pada puting. Areola, yaitu bagian yang kecoklatan atau kehitaman di sekitar puting susu. Pada bagian terminal duktus laktiferus terdapat sinus laktiferus yang kemudian menyatu terus ke Universitas Sumatera Utara puting susu dimana ASI dikeluarkan Faiz, O., dan Moffat, D.. Pada gambar 2.1.2 di bawah ini dapat dilihat gambar anatomi payudara. Gambar 2.1.2 Anatomi Payudara Netter, 2006 2.1.3 Fisiologi Payudara Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Universitas Sumatera Utara Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2004. 2.1.4 Definisi Kanker Payudara Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker dapat tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2004. 2.1.5 Etiologi dan Faktor Resiko Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor resiko tersebut adalah : a. Jenis kelamin Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1 dari seluruh kanker payudara. b. Faktor usia Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun c. Riwayat keluarga Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko terjadinya kanker payudara. d. Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas. Universitas Sumatera Utara e. Faktor genetik Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar 80. f. Faktor hormonal Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. g. Usia menarche Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen. h. Menopause Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3 . i. Usia pada saat kehamilan pertama 30 tahun. Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya. j. Nuliparabelum pernah melahirkan Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara sebesar 30 dibandingkan dengan wanita yang multipara. k. Tidak Menyusui Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui. l. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan obesitas Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian, semua hal-hal di atas dapat meningkatkan resiko kanker payudara Rasjidi, I., dan Hartanto, A., 2009. 2.1.6 Gejala Klinis Beberapa gejala klinis dari kanker payudara : a. Benjolan Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan. b. Perubahan kulit pada payudara - Kulit tertarik skin dimpling - Benjolan yang dapat dilihat visible lump - Gambaran kulit jeruk peu d’orange - Eritema - Ulkus c. Kelainan pada puting - Puting tertarik nipple retraction - Eksema - Cairan pada puting nipple discharge Suryaningsih, E. K., dan Sukaca, B. E., 2009 2.1.7 Diagnosis Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. a. Anamnesa Pada anamnesa ditanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila dan riwayat penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple discharge, nipple retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa skin dimpling, peau d’orange, ulserasi, dan perubahan warna kulit. Selain itu juga ditanyakan apakah terdapat penyebaran pada regio kelenjar limfe, seperti Universitas Sumatera Utara timbulnya benjolan di aksila, dan adanya benjolan di leher ataupun tempat lain. Adanya gejala metastase juga ditanyakan, seperti sesak napas atau batuk yang tidak sembuh meskipun sudah diobati, dan nyeri pada tulang belakang, serta rasa penuh di ulu hati sebah. Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, serta obat-obat yang digunakan dan jenis pengobatan yang didapat, serta faktor resiko kanker payudara pada pasien juga ditanyakan dalam anamnesa Gleadle, 2007. b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dilakukan pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada kulit, antara lain : benjolan, perubahan warna kulit eritema, tarikan pada kulit skin dimpling, lukaulkus, gambaran kulit jeruk peau de orange, nodul satelit, kelainan pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik nipple retraction, eksema dan keluar cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda radang serta benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan Gleadle, 2007. Pada palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan bagian polar distal jari 2, 3, dan 4, dimana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral atas dan subareola, karena merupakan tempat lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah lokasi benjolan 5 regio payudara, aksila, infra dan supra klavikula, konsistensi keras, kenyal, lunakfluktuasi, permukaan licin rata, berbenjol-benjol, mobilitas dapat digerakkan, terfiksir jaringan sekitarnya, batas tegas atau tidak tegas, nyeri ada atau tidak ada, ukuran Gleadle, 2007. Pada saat palpasi daerah subareola amati apakah ada keluar sekret dari puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut. Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu, cairan jernih, Universitas Sumatera Utara bercampur darah, dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada payudara didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening aksila yang merupakan tempat penyebaran limfogen kanker payudara. Begitu juga dengan palpasi pada infra dan supra klavikula Gleadle, 2007. c. Pemeriksaan Tambahan : - Mamografi payudara - CT pada payudara - Ultrasonografi USG - MRI payudara - Skrining tulang d. Pemeriksaan biopsi jarum halus Pada pemeriksaan ini dilakukan sitologi pada lesi atau luka yang secara klinis dan radiologik dicurigai merupakan suatu keganasan Davey, 2006. e. Pemeriksaan Laboratorium dan Histopatologik Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase. Pemeriksaan reseptor ER dan PR juga perlu dilakukan. Pemeriksaan tumor marker juga harus dilakukan untuk follow up Davey, 2006. Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dijumpai adanya kelainan, baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka perlu dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa di bawah mikroskop dan dipastikan ada atau tidaknya sel kanker. Universitas Sumatera Utara 2.1.8 Stadium Stadium kanker payudara dinilai berdasarkan sistem TNM dari UICCAJC. T pada sistem TNM merupakan kategori untuk tumor primer, N kategori untuk nodul regional ataupun yang bermetastase ke kelenjar limfe regional, dan M merupakan kategori untuk metastase jauh. Masing-masing kategori TNM tersebut di subkategorikan lagi untuk menggambarkan keadaan masing-masing kategori tersebut, yaitu : 1. Kategori T = Tumor Primer - Tx : ukuran tumor primer tidak dapat diperkirakan - Tis : tumor insitu, yaitu tumor yang belum invasif. - T0 : tidak ditemukan adanya tumor primer - T1 : ukuran tumor 2cm atau kurang T1a : ukuran tumor 0,1-0,5 cm dan tidak ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis T1b : ukuran tumor 0,5-1cm dan ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis - T1c : ukuran tumor 1-2 cm - T2 : ukuran tumor 2-5 cm T2a : tidak ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis T2b : ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis - T3 : ukuran tumor lebih dari 5 cm T3a : tidak ditemukan adanya perlekatan ke fasia T3b : ditemukan adanya perlekatan ke fasia - T4 : tumor dengan ukuran berapa saja dengan infiltrasi ke dinding toraks atau kulit T4a : tumor dengan infiltrasi ke dinding toraks T4b : tumor disertai edema peau d’orange, ulkus pada kulit payudara, ataupun satelit nodul di kulit payudara T4c : tumor dengan gambaran berupa gabungan dari T4a dan T4b T4d : inflamasi karsinoma Universitas Sumatera Utara 2. Kategori N = Nodul, metastase ke kelenjar limfe regional - Nx : nodul pada kelenjar limfe regional tidak dapat diperkirakan - N0 : tidak ada metastase ke kelenjar limfe regional - N1 : ada metastase nodul ke kelenjar limfe dan belum terjadi perlekatan - N2 : ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah terjadi perlekatan satu sama lain atau ke jaringan disetarnya N2a : ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah terjadi perlekatan antara satu nodul dengan nodul lainnya N2b : ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah terjadi perlekatan nodul ke jaringan disekitarnya - N3 : ada metastase ke kelenjar limfe infra dan supraklavikular dengan atau tanpa disertai metastase ke kelenjar limfe aksila ataupun mammary internal N3a : metastase ke kelenjar limfe infraklavikular N3b : metastase ke kelejar limfe aksila dan mammary internal N3c : metastase ke kelenjar limfe supraklavikular 3. Kategori M = Metastase jauh - Mx : jauh metastase tidak dapat diperkirakan - M0 : tidak ada metastase jauh - M1 : ada metastase jauh disertai infiltrasi pada kulit disekitar payudara Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1.8 Stadium kanker payudara berdasarkan TNM : Stadium Ukuran Tumor Primer Nodul, Metastase ke Kelenjarar Limfe Metastase Jauh Tis N0 M0 I T1 N0 M0 IIA T0 T1 T2 N1 N1 N0 M0 M0 M0 IIB T2 T3 N1 N0 M0 M0 IIIA T0 T1 T2 T3 N2 N2 N2 N1,N2 M0 M0 M0 M0 IIIB T4 N0, N1, N2 M0 IIIC T 1, 2, 3, atau 4 N3 M0 IV T1, 2, 3, atau 4 N 1, 2, atau 3 M1 UICC, 2002 2.1.9 Penatalaksanaan Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal adalah untuk mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan, yaitu lumpectomy dimana tumor tersebut diangkat, atau dengan pembedahan mastectomy, dimana sebagian payudara yang mengandung sel kanker diangkat, atau seluruh payudara diangkat. Selain terapi pembedahan juga ada radioterapi adjuvan, dimana ini berfungsi untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah operasi. Selain pembedahan dan radioterapi, juga dilakukan kemoterapi dan terapi hormon Davey, 2006. Universitas Sumatera Utara 2.1.10 Prognosis Prognosis dari kanker payudara tergantung pada stadium dari kanker payudara tersebut. Berdasarkan five-year survival rates yang berhubungan dengan stadium kanker, 99-100 untuk stadium 0, 95-100 untuk stadium I, 86 untuk stadium II, 57 untuk stadium III, dan 20 untuk stadium IV Swart et al., 2010.

2.2 Pemeriksaan Payudara Sendiri SADARI Sebagai Salah Satu Cara Deteksi