Tepung Tapioka TINJAUAN PUSTAKA

Glukosa dan fruktosa merupakan gula sederhana yang pemanfaatan banyak digunakan oleh industri makanan sebagai pemanis. Sorbitol juga salah satu pemanis alami yang dalam penggunannya banyak dimanfaatkan oleh industri kesehatan, industri makanan, dan industri kosmetik. Sorbitol dimanfaatkan sebagai pemanis dan pengental. Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa gula menggunakan bantuan mikroorganisme. Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula. Kandungan pati yang tinggi dalam singkong maka untuk menjadikan singkong sebagai bahan utama pembuatan bioetanol akan lebih baik Prabawati, dkk., 2011. Edible film merupakan alternatif bahan pengemas yang tidak berdampak pada pencemaran lingkungan karena menggunakan bahan yang dapat diperbaharui dan harganya murah. Ubi kayu dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan edible film melalui pati ubi kayu. Polisakarida seperti pati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan edible film Wahyu, 2009.

2.3 Tepung Tapioka

Tepung tapioka adalah pati dari umbi singkong yang dikeringkan dan dihaluskan. Tepung tapioka merupakan produk awetan singkong yang memiliki peluang pasar yang sangat luas Suprapti, 2009. Kandungan nutrisi pada tepung tapioka, dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.2 Kandungan Gizi pada Tepung Tapioka Komposisi Jumlah Kalori per 100 gr 363 Karbohidrat 88.2 Kadar air 9.0 Lemak 0.5 Protein 1.1 Ca mg100 gr 84 P mg100 gr 125 Fe mg100 gr 1.0 Vitamin B1 mg100 gr 0.4 Vitamin C mg100 gr Sumber : Murtiningsih dan Suyanti, 2011 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tepung tapioka memiliki kandungan gizi yang cukup baik apabila digunakan sebagai industri makanan. Tepung tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengental dan bahan pengikat dalam industri makanan. Sedangkan ampas tepung tapioka banyak dipakai sebagai campuran makanan ternak. Pada umumnya masyarakat Indonesia mengenal dua jenis tepung tapioka, yaitu tepung tapioka kasar dan tepung tapioka halus. Tepung tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan butiran ubi kayu yang masih kasar, sedangkan tepung tapioka halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dan tidak mengandung gumpalan lagi. Pengolahan tepung tapioka memiliki beberapa tingkatan teknologi. Tingkatan teknologi tersebut adalah tradisional atau mekanik sederhana, semi modern, dan full otomate. Perbedaan teknologi pengolahan tepung tapioka dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3 Perbedaan Teknologi Pengolahan Tepung Tapioka Proses Tradisional Semi Modern Full Otomate Pengupasan Manual Manual Mesin Pencucian Manual Manual Mesin Pemarutan Mesin Mesin Mesin Pemerasan Mesin Mesin Mesin Pengendapan Manual Manual Mesin Pengeringan Sinar Matahari Oven Mesin Sumber: Suprapti 2009 Proses pembuatan tepung tapioka diawali dengan pengupasan dan pencucian ubi kayu. Selanjutnya, dilakukan pemarutan dengan mesin pemarut. Ekstraksi pati dilakukan dengan penambahan air. Kemudian parutan singkong tersebut dipres dengan mesin penyaring. Sehingga pati akan keluar bersama air. Ampas yang dihasilkan dibuang, sedangkan filtrate hasil penyaringan diendapkan. Endapan yang dihasilkan kemudian dipisahkan dan dikeringkan dengan oven pengering pada suhu 50 o C selama 4 jam. Selanjutnya pati digiling dengan menggunakan mesin penggiling. Tepung tapioka ini kemudian diayak dengan ayakan manual. Proses pembuatan tepung tapioka dapat dlihat pada gambar 2.5. Ubi Kayu ↓ Pengupasan ↓ Pencucian ↓ Pemarutan ↓ Penambahan Air → Pemerasan ↓ Penyaringan ↓ Pengendapan ± 1 malam ↓ Penirisan ↓ Pengeringan ↓ Penumbukan ↓ Pengayakan ↓ Tepung Tapioka Gambar 2.5 Tahapan Proses Pembuatan Tepung Tapioka Sumbe : Supriati 2009

2.4 Landasan Teori