Strategi Pengembangan Agroindustri Salak (Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab.Tapanuli Selatan)

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK

(Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab.Tapanuli Selatan)

SKRIPSI

Oleh :

ARNOL SITOMPUL 090304025 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK

(Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab.Tapanuli Selatan)

SKRIPSI

Oleh :

ARNOL SITOMPUL 090304025 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si)

NIP : 196206241986031001 NIP : 196308221988032003 (Ir. Lily Fauzia, M.Si)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

ARNOL SITOMPUL (090304025), 2014 dengan judul skripsi “STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK” (Kasus : Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan). Penelitian skripsi ini dibimbing oleh bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan agroindustri salak dan menentukan strategi pengembangan agroindustri salak di daerah penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah yang potensial bagi pertumbuhan tanaman salak dan telah ada industri pengolahannya. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah metode Purposive Sampling untuk produsen, industri, lembaga pendukung, pedagang dengan metode pengambilan sampel dengan Snowball Sampling dan konsumen dengan metode accidental . Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode SWOT.

Hasil penelitian diperoleh (1) Kekuatan agroindustri salak dalam pengembangan agroindustri salak di daerah penelitian adalah ketersediaan bahan baku yang melimpah, ketersediaan tenaga kerja yang banyak, variasi jenis produk banyak (dodol salak, keripik salak, kurma salak, madu salak, sirup salak, nagogo drink, agar-agar salak), memiliki sertifikat produk, jumlah produksi bertambah dan produk sudah mulai dikenal masyarakat. Kelemahan agroindustri salak dalam pengembangannya di daerah penelitian adalah keterbatasan modal, kurangnya tenaga profesional, kurangnya kemitraan industri. Peluang agroindustri salak dalam pengembangnya di daerah penelitian adalah pemasaran yang cukup luas, adanya dukungan Pemda, sarana dan prasarana yang mendukung, nilai jual olahan salak tinggi, sistem birokrasi dan keamanan yang baik. Ancaman agroindustri salak dalam pengembanganya di daerah penelitian adalah ketidakstabilan harga salak, kurang partisipasi petani dalam pelatihan, dan kurangnya koordinasi antara instasi Pemda. (2) Strategi pengembangan agroindustri salak di daerah penelitian berada pada daerah kuadran I. Hal ini berarti bahwa pengembangan agroindustri salak berada pada strategi SO (strengths-Opporunities) atau strategi agresif (growth oriented strategy) yaitu dengan melakukan melakukan kegiatan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi olahan salak dan melakukan pemasaran produk hingga ke pasar luar negeri dan memanfaatkan dukungan Pemkab, sarana dan prasarana untuk mempromosikan berbagai produk yang telah bersertifikat.


(4)

RIWAYAT HIDUP

ARNOL SITOMPUL, lahir di Aek Nabara pada tanggal 13 Desember 1990 anak dari bapak Sonang Sitompul, A.Md dan Rosmaida Ritonga, S.Pd. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : Tahun 1997 mengikuti pendidikan Sekolah Dasar 147533 di Aek Nabara Kabupaten Tapanuli Selatan dan tamat tahun 2003. Tahun 2003 melanjutkan pendidikan di Sekolah Madrasyah Tsanawiyah Negeri Padangsidimpuan dan tamat tahun 2006. Tahun 2006 masuk di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Padangsidimpuan dan tamat tahun 2009. Pada tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Sumatera Utara Medan melalui jalur PMDK.

Selama menjalani masa perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) sebagai anggota dari seksi pengabdian masyarakat dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP) dibidang pengembangan diri. Penulis aktif di sebagai anggota Badan Kenaziran Mushallah (BKM) dibidang dana usaha (Dana Usaha) 2010-2011 dan wakil ketua Koperasi Mahasiswa pertanian Universitas Sumatera Utara 2012-2013.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja lapangan (PKL) di Desa rambung Sialang Hulu, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Juli s/d Agustus 2013. Dan penulis melaksanakan penelitian skripsi pada bulan Desember 2013 di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Strategi Pengembangan Agroindustri Salak”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dan selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis, FP-USU dan

Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, M.Ec, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, FP-USU yang telah banyak membantu dan memberikan kemudahan selama masa perkuliahan.

3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Seluruh Pegawai dan Staff Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.

5. Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Kepala Desa Parsalakan, Bapak Gulma sebagai Pimpinan Industri Pengolahan Salak, Bapak / Ibu petani salak di Desa Parsalakan yang telah


(6)

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi dan do’a dan dukungan selama perkuliahan penulis.

Medan, Maret 2014


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Tanaman Salak ... 6

2.1.2 Agroindustri Salak ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Analisis SWOT ... 9


(8)

2.4 Hipotesisi Penelitian ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

3.2 Metode Pengambilan Responden ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 21

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 21

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 23

4.1.1 Luas dan Letak Geografis ... 23

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 23

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 25

4.2 Karakteristik Responden ... 26

4.2.1 Produsen Salak ... 26

4.2.2 Pelaku Agroindustri Salak ... 27

4.2.3 Pedagang Olahan Salak ... 27

4.2.4 Lembaga Pendukung ... 27

4.2.5 Konsumen ... 28

4.3 Industri Pengolahan Salak ... 29

4.4 Pengolahan Salak ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ... 37


(9)

5.1.2 Kelemahan Agroindutri Salak ... 41

5.1.3 Peluang Agroindustri Salak ... 42

5.1.4 Ancaman Agroindustri Salak ... 46

5.2 Strategi Pengembangan Agroindustri Salak ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal

1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Salak per Kecamatan 3

2. Kandungan Gizi Salak 7

3. Matriks Analisis SWOT 15

4. Jumlah Industri Kecil dan Tenaga Kerja serta Produksi 19

5. Daftar Responden Penelitian 20

6. Pengumpulan Data Primer dan Data Skunder 21 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 24 8. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur 23

9. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan 25

10. Sarana dan Prasarana 26

11. Karakteristik Petani Salak 26

12. Pelaku Agroindustri Salak 27

13. Karakteristik Pedagang Olahan Salak 27

14. Karakteristik Lembaga Pendukung 27

15. Karakteristik Konsumen 28

16. Stakeholder Agroindustri dan Fungsinya 28

17. Produksi Olahan Salak Bulan Januari-Agustus 29 18. Data Produksi Tanaman Salak Desa Parsalakan 2012 38 19. Produksi Produk Olahan Salak Tahun 2010-2012 40 20. Penjualan Produk Olahan Salak Tahun 2010-2012 43 21. Daftar Harga Produk Olahan Salak Tahun 2012 44 22. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Agroindustri Salak 48

23. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 49 24. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 49 25. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi 50


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Matriks Posisi Analisis SWOT 13

2. Skema Kerangka Pemikiran 17

3. Skema pembuatan Dodol Salak 31

4. Skema pembuatan Kurma Salak 32

5. Skema Pembuatan Keripik Salak 33

6. Skema Pembuatan Agar-agar Salak 33

7. Skema pembuatan Sirup Salak 34

8. Skema Pembuatan Nagogo Drink 35

9. Skema Pembuatan Madu Salak 36

10. Luas Lahan Petani 46


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara agraris, Indonesia kaya akan ragam jenis buah. Keanekaragaman jenis ini tampak dari rasanya yang manis, asam, sepat, maupun pahit, dari bentuknya yang bulat maupun lonjong, dari yang ukurannya yang kecil maupun besar, dari tekstur kulit luarnya yang mulus, berlekuk, maupun berduri, bahkan dari warnanya yang hijau, kuning, jingga, maupun merah. Walaupun Indonesia kaya akan jenis buah, namun banyak penduduknya yang tidak peduli akan kekayaan itu (Nazaruddin, dan Muchlisa, F, 1994).

Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan yang secara sadar telah dijadikan salah satu pilar pembangunan dalam bentuk agroindustri, baik pada orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan mampu menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah sistem yang terkait dengan industri dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktivitas budidaya (on farm agribusiness) nilai tambahnya kecil. Nilai tambah pertanian dapat ditingkatkan melalui kegiatan hilir (off farm agribusiness), berupa agroindustri dan jasa berbasis pertanian ( Mangunwidjaja dan Illah, 2005 ).

Komoditi salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang menjadi komoditas unggulan dan salah satu tanaman yang cocok untuk dikembangkan. Di Indonesia terdapat berbagai varietas salak diantaranya: salak pondoh, salak swaru, salak enrekang, salak gula pasir, salak bali, salak padang sidempuan, salak gading ayu, salak pangu, salak sibakua, salak sangata, salak condet, salak manonjaya, salak kersikan, salak bongkok (Departemen Pertanian, 2013).


(13)

Pada umumnya para petani melakukan panen dengan memetik dengan sembarang alat, sistem ini berakibat kepada kualitas produk yang rendah. Hasil panen tidak dilakukan sortasi (grading) yang langsung dijual kepada pedagang pengumpul dengan harga berupa antara Rp 2.000 – Rp 3.000 per kg. Para pedagang pengumpul yang melakukan sortasi dan menjualnya ke pasar set e mpat de nga n harga Rp 3.50 0 – Rp 5.000 per kg sec ara berag a m (Dinas Pert a nia n Tapa nu li Se lat a n, 2011).

Buah salak akan tersedia sepanjang tahun dalam jumlah maupun mutu yang sesuai dengan permintaan konsumen. Ini berarti pula suatu usaha agar tidak terjadi panen buah salak secara serempak yang mengakibatkan harga buah salak menjadi rendah (Soetomo, 2001).

Salah satu komoditas unggulan dari Kabupaten Tapanuli Selatan adalah buah salak. Jika dilihat dari angka produksinya paling banyak dibandingkan dengan buah-buah yang lain. Produksi buah salak pada tahun 2011 yaitu 193.772 ton dimana mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya 1,69 persen dari tahun sebelumnya. Tabel 1 akan menjelaskan luas panen, produktivitas dan produksi salak per kecamatan pada tahun 2011.


(14)

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Salak per Kecamatan 2011

Sumber : Badan Pusat Statistik Tapanuli Selatan, 2012

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa proporsi luas panen dan produksi di daerah Kecamatan Angkola Barat sebesar 87,15%, luas panen dan produksi Kecamatan Angkola Timur sebesar 0,86%, luas panen dan produksi Kecamatan Angkola Selatan sebesar 7,55%, luas panen dan produksi Kecamatan Batang Toru sebesar 0,13%, luas panen dan produksi Kecamatan Marancar sebesar 4,23%.

Menurut Naibaho (2009), karena harga buah salak tidak pernah stabil atau menjadi rendah di pasaran hingga sering membuat para petani menjadi bingung dan bahkan buah salak kebanggaan Kota Padangsidempuan ini tidak laku dijual. Bahkan, sering buah salak tidak jadi dipanen si pemiliknya karena tingginya biaya operasional dan distribusi dari lahan perkebunan hingga di pasar dan tidak sebanding dengan nilai jualnya yang sangat rendah. Maka muncullah strategi dari para kelompok tani untuk mengolah buah salak menjadi bahan produksi yang

No Kecamatan

Salak Luas

Panen (Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (ton)

1 Batang Angkola - - -

2 Sayurmatinggi - - -

3 Angkola Timur 64 261,56 1.674

4 Angkola Selatan 560 261,50 14.644

5 Angkola Barat 6.458 261,50 168.877

6 Batang Toru 10 261,00 261

7 Marancar 318 261,51 8.316

8 Sipirok - - -

9 Arse - - -

10 Saipar Dolok Hole - - -

11 Aek Bilah - - -

12 Muara Batang Toru - - -

13 Tano Tombangan

Angkola - - -

14 Angkola Sangkunur - - -


(15)

dapat dijual dengan sistem kemasan. Sehingga jangkauan pemasarannya bisa lebih luas lagi, dan tidak hanya menjual buah yang di panen dari kebun. Akan tetapi sudah bisa diekspor baik dengan kemasan dan olahan yang baru ke seluruh daerah di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri.

Peluang bisnis buah salak sangat prospektif untuk dikembangkan, karena sampai saat ini permintaan masyarakat akan buah salak tetap tinggi. Gizi yang terkandung dalam buahnya pun cukup banyak, diantaranya karbohidrat. Selain itu salak memiliki keuntungan lain karena salak tidak hanya dapat dijual langsung dalam bentuk buah, tapi salak dapat diolah menjadi produk makanan yang beranekaragam, seperti asinan, manisan, keripik, dodol, dan pengalengan buah dalam sirup. Pengolahan salak dalam bentuk produk makanan ini dilakukan untuk mencegah pembusukan pada persediaan salak yang banyak yang belum terjual dan dapat menarik konsumen yang tidak menyukai salak dalam bentuk buah (Nurjuwita, 2012).

Pembuatan asinan atau manisan salak dapat memberikan nilai tambah. Pertama dapat memperpanjang waktu simpan buah dan meningkatkan nilai jualnya dan yang kedua dapat memanfaatkan biji dari buah yang diolah tersebut untuk dijadikan bibit. Pada skala yang lebih besar pengolah salak ini dapat membuka lapangan kerja (Anarsis, 1996). Menurut Soekartawi (2000), bahwa industri dapat meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis, mampu menyerap tenaga kerja, mampu menerapkan perolehan devisa dan mampu mendorong munculnya industri lain.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang strategi pengembangan agroindustri salak di daerah penelitian.


(16)

1.2Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan agroindustri salak di daerah penelitian? 2. Bagaimana strategi pengembangan agroindustri salak di daerah

penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan agroindustri salak di daerah penelitian.

2. Untuk menentukan strategi pengembangan agroindustri salak di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi stakeholder dalam mengembangkan agroindustri salak.

2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1Tanaman Salak

Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman asli Indonesia. Oleh karena itu, bila kita bertanam salak berarti kita melestarikan dan meningkatkan produksi negeri sendiri. Salak termasuk famili Palmae, serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren, (enau), palem, pakis yang bercabang rendah dan tegak. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga buah salak dalam jumlah yang banyak (Soetomo, 2001).

Buah-buahan Indonesia selain bergizi tinggi juga dapat dimanfaatkan untuk terapi kesehatan, salah satunya adalah salak. Kandungan kalsium, fosfor dan besi pada buah salak dibandingkan beberapa buah lainnya termasuk tinggi.

Ciri buah salak yang masak yaitu daging buahnya padat dan bila dikupas sebagian dagingnya akan menempel pada bijinya. Rasa sepat yang timbul pada buah salak dikarenakan adanya kandungan zat tanin. Buah salak tidak mempunyai kandungan lemak, dan kaya akan kandungan berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan zat gizi buah salak dapat dilihat pada tabel 2 berikut :


(18)

Tabel 2. Kandungan Gizi Salak dalam 100 g

NO Kandungan Gizi Jumlah

1 Energi 77,00 Kal

2 Protein 0,4 g

3 Karbohidrat 20,90 g

4 Kalsium 28,00 mg

5 Fosfor 18,00 mg

6 Besi 4,20 mg

7 Vitamin B1 0,04 mg

8 Vitamin C 2,00 mg

Sumber : Ditjen PPHP, 2012 2.1.2 Agroindustri Salak

Menurut Soekartawi (2005) mendefinisikan bahwa agroindustri adalah sebagai pengolahan sumber bahan baku yang bersumber dari tanaman ataupun hewan. Dengan demikian bahwa kegiatan atau proses agroindustri merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk, menghasilkan produk yang dapat dipasarkan, dapat digunakan atau dapat dimakan, meningkatkan daya simpan, menambah pendapatan dan keuntungan bagi produsen (petani).

Sektor pertanian sebetulnya mempunyai kaitan erat dengan sektor industri. Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian, meliputi usaha yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah tinggi nilainya (Karmadi, 2003).

Menurut Muzhar (1994), industri pengolahan hasil pertanian juga dapat memberikan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Industri


(19)

pengolahan hasil pertanian memiliki daya saing yang kuat, karena memiliki keunggulan komparatif (sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tenaga kerja yang banyak dan murah, serta berdaya tahan lama) dan kompetitif (segmen pasar dan diferensiasi produk). Pengolahan hasil menjadi salah satu bentuk kegiatan agroindustri yang utama. Usaha pengolahan hasil akan memberikan beberapa keuntungan antara lain :

1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian. 2. Meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian.

3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan.

4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian. 5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.

Disamping salak, produksi buah pisang di Tapanuli Selatan termasuk besar dan selama ini hanya dikonsumsi dalam segar. Kalaupun diolah, prosesnya masih sederhana. Oleh sebab itu pembangunan industri pengolahan pisang menjadi produk yang dapat dipasarkan ke lain daerah, atau bahkan di ekspor dirasakan sangat perlu. Jika tersedia industri, maka petani akan terangsang untuk membudidayakan pisang dengan baik. Salah satu industri pengolahan pisang yang potensial adalah industri tepung pisang (Pemprovsu, 2012).

Peningkatan sarana dan teknologi pengolahan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil panen, menurunkan kehilangan/susut hasil, meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk. Pada komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan khususnya buah tropika (jeruk, pisang, manggis, salak, mangga). Dimana pisang selain dapat dimakan dalam bentuk segar, buah pisang juga dapat


(20)

diolah menjadi : tepung, keripik, gaplek, sale, pisang kalengan, selai, sari buah, dan lain-lain (Ditjen PPHP, 2012).

Pengembangan suatu usaha sangat bergantung pada tersedianya sumberdaya, tetapi sumberdaya ini sangat terbatas jumlahnya sehingga produksi atau keuntungan yang dihasilkan juga terbatas. Sumberdaya yang merupakan faktor yang penting dalam suatu usaha adalah lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi (Andri, 2004).

Menurut Siregar (2009), strategi pengembangan industri pengolahan dodol salak dimasa yang akan datang dapat dilakukan dangan staregi agresif yaitu dengan meningkatkan pertumbuhan penjualan untuk memperbesar keuntungan dengan cara meningkatkan akses pasar yang lebih luas.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Analisis SWOT

Menurut David (2006) dan Hubeis (2011) dalam Tesis Junardi (2012) yang berjudul “Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret” ada beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, yaitu manajemen, pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan operasi, keuangan. Sedangkan beberapa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, yaitu, ekonomi, kebijakan pemerintah dan politik, teknologi, pesaing, ancaman pendatang baru.

Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dimana alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sitematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan


(21)

kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengembalian keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009).

Proses penyusunan rencana strategis memulai tiga tahap yaitu: 1. Tahap pengumpulan data,

2. Tahap analisis, dan

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam dan luar perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

1. Matriks faktor strategi eksternal, 2. Matriks faktor strategi internal, dan 3. Matriks posisi

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang tediri atas tiga model yaitu:


(22)

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel Internal Factors Analysis Summary (IFAS).

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan). b. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh scoring dalam kolom 4.

e. Jumlahkan scoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipinda hkan ke tabel Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.


(23)

2. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel External Factors Analysis Summary (EFAS).

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman). b. Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman bernilai negatif.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

e. Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.

Menurut Rangkuti (1997), untuk menentukan bobot masing-masing faktor tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi 50 pada kolom 3 dengan rumus sebagi berikut :

3. Matrik Posisi

Hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi dengan cara sebagai berikut:


(24)

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.

Kuadran III Kuadran I

Mendukung Strategi Mendukung Strategi turn-around agresif

Mendukung Strategi Mendukung Strategi Defensive deversifikasi

Kuadran IV Kuadran II

Gambar 1. Matriks Posisi Analisis SWOT Kuadran I

a. Merupakan posisi yang menguntungkan untuk dikembangkan. BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN KELEMAHAN

INTERNAL

KEKUATAN INTERNAL


(25)

b. Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal.

c. Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II

a. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya.

b. Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

c. Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.

Kuadran III

a. Posisi dapat dikembangkan.

b. Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV

a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan dan tidak dapat dikembangkan.

b. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

c. Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi.

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu:


(26)

1. Strategi SO yaitu strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST yaitu strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO yaitu strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT yaitu strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tabel 3. Matriks Analisis SWOT

IFAS

EFAS Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)

Peluang (Opportunities)

Strategi S – O

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W – O

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

Ancaman (Threats)

Strategi S – T

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W – T

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2009

Keterangan :

Strengths (S) : Tentukan 5 – 10 faktor kekuatan internal. Weakness (W) : Tentukan 5 – 10 faktor kelemahan internal. Opportunities (O) : Tentukan 5 – 10 faktor peluang eksternal. Threats (T) : Tentukan 5 – 10 faktor ancaman eksternal. (Rangkuti, 2009).


(27)

2.3 Kerangka Pemikiran

Agroindustri salak merupakan suatu usaha yang mengolah bahan baku utamanya salak dengan teknologi tertentu menjadi berbagai produk olahan untuk menghasilkan nilai tambah ekonomis.

Salak merupakan komoditi yang dapat dimakan langsung dalam bentuk segar, namun karena harga buah salak yang tidak pernah stabil atau menjadi rendah nilai jual dipasaran sehingga penjualan buah salak tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dengan nilai jual buah salak. Maka timbullah strategi dalam melakukan pengolahan buah salak menjadi dalam bentuk kemasan yang beranekaragam. Di daerah penelitian industri pengolahan salak sudah ada dan semua bahan baku diperoleh dari sekitar industri yang mempunyai produksi salak yang tinggi.

Dalam melakukan usaha pengolahan salak bertujuan untuk meningkatkan daya tahan dan daya simpan yang lama sehingga meningkatkan nilai jual dari hasil olahan salak tersebut. Berbagai hasil olahan salak antara lain dodol salak, keripik salak, kurma salak, madu salak, sirup salak, nagogo drink, agar-agar salak, bakso salak, dan bakwan salak.

Industri pengolahan salak juga akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi angkatan kerja yang hidup disekitar area lokasi pengolahan salak untuk memperoleh mata pencaharian baru yang lebih menjamin untuk kelangsungan hidupnya.

Oleh karena itu, diperlukan penentuan alternatif strategi dalam pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT, dimana didalam analisis SWOT tersebut dapat diidentifikasi faktor internal, yaitu kekuatan


(28)

(strengths) dan kelemahan (weakness) dan faktor eksternal, yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam usaha industri pengolahan salak.

Setelah dilakukan analisis faktor SWOT dalam usaha tersebut, maka kita dapat menentukan strategi pengembangan apa yang cocok dan bisa diterapkan untuk mengembangkan usaha industri pengolahan salak.

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Menyatakan Hubungan

Agroindustri Salak

Faktor-Faktor SWOT Internal

Strengths (Kekuatan)

Weakness (Kelemahan)

Opportunities (Peluang)

Threats (Ancaman)

Strategi Pengembangan Agroindustri Salak


(29)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat beberapa faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

serta ancaman dalam mengembangkan usaha agroindustri salak.

2. Ada beberapa strategi pengembangan agroindustri salak di daerah penelitian.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Adapun lokasi penelitian yang dipilih yaitu Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah yang potensial bagi pertumbuhan tanaman salak dan telah ada industri pengolahannya.

Tabel 4. Jumlah Industri Kecil (Tenaga Kerja 5-19 orang) dan Tenaga kerja serta Produksi yang dihasilkan Tahun 2011.

No Industri

Jumlah Industri

kecil

Tenaga Kerja

Nilai (Juta Rp) Produksi Riil

1 Roti 3 17 901,25

2 Gula Merah 4 25 8,21

3 Tempe 5 30 215

4 Tahu 2 14 425,21

5 Tempe 5 30 215,31

6 Kerupuk dan sejenisnya 2 21 204,17

7 Pengolahan kopi 1 6 24,25

8 Industri makanan dari salak

1 20 17 128,21

9 Industri makanan ringan 1 8 825,13

10 Industri pengolahan coklat

2 20 -

Jumlah 26 191 2818,53

Sumber : Diolah dari Badan Pusat Statistik Tapanuli Selatan, 2012 3.2 Metode Pengambilan Responden

Responden adalah orang yang berperan sebagai informan untuk memberikan keterangan tentang sesuatu berupa fakta/pendapat mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angket/lisan dan ketika menjawab wawancara.


(31)

Metode yang digunakan dalam penentuan responden dalam penelitian ini adalah metode Purposive Sampling, yaitu pelaku dari setiap stakeholder yang berkaitan dengan penelitian (petani, industri, lembaga pendukung), pedagang olahan salak metode pengambilan sampel dengan Snowball Sampling yaitu menelusuri dengan mewancarai pengusaha olahan salak dan konsumen dengan metode Accidental.

Responden yang diperlukan dalam menentukan strategi pengembangan agroindustri salak diambil dari petani, industri, pedagang, lembaga pendukung dan konsumen.

Tabel 5. Daftar Responden Penelitian

No Sumber Responden Jumlah

Responden

Keterangan

1 Produsen Salak 23 Petani Salak

2 Pelaku Agroindustri Salak 1 Industri pengolahan buah Salak Agrina

3 Pemasar Hasil olahan salak 3 Pedagang olahan salak

4 Lembaga pendukung 3 Dinas Pertanian, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan

5 Konsumen 5 Masyarakat Umum

Total 35

3.3 Metode Pengumpul Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan penelitian.


(32)

Tabel 6. Pengambilan Data Primer dan Data Sekunder

No Jenis Data Sumber

1 Data Primer

-Karakteristik Sampel Kuesioner

-Faktor Internal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri salak

Kuesioner -Faktor eksternal yang mempengaruhi

pengembangan agroindustri salak

Kuesioner

2 Data Skunder

-Luas panen salak Badan Pusat Statistik

Tapanuli Selatan

-Produksi Badan Pusat Statistik

Tapanuli Selatan

-Jumlah industri kecil dan tenaga kerja Badan Pusat Statistik Tapanuli Selatan

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan metode analisis deskriptif dengan melihat faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan usaha agroindustri salak di daerah penelitian.

Untuk menyelesaikan masalah 2 digunakan metode analisis SWOT dari usaha agroindustri salak di daerah penelitian untuk menentukan strategi pengembangan usaha.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Agroindustri salak merupakan suatu perlakuan dengan mengolah yang bahan baku utamanya salak dengan teknologi tertentu menjadi berbagai produk olahan untuk menghasilkan nilai tambah ekonomis.


(33)

2. SWOT merupakan salah satu alat analisis manajemen yang digunakan untuk mensistematisasikan masalah dan menyusun pilihan-pilihan strategi. 3. Kekuatan (Strengths) adalah unsur-unsur yang jika digunakan dengan

baik akan memperkuat tujuan atau sasaran.

4. Kelemahan (Weakness) adalah kekurangan yang jika dibiarkan akan menggerogoti kekuatan sehingga tujuan menjadi tidak tercapai atau gagal. 5. Peluang (Opportunities) adalah kesempatan yang ada sehingga jika kita

mempergunakan kesempatan secara efektif dan tepat guna memungkinkan sasaran dapat dicapai dengan baik.

6. Ancaman (Threats) adalah bahaya atau gangguan yang terdapat dalam suatu sistem yang jika dibiarkan akan menggerogoti kekuatan yang ada dan membuat usaha semakin lemah.

7. Strategi pengembangan adalah usaha-usaha yang dilakukan guna mengembangkan usaha agroindustri salak.

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :

1. Responden adalah petani, pelaku agroindustri salak, pedagang olahan salak, lembada pendukung dan konsumen olahan salak yang terletak di daerah penelitian.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2013.

3. Tempat penelitian di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.


(34)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan dan yang menjadi daerah penelitian. Berikut deskripsi daerah penelitian Desa Parsalakan :

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Parsalakan berada di Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 3.200 Ha. Jarak Desa Parsalakan dengan Kecamatan Angkola Barat (Sitinjak) adalah 9 km, jarak ke Kabupaten Tapanuli Selatan (Sipirok) adalah 40 km dan jarak ke Ibukota Provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 460 km. Secara administrasi Desa Parsalakan mempunyai batas – batas sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paya Tobotan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aek Latong Siamporik • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Paya Pusat Aek Nabara • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sawah Sialogo

4.1.2 Keadaan Penduduk

Berikut distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Parsalakan:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Parsalakan Tahun 2011

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Persentase (%)

Laki-Laki Perempuan

1334 1325

50.17 49.83

Total 2659 100.00


(35)

Dari tabel 7 penduduk di Desa Parsalakan pada tahun 2011 berjumlah 2659 jiwa atau 604 kepala keluarga. Terdiri dari berbagai suku yaitu suku Batak, Jawa, Minang, Nias dan Melayu. Sementara jumlah suku yang terbanyak adalah suku Batak. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 1325 jiwa (49,83 %) dari total penduduk sebanyak 2659 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 1334 jiwa (50.17%). Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.

Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia poduktif di Desa Parsalakan cukup besar. Berikut gambaran jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Parsalakan :

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Parsalakan Tahun 2011

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

>64 Tahun 90 3.38

15-64 Tahun 1795 67.51

5-14 Tahun 604 22.72

1-4 Tahun 170 6.39

Total 2659 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2011

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang mempunyai jumlah paling besar adalah kelompok umur 15-64 tahun ke atas yaitu 1.795 (67.51%) dari total 2659 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok umur >65 tahun yaitu sebesar 90 jiwa (3.38 %). Sedangkan umur 5-14 tahun berjumlah 604 jiwa (22.72 %), umur 1-4 tahun berjumlah 170 jiwa (6.39 %). Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama, penduduk di Desa Parsalakan memeluk agama Islam yaitu sebanyak 2652 jiwa, dan memeluk agama Kristen sebanyak 7 jiwa.


(36)

Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas penduduk di Desa Parsalakan mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun demikian, tidak sedikit pula penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikannya hingga diploma bahkan sarjana. Secara keseluruhan perhatian penduduk setempat terhadap tingkat pendidikan sudah cukup baik dilihat dari telah banyaknya penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun dan telah ada penduduk yang menempuh jenjang pendidikan hingga sarjana. Berikut distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Parsalakan :

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Parsalakan Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Belum Sekolah 435 16.36

Tidak Tamat SD 445 16.74

SD 381 14.33

SMP 475 17.86

SMA 747 28.10

Diploma 62 2.33

Sarjana 114 4.28

Total 2659 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2011

Dari tabel 9 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk paling banyak adalah tamatan SMA yaitu sebesar 747 jiwa (28.10 %). Adapun yang belum sekolah sebesar 435 jiwa (16.36 %), yang belum sekolah sebesar 435 jiwa (16,36 %) yang tidak tamat SD sebesar 445 jiwa (16.74 %), dan tamatan SD yaitu sebesar 381 jiwa (14.33 %). Tingkat pendidikan yang paling sedikit jumlahnya adalah diploma yang berjumlah 62 jiwa (2.33 %), tamat SMP 475 jiwa (17.86 %), dan sarjana sebanyak 114 jiwa (4.28 %).

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di suatu desa sangat dibutuhkan demi perkembangan desa tersebut. Di Desa Parsalakan, sarana dan prasarana yang


(37)

dibutuhkan penduduk, seperti sarana ibadah, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lain-lain telah tersedia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10. Sarana dan Prasarana Desa Parsalakan Tahun 2009

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Ibadah

Mesjid 18

2 Sarana Kesehatan

Posyandu 5

3 Pendidikan

SD 2

4 Ekonomi

Kios/Warung 137

5 Kantor Kepala Desa 1

6 Sarana Olah Raga

Lapangan Bulu Tangkis 2

7 Jalan Dusun 2

Jalan Desa 1

Jalan Protokol 1

Jalan Kabupaten 1

Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2011

4.2 Karakateristik Responden 4.2.1 Produsen Salak

Produsen adalah kelompok tani agrina yang berjumlah 23 petani yang memiliki usahatani salak dan hasil panen salak tersebut dijual langsung ke industri pengolahan salak agrina.

Tabel 11. Karakteristik Petani Salak Di Daerah Penelitian

No Uraian Interval Rata-rata

1 Umur (tahun) 27-53 38,26

2 Pendidikan (tahun) 6-16 11,65

3 Jumlah Tanggungan (jiwa) 1-5 3,08

4 Pengalaman bertani (tahun) 2-26 11,08

5 Luas Lahan (Ha) 0,5-5 1,87


(38)

4.2.2 Pelaku Agroindustri Salak

Sampel dijadikan sampel adalah Sentra Industri Pengolahan buah salak agrina dan hanya satu-satunya pengolahan salak di daerah penelitian.

Tabel 12. Karakteristik Pelaku Agroindustri Salak

No Uraian Interval Rata-rata

1 Umur (tahun) 51 51

2 Pendidikan (tahun) 12 12

3 Jumlah Tanggungan (orang) 3 3

4 Lama bekerja (tahun) 7 7

Sumber : Lampiran 1

4.2.3. Pedagang Produk Olahan Salak

Pedagang olahan salak yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang. Masing-masing pedagang olahan berdagang di sekitar daerah industri.

Tabel 13. Karakteristik Pedagang Olahan Salak

No Uraian Interval Rata-rata

1 Umur (tahun) 21-38 31,66

2 Pendidikan (tahun) 12 12,00

3 Jumlah tanggungan (jiwa) 2 2,00

4 Lama berjualan (tahun) 1-5 2,66

Sumber : Lampiran 1

4.2.4 Lembaga Pendukung

Lembaga yang pendukung yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari Dinas Pertanian, Dinas Perindustian dan Perdagangan dan Badan Ketahanan Pangan.

Tabel 14. Karakteristik Lembaga Pendukung

No Lembaga Status Umur/

thn

Lama Jabatan/thn

1 Dinas Pertanian Kepala Bidang Usaha Tani

48 8

2 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kepala Seksi

Pengembangan Usaha UKM


(39)

3 Badan Ketahanan Pangan

Kepala bidang Pengenekaragaman konsumsi pangan

45 6

Sumber : Lampiran 1 4.2.5 Konsumen

Konsumen yang menjadi sampel di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 15. Karakteristik Konsumen

No Uraian Interval Rata-rata

1 Umur (tahun) 21-52 33

2 Pendidikan (tahun) 9-16 12,20

3 Jumlah Tanggungan (orang) 2-5 2,2

4 Penghasilan (Rp) 750.000-2.500.000 1.600.000

5 Frekuensi Pembelian/bulan 1-3 1,80

Sumber : Lampiran 1

Dalam subsistem agroindustri memiliki stakeholders yang saling berkaitan dengan sistem agribisnis untuk membatu dalam mengembangkan agroindustri salak. Tabel 16 akan menjelaskan fungsi dari stakeholders agroindustri salak di

daerah penelitian.

Tabel 16. Stakeholders Agroindustri dan Fungsinya No Stakeholders

Agroindustri Fungsi

1 Produsen Salak -Sebagai penyedia bahan baku

2 Pengolah salak -Sebagai tempat mengolah dan menghasilkan berbagai jenis produk olahan salak

3 Pemasar -Sebagai sarana yang menawarkan produk

kepada konsumen

4 Lembaga perbankan -Sebagai penyedia modal untuk melakukan usaha

5 Lembaga Pemerintah -Sebagai penentu kebijakan dalam mengembangkan usaha dan pemberi layanan/fasilitas

6 Badan penelitian dan pengembangan

-Sebagai tempat riset dan penelitian dalam mengembangkan usaha

7 Badan sertifikasi -Sebagai penentu pembuatan sertifikat dan label dari produk


(40)

Industri ini merupakan koperasi yang bernama Koperasi Agro Rimba Nusantara (Koperasi Agrina) dan berdiri pada 25 September 2007, namun baru aktif pada tahun 2008. Koperasi ini memiliki jumlah anggota sebanyak 164 anggota dan anggota yang aktif hanya 25 orang. Koperasi ini merupakan ”Showroom dan Work Shop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak yang tergolong ke dalam industri kecil karena sesuai dengan penggolongan jenis industri menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dikatakan industri kecil jika suatu industri memiliki aset lebih kecil dari Rp 200 juta diluar tanah dan bangunan, omset tahunan lebih kecil dari Rp 1 milyar.

Industri ini merupakan sebuah industri yang bergerak dalam bidang pengolahan makanan dan minuman yang terbuat dari buah salak, dimana proses produksi dilakukan sebanyak enam kali dalam seminggu. Hasil dari pengolahan salak tersebut adalah nagogo drink, sirup salak, madu salak, kurma salak, dodol salak dan keripik salak. Tabel 17 akan menunjukkan produksi olahan salak pada tahun 2013 :

Tabel 17. Produksi Olahan Salak Bulan Januari - Agustus 2013

No Jenis Produk Produksi

1 Dodol Salak besar 6.783 kotak

2 Dodol Salak kecil 9.317 kotak

3 Dodol salak batang 236 kotak

4 Keripik Salak 3.872 kotak

5 Kurma Salak 8.964 kotak

6 Agar-agar salak 2.780 kotak

7 Madu Salak 753 botol

8 Sirup Salak 2.052 botol

9 Nagogo Drink 14.180 botol


(41)

4.4 Pengolahan Salak

a. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan adalah buah salak yang masih segar dan salak yang dipilih adalah salak yang matang dan manis. Bahan baku yang dipakai disortasi dengan memilah salak yang daging buah salak yang tebal dan tipis. Daging salak yang tebal digunakan untuk kurma, dodol salak dan daging yang tipis untuk produk yang lain. Dalam satu kali produksi olahan salak digunakan bahan baku salak sebanyak 500 kg/hari yang diperoleh dari para petani salak disekitar daerah penelitian.

b. Bahan Penunjang

Bahan penunjang yang digunakan untuk mengolah salak adalah gula pasir, garam, kapur sirih dan air, tepung ketan, santan, tepung agar-agar, Natrium Benzoat (bahan pengawet makanan dan minuman), essen salak (zat aroma salak) dan minyak goreng.

c. Peralatan dan mesin

Alat yang digunakan dalam proses produksi olahan salak yaitu pisau, sarung tangan, ember besar dan kecil, wajan, tungku, blancer, sendok kayu, sendok jepit stainless, talam stainless, alat saring, meja penjemuran, oven, rumah kaca, bahan bakar kayu, tampi bambu, kuali besi besar, timbangan duduk, timbangan gantung, timbangan elektrik, ayakan tepung, kuas, parutan besi, nampan plastik, kayu penggiling. Dan mesin yang digunakan mesin pengiris (slicer), mesin vacuum frying, mesin peniris minyak, mesin blender, mesin packing/pengemasan, mesin pencuci botol otomatis, mesin press penutup botol plastik.


(42)

d. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang digunakan untuk industri pengolahan buah salak sebanyak 8 orang. Yang terdiri dari 6 tenaga kerja wanita dan 2 orang tenaga kerja pria. Tenaga kerja diperoleh dari penduduk yang bertempat tinggal di sekitar daerah penelitian.

Adapun proses atau tahapan kerja dari pengolahan buah salak di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

a) Dodol Salak

Gambar 3: Skema Pembuatan Dodol Salak

Daging salak tanpa biji Rendam dalam air garam

Cuci bersih, didihkan 5 liter air

Masak 5 menit, tiriskan, dinginkan, giling dan haluskan

Kemas dan siap dipasarkan Tambahkan santan sedikit demi sedikit

Masak, setelah ¼ jam

Masukkan gula pasir

Tambahkan Natrium Benzoat, aduk terus, masak sampai matang (± 5 jam)

Tambahkan essen salak, angkat dan dinginkan Tambahkan tepung ketan


(43)

b) Kurma Salak

Gambar 4 : Skema Pembuatan Kurma salak

Kupas buah salak dan cuci bersih

Rendam dalam air garam 1 malam, cuci dan tiriskan

Rendam dalam air kapur sirih 1 malam, cuci dan tiriskan

Masak dalam air, cuci dan tiriskan

Taburi buah salak dengan gula putih

Ulangi perlakuan 3x sampai salak berwarna merah Tiriskan dan pisahkan dan air gula

Air gula

Masak salak dengan air gula T = 120 oC

Diamkan 1 malam Diamkan 1 malam

Masak salak dan air gula sampai kental

Tiriskan air gula

Jemur kurma salak selama ++2hari

Setelah kering, kemas Salak


(44)

c) Keripik Salak

Gambar 5 : Skema Pembuatan Keripik Salak

d) Agar-agar Salak

Gambar 6 : Skema Pembuatan agar-Agar Salak

Siapkan larutan air dan garam

Rendam salak selama ±1/4 jam, cuci bersih dan tiriskan

Goreng dengan vacuum Frying selama 1,5 jam

Setelah kering dinginkan ¼ jam

Kemas dan pasarkan

Angkat lalu tiriskan dengan kipas peniris minyak

Buah salak dikupas, buang bagian ujung, belah dua memanjang dan buang bijinya

Buah salak dikupas, dibuang bijinya dan cuci bersih

Masukkan dalam juicer

Saring dan pisahkan ampasnya

Masak air salak dengan gula putih dan air

Masak hingga mendidih dan + Na Benzoat

Cetak dan dinginkan Masukkan agar-agar tepung


(45)

e) Sirup Salak

Gambar 7 : Skema Pembuatan Sirup Salak

Buah salak dikupas, dibuang bijinya

Cuci bersih dengan air panas

Ekstraksi dalam juicer

Sari salak tanpa ampas dimasak

Masak kembali sampai T=1200C Masak sampai mendidih (T=1200C)

Saring dengan alat penyaring

Endapkan selama 1 malam

Masak dan + Na Benzoat 0,5 gr/15 liter (T=70-800C)

Tambah air dan gula

Masukkan gula pasir, aduk-aduk (T=1200C)


(46)

f) Nagogo Drink

Gambar 8 : Skema Pembutan Nagogo Drink

Buah salak dikupas, dibuang bijinya

Cuci bersih dengan air panas

Ekstraksi dalam juicer

Sari salak tanpa ampas dimasak

Saring dan kemas dalam botol steril Masak sampai mendidih (T=1200C)

Saring dengan alat penyaring Endapkan selama 1 malam

Masak dan + Na Benzoat 0,5 gr/15 liter (T=70-800C)

Dinginkan 1 jam kemudian + air soda Masukkan gula pasir, aduk-aduk (T=1200C)


(47)

g) Madu Salak

Gambar 9 : Skema Pembuatan Madu Salak

Buah salak dikupas, dibuang bijinya

Cuci bersih dengan air panas

Ekstraksi dalam juicer

Sari salak tanpa ampas dimasak

Masak sampai mendidih (T=1200C)

Saring dengan alat penyaring

Endapkan selama 1 malam

Kemas dalam botol steril


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Pengembangan Agroindustri Salak.

5.1.1 Kekuatan Agroindustri Salak

Adapun kekuatan agroindustri salak di daerah penelitian : 1. Ketersediaan bahan baku salak yang melimpah

Bahan baku sangat penting bagi agroindustri yang mengolah suatu produk, karena bahan baku merupakan salah satu sumber daya fisik yang penting dalam mengembangkan agroindustri salak. Berdasarkan hasil penelitian, buah salak dapat dipanen pada 4 musim dimana panen raya pada bulan (Nopember, Desember dan Januari), panen sedang pada bulan (Mei, Juni dan Juli), panen kecil pada bulan (Februari, Maret dan April), panen kosong/istirahat pada bulan-bulan (Agustus, September dan Oktober).

Pada musim panen raya dapat dipanen dalam waktu 10 hari dengan produksi salak lebih dari 15 karung/ha, pada panen sedang salak dapat dipanen 2 minggu dengan produksi sekitar 10-15 karung/ha, pada musim panen kecil dipanen 2 minggu juga dengan produksi salak sekitar 10 karung/ha, sedangkan panen kosong/istrahat petani juga panen salak akan tetapi produksi salak dibawah 10 karung/ha dimana (1 karung sekitar 25 kg). Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui produksi salak di Desa Parsalakan tahun 2012.


(49)

Tabel 18. Data Produksi Tanaman Salak Desa Parsalakan Tahun 2012

Produksi Desa Parsalakan

Ton/Hari 36,17

Ton/minggu 253,2

Ton/bulan 1012,8

Ton/tahunan 12153,6

Sumber : Data diolah dari Balai Pertanian Kecamatan Angkola Barat

Kelancaran proses produksi dalam mengembangkan suatu usaha di bidang agroindustri diperlukan ketersediaan bahan baku banyak. Ketersediaan bahan baku salak di desa parsalakan yang mencapai 36,17 ton/hari sedangkan bahan baku salak yang digunakan industri dalam mengolah salak sebanyak ± 500 kg/hari dimana diperoleh dari kelompok tani salak Agrina. Hal ini akan memberikan kekuatan bagi industri dikarenakan tersedianya bahan baku salak sangat banyak dengan bahan baku yang digunakan di industri masih sedikit.

2. Ketersediaan tenaga kerja yang banyak

Ketersediaan tenaga kerja merupakan salah satu input dalam proses produksi maupun pada proses pascapanen dalam bentuk yang lain. Tenaga kerja atau sumber daya manusia yang bisa diartikan sebagai karyawan ini merupakan salah satu sumber daya internal yang penting bagi perusahaan untuk meraih serta mempertahankan keunggulan kompetitif. Di daerah penelitian jumlah angkatan kerja yang produktif berumur antara 15-64 tahun sangat besar sebanyak 1975 jiwa dan hampir 67 % dari penduduk seluruhnya 2659 jiwa. Di industri memiliki 8 tenaga kerja dan memiliki daya tampung untuk tenaga kerja industri sebanyak 20 orang. Angkatan kerja di industri tidak membutuhkan pendidikan formal akan tetapi memerlukan keterampilan dan ketekunan. Hal ini merupakan kekuatan bagi industri dalam mengembangkan agroindustri salak karena tidak mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja.


(50)

3. Banyaknya variasi produk olahan salak

Produk yang dihasilkan dari diversifikasi buah salak di industri pengolahan salak agrina terdiri dari berbagai produk seperti dodol salak, keripik salak, kurma salak, madu salak, sirup salak, nagogo drink dan agar-agar salak. Dengan adanya variasi produk olahan salak yang banyak tersebut dapat menjadi kekuatan bagi industri dikarenakan sudah menghasilkan produk beranekaragam dalam bentuk kemasan yang menarik sehingga memberikan daya tarik kepada konsumen.

4. Memiliki sertifikat produk

Produk olahan salak telah memiliki memiliki izin PIRT (Produk Industri Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan telah mencamtumkan label “Halal” pada produk olahan salak. Produk olahan seperti dodol salak, keripik salak, kurma salak, madu salak, sirup salak, nagogo drink dan agar-agar salak sudah memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sumatera Utara pada awal tahun 2013. Kemasan produk olahan salak saat ini sudah sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 15 tahun 1992 tentang standar nasional Indonesia (SNI) dan sudah tercantum tanggal kadaluarsa (expire date). Hal ini memberikan kekuatan bagi industri karena dengan adanya sertifikat tersebut konsumen tidak akan ragu untuk membeli produk olahan salak dikarenakan sudah memenuhi persyaratan dari instansi yang telah ditetapkan.


(51)

5. Jumlah Produksi Bertambah

Industri pengolahan salak di daerah penelitian sudah tergolong industri usuha kecil dan menengah dan industri ini sudah menghasilkan produk olahan salak yang sangat beranekaragam. Dari hasil penelitian, industri ini berproduksi setiap 6 hari dalam seminggu dimana mengggunakan bahan baku 500 kg salak per hari. Data produksi olahan salak dalam 3 tahun terakhir menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, tabel 19 akan menjelaskan produksi salak mulai tahun 2010-2012.

Tabel 19. Produksi Produk Olahan Salak Tahun 2010-2012

No Jenis Produk Produksi

2010 2011 2012

1 Dodol Salak besar 12207 13286 14793 Kotak 2 Dodol Salak kecil 14352 16949 18343 Kotak 3 Dodol salak batang 2234 2396 2824 Kotak

4 Keripik Salak 10752 12275 13649 Kotak

5 Kurma Salak 14100 14950 16534 Kotak

6 Agar-agar salak 4140 5697 6325 Kotak

7 Madu Salak 2017 2316 3000 Botol

8 Sirup Salak 2394 2487 3042 Botol

9 Nagogo Drink 2500 14490 15804 Botol

Sumber : Sentra Industri Pengolahan Salak Agrina, 2013

Hal ini memberikan kekuatan bagi industri dengan peningkatan produksi olahan salak akan memberikan keuntungan yang baik bagi industri.

6. Produk sudah mulai dikenal masyarakat

Industri telah banyak melakukan promosi baik melalui brosur, maupun pameran didaerah baik di pulau Sumatera maupun di pulau Jawa. Bahkan industri sudah pernah mengikuti pameran produk UKM di Hongkong. Pada tahun 2013 industri juga sudah mengikuti pameran Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) di Yogyakarta. Sedangkan, untuk pemasaran produk di sekitar wilayah industri sudah melakukan pemasaran ke swalayan, dan sentra penjualan yang berada di


(52)

daerah Kota Padangsidimpuan. Hal ini memberikan kekuatan bagi industri karena dengan promosi yang luas akan menyebabkan produk akan dikenal oleh masyarakat banyak.

6.1.2 Kelemahan Agroindustri Salak

1. Ketersediaan modal terbatas

Ketersediaan modal dalam agroindustri salak sangat terbatas dikarenakan modal yang dipakai menggunakan modal dari kelompok untuk agroindustri salak. Modal tetap sentra industri salak yaitu tanah dan bangunan produksi permanen, rumah kaca dengan total aset Rp 200.000.000 yang merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. Industri merupakan koperasi yang terdiri dari 164 anggota yang simpanan pokok Rp 50.000 per orang dan iuran per bulan Rp 10.000. Saat ini industri tidak memiliki pinjaman dari pihak perbankan atau bantuan modal dari investor. Hal ini menyebabkan hal ini mengakibatkan pengusaha industri salak mengalami kesulitan dalam memproduksi olahan salak karena keterbatasan modal untuk menyediakan bahan baku dan tenaga kerja untuk mengembangkan olahan salak.

2. Kurangnya tenaga yang profesional

Dalam proses penerapan suatu teknologi sangat diperlukan orang-orang yang ahli di bidangnya yang dapat memberikan pengarahan dan bimbingan agar teknologi yang telah disampaikan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Oleh karena itu, sangat diperlukan tenaga ahli yang sesuai dengan produk yang akan dikembangkan. Tenaga kerja yang diperlukan dalam pengembangan agroindustri salak harus kreatif dan inovatif. Namun, didaerah penelitian tenaga kerja yang memiliki jiwa kreatif dan inovasi masih sedikit bahkan hanya 1 orang.


(53)

3. Kurangnya kemitraan industri dengan lembaga lain.

Kemitraan merupakan pendukung bagi industri untuk mengembangkan usaha. Berdasarkan hasil penelitian, industri belum memiliki kerja sama dengan lembaga manapun untuk mengembangkan agroindustri salak dimana industri tidak memiliki kerja sama dengan investor untuk menanamkan modal maupun pinjaman dengan pihak perbankan. Dengan ketidaktersediaan kerja sama dengan lembaga lain mengakibat industri sulit berkembang dalam mengembangkan agroindustri salak.

5.1.3 Peluang Agroindustri Salak

1. Pemasaran produk cukup luas

Peluang pemasaran produk olahan salak sudah sangat luas karena penjualan sebagian produk olahan salak telah mengalami peningkatatan setiap tahunnya. Dari hasil penelitian dengan pengusaha industri pengolahan salak penjualan akan produk olahan salak sudah banyak dengan tujuan pemasaran keluar daerah diantaranya penjualan di daerah Sumatera seperti Kota Padangsidimpuan, Sibolga, Sibuhuan. Pada tahun 2009 pemasaran salak sudah sampai ke daerah Medan, Pekanbaru dan Pelembang dan pada tahun 2010 pemasarannya sudah sampai ke Jakarta. Tabel 20 akan menunjukkan data penjualan berbagai jenis produk olahan salak pada tahun 2010-2012 sebagai berikut :


(54)

Tabel 20. Penjualan Produk Olahan Salak Tahun 2010-2012

No Jenis Produk Penjualan

2010 2011 2012

1 Dodol Salak besar 9828 8795 9996 Kotak

2 Dodol Salak kecil 11320 14882 17337 Kotak

3 Dodol salak batang 1550 1629 1601 Kotak

4 Keripik Salak 8985 9744 10418 Kotak

5 Kurma Salak 11064 12262 13176 Kotak

6 Agar-agar salak 2968 3906 4376 Kotak

7 Madu Salak 1172 1509 1307 Botol

8 Sirup Salak 1708 1758 1785 Botol

9 Nagogo Drink 2500 8042 7495 Botol

Sumber : Sentra Industri Pengolahan Salak Agrina, 2013 2. Adanya dukungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan

Adapun dukungan yang diberikan oleh Pemerintahan Daerah kabupaten Tapanuli Selatan dengan menempatkan komoditas salak sebagai komoditas ungulan dan ciri khas daerah. Selain itu, pemerintahan daerah Kabupaten Tapanuli Selatan terus memberikan dukungan melalui pemberian peralatan bagi industri dan pelatihan bagi kelompok tani dalam mengolah salak. Adapun bentuk bantuan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu bangunan dan tanah untuk industri, peralatan industri, rumah kaca. Dan dukungan juga yang diberikan yaitu memberikan pelatihan bagi kelompok tani yang ingin mengolah salak.

3. Sarana dan prasarana (jalan, listrik dan telekomunikasi) yang mendukung Ketersediaan sarana dan prasarana jalan, listrik dan komunikasi sangat penting. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung akan meningkatkan investasi didaerah tersebut. Jalan merupakan prasarana yang penting untuk menunjang mobilitas orang, barang dan jasa. Jalan disekitar industri sudah sangat baik karena merupakan jalan yang menghubungkan antar Ibu Kota Kotamadya yaitu Kota Padangsidimpuan dan Kota Sibolga. Adapun jarak dari


(55)

sentra industri ke pusat Kota Padangsidimpuan sekitar ± 11 km. Selain itu, tenaga listrik di daerah industri sudah ada sehingga tidak menghambat proses produksi dan jaringan telekomunikasi sudah terjangkau sehingga pelaku industri dengan mudah berkomunikasi ke luar daerah. Dengan kondisi sarana dan prasarana seperti ini akan mempengaruhi proses produksi, karena mobilitas barang baik dalam pengadaan bahan baku dan pemasaran hasil akan menjadi lancar dan dapat memberikan peluang bagi industri.

4. Nilai jual olahan salak tinggi.

Dengan terciptanya agoindustri salak akan menciptakan barang yang bernilai ekonomis. Harga salak yang antara kisaran Rp 3.000 – 5.000 per kilogram jadi dengan adanya pengolahan salak dapat meningkatkan harga jual salak. Hal ini memberikan peluang bagi industri untuk mengembangkan agroindustri salak. Pada tabel 21 akan menjelaskan harga produk olahan salak tahun 2012 :

Tabel 21. Daftar Harga Produk Olahan Salak Tahun 2012

No Jenis Produk Harga (Rp)

1 Dodol Salak Besar 12.000

2 Dodol Salak Kecil 8.000

3 Dodol Salak Batang 6.000

4 Kurma Salak 10.000

5 Keripik Salak 12.000

6 Agar-agar Salak 6.000

7 Nagogo Drink 4.000

8 Madu Salak 12.000

9 Sirup Salak Besar 25.000

10 Sirup Salak Kecil 15.000

Sumber : Sentra Industri Pengolahan Salak Agrina, 2013 5. Sistem birokrasi baik dan keamanan yang kondusif

Sistem birokrasi yang baik dan keamanan yang kondusif sehingga membuka peluang agroindustri salak. Berdasarkan hasil penelitian sistem birokrasi di dinas terkait dengan perizinan usaha sangat mudah. Hal ini


(56)

dikarenakan Pemerintah Kabuapaten Tapanuli Selatan telah ada peraturan daerah untuk memberikan kemudahan persyaratan untuk memperoleh perizinan dan menyederhanakan tata cara perizinan usaha bagi pelaku usaha. Dengan hal kemudahan perizinan tersebut di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan telah ada investor asing yang menanamkan modalnya di bidang pertambangan. Dalam hal keamanan saat ini sangat terjamin dikarenakan saat ini belum adanya keluhan masyarakat mengenai adanya pungutan liar yang dapat mengakibatkan biaya tinggi bagi usaha. Dengan kondisi iklim birokrasi dan keamanan yang kondusif akan berpengaruh terhadap kelancaran suatu usaha investasi. Maka jika kondisi iklim politik dan keamanan disuatu daerah baik maka minat dari investor akan terbuka lebar dalam mengembangkan agroindustri salak.

7. Ketersediaan lahan usaha tani yang luas

Ketersediaan lahan usaha tani petani salak merupakan lahan yang diusahakan secara turun temurun. Berdasarkan dari hasil penelitian dilapangan, digambarkan bahwa luas lahan yang diusahakan kelompok tani salak Agrina seluruhnya 36,4 Ha dan luas lahan tanaman salak di Desa Parsalakan 2532 Ha. Luas lahan petani lebih dari 1,5 Ha sebesar 58%, luas lahan 1-1,5 Ha sebesar 19%, luas lahan 0,6-1 Ha sebesar 13%, dan luas lahan 0-0,5 Ha sebesar 10%. Hal ini merupakan kekuatan bagi usaha pengolahan salak karena dengan ketersediaan lahan yang luas akan memperoleh bahan baku salak yang melimpah dalam mengembangkan agroindustri salak.


(57)

Gambar 10 : Luas Lahan Petani 5.1.4 Ancaman Agroindustri Salak

1. Ketidakstabilan harga salak

Fluktuasinya harga ditingkat petani dapat merupakan ancaman dalam pengembangan usaha agroindustri salak. Buah salak merupakan tanaman musiman yang dapat dipanen pada 4 musim dimana panen raya pada bulan (Nopember, Desember dan Januari), panen sedang pada bulan (Mei, Juni dan Juli), panen kecil pada bulan (Februari, Maret dan April), panen kosong/istirahat pada bulan (Agustus, September dan Oktober). Berdasarkan hasil penelitian di daerah penelitian harga salak di musim panen raya/sedang berbeda jauh dengan panen kecil/kosong. Pada saat panen raya harga salak hanya Rp 70.000/karung dimana (1 karung 25 kg) atau sekitar Rp 2.800/kg, namun pada saat panen kosong/sedikit harga salak bisa mencapai Rp 100.000/karung atau Rp 4.000/kg. Ketidakpastian harga salak ditingkat petani sangat berpengaruh terhadap harga dari produk olahan salak. Karena apabila harga bahan baku menjadi mahal, maka dapat mengakibatkan harga produk juga akan mengalami kenaikan harga jual. 2. Rendahnya partisipasi petani terhadap pelatihan

Partisipasi petani terhadap pelatihan teknologi yang diadakan di daerah penelitian masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

luas lahan 0-0,5

10% luas lahan 0,6-1

13%

luas lahan 1-1,5

19% luas lahan

>1,6 58%

0-0,5 Ha

0,6-1 Ha

1-1,5 Ha


(58)

partisipasi petani yang ikut serta dalam pelatihan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagarangan Kabupaten Tapanuli Selatan pada saat penelitian hanya 10 petani atau sekitar 1,8% dari jumlah petani di Desa Parsalakan sebesar 531 KK dan berdasarkan hasil penelitian keikutsertaan petani pelatihan hanya sekali saja. Hal ini menjadi kendala dikarenakan partisipasi petani untuk mengikuti pelatihan sangat diperlukan dalam mengembangkan agroindustri salak. 3. Kurangnya koordinasi antara instansi Pemkab

Berbagai usaha yang telah dilakukan oleh instansi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan terhadap pengolahan salak yaitu dengan melakukan pelatihan dan penyuluhan bagi kelompok tani untuk dapat mengembangkan produk hilir dari komoditas salak yang merupakan komoditi unggulan di daerah tersebut. Akan tetapi, usaha yang dilakukan belum maksimal karena kurangnya koordinasi antar instansi dalam mengembangkan agroindustri salak. Dan saat ini belum memiliki peraturan daerah Kabupaten Tapanuli Selatan tentang komoditi unggulan dalam agroindustri salak. Oleh karena itu, diperlukannya peraturan daerah dalam mengembangkan agroindustri salak untuk meningkatkan pendapatan daerah.

5.2 Strategi Pengembangan Agroindustri Salak

Berbagai masalah dalam menghadapi tujuan harus dapat menentukan strategi pengembangan yang tepat agar menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi pengembangan yang tepat bagi pelaku usaha, dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh bagi pelaku usaha. Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui peluang dan ancaman yang dihadapi industri. Berdasarkan hasil


(59)

penelitian dan pengolahan data yang diperoleh dari agroindustri salak di daerah penelitian, maka dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) agroindustri salak di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai berikut :

Tabel 22. Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman Agroindustri Salak

Faktor-Faktor Parameter

Faktor Internal

1. Kekuatan a. Ketersediaan bahan baku yang melimpah b. Ketersediaan tenaga kerja yang banyak c. Banyaknya vasiasi produk

d. Memiliki sertifikat produk e. Jumlah produksi bertambah

f. Produk sudah mulai dikenal masyarakat 2. Kelemahan a. Keterbatasan modal

b. Kurangnya tenaga professional c. Kurangnya kemitraan industri Faktor Eksternal

1. Peluang a. Pemasaran produk yang cukup luas b. Adanya dukungan Pemkab

c. Saranana dan prasarana yang mendukung d. Nilai jual olahan salak tinggi

e. Sistem birokrasi baik dan keamanan kondusif

f. Ketersediaan lahan salak yang luas 2. Ancaman

a. Ketikdakstabilan harga salak

b. Kurangnya partisipasi petani salak dalam pelatihan

c. Kurangnya koordinasi antara instansi Pemkab

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal pada agroindustri salak di daerah penelitian, kemudian tahap pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).


(60)

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks IFAS untuk diberi scoring (rating x bobot) seperti tabel berikut :

Tabel 23. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor

Kekuatan (Strengths)

1. Ketersediaan bahan baku yang melimpah

3 7,5 22,5

2. Ketersediaan tenaga kerja yang banyak 3 7,5 22,5

3. Banyaknya vasiasi produk 4 10 40

4. Memiliki sertifikat produk 4 10 40

5. Jumlah produksi bertambah 3 7,5 22,5

6. Produk sudah mulai dikenal masyarakat 3 7,5 22,5 Kelemahan (Weakness)

1. Keterbatasan modal 1 10 10

2. Kurangnya tenaga kerja profesional 2 20 40 3. Kurangnya kemitraan industri 1 10 10 Selanjutnya, hasil dari identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS untuk diberi scoring (rating x bobot) seperti tabel berikut ini :

Tabel 24. Matriks Evaluasi Faktor-Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Skor

Peluang (Oppurtunities)

1. Pemasaran produk yang cukup luas 3 7,14 21,42

2. Adanya dukungan Pemkab 3 7,14 21,42

3. Saranana dan prasarana yang mendukung 4 9,52 38,08 4. Nilai jual olahan salak tinggi

5. Sistem birokrasi baik dan keamanan kondusif

4 9,52 48,08

6. Ketersediaan lahan salak yang luas 3 7,14 21,42 Ancaman (Threats)

1. Ketidakstabilan harga salak 1 12,5 12,5

2. Kurangnya partisipasi petani dalam pelatihan

1 12,5 12,5

3. Kurangnya koordinasi antara instansi Pemkab


(61)

Selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal sebagai berikut :

Tabel 25. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal Dan Eksternal Pengembangan Agroindustri Salak

Faktor-Faktor Strategis Rating Bobot Skor

Faktor-Faktor Internal Kekuatan (Strengths)

1. Ketersediaan bahan baku yang melimpah 3 7,5 22,5 2. Ketersediaan tenaga kerja yang banyak 3 7,5 22,5

3. Banyaknya vasiasi produk 4 10 40

4. Memiliki sertifikat produk 4 10 40

5. Jumlah produksi meningkat 3 7,5 22,5

6. Produk sudah mulai dikenal masyarakat 3 7,5 22,5

Total Skor Kekuatan 20 50 170

Kelemahan (Weakness)

1. Keterbatasan modal 1 10 10

2. Kurangnya tenaga profesional 2 20 40

3. Kurangnya kemitraan industri 1 10 10

Total Skor Kelemahan 4 40 60

Selisih (Kekuatan-Kelemahan) 110

Faktor Strategis Eksternal Peluang (Oppurtunities)

1. Pemasaran produk yang cukup luas 3 7,14 21,42

2. Adanya dukungan Pemkab 3 7,14 21,42

3. Saranana dan prasarana yang mendukung 4 9,52 38,08 4. Nilai jual olahan salak tinggi

5. Sistem birokrasi baik dan keamanan kondusif

4 9,52 48,08

6. Ketersediaan lahan salak yang luas 3 7,14 21,42

Total Skor Peluang 21 50 171,84

Ancaman (Threats)

1. Ketidakstabilan harga salak 1 12,5 12,5

2. Kurangnya partisipasi petani dalam pelatihan

1 12,5 12,5

3. Kurangnya koordinasi antara instansi Pemkab

2 25 50

Total Skor Ancaman 4 50 75

Selisih (Peluang-Ancaman) 96,84

Dari tabel 25 menjelaskan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan-kelemahan) adalah sebesar 110 yang berarti bahwa pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan terhadap pengembangan


(62)

agroindustri salak. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang-ancaman) sebesar 96,84 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman terhadap pengembangan agroindustri salak.

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi pengembangan agroindustri salak di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Posisi strategi pengembangan dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang dan ancaman). Posisi titik koo rdinatnya dapat dilihat sebagai berikut :

Y (+)

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn Arround Strategi Agresif

X (-) X (+)

Kuadran IV Kuadran II Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y (-)

Gambar 11 : Matriks Posisi Strategi Pengembangan Agroindustri Salak

Matriks posisi strategi pengembangan agroindustri salak pada gambar 11 menunjukkan nilai x > 0 yaitu 110 dan nilai y > 0 yaitu 96,84. Hal ini berarti posisi strategi pengembangan agroindustri salak terletak pada kuadran I.

Faktor Eksternal

Faktor Internal 96,84


(1)

Lampiran 3. Penentuan Faktor Internal dan Eksternal Agroindustri Salak

N o

Uraian Klasifika si Faktor Rata -rata Skor Standar penilaian Hasil Penilaian Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuata n Kelemaha n Peluan g Ancama n 1 Ketersedian Bahan

Baku I 3 3-4 1-2 3-4 1-2 Kekuatan

2

Ketersediaa n Tenaga

Kerja I 3 3-4 1-2 3-4 1-2 Kekuatan

3

Keterbatasa

n Modal I 1 3-4 1-2 3-4 1-2

Kelemaha n

4

Kurangnya Tenaga

Profesional I 2 3-4 1-2 3-4 1-2

Kelemaha n 5 Produk Sudah Mulai Dikenal Masyarakat

I 3 3-4 1-2 3-4 1-2 Kekuatan

6

Kemitraan

Industri I 1 3-4 1-2 3-4 1-2

Kelemaha n 7

Variasi

Produk I 4 3-4 1-2 3-4 1-2 Kekuatan

8

Jumlah

Produksi I 3 3-4 1-2 3-4 1-2 Kekuatan

9

Sertifikat

Produk I 4 3-4 1-2 3-4 1-2 Kekuatan

10

Pemasaran

Produk E 3 3-4 1-2 3-4 1-2 Peluang

11

Harga

Salak E 1 3-4 1-2 3-4 1-2 Ancaman

12

Dukungan

Pemda E 3 3-4 1-2 3-4 1-2 Peluang

13

Koordinasi


(2)

Lampiran 4. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Faktor Internal

Kekuatan

1. Ketersediaan bahan baku 2. Ketersediaan tenaga kerja 3. Variasi jenis produk 4. Sertifikat produk

5. Jumlah produksi bertambah

6. Produk sudah mulai dikenal masyarakat Kelemahan

1. Keterbatasan modal

2. Kurangnya tenaga kerja profesional 3. Kurangnya kemitraan industri

Faktor Eksternal

Peluang

1. Pemasaran produk

2. Adanya dukungan Pemda 3. Saranana dan prasarana 4. Nilai jual olahan salak tinggi 5. Sitem birokrasi dan keamanan 6. Ketersedian lahan usaha tani salak Ancaman

1. Ketidakstabilan harga salak

2. Kurangnya partisipasi petani dalam pelatihan 3. Kurangnya koordinasi antara instansi Pemda


(3)

Lampiran 5. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength s (kekuatan)

1. Ketersediaan bahan baku 3 7,5 22,5

2. Ketersediaan tenaga kerja 3 7,5 22,5

3. Variasi jenis produk 4 10 40

4. Sertifikat produk 4 10 40

5. Jumlah produksi bertambah 3 7,5 22,5

6. Produk sudah mulai dikenal masyarakat 3 7,5 22,5 Weakness (Kelemahan)

1. Keterbatasan modal 1 10 10

2. Kurangnya tenaga kerja profesional 2 20 40

3. Kurangnya kemitraan industri 1 10 10

Lampiran 6. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Skor Oppurtunities (peluang)

1. Pemasaran produk 3 7,14 21,42

2. Adanya dukungan Pemda 3 7,14 21,42

3. Saranana dan prasarana 4 9,52 38,08

4. Nilai jual olahan salak 4 9,52 48,08

5. Sistem birokrasi dan keamanan 3 7,14 21,42

6. Ketersedian lahan salak 3 7,14 21,42

Treaths (ancaman)

1. Ketidakstabilan harga salak 1 12,5 12,5

2. Kurangnya partisipasi petani dalam pelatihan 1 12,5 12,5 3. Kurangnya koordinasi antara instansi Pemda 2 25 50


(4)

Lampiran 7. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Agroindustri Salak

Faktor-Faktor Strategi Rating Bobot Skor

Faktor-Faktor Strategi Internal Strengths (kekauatan)

1. Ketersediaan bahan baku 3 7,5 22,5

2. Ketersediaan tenaga kerja 3 7,5 22,5

3. Variasi jenis produk 4 10 40

4. Sertifikat produk 4 10 40

5. Jumlah produksi bertambah 3 7,5 22,5

6. Produk sudah mulai dikenal masyarakat 3 7,5 22,5

Total Skor Kekuatan 20 50 170

Weakness (Kelemahan)

1. Keterbatasan modal 1 10 10

2. Kurangnya tenaga kerja profesional 2 20 40

3. Kurangnya kemitraan industri 1 10 10

Total Skor Kelemahan 4 40 60

Selisih (kekuatan-kelamahan) 110

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Oppurtunities (peluang)

1. Pemasaran produk 3 7,14 21,42

2. Adanya dukungan Pemda 3 7,14 21,42

3. Saranana dan prasarana 4 9,52 38,08

4. Nilai jual olahan salak tinggi 4 9,52 48,08

5. Sitem birokrasi dan keamanan 3 7,14 21,42

6. Ketersedian lahan salak 3 7,14 21,42

Total Skor Peluang 20 50 171,84

Treaths (ancaman)

1. Ketidakstabilan harga salak 1 12,5 12,5

2. Kurangnya partisipasi petani dalam pelatihan 1 12,5 12,5

3. Kurangnya koordinasi antara instansi Pemda 2 25 50

Total Skor Ancaman 4 50 75


(5)

Lampiran 8. Parameter Penilaian SWOT Agroindustri Salak

Faktor Internal Parameter Rating

Bahan Baku Salak a. Sangat tersedia 4

b. Tersedia 3

c. Cukup tersedia 2

d. Tidak tersedia 1

.

Tenaga Kerja a. Sangat tersedia 4

b. Tersedia 3

c. Cukup tersedia 2

d. Tidak tersedia 1

.

Modal a. Sangat tersedia 4

b. Tersedia 3

c. Cukup tersedia 2

d. Tidak tersedia 1

.

Tenaga Profesional a. Sangat banyak 4

b. Banyak 3

c. Sudah ada, Tapi masih Kurang 2

d. Tidak ada 1

Produk Sudah Dikenal Masyarakat

a. Promosi ke luar negeri 4

b. Promosi ke luar Povinsi 3

c. Promosi ke luar Kabupaten/kota

2 d. Promosi dekat lokasi industri 1 .

Kemitraan Industri a. Sangat banyak 4

b. Banyak 3

c. Cukup banyak 2

d. Tidak ada 1

.

Variasi produk a. Sangat bervariasi 4

b. Bervariasi 3

c. Kurang bervariasi 2

d. Tidak bervariasi 1

.


(6)

Faktor Eksternal Parameter Rating

Pemasaran Produk a. Diekspor ke luar negeri 4

b. Dijual ke luar provinsi 3 c. Dijual dalam

kota/kabupaten

2 d. Dijual didekat lokasi

industri

1

.

Harga Salak. a. Sangat Stabil 4

b. Stabil 3

c. Cukup Stabil 2

d. Tidak Stabil 1

.

Dukungan Pemda a. Sangat mendukung 4

b. Mendukung 3

c. Mendukung tapi tidak melaksanakan

2

d. Tidak mendukung 1

Koordinasi antar instansi a. Sangat baik 4

b. Baik 3

c. Kurang baik 2

d. Tidak baik 1

.

Sarana dan Prasarana a. Sangat mendukung 4

b. Mendukung 3

c. Kurang mendukung 2

d. Tidak mendukung 1

.

Birokrasi dan keamanan a. Sangat mendukung 4

b. Mendukung 3

c. Kurang mendukung 2

d. Tidak mendukung 1

.

Nilai jual/(kotak/botol) a. Sangat Tinggi 4

b. Tinggi 3

c. Rendah 2

d. Sangat rendah 1

.

Partisipasi Petani Dalam Pelatihan

a. Sering sekali 4

b. 1-3 kali 3

c. 1 kali 2

d. Tidak pernah 1

.

Lahan Usaha Tani Salak a. > 1,5 Ha 4

b. 1-1,5 Ha 3

c. 0,5-1 Ha 2

d. 0-0,5 Ha 1

Industri b. Tersedia 3

c. Cukup tersedia 2