Kualitas Linen Bersih Infeksi Nosokomial

2.6 Kualitas Linen Bersih

Output dari pengelolaan linen adalah linen bersih yang memenuhi kualitas fisik dan bakteriologis. 2.6.1 Kualitas Fisik Pemerikasaan linen secara fisik akan mencapai hasil yang efektif jika memberikan kepuasan pada konsumen. Kualitas fisik yang diutamakan yaitu linen bersih yang harum dan bebas dari bau, rasa lembut dikulit, dan bebas dari noda. Jika terdapat kekurangan dari tiga aspek tersebut, maka perlu ada pencucian ulang sesuai dengan permasalahan masing-masing. Selain itu linen bersih juga terjaga keawetannya tidak rapuh Depkes RI, 2004a. 2.6.2 Kualitas Bakteriologis linen Belum ada standart yang digunakan untuk menentukan besar kuman yang diperbolehkan ada di linen bersih, namun di Kepmenkes RI No.1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dijelaskan bahwa kandungan kuman pada linen bersih adalah tidak mengandung 6 x 10 3 spora Bacillus per inchi persegi. Adapun khusus linen steril harus benar-benar dalam kondisi steril bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.

2.7 Infeksi Nosokomial

2.7.1 Pengertian Infeksi Nosokomial Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen yang pathogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit. Yang dimaksud agen adalah bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit Depkes RI, 2004a. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh di rumah sakit dimana pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda gejala atau tidak dalam masa inkubasi Panduan CSSD Moderen, 2003 dalam Depkes RI, 2009a. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama masa perawatan atau pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda – tanda infeksi sebelumnya dan minimal terjadi 48 jam sesudah masuknya kuman Darmadi, 2008. Rumah sakit merupakan salah satu tempat dimana kita dapat menemukan mikroba patogen rumah sakit merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang bersifat karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit seperti udara, lantai, makanan, benda-benda medis ataupun non medis Darmadi, 2008. Infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan disetiap tempat di rumah sakit. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial serta menekan angka infeksi ke tingkat serendah-rendahnya, perlu adanya upaya pengendalian infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial bukan hanya tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau dokterperawat saja tetapi tanggung jawab bersama dan melibatkan semua unsurprofesi yang ada dirumah sakit Depkes RI, 2004a. 2.7.2 Sumber Infeksi Nosokomial Menurut Depkes RI 2004a, yang merupakan sumber infeksi nosokomial antara lain: a. Petugas rumah sakit Perilaku 1 Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit 2 Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan 3 Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik 4 Menderita suatu penyakit 5 Tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan pekerjaan b. Alat-alat yang dipakai alat kedokteran kesehatan, linen dan lainnya 1 Kotor atau kurang bersih tidak steril 2 Rusak dan tidak layak pakai 3 Penyimpanan yang kurang baik 4 Dipakai berulang-ulang 5 Lewat batas waktu pemakaian c. Pasien 1 Kondisi yang sangat lemah gizi buruk 2 Kebersihan kurang 3 Menderita penyakit kronik menahun 4 Menderita penyakit menular infeksi d. Lingkungan 1 Tidak ada sinar matahari, penerangan yang masuk 2 Ventilasisirkulasi udara kurang baik dan ruangan lembab 3 Banyak serangga 2.7.3 Faktor-Faktor Penyebab Infeksi Nosokomial Adapun beberapa faktor yang sering menimbulkan terjadinya infeksi nosokomial adalah Depkes RI, 2004a : a. Banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit yang dapat menjadi sumber infeksi bagi lingkungan dan pasien lain b. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainnya c. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah sakit yang terinfeksi d. Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi e. Kurangnya perhatian tindakan aseptik dan antiseptik f. Kondisi pasien yang lemah

2.8 Kerangka Teori