Pengaruh Variabel Makro Terhadap Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

(1)

PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP PENGELUARAN

KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

DARWINTO EDWINTO H SIMAMORA

097018004/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

SE

K O L A H

P A

S C

A S A R JA NA


(2)

PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP PENGELUARAN

KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DARWINTO EDWINTO H SIMAMORA

097018004/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Darwinto Edwinto H. Simamora

Nomor Pokok : 097018004

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, S.E., M.Si) (Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E., M.Ec) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

Tanggal lulus : 12 April 2011


(4)

Telah diuji pada Tanggal: 12 April 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, S.E., M.Si

Anggota : 1. Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S

2. Dr. Rahmanta Ginting, M.S 3. Drs. Rujiman, M.A

4. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

“Pengaruh Variabel Makro terhadap Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapa pun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 12 April 2011 Yang membuat pernyataan

(Darwinto Edwinto H.Simamora)


(6)

PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan komponen terbesar penyumbang nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), demikian juga dengan PDRB Provinsi Sumatera Utara sebesar 60% disumbang oleh konsumsi rumah tangga. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat baik faktor makro maupun mikro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel makro terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Pengeluaran Konsumsi Masyarakat kabupaten/kota sebagai variabel terikat dan variabel bebas adalah PDRB, Jumlah Penduduk, Jumlah Kredit Konsumsi dan Tingkat Bunga Kredit Konsumsi kabupaten/kota.

Data yang digunakan adalah data panel yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan Kantor Bank Indonesia Medan periode tahun 2002 – 2009. Model analisis yang digunakan adalah Random Effek Model (REM)

dengan metode estimasi Generalized Least Square (GLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB, Penduduk dan Kredit Konsumsi berpengaruh nyata secara positif dan signifikan. Tingkat Bunga Kredit Konsumsi berpengaruh nyata secara negatif dan signifikan. Secara bersama-sama semua variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Tingkat pengeluaran konsumsi tertinggi adalah pada Kabupaten Langkat dan Tingkat pengeluaran konsumsi terendah adalah pada Kabupaten Asahan.

Kata Kunci: Konsumsi Masyarakat, PDRB, Jumlah Penduduk, Kredit Konsumsi, Tingkat Bunga Kredit Konsumsi.


(7)

MACRO VARIABLES INFLUENCE ON PUBLIC CONSUMPTION EXPENDITURE OF REGENCY/CITY IN THE PROVINCE

SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Private consumption is the largest component of Gross Regional Domestic Product (GRDP) contributor, as well as Sumatera Utara Province GRDP by 60% contributed by household consumption. Many factors influence the level of public consumption both macro and micro factors. This research aims to determine macro variables influence on public consumption expenditure of regency/city in the Province Sumatera Utara. The variables used in this research is Public Consumption Expenditure as a dependent variable and independent variables are GRDP, Total Population, Total Consumer Credit and Consumer Credit Interest Rate.

The data using are panel data obtained from the Central Statistics Agency of Sumatera Utara Province and the Office of Bank Indonesia Medan from 2002 to 2009. Model analysis used is Random Effect Model (REM) with estimation method Generalized Least Square (GLS).

The results showed that the variables GRDP, Population and Consumer Credit has real effect in a positive and significant. Consumer Credit Interest Rates has real effect in a negative and significant. The all of independent variables had significant

effect to dependent variable. The highest level of consumptionexpenditure is Langkat

regency and the lowest level of consumptionexpenditure is Asahan regency.

Keywords: Public Consumption, GRDP, Total Population, Consumer Credit, Consumer Credit Interest Rate.


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah Bapa di surga dan Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang

berjudul “Pengaruh Variabel Makro terhadap Pengeluaran Konsumsi

Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara” sebagai salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis senantiasa mendapat bantuan dari berbagai pihak terutama dari kedua orang tuaku Ir. M. Simamora, Dipl. H.E dan Ibunda K Br. Saragih, S.Pd, istriku tercinta dr. F.D.M Br Simanjuntak, adik-adikku tersayang dan mertuaku T. Simajuntak dan M Br. Sianipar.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H, M.S selaku Wakil Direktur I dan II Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Murni Daulay, S.E, M.Si, selaku Ketua Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E, M.S, selaku Anggota Pembimbing yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis.


(9)

6. Alm. Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A, selaku Pembimbing yang dimasa hidupnya telah banyak memberikan saran dan bimbingan bagi penulis.

7. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.S, Drs. Rujiman, M.A, Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si selaku Pembanding atas masukan dan arahan yang diberikan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Medan I dan rekan-rekan sejawat yang telah banyak membantu penulis.

10. Seluruh pegawai administrasi pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

11. Seluruh pegawai pada Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan Kantor Bank Indonesia Medan yang telah banyak membantu dalam memberikan data.

12. Teman seperjuangan: Bang Nanang, Hotlan, Wahyu, Kiky, Lisa, Nanda, Nina, Juara dan Fitri yang selalu bersama-sama selama di kampus.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua.

Medan, 12 April 2011

( Darwinto Edwinto H. Simamora )


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : DARWINTO EDWINTO H. SIMAMORA

Agama : Kristen Protestan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 23 Mei 1975

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : PNS pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

(KPPN) Medan I

Alamat : Jl. Kutilang VII No. 170 Perumnas Mandala

Nama Istri : dr. F.D.M. Br. Simanjuntak

Nama Orang Tua Laki-laki : Ir. M. Simamora, Dipl. H.E Nama Orang Tua Perempuan : K. Br. Saragih, S.Pd

Riwayat Pendidikan Formal

Sekolah Dasar : SD.ST. Antonius V, Medan 1982 - 1988 Sekolah Menengah Pertama : SMP Swasta RK. Trisakti, Medan 1988 - 1991 Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 5, Medan 1991 - 1994

Diploma I : Prodip/STAN, Jakarta 1994 - 1995

Sarjana Ekonomi : Universitas Terbuka, Jakarta 1996 - 1999 Sekolah Pascasarjana : Universitas Sumatera Utara, Medan 2009 - 2011


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….……….. i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

RIWAYAT HIDUP……….. v

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ……….……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 7

1.3 Tujuan Penelitian ……… 8

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Konsep dan Definisi Konsumsi ……… 9

2.2 Teori Konsumsi ……… 10

2.2.1 Teori Konsumsi John Maynard Keynes ……….. 10

2.2.2 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen ………. 12

2.2.3 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup ………. 15

2.2.4 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif … 17 2.3 Fungsi Konsumsi……… 19

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi……… 22

2.5 Tinjauan Penelitian Sebelumnya……… 31

2.6 Kerangka Pemikiran……… 34


(12)

2.7 Hipotesis Penelitian……… 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ……… 35

3.2 Jenis dan Sumber Data ………. 35

3.3 Model Analisis Data ……… 36

3.3.1 Analisis Data Panel ………. 36

3.3.2 Uji Ordinary Least Square (OLS)………. 37

3.3.3 Fixed Effect Model (FEM/Metode Efek Tetap).………… 38

3.3.4 Uji Chow (Chow Test) ………. 39

3.3.5 Random Effect Model (REM/Metode Efek Random) ….. 40

3.3.6 Pemilihan Metode FEM atau REM ………. 41

3.3.7 Uji Hausman (Hausman Test) ……….. 42

3.3.8 Uji Kesesuaian (Test for Goodness of Fit) ………... 43

3.3.9 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ……….. 43

3.4 Definisi Operasional ……… 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Gambaran Umum Pengeluaran Konsumsi Masyarakat ……… 45

4.2 Gambaran Umum Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi Masyarakat ……… 47

4.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ………. 47

4.2.2 Jumlah Penduduk (P)..………. 49

4.2.3 Kredit Konsumsi (KK)……… 50

4.2.4 Tingkat Bunga Kredit Konsumsi (i)……… 51

4.3 Analisis dan Pembahasan Penelitian ………..……. 52

4.3.1 Uji F atau Uji Chow ……… 52

4.3.2 Uji Hausman ……… 53

4.3.3 Hasil Estimasi ………. 54

4.3.4 Interpretasi Model ... 57

4.3.5 Pembahasan ... 60


(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Kesimpulan ………. 62

5.2 Saran ……… 63

DAFTAR PUSTAKA ………. 65


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Pengeluaran Konsumsi Rata-rata Perkapita Beberapa

Kabupaten/Kota (%) ... 2

1.2 PDRB Sumatera Utara Menurut Sudut Penggunaan Atas

Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp.) ... 3

1.3 PDRB dan PDRB Perkapita Beberapa Kabupaten/Kota

Atas Dasar Harga Berlaku ... 4

1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi Beberapa Kabupaten/Kota

(Milyar Rp.) ... 5 4.1 Rata-rata Pengeluaran/Kap/Bulan Beberapa Kabupaten/Kota

dan Jenis Konsumsi (Rupiah) …... 45 4.2 Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Beberapa Kabupaten/Kota (Milyar Rp.)... 46 4.3 PDRB Beberapa Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku

(Milyar Rp.) ... 48 4.4 Jumlah Penduduk Beberapa Kabupaten/Kota (Jiwa) ... 49 4.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Beberapa Kabupaten/Kota

Tahun 2006-2009 (Milyar Rp.) ... 50 4.6 Tingkat Suku Bunga Kredit Konsumsi di Sumatera Utara

Tahun 2005-2009 (%) ... 51 4.7 Hasil Uji Chow ... 52 4.8 Hasil Uji Hausman ... 53


(15)

4.9 Hasil Estimasi Random Effect Model (REM) ... 55

4.10 Uji Multikolinearitas ……… 57

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kurva Fungsi Konsumsi Keynes ... 11 2.2 Kurva Fungsi Konsumsi dengan Permanent Income Hypothesis . 13 2.3 Kurva Fungsi Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup ... 16 2.4 Kurva Fungsi Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif ... 18 2.5 Kerangka Pikir Pengaruh Variabel Makro terhadap Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ... 34


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Konsumsi Total Masyarakat 19 Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2009 (Milyar Rp) ... 68

2. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 19 Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002 – 2009 (Milyar Rp)... 69

3. Data Jumlah Penduduk 19 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2009 (Jiwa)... 70

4. Data Total Kredit Konsumsi Masyarakat 19 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2009 (Milyar Rp)... 71

5. Data Tingkat Bunga Nominal Kredit Konsumsi 19 Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2002-2009 %... 72

6. Hasil Estimasi Common Intercept (Pooled Least Squares) ... 73

7. Hasil Estimasi Fixed Effects Model ... 74

8. Hasil Uji Chow ... 75

9. Hasil Estimasi Random Effect Model... 76

10. Hasil Hausman Test ... 78

11. Hasil Estimasi Parsial Variabel Independen ……… 79

12. Data Estimasi Program Eviews 6.0... 81


(17)

PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan komponen terbesar penyumbang nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), demikian juga dengan PDRB Provinsi Sumatera Utara sebesar 60% disumbang oleh konsumsi rumah tangga. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat baik faktor makro maupun mikro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel makro terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Pengeluaran Konsumsi Masyarakat kabupaten/kota sebagai variabel terikat dan variabel bebas adalah PDRB, Jumlah Penduduk, Jumlah Kredit Konsumsi dan Tingkat Bunga Kredit Konsumsi kabupaten/kota.

Data yang digunakan adalah data panel yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan Kantor Bank Indonesia Medan periode tahun 2002 – 2009. Model analisis yang digunakan adalah Random Effek Model (REM)

dengan metode estimasi Generalized Least Square (GLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB, Penduduk dan Kredit Konsumsi berpengaruh nyata secara positif dan signifikan. Tingkat Bunga Kredit Konsumsi berpengaruh nyata secara negatif dan signifikan. Secara bersama-sama semua variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Tingkat pengeluaran konsumsi tertinggi adalah pada Kabupaten Langkat dan Tingkat pengeluaran konsumsi terendah adalah pada Kabupaten Asahan.

Kata Kunci: Konsumsi Masyarakat, PDRB, Jumlah Penduduk, Kredit Konsumsi, Tingkat Bunga Kredit Konsumsi.


(18)

MACRO VARIABLES INFLUENCE ON PUBLIC CONSUMPTION EXPENDITURE OF REGENCY/CITY IN THE PROVINCE

SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Private consumption is the largest component of Gross Regional Domestic Product (GRDP) contributor, as well as Sumatera Utara Province GRDP by 60% contributed by household consumption. Many factors influence the level of public consumption both macro and micro factors. This research aims to determine macro variables influence on public consumption expenditure of regency/city in the Province Sumatera Utara. The variables used in this research is Public Consumption Expenditure as a dependent variable and independent variables are GRDP, Total Population, Total Consumer Credit and Consumer Credit Interest Rate.

The data using are panel data obtained from the Central Statistics Agency of Sumatera Utara Province and the Office of Bank Indonesia Medan from 2002 to 2009. Model analysis used is Random Effect Model (REM) with estimation method Generalized Least Square (GLS).

The results showed that the variables GRDP, Population and Consumer Credit has real effect in a positive and significant. Consumer Credit Interest Rates has real effect in a negative and significant. The all of independent variables had significant

effect to dependent variable. The highest level of consumptionexpenditure is Langkat

regency and the lowest level of consumptionexpenditure is Asahan regency.

Keywords: Public Consumption, GRDP, Total Population, Consumer Credit, Consumer Credit Interest Rate.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu indikator untuk menilai perkembangan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk adalah dengan melihat pola pengeluaran konsumsi masyarakatnya, dengan asumsi bahwa penurunan persentase pengeluaran untuk makanan mencerminkan membaiknya kehidupan ekonomi penduduk, seperti yang dikemukakan oleh Engel

melalui hukum ekonominya (Engel’s Law) yakni bila selera tak berbeda maka

persentase pengeluaran untuk makanan menurun dengan meningkatnya pendapatan. Di Provinsi Sumatera Utara pengeluaran konsumsi masyarakat meningkat dari tahun ke tahun dan bagian terbesar adalah konsumsi untuk makanan. Pada sebagian besar kabupaten/kota pengeluaran konsumsi masyarakat juga mengalami peningkatan. Sementara itu pada daerah perkotaan dan perdesaan telah terjadi perubahan porsi untuk konsumsi makanan menjadi non makanan walaupun tidak secara drastis. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa kesejahteraan masyarakat mulai meningkat. Peningkatan pengeluaran konsumsi ini mencerminkan adanya perbaikan tingkat kesejahteraan. Konsumsi erat kaitannya dengan pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin besar tingkat konsumsi. Laju


(20)

pertumbuhan konsumsi masyarakat dapat dilihat dari besarnya pengeluaran rata-rata perkapita perbulan dan menurut jenis konsumsi seperti tertera pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Pengeluaran Konsumsi Rata-rata Perkapita Beberapa Kabupaten/Kota (%)

Nias 73,75 26,25 72,63 27,37 77,03 22,97

Mandailing Natal 71,69 28,31 74,90 25,10 77,87 22,13

Tapanuli Selatan 72,14 27,86 71,77 28,23 73,33 26,67

Tapanuli Tengah 71,98 28,02 69,47 30,53 72,76 27,24

Tapanuli Utara 72,10 27,90 66,86 33,14 72,30 27,70

Toba Samosir 70,59 29,41 66,82 33,18 70,82 29,18

Labuhan Batu 64,53 35,47 63,75 36,25 67,91 32,09

Asahan 63,33 36,67 64,23 35,77 61,97 38,03

Simalungun 65,61 34,39 65,71 34,29 70,50 29,50

Dairi 68,04 31,96 70,62 29,38 74,28 25,72

Karo 70,58 29,42 68,60 31,40 70,66 29,34

Deli Serdang 57,10 42,90 58,56 41,44 62,94 37,06

Langkat 64,58 35,42 58,41 41,59 63,02 36,98

Nias Selatan 73,95 26,05 74,11 25,89 77,42 22,58

Humbang Hasundutan 70,20 29,80 73,43 26,57 73,62 26,38

Pakpak Barat 71,71 28,29 71,30 28,70 76,60 23,40

Samosir 71,84 28,16 68,90 31,10 67,47 32,53

Serdang Bedagai 62,05 37,95 62,64 37,36 61,22 38,78

Sibolga 60,24 39,76 61,38 38,62 61,59 38,41

Tanjung Balai 57,48 42,52 59,65 40,35 65,83 34,17

Pematang Siantar 56,94 43,06 47,68 52,32 52,80 47,20

Tebing Tinggi 56,66 43,34 55,39 44,61 54,96 45,04

Medan 43,56 56,44 43,95 56,05 43,36 56,64

Binjai 59,52 40,48 58,81 41,19 63,86 36,14

Padang Sidimpuan 60,20 39,80 57,73 42,27 62,39 37,61

SUMATERA UTARA 58,67 41,33 58,60 41,40 60,72 39,28

Kota 50,84 49,16 51,07 48,93 53,13 46,87

Desa 68,78 31,22 67,35 32,65 69,62 30,38

2005 2006 2007

Kabupaten / Kota

Makanan Non Makanan Makanan Non Makanan Makanan Non Makanan

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara-Susenas (2005-2007)

Sementara itu pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan komponen terbesar penyumbang PDRB Sumatera Utara dari tahun ke tahun dan terus mengalami


(21)

peningkatan dari tahun 2007 sebesar 58,46% menjadi 58,66% pada tahun 2009. Melihat kenyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat masih memegang peranan yang sangat penting di dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Perkembangan PDRB Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. PDRB Sumatera Utara Menurut Sudut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp.)

No Jenis Penggunaan 2007 % 2008 % 2009 %

1 Konsumsi R.Tangga 106.299,56 58,46 120.071,98 56,13 138.634,11 58,66 2 Konsumsi Swasta 860,28 0,47 935,06 0,44 1.039,96 0,44 3 Konsumsi Pemerintah 15.795,80 8,69 20.414,45 9,54 24.286,74 10,28 4 Pembentukan Modal 32.944,44 18,12 42.719,74 19,97 49.982,80 21,15 5 Perubahan Stok 1.239,60 0,68 1.916,42 0,90 1.079,39 0,46 6 Ekspor 76.889,68 42,29 91.689,17 42,86 92.958,92 39,33 7 Dikurangi Impor 52.209,63 28,72 63.815,12 29,83 71.628,31 30,31

PDRB 181.819,73 100 213.931,70 100 236.353,61 100 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara-Sumatera Utara Dalam Angka (2007-2009)

Peningkatan tingkat kesejahteraan penduduk tersebut dapat dilihat dari peningkatan PDRB maupun PDRB perkapita yang sering digunakan sebagai indikator ekonomi mengenai taraf hidup (standar of living) dan tingkat kemajuan

pembangunan (development progress). PDRB kabupaten/kota di Sumatera Utara dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan, dari tahun 2007 sebesar Rp87.897,80 milyar menjadi sebesar Rp99.792,27 milyar pada tahun 2009 dan PDRB perkapita sebesar Rp16.402,890,- pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp17.840,182,- pada tahun 2009. Kondisi ini memungkinkan peningkatan laju pertumbuhan konsumsi masyarakat yang terutama terkait dengan peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable


(22)

income). Pada tahun 2009 PDRB tertinggi adalah Kota Medan sebesar Rp72.666,89

milyar dan yang paling rendah adalah Kota Sibolga sebesar Rp1.361,12 milyar. Perkembangan PDRB dan PDRB perkapita beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini.

Tabel 1.3. PDRB dan PDRB Perkapita Beberapa Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku

2007 2008 2009

Kabupaten /

Kota PDRB (milyar) PDRB/Kap (ribuan) PDRB (milyar) PDRB/Kap (ribuan) PDRB (milyar) PDRB/Kap (ribuan)

Nias 3,181.87 7,189.89 3,666.95 8,268.36 4,262.53 9,611.32 Madina 2,603.79 6,235.28 3,012.04 7,281.17 3,502.98 8,148.57 Tapsel 4,598.18 7,214.96 5,044.81 9,697.95 2,761.51 10,387.30 Tapteng 1,616.00 5,282.40 1,796.33 5,748.82 1,987.16 6,141.50 Taput 2,729.50 10,348.81 3,126.12 11,682.27 3,392.63 12,497.06 Tobasa 2,414.62 14,262.46 2,744.39 15,981.43 3,056.05 17,517.89 Lab. Batu 14,371.16 14,268.64 16,626.18 16,173.89 18,415.96 15,946.00 Asahan 8,174.13 12,150.62 9,505.60 13,871.72 10,435.94 14,895.58 Simalungun 7,647.49 9,036.07 8,412.30 9,864.14 9,221.62 10,724.33 Dairi 2,860.20 10,641.44 3,116.74 11,449.58 3,392.99 12,389.94 Karo 4,483.32 12,759.63 5,058.68 14,017.62 5,646.54 15,235.44 D. Serdang 26,041.99 15,442.67 30,116.83 17,324.15 34,172.48 19,108.37 Langkat 11,455.32 11,149.66 13,243.64 12,703.45 14,786.58 13,979.04 Sibolga 1,075.26 11,536.27 1,235.09 13,054.02 1,361.12 14,173.34 Tj. Balai 2,229.50 13,940.31 2,480.13 15,150.89 2,754.81 16,446.61 P. Siantar 3,094.56 13,078.89 3,464.69 14,485.67 3,746.22 15,548.40 T. Tinggi 1,610.17 11,549.99 1,823.67 12,928.44 2,032.88 14,244.11 Medan 55,452.50 26,620.95 65,316.26 31,026.88 72,666.89 34,259.82 Binjai 3,311.30 13,338.25 3,815.25 15,077.53 4,312.46 16,773.15

SUMUT 87,897.80 16,402.89 93,347.40 16,402.89 99,792.27 17,840.18 Sumber: BPS Prov Sumatera Utara-Sumatera Utara Dalam Angka (2007-2009)

Meningkatnya pendapatan memberikan kemungkinan bagi masyarakat untuk menyisihkan sebagian pendapatannya untuk disimpan sebagai kekayaan dalam


(23)

bentuk tabungan atau deposito (uang kuasi), sehingga akan menyebabkan penurunan terhadap konsumsi masyarakat. Melihat kondisi pendapatan masyarakat yang masih rendah maka faktor uang kuasi tidak diikutsertakan di dalam penelitian ini. Di sisi lain kredit konsumsi juga dapat meningkatkan konsumsi masyarakat karena jumlah uang beredar akan meningkat. Melihat kondisi tersebut patut diduga bahwa kredit konsumsi mempunyai korelasi yang positif dengan pengeluaran konsumsi. Perkembangan kredit konsumsi per kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi Beberapa Kabupaten/Kota (Milyar Rp)

Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009

Nias 46,16 108,96 237,29 351,32

Mandailing Natal 102,01 109,98 291,29 332,12

Tapanuli Selatan 280,35 355,20 577,99 676,53

Tapanuli Tengah 27,12 92,28 180,01 225,25

Tapanuli Utara 123,16 196,46 310,39 387,76

Toba Samosir 44,00 110,10 200,32 262,58

Labuhan Batu 225,86 402,57 587,15 688,30

Asahan 416,34 611,66 804,63 894,03

Simalungun 84,58 27,16 459,89 549,67

Dairi 47,78 124,93 187,90 201,67

Karo 89,59 142,54 255,79 332,59

Deli Serdang 840,75 1.222,52 1.883,36 2.304,43

Langkat 322,75 400,08 603,97 672,09

Sibolga 77,89 110,04 160,54 216,85

Tanjung Balai 84,92 114,79 161,78 190,57

Pematang Siantar 223,73 341,02 559,70 665,66

Tebing Tinggi 187,94 244,53 326,90 441,99

Medan 5.263,00 5.788,01 7.428,02 8.081,27

Binjai 244,05 374,24 594,65 633,03

Dati II Lainnya 102,90 112,63 188,64 214,90

Sumatera Utara 8.732,87 11.124,16 15.708,93 17.990,47


(24)

Jumlah uang kuasi dan kredit konsumsi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (interest rate). Berdasarkan data Bank Indonesia selama kurun waktu tahun

2000 – 2009, tingkat suku bunga berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Perubahan tingkat suku bunga mempunyai dua efek yaitu efek substitusi (substitution

effect) dan efek pendapatan (income effect). Efek subtitusi bagi kenaikan tingkat

bunga adalah rumah tangga cenderung mengurangi konsumsinya dan menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung menambah konsumsi dan mengurangi tabungannya. Efek totalnya tergantung dari mana efek yang lebih dominan. Jadi secara teoritis tidak mudah untuk membuktikan bahwa perubahan tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi konsumsi masyarakat. Namun dengan melihat hubungan tingkat bunga dengan uang kuasi dan kredit yang berlawanan, maka patut diduga tingkat bunga mempunyai korelasi yang negatif dengan konsumsi.

Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: pendapatan, kekayaan, tingkat bunga, inflasi, dan lain-lain. Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya, Mankiw (2003) dengan fungsi dasar konsumsi C = f (Y) atau

konsumsi merupakan fungsi pendapatan disposable. Samuelson (1999) menyebutkan

bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi jumlah pengeluaran konsumsi adalah

pendapatan disposable sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan

menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang.


(25)

Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu

memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama,

konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di banyak negara, pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional.

Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan

fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Atas dasar kondisi tersebut, penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat menjadi penting untuk dilakukan.

Mencermati hal-hal di atas dan melihat pada kondisi riil yang ada pada saat ini yaitu ditengah adanya krisis ekonomi global, pemutusan hubungan kerja dan pengangguran yang meningkat, namun pengeluaran konsumsi masyarakat tetap mengalami kenaikan yang cukup signifikan, maka menurut penulis hal ini merupakan suatu fenomena sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Variabel Makro terhadap Pengeluaran Konsumsi Masyarakat

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diperoleh suatu rumusan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat


(26)

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh Kredit Konsumsi terhadap pengeluaran konsumsi

masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara?

4. Bagaimana pengaruh Tingkat Bunga Kredit Konsumsi terhadap pengeluaran

konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh PDRB terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap pengeluaran konsumsi

masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

3. Untuk menganalisis pengaruh kredit konsumsi terhadap pengeluaran konsumsi

masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

4. Untuk menganalisis pengaruh tingkat bunga kredit konsumsi terhadap

pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak terutama peneliti, masyarakat, pemerintah, para pelaku usaha dan peneliti lainnya yaitu:


(27)

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam disiplin ilmu yang peneliti tekuni.

2. Sebagai wadah dan pengembangan ilmu ekonomi khususnya hal yang berkaitan

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat.

3. Sebagai bahan referensi di dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan

konsumsi masyarakat.

4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan yang berhubungan dengan


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Definisi Konsumsi

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).

Pengeluaran konsumsi masyarakat/rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Menurut Rahardja (2001), pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi

masyarakat atau rumah tangga (household consumption).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah semua pembelian barang dan jasa oleh rumah tangga yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periode tertentu dikurangi neto penjualan barang bekas. Untuk menduga pengeluaran konsumsi rumah tangga digunakan data pendukung antara lain:


(29)

1. Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan kelompok makanan dan bukan makanan.

2. Indeks harga konsumen (IHK) untuk masing-masing kelompok komoditi dan jasa

dari bagian statistik harga konsumen.

3. Jumlah penduduk dari proyeksi hasil survey penduduk antar sensus.

2.2. Teori Konsumsi

2.2.1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual.

Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi

marginal atau MPC (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam

setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal merupakan rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal

muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes

menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan

mengkonsumsi rata-rata atau APC (average propensity to consume), turun ketika

pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan


(30)

merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.

Dalam jangka pendek orang dapat berkonsumsi dengan menggunakan tabungan yang lalu, sehingga jika ini terjadi maka orang tersebut telah melakukan

tabungan negatif (dissaving). Berdasarkan tiga dugaan ini, persamaan konsumsi

Keynes secara matematis ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003):

C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1 ...(2.1) Keterangan:

C = Pengeluaran untuk konsumsi

a = Besarnya konsumsi pada tingkat pendapatan nol

b = Besarnya tambahan konsumsi karena tambahan pendapatan atau MPC Y = Pendapatan untuk rumah tangga individu

Secara grafis, fungsi konsumsi Keynes digambarkan sebagai berikut: C (konsumsi)

Y=C

C

Co

0 Y (Pendapatan)


(31)

Pada Gambar 2.1 fungsi konsumsi Keynes tidak melalui titik 0 tetapi melalui

titik C0. Konsekuensinya adalah apabila pendapatan nasional meningkat akan

memberikan dampak penurunan terhadap APC. Jika hal ini terjadi maka dalam fungsi konsumsi Keynes akan terlihat pertama, peningkatan pendapatan masih diikuti oleh

peningkatan konsumsi, kedua, pada saat garis konsumsi C memotong garis 0Y maka

peningkatan pendapatan akan diiringi penurunan APC.

2.2.2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2

yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara

(transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah:

1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.

2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan).

Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (Guritno, 1998).

Friedman menganggap tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi


(32)

konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi (Suparmoko, 2001).

Dalam bentuk matematis fungsi konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen dapat dituliskan sebagai berikut (Reksoprayitno, 2000: 155):

Cp = kYp ...(2.2)

Di mana:

Cp = Konsumsi permanen

Yp = Pendapatan permanen

k = Angka konstanta yang menunjukkan bagian pendapatan

permanen yang dikonsumsi, ini berarti 0<k<1

Secara grafis fungsi konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen ditunjukkan seperti pada Gambar 2.2:

Consumption of C1 Y first period

A Budget Y2(t+i2) Line

D H

J J3

E I J2

Y1 C1 J1

C2

F G C2

O B Consumption of Y2 Y1(t+i) Second period


(33)

Gambar 2.2. Kurva Fungsi Konsumsi dengan Permanent Income Hypothesis

Gambar 2.2. menunjukkan gambar indifference curves dan budget line.

Konsumen ingin memperoleh kepuasan yang maksimum dengan mengkonsumsi barang sesuai dengan anggarannya. Kepuasan maksimum akan tercapai saat kemiringan kurva indiferen (slope indifference curves) sama dengan garis anggaran

(budget line). Dalam teori perilaku konsumen, indifference curves menggambarkan

dua barang yang dikonsumsi, dalam teori Permanent Income Hypotesis dua barang

yang dikonsumsi tersebut ditukar dengan konsumsi pada periode pertama dan

konsumsi pada periode kedua. Budget line diumpamakan sebagai garis pendapatan.

Ada tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu pendapatan pada periode pertama, pendapatan pada periode kedua dan tingkat bunga. Pada Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa:

1. OA = OB = Jumlah total pendapatan untuk periode satu dan periode kedua

2. OD = Pendapatan periode pertama

3. AD = Pendapatan periode kedua yang didiscount

4. OF = Pendapatan periode kedua

5. FB = Pendapatan periode pertama yang ditambah bunga (i).

6. Pada saat pendapatan periode pertama Y1, konsumen mengkonsumsi barang pada periode satu sebesar C1. Sisanya DE disimpan. Pada periode kedua, ketika pendapatan hanya mencapai Y2, agar kepuasan maksimum, ia akan mengkonsumsi sebesar C2.


(34)

7. Pada saat itu C2 > Y2, hal ini dapat terjadi karena konsumen menggunakan saving

pada periode pertama sebesar FG → FG = DE + bunga. Jadi sekarang konsumen

mencapai kepuasan yang maksimum selama dua periode, pertama ia mengkonsumsi sebesar C1 dan pada periode kedua mengkonsumsi sebesar C2. 8. Dengan kata lain, hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini

tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi lebih pada Expected Normal

Income (rata-rata pendapatan normal) yang disebut sebagai permanent income.

2.2.3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Albert Ando, Richard Brumberg dan Franco Modigliani. Dalam modelnya ketiga tokoh ini menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat didasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman

pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets)

sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah


(35)

meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan Suparmoko, 2001). Secara grafik teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2.3. Kurva Fungsi Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Gambar 2.3 menjelaskan bahwa pada tahap I pada usia 0 tahun hingga t0

tahun seseorang melakukan pengeluaran konsumsinya dalam kondisi dissaving. Pada

usia t0 tahun hingga usia t1 tahun digambarkan bahwa pada usia tersebut sebenarnya


(36)

ada ketergantungan dengan orang lain. Tahap II , pada usia t1 tahun hingga usia t2

tahun menunjukkan orang berkonsumsi sepenuhnya dalam kondisi saving artinya

pengeluaran konsumsinya sudah tidak lagi tergantung pada orang lain. Dan pada tahap III, ketika seseorang pada usia tua (sudah tidak produktif) di mana orang tersebut tidak mampu lagi bekerja menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga seseorang tersebut dapat dikatakan bahwa orang berkonsumsi kembali dalam kondisi

dissaving.

2.2.4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

James Duesenberry dalam bukunya Income, Saving and The Theory of

Consumer Behavior mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat

ditentukan oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya

saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah,

tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar

dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapai, tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya

pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan dilain pihak bertambahnya saving tidak

begitu cepat (Reksoprayitno, 2000).


(37)

1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya pola pengeluaran seseorang

pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan (Guritno, 1998).

Bentuk fungsi konsumsi masyarakat menurut Duesenberry adalah sebagai berikut:

C / Yt = f [ Y / Y* ] ………...(2.3)

Di mana:

Yt = pendapatan pada tahun t

Y* = pendapatan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lalu

Bentuk fungsi tersebut dapat dijelaskan dengan kurva seperti pada Gambar 2.4 .


(38)

CL menunjukkan besarnya pengeluaran konsumsi jangka panjang. Apabila

pendapatan sebesar OYo, maka besarnya pengeluaran konsumsi yang terjadi adalah

BYo, apabila pendapatan mengalami penurunan dari OY0 menjadi OY1, maka

pengeluaran konsumsi tidak langsung turun ke titik E pada kurva pengeluaran jangka panjang (C) namun ke titik A pada kurva pengeluaran konsumsi jangka pendek C1. Dalam hal ini pada saat terjadinya penurunan pendapatan, pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak turun drastis melainkan bergerak turun secara perlahan.

Dari pengamatan yang dilakukan Duesenberry mengenai pendapatan relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila seseorang pendapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek tidak akan langsung menaikkan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran konsumsinya lambat karena seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan (saving), dan sebaliknya bila pendapatan

turun seseorang tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi dengan biaya tinggi (high consumption).

2.3. Fungsi Konsumsi

Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan dalam buku-buku makro ekonomi adalah fungsi konsumsi Keynesian, yaitu:

C = f (Y) ...(2.4) Atau,


(39)

C = f (Y-T) ...(2.5)

Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi dari disposable

income. Hubungan antara konsumsi dan disposable income disebut consumption

function (Mankiw, 2003).

Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya. Secara lebih spesifik, Keynes

memasukkan komponen MPC ke dalam persamaan konsumsinya seperti yang telah

diuraikan pada persamaan (2.1) sebelumnya.

Teori daur hidup (life-cycle) yang terutama dikembangkan oleh Franco

Modigliani, melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka. Tabungan dipandang sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi di hari tua. Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori daur hidup adalah:

C = aWR + cYL ...(2.6) di mana WR merupakan kekayaan riil, a adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan, YL merupakan pendapatan tenaga kerja dan c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja.

Milton Friedman dengan teori pendapatan permanennya mengemukakan bahwa orang menyesuaikan perilaku konsumsi mereka dengan kesempatan konsumsi permanen atau jangka panjang, dan bukan dengan tingkat pendapatan mereka yang sekarang (Dornbusch and Fisher, 2004). Dalam bentuk yang paling sederhana,


(40)

hipotesis pendapatan permanen dari perilaku konsumsi berpendapat bahwa konsumsi itu adalah proporsional terhadap pendapatan permanen, yaitu:

C = cYP ...(2.7) di mana YP merupakan pendapatan permanen. Dari persamaan (2.7), konsumsi bervariasi menurut proporsi yang sama dengan pendapatan permanen. Kenaikan 5% dalam pendapatan permanen akan menaikkan konsumsi sebesar 5%. Lebih jauh hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada

pendapatan saat ini tetapi pada expected normal income (rata-rata pendapatan

normal). Bentuk lain fungsi konsumsinya adalah:

C = f (YP,i)...(2.8) di mana YP adalah permanent income dan i adalah real interest rate.

Berbagai teori modern tentang konsumsi lebih jauh mengkombinasikan pembentukan ekspektasi melalui pendekatan pendapatan permanen dan pendekatan

daur hidup yang menggunakan variabel kekayaan dan demografis (Dornbusch and

Fisher, 2004). Suatu fungsi konsumsi modern yang disederhanakan akan menjadi: C = aWR + bθYD + b(1 – θ) YD-1 ...(2.9)

di mana WR adalah kekayaan riil, YD adalah pendapatan disposable tahun ini, YD-1

adalah pendapatan disposable tahun lalu. Persamaan (2.9) memperlihatkan peranan

kekayaan yang mempunyai pengaruh penting terhadap pengeluaran konsumsi.

Konsumsi adakalanya tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini terjadi karena keterbatasan anggaran. Fisher mencoba membuat persamaan yang


(41)

menganalisis tentang batas anggaran untuk konsumsi pada dua periode, yaitu: pada periode pertama, tabungan sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi:

S = Y1 – C1 ... (2.10)

dalam periode kedua, konsumsi sama dengan akumulasi tabungan (termasuk bunga tabungan) ditambah pendapatan periode kedua, yaitu:

C2 = (1 + r)S + Y2 ...(2.11)

di mana r adalah tingkat bunga riil, variabel S menunjukkan tabungan atau pinjaman dan persamaan ini berlaku dalam kedua kasus. Jika konsumsi pada periode pertama kurang dari pendapatan periode pertama, berarti konsumen menabung dan S lebih besar dari nol. Jika konsumsi periode pertama melebihi pendapatan periode pertama, konsumen meminjam dan S kurang dari nol. Untuk menderivasi batas anggaran konsumen, maka kombinasi persamaan (2.10) dan persamaan (2.11) menghasilkan persamaan:

C2 = (1 + r) (Y1 – C1) + Y2 ...(2.12)

persamaan ini menghubungkan konsumsi selama dua periode dengan pendapatan dalam dua periode.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

Banyak ahli yang telah menguraikan pendapatnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dan faktor faktor yang mempengaruhi konsumsi tersebut telah dijabarkan ke dalam suatu fungsi


(42)

konsumsi yang terangkum dalam persamaan (2.1) sampai dengan (2.12) tersebut di atas.

Begitu pentingnya bahasan tentang konsumsi sehingga banyak ahli lainnya yang turut membahas tentang determinan konsumsi. Misalnya, Spencer (1977), menurutnya, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi diantaranya adalah

pendapatan disposable yang merupakan faktor utama, banyaknya anggota keluarga,

usia anggota keluarga, pendapatan yang terdahulu dan pengharapan akan pendapatan di masa yang akan datang.

Menurut Samuelson (1999) bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi

dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposable

sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi di masa yang akan datang.

Parkin (1993) sependapat dengan teori ahli-ahli lainnya bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut Parkin yang paling penting dari faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi hanya dua,

yaitu: pendapatan disposable dan pengharapan terhadap pendapatan di masa yang

akan datang (expected future income).

Nicholson (1991) menyatakan bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan pendapatan


(43)

dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan Hukum Engel (Engel’s Law).

Dalam hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan

dengan pola konsumsi. Hukum ini menerangkan bahwa pendapatan disposable yang

berubah-ubah pada berbagai tingkat pendapatan, dengan naiknya tingkat pendapatan maka persentase yang digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga adalah cenderung konstan. Sementara persentase yang digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan rekreasi semakin bertambah.

Godam (2007) menyebutkan terdapat 3 penyebab perubahan konsumsi, yaitu:

1. Penyebab Faktor Ekonomi

a. Pendapatan

Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh: seseorang yang tadinya makan nasi beras kualitas rendah ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi beras kualitas rendah menjadi nasi beras kualitas tinggi. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi tiga kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik.

b. Kekayaan

Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari


(44)

suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi. Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar.

c. Tingkat Bunga

Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang.

d. Perkiraan Masa Depan

Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.

2. Penyebab Faktor Demografi

a. Komposisi Penduduk

Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi

suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut

menjadi tinggi. b. Jumlah Penduduk


(45)

Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula.

3. Penyebab/Faktor Lain

a. Kebiasaan Adat Sosial Budaya

Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar.

b. Gaya Hidup Seseorang

Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran konsumsi yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun lembaga keuangan bank (kredit).

Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain hal di atas antara lain:

1). Selera

Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak daripada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan (thrift).


(46)

Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang disisihkan (tabungan) pada kelompok umur tua adalah rendah. Hal ini berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat.

3). Keuntungan/Kerugian capital

Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi.

4). Tingkat harga

Naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proposional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money

illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka

mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami “ilusi uang” seperti yang dikemukakan Keynes.


(47)

Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama seperti: lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, tidak membelinya lagi dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang akan datang. Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi.

6). Kredit

Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak, karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang harus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu


(48)

pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayar dengan kredit (Suparmoko, 2001).

7). Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang secara umum (Mankiw, 2000; Mishkin, 2004). Penyebab terjadinya inflasi dapat dilihat dari beberapa sisi yaitu: sisi permintaan, sisi penawaran, atau campuran antara keduanya. Secara umum, penyebab terjadinya inflasi dapat diidentifikasi menjadi 3, yakni tarikan permintaan (Demand Pull Inflation), desakan biaya (Cost Push

Inflation) atau karena inflasi negara lain yang tersalur melalui jaringan

perdagangan (imported inflation). Proses dinamika harga ini dapat berlangsung

secara natural melalui mekanisme pasar, maupun karena kebijakan. Salah satu contoh pergerakan harga yang diakibatkan oleh kebijakan adalah kebijakan kenaikan harga bahan bakar yang memicu kenaikan harga-harga barang dan jasa (administered price).

Menurut Ahmad Jamli, (2001: 35) inflasi juga akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu dan masyarakat yaitu:

a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil masyarakat berpendapatan tetap. b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

c. Memperburuk pembagian kekayaan.

d. Mempengaruhi distribusi pendapatan (equity effect)

e. Mempengaruhi alokasi faktor produksi serta produk nasional (efficiency effect


(49)

8). Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes bahwa faktor utama dari konsumsi rumah tangga adalah pendapatan mutlak. Di dalam penelitian ini pendapatan mutlak tersebut digambarkan oleh PDRB, karena PDRB jika dibagi dengan jumlah penduduk merupakan pendapatan perkapita. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi efek multikolinearitas dengan faktor penduduk yang juga diukutsertakan. PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha kegiatan ekonomi dalam suatu daerah/wilayah pada periode tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.

a. Metode Langsung

Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah, hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan.


(50)

PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh

biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. b) Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto.

c) Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto, di dalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

b. Metode Tidak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada


(51)

tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Pemakaian kedua metode pendekatan di atas tergantung pada data yang tersedia. Kenyataannya, kedua metode tersebut saling mendukung, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah.

2.5. Tinjauan Penelitian Sebelumnya

1. Susanti (2000) mengemukakan perkembangan rata-rata pengeluaran konsumsi

rumah tangga di Provinsi Aceh periode 1986–1998 sebesar 5,2% per tahun. Pertumbuhan PDRB berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga. Hal ini ditunjukkan dengan hasil regresi yaitu C = 409,160 + 0,617897 PDRB. Sehingga membuktikan bahwa setiap perubahan pada pendapatan memberi efek terhadap perubahan konsumsi.

2. Syahruddin (2001) meneliti tentang fungsi konsumsi kenyataannya di Sumatera

Barat. Hasilnya menunjukkan konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan setelah dikurangi pajak, jumlah penduduk, jumlah harta lancar dan harta tetap yang dimiliki. Variabel pajak merupakan variabel paling dominan, variabel penduduk, harta lancar dan harta tetap merupakan variabel penerang. Ketiga variabel ini berpengaruh positif. MPC untuk keseluruhan pengamatan sebesar 0,75.

3. Marsidin, R (2002) meneliti tentang determinan pengeluaran konsumsi rumah


(52)

Hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengeluaran konsumsi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu variabel ekonomi (gaji/upah) dan variabel non ekonomi (karakteristik demografi, pendidikan dan kesehatan). Berdasarkan analisis inferensial dengan model regresi double log diketahui bahwa

elastisitas pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi tergantung dari pendidikan, usia dan daerah tempat tinggal.

4. Isyani dan Hasmarini (2003) meneliti tentang konsumsi di Indonesia tahun 1989-2002 (Tinjauan terhadap hipotesis Keynes dan Post Keynes). Hasilnya menunjukkan bahwa berdasarkan model PAM, elastisitas jangka panjang lebih besar dari jangka pendek. Artinya elastisitas jangka panjang tidak dipengaruhi lagi oleh pengeluaran konsumsi sebelumnya. Pendapatan Nasional berpengaruh terhadap hutang luar negeri Indonesia. Suku bunga riil dan konsumsi sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi di Indonesia.

5. Nurhayati dan Rachman (2003) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi konsumsi masyarakat di Jawa Tengah tahun 2002. Hasilnya menunjukkan

bahwa PDRB berpengaruh positif pada tingkat α = 1% dengan nilai koefisien

sebesar 0,403. Hubungan tersebut sesuai dengan teori yang ada di mana fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat konsumsi dan tingkat pendapatan di mana jika pendapatan meningkat maka konsumsi juga akan meningkat.

6. Soemartini (2007) meneliti tentang Pengaruh variabel makro terhadap perubahan

konsumsi masyarakat Indonesia periode 200-2006. Hasilnya nilai MPC periode 1983.1-1996.1, mengalami perubahan yakni pada periode 1983.1-1988.4 disaat


(53)

kebijakan pemerintah (Pakto 1988) belum diberlakukan sebesar 0.6428, sedangkan nilai MPC setelah berlakunya Pakto 1988, sebesar 0.6131. Pendapatan permanen dan tingkat tabungan berpengaruh positif dan nyata terhadap pengeluaran konsumsi. Nilai tukar riil, inflasi dan tingkat bunga tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang negatif dan nyata terhadap pertumbuhan konsumsi.

7. Khairani (2009) meneliti tentang determinan konsumsi masyarakat di Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan Pendapatan Nasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia dengan nilai MPC sebesar 0,431. Inflasi mempunyai hubungan yang positif terhadap variabel konsumsi masyarakat. Tingkat suku bunga deposito berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia. Sumbangan pengeluaran konsumsi masyarakat terhadap PDB adalah yang terbesar dengan porsi sebesar 60%.

8. Fauzana (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran

konsumsi rumah tangga di Jawa Barat (1990-2003). Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pendapatan keluarga serta jumlah anggota keluarga lemah terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga.

2.6. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan berbagai penelitian sebelumnya, maka dibentuk suatu kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:


(54)

Gambar 2.5. Kerangka Pikir Pengaruh Variabel Makro terhadap Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu:

1. PDRB berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, ceteris paribus.

2. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, ceteris paribus.

3. Kredit konsumsi berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, ceteris paribus.

4. Tingkat bunga kredit konsumsi berpengaruh negatif terhadap pengeluaran

konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, ceteris paribus.

PDRB

Penduduk

Kredit Konsumsi

Konsumsi Masyarakat Kabupaten/Kota

Tingkat Bunga Kredit Konsumsi


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan mengenai pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Sumatera Utara selama kurun waktu 2002-2009. Di mana variabel bebasnya adalah PDRB, Jumlah Penduduk, Kredit Konsumsi dan Tingkat Bunga Kredit Konsumsi, sedangkan pengeluaran konsumsi masyarakat sebagai variabel terikatnya. Penulis melakukan penelitian terhadap 19 kabupaten/kota dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara untuk melihat pengaruh variabel makro terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sebanyak 14 kabupaten/kota lainnya tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena baru dimekarkan mulai tahun 2003 sehingga tidak dapat diperoleh data yang cukup valid dan memadai.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data tahunan berupa data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari jurnal, buku dan penelitian sebelumnya serta instansi lainnya yang mendukung penelitian ini. Data sekunder yang digunakan tersebut merupakan data runtun waktu (time series) dan data panel (cross section) selama


(56)

3.3. Model Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel makro terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Sumatera Utara adalah dengan menggunakan model ekonometrika. Sedangkan teknik analisisnya akan menggunakan analisis regresi data panel. Adapun model persamaannya adalah sebagai berikut:

K = f ( PDRB, P, KK, i ) ...(3.1)

3.3.1. Analisis Data Panel

Untuk melihat besarnya pengaruh variabel makro terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kabupaten/kota di Sumatera Utara selama kurun waktu 2002-2009, maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel. Dalam penelitian dengan data panel ini, model analisisnya yaitu:

Kit =

α

+ β1PDRBit + β2Pit + β3KKit + β4

i

it + εit………(3.2) Di mana:

i = Kabupaten/Kota (1, 2, …, 19)

t = Tahun observasi (2002, ..., 2009)

α = Konstanta (intersept)

1…. 4 = Koefisien Regresi

K = Konsumsi Masyarakat Kabupaten/Kota


(57)

P = Penduduk (Jumlah penduduk Kabupaten/Kota)

KK = Jumlah Kredit Konsumsi Kabupaten/Kota

i

= Tingkat bunga kredit konsumsi Kabupaten/Kota (interst rate)

= Kesalahan pengganggu (term of error)

Pada penelitian ini digunakan teknik pengolahan data dengan menggunakan

panel data regression model (model regresi data panel), karena data yang akan diolah

merupakan cross sections observations dan pooling of time series yang diperoleh dan

diteliti sejalan dengan perjalanan waktu. Metode panel data ini mempunyai ruang dan dimensi waktu, sehingga estimasi variabel dan hasil perhitungan akan memberikan analisa empiris yang lebih luas.

Dengan menggabungkan data time series dan cross section maka akan

terdapat 152 observasi (8 observasi time series untuk 19 kabupaten/kota di Sumatera

Utara) yang akan dikombinasikan ke dalam suatu persamaan regresi yang telah disediakan dengan bantuan software Eviews 6.0.

3.3.2. Uji Ordinary Least Square (OLS)

Menurut pakar ekonometrika penerapan OLS pada data panel (pooled data)

dapat memperbaiki penduga, inferensi dan mungkin peramalan. Penerapan OLS pada

pooled data membutuhkan asumsi, yaitu:

1) Temporal stability, parameter regresi tidak berubah karena perubahan waktu dan

cross sectional stability, parameter regresi tidak berubah karena perbedaan


(58)

2) Varians error term pada fungsi setiap individu adalah sama (homosedastic) dan

error term pada fungsi suatu individu pada suatu periode tidak berhubungan

dengan error term pada fungsi individu lainnya.

Secara sistematis model OLS dinyatakan sebagai berikut:

Yit = α + X1it + X2 it + X3 it + it ………...(3.3)

Dengan Model Panel data dapat mengeluarkan unobserve variabel tersebut yang disebut sebagai individual effect sehingga model produksi tersebut menjadi lebih baik.

Individual effect tersebut dikategorikan dua macam yaitu Fixed Effect dan Random Effect. Secara hipotesis bahwa jika sumber data berasal dari sampel maka dugaan model panel adalah random effect, namum bila sumber data adalah data aggregate maka kecenderungan adalah fixed effect.

3.3.3. Fixed Effect Model (FEM/Metode Efek Tetap)

Menurut pakar ekonometrika, model ini memiliki intercept persamaan yang

tidak konstan atau terdapat perbedaan pada setiap individu (cross section data).

Sementara itu, slope koefisien dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu. Model FEM digunakan apabila data time series lebih besar dari data cross

section. Secara sistematis model FEM dinyatakan sebagai berikut:

Yit = α+ Xit+ 2W2t+ 3W3t+ …+ N Wit+ 2Zi2+ 3Zi3+ …+ TZit+ it...(3.4)

Di mana:

Y it = Variabel terikat untuk kabupaten/kota ke-i dan waktu ke-t


(1)

P? -0.001456 0.000737 -1.976758 0.0502

KK? 0.900905 0.300094 3.002075 0.0032

I? -58.63009 17.33071 -3.383016 0.0009 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.964450 Mean dependent var 2243.840 Adjusted R-squared 0.958387 S.D. dependent var 2985.307 S.E. of regression 608.9791 Akaike info criterion 15.80001 Sum squared resid 47840369 Schwarz criterion 16.25757 Log likelihood -1177.801 Hannan-Quinn criter. 15.98589 F-statistic 159.0769 Durbin-Watson stat 1.565327

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 11

Hasil Estimasi Parsial Variabel Independen

Dependent Variable: PDRB?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/23/11 Time: 10:04

Sample: 2002 2009 Included observations: 8 Cross-sections included: 19

Total pool (balanced) observations: 152

Swamy and Arora estimator of component variances

Period weights (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 981.5205 1395.152 0.703522 0.4828

P? 0.008871 0.000578 15.34517 0.0000

KK? 6.683254 0.196755 33.96740 0.0000

I? -112.9923 73.88048 -1.529394 0.1283

Weighted Statistics

R-squared 0.944734 Mean dependent var 2669.016 Adjusted R-squared 0.943614 S.D. dependent var 5664.945 S.E. of regression 1345.188 Sum squared resid 2.68E+08 F-statistic 843.3169 Durbin-Watson stat 0.756080

Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: P?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/23/11 Time: 10:05


(2)

Sample: 2002 2009 Included observations: 8 Cross-sections included: 19

Total pool (balanced) observations: 152

Swamy and Arora estimator of component variances

Period weights (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 84118.11 105355.0 0.798426 0.4259

PDRB? 49.96255 4.228261 11.81634 0.0000 KK? -304.6701 36.51261 -8.344244 0.0000

I? 16299.71 6286.366 2.592867 0.0105

Weighted Statistics

R-squared 0.503775 Mean dependent var 119093.6 Adjusted R-squared 0.493716 S.D. dependent var 133159.2 S.E. of regression 94747.55 Sum squared resid 1.33E+12 F-statistic 50.08392 Durbin-Watson stat 0.534219

Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: KK?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/23/11 Time: 10:06

Sample: 2002 2009 Included observations: 8 Cross-sections included: 19

Total pool (balanced) observations: 152

Swamy and Arora estimator of component variances

Period weights (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 182.4428 203.7065 0.895616 0.3719

PDRB? 0.132105 0.003823 34.55766 0.0000 P? -0.001034 0.000106 -9.713371 0.0000 I? -4.360878 10.80279 -0.403681 0.6870

Weighted Statistics

R-squared 0.918140 Mean dependent var 138.1576 Adjusted R-squared 0.916480 S.D. dependent var 635.5509 S.E. of regression 183.6728 Sum squared resid 4992884. F-statistic 553.3187 Durbin-Watson stat 0.791726


(3)

Dependent Variable: I?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/23/11 Time: 10:07

Sample: 2002 2009 Included observations: 8 Cross-sections included: 19

Total pool (balanced) observations: 152

Swamy and Arora estimator of component variances

Period weights (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 17.22871 0.188502 91.39816 0.0000

PDRB? -0.000118 5.63E-05 -2.100664 0.0374

P? 1.80E-06 6.59E-07 2.725733 0.0072

KK? 0.000299 0.000345 0.867809 0.3869

Weighted Statistics

R-squared 0.096184 Mean dependent var 17.56125 Adjusted R-squared 0.077863 S.D. dependent var 1.443963 S.E. of regression 1.386608 Sum squared resid 284.5569 F-statistic 5.250030 Durbin-Watson stat 0.734467

Prob(F-statistic) 0.001802

Lampiran 12

Data Estimasi Program Eviews 6.0

obs K? PDRB? P? KK? I?

_NIAS-2002 1032.270 2670.320 698994.0 31.00000 20.14000 _NIAS-2003 1141.380 3016.010 697592.0 41.41000 19.58000 _NIAS-2004 1241.980 3448.510 716065.0 65.26000 17.48000 _NIAS-2005 798.5600 2422.130 441807.0 38.85000 16.28000 _NIAS-2006 1117.030 2761.710 442019.0 46.16000 17.66000 _NIAS-2007 1144.950 3181.870 442548.0 108.9600 16.89000 _NIAS-2008 1724.250 3666.950 443492.0 237.2900 15.92000 _NIAS-2009 1594.070 4262.530 444502.0 351.3200 16.54000 _MADINA-2002 639.7900 1433.480 367990.0 17.82000 20.14000 _MADINA-2003 858.2200 1621.150 369691.0 25.60000 19.58000 _MADINA-2004 914.5200 1791.730 379045.0 51.65000 17.48000 _MADINA-2005 988.0700 2000.000 386150.0 73.74000 16.28000 _MADINA-2006 1112.180 2260.840 413750.0 102.0100 17.66000 _MADINA-2007 1164.080 2603.790 417590.0 109.9800 16.89000 _MADINA-2008 1959.110 3012.040 423712.0 291.2900 15.92000 _MADINA-2009 1990.600 3502.980 429889.0 332.1200 16.54000 _TAPSEL-2002 1338.450 3428.910 761205.0 38.12000 20.14000


(4)

_TAPSEL-2003 1589.000 3973.380 764724.0 126.8600 19.58000 _TAPSEL-2004 1226.050 3420.340 609922.0 119.8700 17.48000 _TAPSEL-2005 1479.340 3678.650 626702.0 220.0100 16.28000 _TAPSEL-2006 1725.790 4219.350 629212.0 280.3500 17.66000 _TAPSEL-2007 1801.280 4598.180 637312.0 355.2000 16.89000 _TAPSEL-2008 2994.900 5044.810 642299.0 577.9900 15.92000 _TAPSEL-2009 1187.440 2761.510 265855.0 676.5300 16.54000 _TAPTENG-2002 431.4400 955.7800 270600.0 7.140000 20.14000 _TAPTENG-2003 487.8700 1020.810 272333.0 13.95000 19.58000 _TAPTENG-2004 521.6200 1153.710 278472.0 45.75000 17.48000 _TAPTENG-2005 714.9500 1294.340 283035.0 32.86000 16.28000 _TAPTENG-2006 925.9200 1454.010 297843.0 27.12000 17.66000 _TAPTENG-2007 915.0200 1616.000 305922.0 92.28000 16.89000 _TAPTENG-2008 1516.960 1796.330 314632.0 180.0100 15.92000 _TAPTENG-2009 1530.160 1987.160 323563.0 225.2500 16.54000 _TAPUT-2002 770.3200 2088.690 407581.0 26.40000 20.14000 _TAPUT-2003 778.1600 2470.850 407539.0 39.72000 19.58000 _TAPUT-2004 937.0300 2862.740 407919.0 57.10000 17.48000 _TAPUT-2005 708.1900 2155.280 256201.0 74.14000 16.28000 _TAPUT-2006 860.9600 2418.460 256444.0 123.1600 17.66000 _TAPUT-2007 812.7200 2729.500 263750.0 196.4600 16.89000 _TAPUT-2008 1385.290 3126.120 267595.0 310.3900 15.92000 _TAPUT-2009 1381.650 3392.630 271474.0 387.7600 16.54000 _TOBASA-2002 586.4600 1807.030 285615.0 24.66000 20.14000 _TOBASA-2003 685.7000 2955.500 285586.0 28.13000 19.58000 _TOBASA-2004 774.7700 2762.310 287460.0 23.36000 17.48000 _TOBASA-2005 543.8800 1895.770 158677.0 28.76000 16.28000 _TOBASA-2006 694.4300 2121.110 169116.0 44.00000 17.66000 _TOBASA-2007 635.2700 2414.620 169299.0 110.1000 16.89000 _TOBASA-2008 1089.330 2744.390 171833.0 200.3200 15.92000 _TOBASA-2009 992.5900 3056.050 174453.0 262.5800 16.54000 _LBBATU-2002 1786.380 7331.080 905258.0 45.44000 20.14000 _LBBATU-2003 2164.400 8320.460 910502.0 70.52000 19.58000 _LBBATU-2004 2398.430 9433.930 933866.0 103.1800 17.48000 _LBBATU-2005 2997.380 10918.37 951773.0 181.4600 16.28000 _LBBATU-2006 3629.460 12593.78 987157.0 225.8600 17.66000 _LBBATU-2007 3680.110 14371.16 1007185. 402.5700 16.89000 _LBBATU-2008 5934.260 16626.18 1027964. 587.1500 15.92000 _LBBATU-2009 5708.520 18415.96 1049766. 688.3000 16.54000 _ASAHAN-2002 1872.170 10701.62 987244.0 433.0800 20.14000 _ASAHAN-2003 1958.340 12735.43 990230.0 100.2700 19.58000 _ASAHAN-2004 2405.780 14517.68 1009856. 271.6000 17.48000 _ASAHAN-2005 2798.080 15793.38 1024369. 316.2600 16.28000 _ASAHAN-2006 3276.390 16648.38 1038554. 416.3400 17.66000 _ASAHAN-2007 2187.320 8174.130 676605.0 611.6600 16.89000 _ASAHAN-2008 3475.270 9505.600 688529.0 804.6300 15.92000 _ASAHAN-2009 3889.240 10435.94 700606.0 894.0300 16.54000 _SIMALUNGUN-2002 1479.930 4643.830 808210.0 102.9000 20.14000 _SIMALUNGUN-2003 1592.130 5091.040 808288.0 95.51000 19.58000 _SIMALUNGUN-2004 1672.290 5578.940 818975.0 103.0900 17.48000


(5)

_SIMALUNGUN-2005 2469.420 6256.960 826101.0 79.05000 16.28000 _SIMALUNGUN-2006 2627.400 6881.630 841198.0 84.58000 17.66000 _SIMALUNGUN-2007 2655.320 7647.490 846329.0 27.16000 16.89000 _SIMALUNGUN-2008 4265.170 8412.300 853112.0 459.8900 15.92000 _SIMALUNGUN-2009 4256.490 9221.620 859879.0 549.6700 16.54000 _DAIRI-2002 492.8800 1776.520 289323.0 15.96000 20.14000 _DAIRI-2003 536.3300 1974.150 289669.0 24.95000 19.58000 _DAIRI-2004 658.1800 2224.260 293418.0 31.06000 17.48000 _DAIRI-2005 755.5400 2303.590 261287.0 35.36000 16.28000 _DAIRI-2006 835.6600 2552.750 267629.0 47.78000 17.66000 _DAIRI-2007 797.0600 2860.200 268780.0 124.9300 16.89000 _DAIRI-2008 1348.290 3116.740 271983.0 187.9000 15.92000 _DAIRI-2009 1381.630 3392.990 273851.0 201.6700 16.54000 _KARO-2002 668.4700 2710.370 305452.0 29.12000 20.14000 _KARO-2003 792.5000 2996.580 306869.0 32.53000 19.58000 _KARO-2004 816.4900 3270.430 312300.0 56.21000 17.48000 _KARO-2005 1160.420 3683.020 316207.0 87.46000 16.28000 _KARO-2006 1462.070 3978.800 342555.0 89.59000 17.66000 _KARO-2007 1491.150 4483.320 351368.0 142.5400 16.89000 _KARO-2008 2345.830 5058.680 360880.0 255.7900 15.92000 _KARO-2009 2402.470 5646.540 370619.0 332.5900 16.54000 _DSERDANG-2002 4713.960 16389.46 2041121. 202.3200 20.14000 _DSERDANG-2003 4768.760 18421.49 2054707. 284.7000 19.58000 _DSERDANG-2004 5370.810 20369.43 2106952. 464.5800 17.48000 _DSERDANG-2005 5570.570 19136.23 1569638. 720.7900 16.28000 _DSERDANG-2006 5850.280 21459.07 1634115. 840.7500 17.66000 _DSERDANG-2007 4193.810 26041.99 1686366. 1222.520 16.89000 _DSERDANG-2008 11231.07 30116.83 1738431. 1883.360 15.92000 _DSERDANG-2009 11142.18 34172.48 1788351. 2304.430 16.54000 _LANGKAT-2002 1870.900 6001.500 936925.0 14.10000 20.14000 _LANGKAT-2003 2080.700 6625.840 940601.0 41.99000 19.58000 _LANGKAT-2004 2092.830 7361.460 955348.0 124.6800 17.48000 _LANGKAT-2005 2751.980 8463.440 970433.0 191.1400 16.28000 _LANGKAT-2006 3717.870 9885.080 1013849. 322.7500 17.66000 _LANGKAT-2007 3727.700 11455.32 1027414. 400.0800 16.89000 _LANGKAT-2008 5688.360 13243.64 1042523. 603.9700 15.92000 _LANGKAT-2009 4997.610 14786.58 1057768. 672.0900 16.54000 _SIBOLGA-2002 189.0900 570.7600 85100.00 28.37000 20.14000 _SIBOLGA-2003 209.7600 640.7100 85505.00 37.91000 19.58000 _SIBOLGA-2004 230.1100 718.6000 87260.00 45.49000 17.48000 _SIBOLGA-2005 327.6600 826.2700 88717.00 52.88000 16.28000 _SIBOLGA-2006 346.6800 941.6700 91941.00 77.89000 17.66000 _SIBOLGA-2007 351.7500 1075.260 93207.00 110.0400 16.89000 _SIBOLGA-2008 660.5100 1235.090 94614.00 160.5400 15.92000 _SIBOLGA-2009 598.1800 1361.120 96034.00 216.8500 16.54000 _TJBALAI-2002 347.1200 1164.740 143836.0 48.85000 20.14000 _TJBALAI-2003 405.1200 1352.280 144979.0 57.23000 19.58000 _TJBALAI-2004 439.7200 1574.160 149238.0 69.97000 17.48000 _TJBALAI-2005 566.7600 1763.000 152814.0 83.51000 16.28000 _TJBALAI-2006 570.6900 1972.650 156475.0 84.92000 17.66000


(6)

_TJBALAI-2007 559.1400 2229.500 159932.0 114.7900 16.89000 _TJBALAI-2008 1058.920 2480.130 163679.0 161.7800 15.92000 _TJBALAI-2009 942.9200 2754.810 167500.0 190.5700 16.54000 _SIANTAR-2002 657.2000 1625.480 223824.0 73.62000 20.14000 _SIANTAR-2003 716.6200 1893.310 223949.0 84.38000 19.58000 _SIANTAR-2004 700.7000 2400.580 227551.0 142.1600 17.48000 _SIANTAR-2005 973.4100 2556.770 230487.0 187.3600 16.28000 _SIANTAR-2006 1148.740 2749.780 235372.0 223.7300 17.66000 _SIANTAR-2007 1071.380 3094.560 236607.0 341.0200 16.89000 _SIANTAR-2008 1871.880 3464.690 238773.0 559.7000 15.92000 _SIANTAR-2009 1824.710 3746.220 240939.0 665.6600 16.54000 _TEBING-2002 309.9500 892.5800 132306.0 51.57000 20.14000 _TEBING-2003 341.5100 981.1200 132760.0 77.19000 19.58000 _TEBING-2004 387.0600 1091.220 134382.0 100.7900 17.48000 _TEBING-2005 476.3800 1225.430 135671.0 143.9900 16.28000 _TEBING-2006 553.0900 1416.380 137959.0 187.9400 17.66000 _TEBING-2007 572.4500 1610.170 139409.0 244.5300 16.89000 _TEBING-2008 941.0500 1823.670 141059.0 326.9000 15.92000 _TEBING-2009 837.1300 2032.880 142717.0 441.9900 16.54000 _MEDAN-2002 6253.710 25222.51 1972248. 1390.080 20.14000 _MEDAN-2003 7084.700 28670.90 1979340. 1985.210 19.58000 _MEDAN-2004 7133.160 33115.35 2010676. 3608.210 17.48000 _MEDAN-2005 11642.20 42792.45 2036185. 4832.460 16.28000 _MEDAN-2006 12318.81 48849.95 2067288. 5263.000 17.66000 _MEDAN-2007 12201.91 55452.50 2083156. 5788.010 16.89000 _MEDAN-2008 17449.09 65316.26 2102105. 7428.020 15.92000 _MEDAN-2009 19153.41 72666.89 2121053. 8081.270 16.54000 _BINJAI-2002 536.4500 1510.010 224244.0 55.20000 20.14000 _BINJAI-2003 662.7500 1782.620 225535.0 96.70000 19.58000 _BINJAI-2004 708.5200 2100.160 232236.0 161.4900 17.48000 _BINJAI-2005 1019.210 2494.690 237904.0 241.4400 16.28000 _BINJAI-2006 1011.430 2889.990 244256.0 244.0500 17.66000 _BINJAI-2007 949.3200 3311.300 248256.0 374.2400 16.89000 _BINJAI-2008 1666.710 3815.250 252652.0 594.6500 15.92000 _BINJAI-2009 1628.270 4312.460 257105.0 633.0300 16.54000