Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
ANALISIS PENGARUH BEBERAPA VARIABEL MAKRO
TERHADAP LAJU INFLASI (KASUS DI PROPINSI
SUMATERA UTARA TAHUN 1990-2006)
TUGAS AKHIR
AHMAD IQBAL
052407144
PROGRAM STUDI DIPLOMA D-3 STATISTIKA
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(2)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
ANALISIS PENGARUH BEBERAPA VARIABEL MAKRO TERHADAP LAJU INFLASI (KASUS DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN
1990-2006)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya
AHMAD IQBAL 052407144
PROGRAM STUDI DIPLOMA D-3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
(3)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judul : ANALISIS PENGARUH BEBERAPA VARIABEL
MAKRO TERHADAP LAJU INFLASI (KASUS DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 1990-2006)
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : AHMAD IQBAL
Nomor Induk Mahasiswa : 052407144
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, 22 mei 2008-05-21
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing
Ketua,
Dr. Saib Suwilo, M. Sc Dr. Sutarman, M. Sc
(4)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
PERNYATAAN
ANALISIS PENGARUH BEBERAPA VARIABEL MAKRO TERHADAP LAJU INFLASI (KASUS DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 1990-2006)
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, 22 Mei 2008
AHMAD IQBAL 052407144
(5)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Dr. Sutarman, M.Sc selaku pembimbing pada penyelesaian Tugas Akhir ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan pada penulis dalam menyelesaikan kajian ini. Panduan ringkas, padat dan profesional telah diberikan agar penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Dr. Saib Suwilo, M.Sc dan Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua Dosen Departemen Matematika FMIPA USU, Pegawai di FMIPA USU, dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya, tidak terlupakan kepada orang tua yang saya sayangi dan semua keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.
(6)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar viii
Bab 1 Pendahuluan
1.1Latar Belakang 1
1.2Identifikasi Masalah 3
1.3Pembatasan Masalah 3
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 3
1.5Rumusan Hipotesis 4
1.6Metodologi Penelitian 5
1.7Sistematika Penulisan 7
Bab 2 Landasan Teoritis
2.1 Regresi Linier 9
2.2 Regresi Linier Berganda 15
2.3 Analisis Korelasi 24
Bab 3 Gambaran Umum
3.1 variabel ekonomi makro dan fundamental ekonomi makro 28
3.2 inflasi 30
3.3 investasi 34
3.4 jumlah uang beredar 35
3.5 perdagangan luar negeri 36
3.6 laju inflasi di sumatera utara 38
Bab 4 Analisis Data
4.1 Analisis Data 43
(7)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
4.3 Pengujian Regresi Linier Ganda 57
4.4 Koefisien Determinasi 58
4.5 Perhitungan Korelasi Antara Variabel Y Dengan Xi* 59
4.6 Pengujian Koefisien Regresi Secara Individu 61
Bab 5 Implementasi Sistem
5.1 Pengertian Implementasi Sistem 64
5.2 SPSS 64
5.3 Langkah-Langkah Pengolahan Data dengan SPSS 65
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan 77
6.2 Saran 78
Daftar Pustaka Lampiran
(8)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Data Inflasi dan Variabel-Variabel Makro di Propinsi
Sumatera Utara Tahun 1990-2006 39
Tabel 4.1.1 Tabel Untuk Menentukan Nilai F 45
Tabel 4.1.2 Tabel Untuk Uji F dan Kekeliruan Taksiran Baku 50
Tabel 4.2.2.1 Untuk Menghitung Uji Autokorelasi 54
Tabel 4.2.3.1 Residu dan Rank Spearman 55
(9)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Pertumbuhan Laju Inflasi Tahun 1990-2006 41
Gambar 4.1.1 Visualisasi Grafik Masing-Masing Variabel
Independen Terhadap Inflasi 47
Gambar 4.2.3.1 Plot Residu 56
Gambar 5.1 Aktifkan Program SPSS 65
Gambar 5.2 Tampilan Data Editor 66
Gambar 5.3 Tampilan Variabel View 67
Gambar 5.4 Pengisian Variabel View dalam SPSS 68
Gambar 5.5 Pengisian Data View Dalam SPSS 69
Gambar 5.6 Tamplan Data 69
Gambar 5.7 Tampilan Jendela Pengisian Pengolahan Data 70
Gambar 5.8 Tampilan Jendela Pengisian Linier Regression 70
Gambar 5.9 Tampilan Jendela Linier Regression Statistics 71
Gambar 5.10 Tampilan Jendela Pengisian Linier Regression Plots 73
(10)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang sering terjadi di negara sedang berkembang dalam melaksanakan pembangunan adalah bagaimana negara tersebut memelihara kestabilan dan pertumbuhan ekonominya. Kestabilan ekonomi menyangkut segi kestabilan tingkat harga, tingkat pendapatan nasional, dan pertumbuhan kesempatan kerja.
Serangkaian kebijakan dapat dilakukan oleh pemerintah dalam usaha stabilisasi. Misalnya kebijakan moneter, kebijakan fiskal, yan bertujuan untuk mencapai kestabilan tingkat harga atau laju inflasi.
Kestabilan harga sangat dipengaruhi oleh variabel-variabel makro perekonomian tersebut. Oleh karena itu, biasanya laju inflasi ini sering digunakan sebagai indikator kestabilan ekonomi. Meskipun demikian, laju inflasi bukan harus ditekan serendah mungkin. Karena dalam mekanisme ekonomi dalam masyarakat diperlukan kenaikan harga-harga yang diproduksi oleh masyarakat. Dengan adanya
(11)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
akenaikan harga barang-barang dan jasa akan mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan produksi. Sehingga dengan cara ini perekonomian dapat dipacu untuk meningkatkan aktivitas produksi nasional.
Laju inflasi yang terlalu tinggi dapat megganggu usaha pemerintah meningkatkan taraf hidup masyarakat. Demikian juga jika laju inflasi terlalu rendah, karena sektor produksi tidak memiliki dorongan untuk memacu produksinya. Kenyataan ini mendorong pemerintah untuk memperhatikan laju inflasi ini dalam usaha membangun perekonomiannya. (algifari, 2000)
Sebagaimana diketahui bahwa negara Indonesia pernah dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Tingginya tingkat krisis yang dialami negeri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengatasinya. Penerapan kebijakan moneter dengan menggunakan target inflasi (inflation targeting) diharapkan dapat menciptakan fundamental ekonomi makro yang kuat. Karena inflasi
(12)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel makro terhadap laju inflasi di Propinsi Sumatera Utara pada periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2006.
1.2Identifikasi Masalah
1. Apakah variabel-variabel makro, yaitu jumlah uang beredar, nilai ekspor, nilai impor, dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap laju Inflasi di Propinsi Sumatera Utara dalam periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2006.
2. Berapa besarnya pengaruh yang dapat disumbangkan oleh keempat variabel makro tersebut terhadap laju inflasi di Propinsi Sumatera Utara dalam periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2006.
(13)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Sebetulnya terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi besarnya laju inflasi, baik faktor ekonomi maupun faktor nonekonomi. Dalam penelitian ini, analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi laju inflasi di Propinsi Sumatera Utara hanya dibatasi pada faktor-faktor ekonomi makro saja, yaitu jumlah uang beredar, nilai ekspor, nilai impor, dan investasi.
1.4Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel ekonomi makro, yaitu jumlah uang beredar, nilai ekspor, nilai impor, dan investasi terhadap laju inflasi di propinsi Sumatera Utara pada periode tahun 1990 sampai dengan 2006.
Selain tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat memberi gambaran tentang hubungan antara jumlah uang beredar, nilai ekspor, nilai impor, dan investasi dengan laju inflasi di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 1990 sampai dengan tahun 2006.
2. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi yang dapat digunakan sebagai acuan pemerintah dalam menentukan kebijakan pengendalian laju inflasi.
(14)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
3. Hasil penelitian ini dapat memberikan bahan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan masalah laju inflasi di Propinsi Sumatera Utara.
1.5Rumusan Hipotesis
Sesuai dengan latar belakang masalah, pembatasan masalah di atas untuk mencapai tujuan penelitian ini akan di uji beberapa hipotesis sebagai berikut:
1. Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap laju inflasi. 2. Nilai ekspor berpengaruh positif terhadap laju inflasi.
3. Nilai impor berpengaruh negatif terhadap laju inflasi. 4. Investasi berpengaruh positif terhadap laju inflasi.
1.6Metodologi Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai pengumpulan dan pemilihan data. Kemudian dilanjutkan dengan uraian mengenai model empiris dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
(15)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika, serta sumber-sumber lain yang relevan dalam rentang waktu dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2006.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar, nilai impor, nilai ekspor, dan investasi.
Pemilihan rentang waktu penelitian ini dilakukan atas pertimbangan bahwa sejak tahun 1990-an Program Pembangunan bidang ekonomi di Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang pesat. Pada masa itu pemerintah memberikan banyak kemudahan bagi para investor yang akan berinvestasi di bidang keuangan dan perbankan. Hingga pertengahan tahun 1990-an perekonomian Indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya terlihat semakin kuat dan mulai terpandang di dunia internasional hingga terjadinya krisis moneter pada tahun 1997, inflasi indonesia mencapai 77% dan 83% di sumatera utara. Diawal tahun 2000-an perekonomian indonesia berangsur-angsur membaik hingga sekarang.
(16)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Untuk menguji hubungan antara variabel variabel dependen dengan variabel independen digunakan model regresi linear sebagai model estimasi. Persamaan umum dalam model regresi linear:
e X
b X
b X
b X
b b
Y = 0 + 1 1 + 2 2 + 3 3 ++ n n +
Keterangan:
Y: Variabel Dependen
X1, X2, X3, ...,Xn : Variabel Independen
e : Kesalahan (error)
b0: Konstanta
b1, b2, b3, ...,bn: Koefisien Variabel Independen
Model regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel makro yaitu jumlah uang beredar, nilai ekspor, nilai impor, dan tingkat suku bunga terhadap laju inflasi sebagai berikut:
e INV b M b X b JUB b b
It = 0 + 1 t + 2 t + 3 t + 4 t +
Keterangan:
(17)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
JUBt adalah Jumlah Uang Beredar pada tahun t
Xt adalah Nilai Ekspor pada tahun t
Mt adalah Nilai Impor pada tahun t
INVt adalah Investasi pada tahun t
b0 : Konstanta
b1, . . ., b4 : Koefisien Variabel Independen
et : Besarnya pengaruh Variabel selain variabel yang digunakan dalam model
Dalam penelitian ini di duga bahwa beberapa variabel makro, yaitu jumlah uang beredar, nilai ekspor, nilai impor, dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap laju inflasi. Untuk menganalisis pengaruh jumlah uang beredar, nilai ekspor, nilai impor, dan investasi terhadap laju inflasi digunakan model regresi linear berganda. Di dalam model regresi tersebut, laju inflasi sebagai variabel dependen dan jumlah uang beredar,nilai ekspor, nilai impor, dan investasi sebagai variabel independen.
Pengujian terhadap laju inflasi dilakukan dengan menguji koefisien regresi masing-masing variabel. Jika laju inflasi yang diharapkan tidak dipengaruhi oleh masing-masing variabel makro maka besarnya b0, b1, b2, b3, dan b4 tidak berbeda
dengan nol (tidak signifikan). Nilai R2 (koefisien determinasi) yang diperoleh dapat
digunakan untuk menjelaskan persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan.
(18)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
1.7Sistematika Penulisan
Laporan hasil penelitian ini di susun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab ini akan di uraikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Perumusan Hipotsis, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Metodologi penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada Bab ini akan diuraikan beberapa teori yang dapat digunakan sebagai kerangka landasan penelitian ini.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Pada Bab ini akan diuraikan perkembangan variabel-variabel yang digunakan
BAB IV : ANALISIS DATA
Pada Bab ini akan diuraikan hasil pengujian terhadap hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini.
(19)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
BAB V : IMPLEMENTASI SISTEM
Pada Bab ini akan diperlihatkan hasil dari Analisis variabel - variabel makro terhadap laju Inflasi (tahun 1990-2006) dengan menggunakan program SPSS.
BAB VI : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKSANAAN
Pada Bab ini akan diuraikan kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil Analisis Data. Kemudian berdasarkan kesimpulan tersebut diuraikan mengenai implikasi kebijaksanaannya.
(20)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
BAB 2
LANDASAN TEORITIS
2.1 Regresi Linier
Regresi linier digunakan untuk memodelkan hubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel tak bebas. Variabel yang mudah di dapat atau tersedia sering dapat digolongkan ke dalam variabel bebas sedangkan variabel yang terjadi karena variabel bebas merupakan variabel tak bebas. Variabel bebas dinyatakan dengan
) 1 ( , , , 2
1 X X k ≥
X k sedangkan variabel tak bebas akan dinyatakan dengan Y.
Regresi dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana satu variabel berhubungan dengan lainnya atau dengan beberapa variabel lainnya. Regresi ini dapat dibagi dua, yaitu:
1. regresi linier
2. regresi non-linier. Regresi non-linier ini dibagi dalam: a. regresi kuadratik, regresi kubik dsb.
(21)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
c. Regresi pangkat, d. dan lain-lain
Regresi membicarakan dua variabel, X dan Y , perubahan X menyebabkan perubahan pada Y, tetapi perubahan pada Y tidak bisa menyebabkan perubahan pada X. Dalam matematika, hubungan ini dikenal sebagai fungsi
) ( X f
Y =
Y = variabel dependen atau tergantung atau berubah tak bebas
X = variabel independen atau variabel berubah bebas
Jika variabel dependen dihubungkan dengan satu variabel independen saja, persamaan regresi yang dihasilkan adalah regresi linear sederhana (linear regression). Jika variabel independen-nya lebih dari satu, maka persamaan regresinya adalah persamaan regresi linear berganda (multiple linear regression).
(22)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Bentuk umum persamaan regresi linear yang menunjukkan hubungan antara dua variabel, yaitu variabel X sebagai variabel independen dan variabel Y sebagai variabel dependen adalah:
bX a
Y = + (2.1)
dimana: Y = variabel dependen
X = variabel independen
a = nilai konstanta
b = koefisien arah regresi
Persamaan diatas digunakan untuk menaksir nilai Y jika nilai a,b, dan X diketahui. Nilai nilai a merupakan nilai Y yang dipotong oleh kurva linear pada sumbu vertikal Y, atau dengan kata lain, a adalah nilai Y jika X = 0. Nilai b adalah kemiringan (slope) kurva linear yang menunjukkan besarnya nilai perubahan nilai Y sebagai akibat dari perubahan setiap unit nilai X.
Persamaan di atas merupakan model matematis deterministik, sebab apabila nilai variabel X diketahui, maka nilai variabel Y dapat ditentukan tanpa mengandung faktor kesalahan (error). Model matematis probabilistik atau disebut juga dengan istilah model matematis stochastik adalah:
(23)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Y =a+bX +e (2.2)
jika persamaan di atas, nilai variabel X sudah tertentu, nilai variabel Y masih belum dapat ditentukan. Ini disebabkan masih terdapatnya faktor kesalahan (e). Besarnya e (error) dapat ditentukan dengan formulasi sebagai berikut:
∧
−
=Y Y
e (2.3)
pada persamaan regresi dengan model determinisik, nilai e diasumsikan nol
dengan varians sama, sehingga pada persamaan (2.2), nilai Y =Y∧
2.1.2 Persamaan Estimasi Dengan Metode Kuadrat Terkecil ( Least Square Method)
Persamaan linear yang baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen adalah persamaan linear yang kurvanya mempunyai kesalahan yang minimum (Minimized the Error) antara titik estimasi dengan yang sebenarnya.
Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares Method) untuk menentukan persamaan linear estimasi, berarti memilih satu kurva linear dari beberapa
(24)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
kemungkinan kurva linear yang dapat di buat dari data yang ada, yang mempunyai kesalahan (error) paling kecil dari data aktual dengan data sebenarnya. Kriteria ini dikenal dengan istilah prinsip kuadrat terkecil (Principle Of Least Square). Prinsip pemilihan garis regresi ini adalah sebagai berikut:
“pilih garis yang mempunyai jumlah kuadrat deviasi nilai observasi Y terhadap nilai
Y prediksinya yang minimum sebagai garis regresi yang paling baik”
Prinsip pemilihan garis yang mempunyai nilai a dan b yang dapat meminimumkan:
2
)
( − ∧
=
∑
Yi YiSSE
Simbol SSE menunjukkan jumlah kuadrat deviasi, atau sering disebut jumlah kuadrat untuk kesalahan (Sum Of Square For Error). Prediksi kuadrat terkecil (Least Squares Prediction Line) sebagai berikut:
∧ ∧ ∧
+
=a bX
Y
yang menyatakan bahwa:
∧
Y : taksiran nilai Y
∧
(25)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
∧
b : taksiran nilai b
X : nilai tertentu X
Persamaan estimasi secara umum dapat di tulis sebagai berikut:
∧
+
=a bX
Y
∧
Y (Y hat) adalah nilai estimasi Y, a intersep kurva estimasi, b adalah slope kurva
estimasi. Nilai a dan b pada persamaan estimasi dapat ditentukan dengan formulasi sebagai berikut:
2 2
) (
. X X
n
XY X XY n b
Σ −
Σ −Σ Σ
Σ =
X b Y
a= −
Y : nilai rata-rata Y
X : nilai rata-rata X
n : banyaknya data yang digunakan sebagai sampel
(26)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabl dependen (Y). Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: perumusan hipotesis
0 :
0 b=
H
0 :b≠ HA
Jika b=0 berarti variabel independen (X) tidak berpengaruh terhadap vaiabel variabel dependen (Y). Sedangkan jika b≠0berarti variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
Langkah 2: menentukan nilai kritis pengujian dengan memperhatikan derajat
kebebasan dan tingkat signifikansi yang digunakan. Jika tingkat signifikansi yang digunakan 1%, maka nilai kritis pengujian adalah t(n−k;α/2), dimana pengujian dilakukan dengan dua sisi, sehingga α yang digunakan adalah α/2. Nilai kritis dapat ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi t.
Langkah 3: menentukan nilai thitungdengan formulasi sebagai berikut:
b hitung
S b
(27)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009 b
S adalah kesalahan standar koefisien regresi yang dapat ditentukan dengan
formula sebagai berikut:
( )
*2(
2)
2 ... 12 .
1 i
i k y b
R x
S S
i
− =
∑
, Sy.12....k adalah Kesalahan baku taksiran( )
(
)
1 ˆ 2
... 12
. − +
−
=
∑
Y Y n pS i
k y
nilai b=0, karena pada perumusan hipotesis nol, nilai b=0
Langkah 4: membuat keputusan terhadap hipotesis dengan membandingkan
nilaithitungdengan nilai ttabel. Jika nilai thitungabsolut lebih besar dari pada nilai
tabel
t , maka keputusannya menolak hipotesis nol
( )
H0 . Demikian sebalikya, jika nilai thitungabsolut lebih kecil dari pada nilai ttabel, maka keputusannya adalah menerima hipotesis nol( )
H0 .Langkah 5: pembuatan kesimpulan berdasarkan keputusan yang diambil.
Menolak H dan menerima 0 H , artinya secara statistik nilai b tidak sama A
dengan nol. Kesimpulannya berdasarkan statistik variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Demikian juga sebaliknya.
(28)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Hubungan fungsional antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X) adalah:
Y = f
(
X1,X2,,Xn)
(2.4)Dalam regresi berganda, persamaan regresi mempunyai lebih dari satu variabel independen. Secara umum, persamaan regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut:
Y =a+b X +b X + +bnXn
∧ ... 2 2 1 1 (2.5) ∧
Y : nilai estimasi Y
a : nilai Y pada perpotongan antara garis linear dengan summbu vertikal Y
n
X X
X1, 2,, : nilai variabel independen X ,1 X sampai 2 X n
n
b b
b1, 2,, : slope yang berhubungan dengan variabel X1, X2sampai X n
besarnya a ,b ,1 b sampai 2 b dapat ditentukan dengan menggunakan persmaan berikut n
ini:
∑
Y = na+b1∑
X1 +b2∑
X2 ++bn∑
Xn∑
X Y =a∑
X +b∑
X +b2∑
X1X2 + +bn∑
X1Xn 21 1 1
1
n
n X X
b X b X X b X a Y X
∑
∑
=∑
+∑
+∑
+ + 22 2 2 2 1 1 2
(29)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
∑
∑
∑
∑
=∑
+ + + + 22 2 1
1 n n n n
n
nY a X b X X b X X b X
X
Besarnya a ,b ,1 b sampai 2 b dapat dicari dengan memanipulasi persaman-persaman n
di atas.
2.2.1 Analisis Persamaan Regresi
Persamaan yang diperoleh dalam suatu prosesperhitungan tidak selalu baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen. Untuk mengetahui apakah suatu persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen diperlukan pengetahuan tentang hal-hal berikut ini:
1. koefisien regresi (uji parsial)
2. persentase pengaruh semua variabel indepnden secara bersama-sama
(simultan) terhadap nilai variabel dependen.
3. pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen (uji simultan).
Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi adalah sebagai berikut:
(30)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
1. Perumusan Hipotesis 0
: 1 2
0 b =b = =bn =
H
0
: 1 = 2 = = n ≠
A b b b
H
2. Penentuan nilai kritis, dengan meggunakan pengujian tabel distribusi t:
tn−(p+1);α/2
dimana, p adalah jumlah parameter.
3. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai
hitung
t masing-masing koefisien regresi dengan nilai ttabel(nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan.
Jika nilai thitungabsolut lebih besar dari pada nilai ttabel, maka keputusannya
menolak hipotesis nol
( )
H0 . Demikian sebalikya, jika nilai thitungabsolut lebih kecil dari pada nilai ttabel, maka keputusannya adalah menerima hipotesis nol( )
H0 .4. Kesimpulan
menolak
( )
H0 artinya nilai koefisien regresi dari setiap persamaan regresi berbeda dengan 0, sehingga dapat disimpulkan variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Terima( )
H0 artinya nilai koefisien regresi dari setiap persamaan regresi sama dengan dengan 0, sehingga dapat(31)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
disimpulkan variabel-variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Persentase pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi
( )
R2 . Misalnya diperoleh nilai koefisien determinasi( )
R2 adalah 0.97 artinya pengaruh semua variabel independen terhadap perubahan nilai variabel dependen adalah 97% dan sisanya 3% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independen yang digunakan.Uji simultan dilakukan Untuk mengetahui apakah semua variabel independen bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen.pengujian terhadap pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap perubahan nilai variabel dependen dilakukan melalui pengujian terhadap perubahan besarnya perubahan nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan (explained) oleh perubahan nilai semua variabel independen.
Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis terhadap variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi nilai variabel independen adalah sebagai berikut:
(32)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
( )
H0 : variasi perubahan nilai variabel independen tidak dapat menjelaskanvariasi perubahan nilai variabel dependen.
A
H : variasi perubahan nilai variabel independen dapat menjelaskan variasi
perubahan nilai variabel dependen.
2. Nilai kritis dalam distribusi F dengan tingkat signifikansi
( )
α dan degree of freedom (df) dengan F(p,(n−(p+1));α) dimana p adalah jumlah parameter.3. Tentukan nilai Fhitung
nilai
( )
( )
) 1 ( ˆ ˆ 2 2 + − − − =∑
∑
p n Y Y p Y Y F i i hit 4. KeputusanPengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai
hitung
F dengan nilai Ftabel(nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang
digunakan, jika:
hitung
F < Ftabel maka terima hipotesis H dan 0
hitung
(33)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
5. Kesimpulan
Terima H artinya semua variabel independen secara bersama-sama (secara 0
simultan) tidak berpengaruh terhadap perubahan variabel dependen.
Tolak H artinya semua variabel independen secara bersama-sama (secara 0
simultan) dapat berpengaruh terhadap perubahan variabel dependen.
2.2.2 Penyimpangan Terhadap Asumsi Model Klasik
Model regresi yang diperoleh dari metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Squares/OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linear tidak bias
yang terbaik (Best Lenear Unbias Estimator/BLUE). Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik, sebagai berikut:
1. Non-Multikolineritas. Artinya, antara variabel dependen yang satu dengan independen yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna.
2. Homoskedastisitas. Artinya, varians variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variabel independen.
3. Non-Autokorelasi. Artinya, tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam model melalui tenggang waktu (time lag). Misalnya, nilai suatu variabel saat ini akan
(34)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
berpengaruh terhadap nilai variabel laqin pada masa yang akan datang. Menurut model klasik ini tidak mungkin terjadi.
4. Nilai rata-rata kesalahan (error) populasi pada model stokastiknya sama dengan nol.
5. Variabel independen adalah non stokastik (nilai konstan pada setiap kali percobaan yang dilakukan secara berulang).
6. Distribusi kesalahan (error) adalah normal.
2.2.2.1 Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan1).
Diagnosis adanya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
1. Melalui nilai R , dan F RATIO. Jika 2 R tinggi, nilai F RATIO tinggi, 2
sedangkan sebagian besar atau bahkan seluruh koefisien regresi tidak signifikan (nilai thitung sangat rendah), maka kemungkinan terdapat multikolinearitas dalam model tersebut.
(35)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
2. Menentukan koefisien korelasi antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Jika antara dua variabel independen memiliki koefisien korelasi yang tinggi atau tanda koefisien korelasi variabel independen berbeda dengan tanda koefisien regresinya. Maka, di dalam model regresi tersebut terdapat multikolinearitas.
3. Membuat persamaan regresi antarvariabel independen. Jika koefisien
regresinya signifikan, maka dalam model terdapat multikolinearitas.
Menghilangkan adanya multikolinearitas pada suatu model regresi terdapat bermacam-macam cara. Cara yang sering digunakan yaitu dengan mentransformasi variabel. Nilai variabel yang digunakan mundur satu tahun. Misalnya pada model regresi:
e X b X b X b a
Y = + 1 1 + 2 2 + 3 3 +
terdapat multikoliearitas, maka untuk menghilangkan dapat dilakukan dengan mentransformasi variabel yang terdapat dalam model menjadi:
( )t−1 =a+b1X1( )t−1 +b2X2( )t−2 +b3X3( )t−1 +e( )t−1
(36)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
2.2.2.2 Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas artinya varians variabel dalam model tidak sama (konstan). Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir (estimator) yang diperoleh tidak efisien.
Diagnosis adanya heteroskedastisitas secara kuantitatif di dalam model regresi dapat dilakukan dengan melakukan pengujian korelasi ranking spearman
( )
r dapat s dihitung dengan formula:(
)
− −
=
∑
1 6
1 2
2
N N
d
rs i
yang menyatakan bahwa:
i
d : selisih ranking stndar deviasi (S) dan ranking nilai mutlak error (e). e=Y −Y∧ N : banyaknya sampel
Pengujian ini menggunakan disribusi t dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika nilai thitung> ttabel, maka pengujian menolak hipotesis nol
( )
H0 yang(37)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
2 1 2 s s r N r t − − =
dengan df = N-2
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan heteroskedastisitas dalam model regresi, yaitu dengan mentransformasi variabel menjadi log, menjadi:
e X b X b X b a
Y = + 1ln 1+ 2ln 2 + 3ln 3 +
ln
di-antilog-kan akan diperoleh model regresi: e X X aX
Y b b b3
3 2 2 1 1 = 2 1, b
b dan b menunjukkan elastisitas 3 X1, X2 dan X . 3
2.2.2.3 Autokorelasi
Autokorelasi artinya adanya korelasi antaranggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series.
Konsekuensi dari adanya autokorelasi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya.
(38)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Untuk megdiagnosis adanya autokorelasi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji durbin-watson (uji Dw) dengan etentuan sebagai berikut:
Dw Kesimpulan
Kurang dari 1,10 1,10 dan 1,54 1,55 dan 2,46 2,46 dan 2,90 lebih dari 2,91
Ada autokorelasi Tanpa ksimpulan Tidak ada autokorelasi
Tanpa kesimpilan Ada autokorelasi
Salah satu cara untuk menghilangkan pengaruh autokorelasi dapat dilakukan dengan memasukkan lag variabel Y ke dalam model sehingga model regresinya menjadi:
1 4 3 3 2 2 1
1 −
∧
+ +
+ +
=a b X b X b X b Yt
Y
(39)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linear antara suatu variabel dengan variabel lain. Biasanya, analisis korelasi digunakan dalam hubungannya dengan analisis regresi untuk mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan variasi nilai variabel dependen.
Ukuran statistik yang dapat menggambarkan hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain adalah koefisien determinasi
( )
r2 dan koefisien korelasi( )
r .2.3.1 Koefisien Determinasi
( )
r2Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan.
Koefisien determinasi adalah satu dikurangi rasio antara besarnya deviasi nilai Y observasi dari garis regresi dengan besarnya deviasi nilai Y observasi dari
rata-ratanya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
(
)
∑
∑
−
−
− =
∧
2 2 2
1
Y Y
Y Y r
(40)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
koefisien determinasi
( )
r2 adalah persentase nilai Y yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. Deviasi total adalah persentase deviasi yang dapat dijelaskan ditambah persentase deviasi yang tidak dapat dijelaskan. Dengan demikian persentase deviasi yang dapat dijelaskan ditambah persentase deviasi yang tidak dapat dijelaskan adalah 100% atau 1.Total Deviasi = Explained Variation + Unexplained Variation
dimana:
total deviasi dari semua titik (pasangan data) adalah
( )
2∑
Y −Yexplained variation = variasi yang dapat dijelaskan
−
∑
Y∧ Y 2 unexplained variation = variasi yang tidak dapat dijelaskan −
∑
∧ 2 Y Yatau dapat juga ditulis besrnya koefisien determinasi deviasi yang tidak dapat dijelakan dibagi deviasi total. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
(41)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
(
)
∑
∑
−
−
=
∧
2 2
2
Y Y
Y Y r
2.3.2 Koefisien Korelasi
( )
rKoefisien korelasi merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana keeratan hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain. Jika koefisien korelasi berhubungan dengan sampel yang digunakan, maka koefisiean korelasi besarnya adalah akar koefisien determinasi. Atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
2
r r =
Koefisien korelasi
( )
r dapat digunakan untuk:1. mengetahui keeratan hubungan (korelasi linear) antara dua variabel. 2. mengetahui arah hubungan antara dua variabel.
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dengan menggunakan koefisien korelasi adalah dengan menggunakan nilai absolut dari dari
(42)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
koefisien korelasi ersebut. Besarnya koefisien korelasi
( )
r antara dua macam variabel adalah nol sampai dengan ±1. Apabila dua buah variabel mempunyai nilai r = 0, berarti antara dua variabel tersebut tidak ada hubungan. Sedangkan apabila dua buah variabel mempunyai r±1, maka dua buah variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna.Semakin tinggi nilai r (semakin mendekati 1), maka tingkat keeratan
hubungan antara dua variabel tersebut semakin tinggi. Dan sebaliknya semakin rendah r (semakin mendekati 0), maka tingkat keeratan hubungan antara dua variabel
tersebut semakin lemah.
Koefisien korelasi dapat juga digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara dua variabel. Tanda (+ dan -) yang terdapat pada koefisien korelasi menunjukkan arah hubungan antara dua variabel tersebut. Tanda minus (-) pada nilai
r menunjukkan hubungan yang berlawanan arah. Artinya, apabila nilai variabel yang
satu naik, maka nilai variabel yang lain turun. Tanda plus (+) pada nilai r
menunjukkan hubungan yang searah. Artinya, apabila nilai variabel yang satu naik, maka nilai variabel yang lain juga naik.
(43)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
BAB 3
GAMBARAN UMUM
(44)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Ekonomi makro adalah merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari masalah ekonomi secara keseluruhan/totalitas (agregate) atau dapat diartikan sebagai ilmu ekonomi yang membicarakan perekonomian sebagai suatu keseluruhan yang mengabaikan unit-unit individu serta masalah-masalah yang dihadapinya. Maksud digunakannya istilah “keseluruhan (agregate)” yaitu untuk menonjolkan bahwa yang menjadi pusat perhatian dari ekonomi makro adalah variabel-variabel ekonomi secara totalitas, variabel-variabel ekonomi makro yang digunakan oleh penulis adalah inflasi, jumlah uang beredar, investasi, besarnya nilai ekspor dan impor.
Variabel adalah elemen dasar dari sebuah model dan karenanya perlu didefinisikan secara jelas dan tepat.
Pengelompokan variabel –variabel dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen yaitu variabel-variabel yang nlainya ditentukan diluar model atau dengan kata lain nilai variabel ini sudah tertentu. Sementara variabel endogen merupakan variabel yang nilainya baru dapat ditentukan bila nilai variabel-variabel eksogen diketahui nilainya.
Untuk membangun ekonomi makro indonesia, salah satunya dapat ditempuh melalui salah satu pendekatan fundamental ekonomi makro kuat.
(45)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Yang dimaksud dengan fundamental ekonomi makro kuat menurut H.
Soeharsono Sagir, prasyaratnya adalah: "Pertumbuhan ekonomi tinggi/GDP/GNP yang meningkat signifikan, minimal 3 kali dari pertumbuhan penduduk (6%/tahun); yang didukung oleh: perluasan kesempatan kerja, tidak terjadi carry over penganggur yang tidak terserap oleh pasar kerja/kenaikan GDP/GNP."
Yang terjadi sekarang bukan saja carry over tenaga kerja yang tidak terserap, tetapi justru bertambah karena PHK atau makin meningkatnya angka pengangguran.
Korelasi positif antara pertumbuhan dan perluasan kesempatan kerja, dapat pula tercermin dari dukungan kemampuan pemerintah (fiskal) yang tidak terus menerus defisit, hingga makin tergantung pada utang luar negeri (memperbesar utang) ditambah menutup defisit dengan menjual kekayaan negara (aset negara); kemampuan sektor moneter (bank) sebagai lembaga intermediasi, memupuk modal (simpanan masyarakat) untuk disalurkan sebagai kredit meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (perluasan kesempatan kerja artinya peningkatan pendapatan).
Selain sektor fiskal dan moneter yang sehat, fundamental ekonomi makro kuat, perlu didukung sektor perdagangan luar negeri yang sehat atau neraca pembayaran yang favorable. Artinya cadangan devisa yang tersedia dan tercatat di Bank Indonesia
(46)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
sebagai manajer cadangan devisa - merupakan hasil dari surplus ekspor, bukan bersumber dari masuknya modal dari luar negeri, tambahan utang atau arus masuknya asing (PMA).
Per t um b uh an ek on om i, per luasan k esem pat an k er j a, f isk al, m onet er / b ank y ang sehat dan per d agang an lu ar neger i y ang su r plus ( cad angan dev isa n aik , b uk an k ar ena t am bah an ut ang) , per t um b uhan ek onom i t anpa k er usak an lingk u ngan ( b anj ir , h ut an g und ul, p olusi air ) m er upak an p r asy ar at unt uk f undam ent al ek on om i m ak r o k u at . Men ur ut H. Soehar sono Sagir Fundam ent al ek onom i k uat , t id ak hany a ber ind ik asi inf lasi dan n ilai t uk ar t er k endali at au st ab il. Ek on om i m ak r o k u at , j ik a k it a beb as dar i ek on om i biay a t ingg i, dan pr od uk k it a m em ilik i unggu lan d ay a saing ( k om pet it if, deng an ek sp or leb ih besar d ar ipada im por ) .
3.2 Inflasi (inflation)
Inflasi sendiri didefenisikan sebagai kondisi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik, harga beras, bahan bakar mobil, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga mengalami kenaikan. Kebalikannya adalah deflasi dimana harga-harga dan biaya-biaya secara umum turun. (Samuelson, 1989:196).
Sedangkan Lerner (Gunawan, 1991:1) mendefenisikan inflasi sebagai suatu keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian, secara keseluruhan dan terus-menerus. Kelebihan
(47)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
permintaan tersebut dapat diartikan ganda yaitu, pengeluaran yang diharapkan terlalu banyak dibandingkan dengan barang yang tersedia, atau barang yang tersedia terlalu sedikit bila dibandingkan dengan tingkat pengeluaran yang diharapkan.
Ada beberapa alasan pentingnya laju inflasi diperhatikan dan dipelajari oleh penentu kebijakan, yaitu:
1. Inflasi yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan distribusi tidak merata.
2. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan berkurangnya tabungan domestik yang merupakan sumber dana investasi bagi negara sedang berkembang.
3. Inflasi yang tinggi mengakibatkan terjadinya deficit neraca perdagangan dan meningkatkan utang luar negeri.
4. Inflasi yang tinggi dapat berdampak terhadap ketidakstabilan politik dalam negeri.
5. Inflasi dapat merangsang pertumbuhan ekonomi melalui transfer sumber-sumber dari masyarakat (rumah tangga) ke investor.
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi:
Kenaikan harga
(48)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Berlangsung terus menerus
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi dari pada harga periode sebelumnya. Perbandingan tingkat harga bisa dilakukan dengan jarak waktu yang lebih panjang: seminggu, sebulan, triwulan dan setahun.
Perbandingan harga juga bisa dilakukan berdasarkan patokan musiman. Misalnya, pada musim paceklik harga beras bisa mencapai Rp. 5000 per kilogram. sebab harga gabah telah naik. Tetapi di musim panen, harganya dapat lebih murah, karena harga gabah juga biasanya lebih murah. Dengan demikian, dapat dikatakan pada musim paceklik selalu terjadi kenaikan harga beras.
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut menyebabkan harga-harga secara umum naik. Misalnya harga buah mangga di medan, jika belum musimnya dapat mencapai Rp. 15.000,00 per kilogram. Tetapi jika sudah musimnya, dpat di beli hanya dengan harga Rp. 5.000,00 – Rp. 7.500,00 per kilogram. Jadi harga mangga pada periode-periode tertentu akan mengalami kenaikan dua sampai tiga kali lipat. Tetapi kenaikan mangga yang sangat tajam tersebut tidak menimbulkan inflasi, karena komoditas lain tidak naik. Mangga bukanlah komoditas pokok, sehingga tidak memiliki dampak besar terhadap sabilitas harga.
(49)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Jika pmerintah melaporkan bahwa inflasi tahun ini adalah 10%, artinya akumulasi inflasi adalah 10% per tahun. Inflasi triwulan rata-rata 2,5% (10%:4), sedangkan inflasi bulanan sekitar 0,83% (10%:12).
Milton Friedman seorang ekonom besar yang memenangkan hadiah nobel dalam ilmu ekonomi pada tahun 1976 memandang bahwa inflasi merupakan bagian dari ekonomi moneter, sebagaimana diungkapkannya dalam sebuah tulisannya, bahwa “Inflasi selalu dan dimana pun merupakan fenomena moneter,” (Mankiw, 2000:154)
Analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi terhadap inflasi sejak tahun 1970-an dapat dibedakan menjadi dua kelompok aliran, yakni Keynesian dan Monetaris.
Teori inflasi Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan
(50)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.
Teori inflasi Moneterisme berpendapat bahwa, inflasi timbul disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing.
Inflasi sendiri didefenisikan sebagai kondisi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik, harga beras, bahan bakar mobil, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga mengalami kenaikan. Kebalikannya adalah deflasi dimana harga-harga dan biaya-biaya secara umum turun. (Samuelson, 1989:196).
Sedangkan Lerner (Gunawan, 1991:1) mendefenisikan inflasi sebagai suatu keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian, secara keseluruhan dan terus-menerus. Kelebihan permintaan tersebut dapat diartikan ganda yaitu, pengeluaran yang diharapkan terlalu
(51)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
banyak dibandingkan dengan barang yang tersedia, atau barang yang tersedia terlalu sedikit bila dibandingkan dengan tingkat pengeluaran yang diharapkan.
3.3 Investasi
Investasi didefinisikan sebagai semua pengeluaran pada barang-barang kapital riil. Akan tetapi, dalam investasi juga mencakup pembelian aktiva. Secara umum pengeluaran invesasi berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang ada saat ini untuk diperoleh penggunaan atau manfaatnya pada saat yang akan datang.
Dilihat dari jenisnya, investasi dapa di bagimenjadi dua macam yaitu investasi riil dan investasi finansial. Yang dimaksud dengan investasi riil yaitu investasi terhadap barang-barang tahan lama (barang-barang modal) ang akan digunakan dalam proses produksi. sedangkan investasi finansial adalah investasi terhadap surat-surat berharga, misalnya pembelian saham, obligasi dan surat bukti hutang lainnya. Dari segi siapa kah yang pada umumnya melakukan investasi dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. pemerintah (public investment) 2. swasta (private investment) 3. pemerinah dan swasta
(52)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Investasi mempunyai peranan yang penting dalam unsur pendapatan nasional, penurunan investasi akan memberikan dampak penurunan yang lebih besar terhadap pendapatan nasional. Penurunan investasi akan menyebabkan tingkat tingkat pendapatan nasional akan menurun karena peranan investasi terhadap kapasitas produksi sangat besar. Investasi akan memperbesar pengeluaran masyaraka melalui peningkatan pendapatan masyarakat. Faktor produksi akan mengalami penyusutan, sehingga akan mengalami produktivitas. Supaya tidak terjadi penurunan produktivitas harus diimbangi dengan investasi yang lebih besar dari penyusunan faktor-faktor produksi. Perekonomian masyarakat akan berkembang secara dinamis dengan naiknya investasi yang lebih besar dari penyusuan faktor produksi. Bila penambahan investasi lebih kecil, maka terjadi stagnasi perekonomian untuk dapat berkembang.
Ketidakstabilan investasi ini, membuat ahli ekonomi mengikuti pandangan keynes: agar perekonomian dapat berkembang dan tumbuh, kebijakan moneter diperlukan untuk mengatur tingkat bunga yang layak untuk mengadakan invstasi, karena tingkat bunga yang tinggi akan menekan tingkat investasi dalam perekonomia. Keynes mengatakan, masalah investasi baik diinjau dari penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep tingkat pengembalian modal. Investasi dilakukan, apabila itngkat pengembalian modal lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku.
(53)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
3.4 Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar adalah total stok uang dalam perekonomian pada periode tertentu yang biasanya dalam kurun waktu satu tahun anggran. Jumlah uang beredar bukan hanya untuk uang yang beredar di tangan masyarakat, melainkan seluruh uang yang dikeluarkan secara resmi oleh bank sentral maupun bank umum. Jumlah uang beredar yang dimaksud disini adalah jumlah keseluruhan uang kartal dan uang giral yang beredar pada periode tahunan.
Uang kartal adalah uang yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh pemerintah melalui bank indonesia (bank sentral). Uang kartal merupakan jenis uang yang di akui oleh pemerintah sebagai alat pembayaran sah, dan keberadaannya dilindungi oleh undang-undang. Uang kartal dapat berupa uang kertas maupun uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada KPKN (kantor perbendaharaan dan kas negara) dan bank umum. Yang dimaksud uang giral adalah uang yang diterbitkan oleh bank-bank umum. Sebagai contoh rekening giro, surat hutang, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan dalam rupiah yang sudah jatuh waktu, yang seluruhya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada sistim moneter.
(54)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
3.6 Perdagangan Luar Negeri
Perdagangan luar negeri adalah perdagangan antar negara yang memiliki kesatuan hukum dan kedaulatan yang berbeda dengan kesepakatan tertentu dan memenuhi kaidah-kaidah baku yang telah ditentukan dan diterima secara internasional.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan luar negeri diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh barang atau sumber daya yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri.
2. Untuk mendapatkan barang yang sebenarnya dapat dihasilkan di dalam negeri tetapi kualitasnya belum memenuhi syarat.
3. Untuk mendapatkan teknologi yang lebih modern dalam rangka
memberdayakan sumber daya alam di dalam negeri.
4. Untuk memperluas pasaran produk yang dihasilkan di dalam negeri. 5. Mendapatkan keuntungan.
Dalam konteks perdagangan luar negeri terkadang volume perdagangan antara negara diistilahkan dengan defisit dan surflus. Defisit terjadi bila pembeliannya (impor) lebih banyak dari pada penjualannya (ekspor), sebaliknya surflus bila penjualannya (ekspor) lebih besar dari pembeliannya (impor).
(55)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Nilai ekspor mencerminkan permintaan barang dan jasa yang dihasilkan perekonomian suatu daerah oleh masyarakat luar negeri. Kenaikan nilai ekspor merupakan indikasi kenaikan permintaan oleh masayarakat luar negeri terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perekonomian daerah tersebut. Oleh karena itu, jika nilai ekspor suatu daerah meningkat akan mendorong naiknya harga-harga.
Nilai impor menunjukkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat luar negeri. Peningkatan nilai impor memberikan indikasi bahwa permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat luar negeri menngkat. Kenaikan nilai impor ini akan menambah barang dan jasa di dalam perekonomian, sehingga laju inflasi akan menurun
3.7 Laju Inflasi di Sumatera Utara
Inflasi merupakan salah satu indikator dalam perencanaan perekonomian pembangunan suatu daerah. Tinggi rendahnya angka inflasi akan memberikan dampak bagi perekonomian. Terlalu tingginya angka inflasi lebih dari 2 digit dapat menghambat pembangunan, karena dapat memperkecil nilai pendapatan riil.
Inflasi di Sumut adalah gejala inflasi pada umumnya yang merupakan pergerakan harga-harga umum yang sifatnya stationary. Inflasi bukan merupakan
(56)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
trend melainkan gerakan naik turunnya harga-harga umum sebagai akibat dari perubahan-perubahan variabel bebas, yang umumnya terkait erat dengan meningkatnya jumlah uang beredar. Kenaikan jumlah uang beredar dalam perekonomian Sumut dapat terjadi karena meningkatnya pengeluaran agregat yang dipicu oleh ekspansi kredit (ekspansi moneter secara umum) dan peningkatan pengeluaran oleh pemerintah daerah Propinsi, Kabupaten atau Kota.
Berikut data inflasi dan variabel-variabel makro lainnya di propinsi sumatera utara tahun 1990-2006:
Tabel 3.1 Data Inflasi Dan Variabel-Variabel Makro Lainnya di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006
Obs Inflasi (%)
Investasi (US. $.000)
Ekspor (ton)
Impor (ton)
jumlah Uang Beredar (miliar rupiah)
1990 7,56% 588.613,83 3.021.622 1.537.463 23.819
1991 8,99% 49.163,59 3.478.838 1.390.363 26.342
1992 4,56% 129.290,00 3.711.046 1.405.989 28.779
(57)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
1994 6,78% 20.255,93 4.083.768 1.727.141 45.374
1995 10,54% 104.843,11 3.633.141 2.128.075 52.677
1996 8,7% 58.222,54 3.920.002 2.302.568 64.089
1997 13,1% 61.406,62 4.886.759 2.139.307 78.343
1998 83,56% 81.419,40 4.401.819 959.311 101.197
1999 1,37% 58.805,03 5.150.993 2.601.042 124.632
2000 5,73% 78.826,00 5.166.654 2.620.166 162.186
2001 14,78% 39.902,11 5.492.341 2.830.242 177.731
2002 9,59% 13.822,57 6.622.573 2.684.055 191.939
2003 4,23% 97.757,97 5.490.113 2343.112 223.799
2004 6,80% 77.672,04 7.512.890 3.221.858 253.818
2005 22,41% 85.834,58 8.174.804 3.717.119 281.905
2006 15,28% 182.038,82 8.704.825 4.404.172 361.073
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara
Berdasarkan gambar di atas bahwa stabilitas harga di Sumut berada pada laju inflasi di bawah dua digit untuk waktu yang lama. Kecuali pada tahun 1995, 1997, 1998 dan 2001, 2002 dan 2006. angka inflasi menembus dua digit dan yang terparah teradi pada tahun 1998 dengan laju inflasi mencapai angka tertinggi, yakni 83,56%. Tetapi seiring dengan kebijakan-kebijakan stabilisasi yang dilakukan secara nasional, misalnya pengetatan jumlah uang beredar (tigh money policy), menurunkan suku bunga SBI, maka inflasi tahun 1999 di Sumut turun drastis hingga hanya 1,37%. Tetapi perlu diingat bahwa inflasi sebenarnya merupakan gejala lumrah perekonomian
(58)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
yang bergairah dengan naiknya pengeluaran agregat, tetapi inflasi pada tahun 1998 lebih banyak disebabkan oleh imported inflation karena depresiasi nilai rupiah yang besar selama 1997-1998. Banyak perusahaan industri mengalami kenaikan biaya produksi akibat naiknya harga bahan baku impor dalam rupiah.
(59)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
1.37%
Gambar 3.1 Pe rtumbuhan Laj u Inflasi untuk Tahun 19 90-200 6
4.56% 5.73%
4.23% 13.10%
8.70% 9.75%
6.78% 10.54% 7.56%8.99%
6.80% 14.78%
9.59%
15.28% 22.41% 83.56%
Dari gambar diatas masa krisis (resesi) inflasi yang tinggi terjadi pada tahun 1998 yang merupakan gejala cost push inflation yang tidak saja karena faktor-faktor struktural dalam negeri dan di daerah sendiri, tetapi juga karena kenaikan biaya produksi yang menggunakan bahan baku impor dan barang konsumsi impor.
(60)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Investasi sangat diharapkan sebagai penggerak perekonomian Sumatera Utara, karena terbatasnya dan yang dimiliki pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi ini, peran investasi oleh swasta sangat diharapkan, baik investasi dari luar negeri (PMA) maupun investasi dalam negeri (PMDN).
Dari tabel diatas juga dapat dilihat puncak investasi di sumatera utara terjadi pada tahun 1990. hal ini bisa dicapai dengan banyaknya bermunculan bank-bank swasta baru milik konglomerat indonesia. Penurunan tingkat investasi 1991 sangat besar karena gairah perekonomian mengalami penurunan. Pada tahun 2002 adalah tingkat investasi terendah di sumatera utara dari tahun 1990-2006.
Perdagangan luar negeri sumatera utara terus mengalami peningkatan pada tahun 2003 sampai pada tahun 2006. pada tahun 2006 volume ekspor sumatera utara mencapai nilai tertinggi 8,7 juta ton dan volume impor sebesar 3,4 juta ton Yang juga merupakan impor tertinggi untuk tahun 1990 sampai tahun 2006. sedangkan jumlah uang beredar terus mengalami peningkatan mulai dari tahun 1990 sampai tahun 2006.
(61)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
BAB 4
ANALISIS DATA
4.1 Analisis Data
Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, untuk kemudian di analisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Adapun alat bantu dalam mengolah data sekunder ini adalah Program
SPSS.
Dari perhitungan data (Lampiran B) diperoleh suatu persamaan:
4 1 4 3 1 3 2 1 2 2 1 1
1y b x b x x b x x b x x
x
∑
∑
∑
∑
∑
= + + + 4 2 4 3 2 3 2 2 2 2 1 12y b x x b x b x x b x x
x
∑
∑
∑
∑
∑
= + + + 4 3 4 2 3 3 3 2 2 3 1 13y b x x b x x b x b x x
x
∑
∑
∑
∑
(62)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
∑
∑
∑
∑
∑
= + + + 24 4 4 3 3 4 2 2 4 1 1
4y b x x b x x b x x b x
x
Dapat disubtitusikan nilai-nilai yang bersesuaian , sehingga di peroleh persamaan:
4.410.994,81 = 274.319.330.959,49b1 - 742.714.539.580,18b2
-213.980.930.457,93b3 - 28.747.893.943,23b4
-17.481.589,47 = -742.714.539.580,18 b1 + 46.183.504.627.848 b2 +
21.572.697.318.943b3 + 2.694.143.803.898 b4
-79.853.791,38 = -213.980.930.457,93 b1 + 21.572.697.318.943b2 +
12.444.993.190.197,50b3 + 1.290.194.499.943,76b4
-316.903,04 = -28.747.893.943,23 b1 + 2.694.143.803.898b2 + 1.290.194.499.943,76 b3 + 169.676.229.269,88b4
Setelah persamaan di atas diselesaikan, maka diperoleh koefisien-koefisien regresi linier ganda sebagai berikut:
b1 = 0,0000023 b2 = 0,0000087 b3 = -0,000033 b4 = 0,000
Unuk mendapatkan b0 :
4 4 3 3 2 2 1 1
0 Y b X b X b X b X
(63)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
441,65) 0,000(131. -) .346.257,3 0,000033(2 5.141.289) ( 0000087 , 0 ) 61 , 915 . 104 ( 0000023 , 0 75 , 13
0 = − − +
b
=
0
b 30,375
Dengan demikian persamaan regresi linier ganda atas X1, X2, X3, dan X4 adalah
4 3
2
1 0,0000087 0,000033 0,000
0000023 , 0 375 , 30
ˆ X X X X
Y = + + − +
Langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis nyata tidaknya model regresi linier dengan mengambil hipotesa:
H0: b0 = b1 = b2 = b3 = b4 = 0
H1: b0 =b1 =b2 =b3 =b4 ≠0 Atau dengan kata lain
H0 : tidak ada hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat
H1 : ada hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat
Uji yang dilakukan untuk menguji hipotesa tersebut adalah dengan menentukan nilai F. Untuk menentukan nilai F perhatikan tabel berikut:
(64)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 4.1.1 Tabel Untuk Menentukan Nilai F
(
)
( )
) 1 ( ˆ ˆ 2 2 + − − − =∑
∑
p n Y Y p Y Y F i i hit = 12 9 , 056 . 3 4 2 , 508 . 2Obs Yˆ e=Yi −Yˆ
( )
2
ˆ Y
Yi − Yˆ−Y
( )
Yˆ−Y 21 10.16241502 -2.60 6.77 -3.59 13
2 18.09760611 -9.10760611 82.95 4.35 19
3 20.08549995 -15.5254999 241.04 6.34 40
4 7.449429648 2.300570352 5.29 -6.30 40
5 14.46768264 -7.68768264 59.10 0.72 1
6 -1.658680364 12.19868036 148.81 -15.41 237
7 -3.657944955 12.35794496 152.72 -17.41 303
8 11.90600106 1.193998942 1.43 -1.84 3
9 49.48816734 34.07183266 1,160.89 35.74 1,277
10 4.490932229 -3.12093223 9.74 -9.26 86
11 8.538940954 -2.80894095 7.89 -5.21 27
12 6.215403209 8.564596791 73.35 -7.53 57
13 22.57218719 -12.9821872 168.54 8.82 78
14 27.94771443 -23.7177144 562.53 14.20 202
15 20.1349916 -13.3349916 177.82 6.38 41
16 12.93324235 9.476757647 89.81 -0.82 1
17 4.556411577 10.72358842 115.00 -9.19 85
(65)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
= 2,46
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, dari distribusi Ftabel untuk
dkpembilang = 4, dkpenyebut = 12 dan Ftabel (0,05) = 3,26. sehingga didapat Fhitung lebih
kecil Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan linier
antara variabel bebas dan variabel terikat. Dikarenakan tidak terdapat hubungan linier, maka hubungan antara variabel tersebut adalah non linier. Untuk mendeteksi hubungan tersebut dapat dilihat melalui pendekatan model dari visualisasi grafik scatterplot masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
9000000.000 8000000.000 7000000.000 6000000.000 5000000.000 4000000.000 3000000.000
Ekspor
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Inf
lasi
600000.000 500000.000 400000.000 300000.000 200000.000 100000.000 0.000
Investasi
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Inf
(66)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
400000.000 300000.000 200000.000 100000.000 0.000
Jumlah Uang Beredar
100% 80% 60% 40% 20% 0% Inf lasi
Gambar 4.1.1 Visualisasi Grafik Masing-Masing Variabel Independen Terhadap Inflasi
Dari visualisasi grafik scatterplot dapat dilihat bahwa model linier sangat tidak mungkin terjadi, maka data perlu untuk ditransformasi supaya menjadi linier. Model diatas linier dalam parameter tetapi tidak dalam variabel. peneliti mencoba dengan pendekatan model transformasi kebalikan (grafik lebih dekat ke fungsi kebalikan)
e X b X b X b X b a
Yi +
+ + + + = 4 4 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1
Atau dapat dituliskan persamaan estimasi Y:
4500000.000 4000000.000 3500000.000 3000000.000 2500000.000 2000000.000 1500000.000 1000000.000 500000.000 Impor 100% 80% 60% 40% 20% 0% Inf lasi
(67)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
e X b X b X b X b a
Yi = + 1 1* + 2 2*+ 3 3*+ 4 4* +
Dari persamaan:
( )
* 4 * 1 4 * 3 * 1 3 * 2 * 1 2 2 * 1 1 *1 y b x b x x b x x b x x
x
∑
∑
∑
∑
∑
= + + +( )
* 4 * 2 4 * 3 * 2 3 2 * 2 2 * 2 * 1 1 *2
y
b
x
x
b
x
b
x
x
b
x
x
x
∑
∑
∑
∑
∑
=
+
+
+
( )
* 4 * 3 4 2 * 3 3 * 3 * 2 2 * 3 * 1 1 *3 y b x x b x x b x b x x
x
∑
∑
∑
∑
∑
= + + +( )
* 2 4 4 * 4 * 3 3 * 4 * 2 2 * 4 * 1 1 *4
∑
∑
∑
∑
∑
x y =b x x +b x x +b x x +b xDapat disubtitusikan nilai-nilai yang bersesuaian (lampiran C), sehingga di peroleh persamaan:
- 0.00052953 = 48.10-10 b1 – 3.10-12 b2 – 5.10-12 b3 – 55.10-11 b1
-0.00000087 = -3.10-12 b1 + 65.10-15 b2 + 14.10-14 b3 + 118.10-13 b4
0.00003615 = -5.10-12 b1 + 14.10-14 b2 + 65.10-14 b3 + 25.10-12 b4
-0.00067970 = - 55.10-11 b1 118.10-13 b2 + 25.10-12 b3 + 27.10-10 b4
Setelah persamaan diatas diselesaikan, maka diperoleh koefisien-koefisien regresi linier berganda setelah parameternya ditransformasi sebagai berikut:
(1)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
80 60
40 20
0 -20
Regression Deleted (Press) Residual
4
3 2 1
0 -1 -2
-3
R
egressi
on
S
tudent
iz
ed
D
el
et
ed
(P
ress)
R
esi
dual
Dependent Variable: Inflasi Scatterplot
3 2
1 0
-1 -2
Regression Studentized Residual 4
3
2
1
0
-1
-2
-3
R
egressi
on
S
tudent
iz
ed
D
el
et
ed
(P
ress)
R
esi
dual
Dependent Variable: Inflasi Scatterplot
(2)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Correlations
1.000 -.103 .597 -.175
-.103 1.000 -.090 -.154
.597 -.090 1.000 .586
-.175 -.154 .586 1.000
. .347 .006 .251
.347 . .366 .277
.006 .366 . .007
.251 .277 .007 .
17 17 17 17
17 17 17 17
17 17 17 17
17 17 17 17
Inflasi kbinv kbimp kbjub Inflasi kbinv kbimp kbjub Inflasi kbinv kbimp kbjub Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Inflasi kbinv kbimp kbjub
Variables Entered/Removedb
kbjub, kbinv, kbimpa
. Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Inflasi b.
Model Summaryb
.891a .794 .746 9.397225 1.840
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson Predictors: (Constant), kbjub, kbinv, kbimp
a.
Dependent Variable: Inflasi b.
ANOV Ab
4423.895 3 1474.632 16.699 .000a
1148.002 13 88.308
5571.897 16
Regres sion Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean S quare F Sig.
Predic tors: (Constant), kbjub, kbinv, kbim p a.
Dependent Variable: Inflasi b.
(3)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Coefficients
a-13.635
6.862
-1.987
.068
-143894
137651.6
-.133
-1.045
.315
-.103
-.278
-.132
.976
1.024
1E+008
1E+007
1.066
6.862
.000
.597
.885
.864
.657
1.523
-1175309
224441.5
-.820
-5.237
.000
-.175
-.824
-.659
.646
1.547
(Constant)
kbinv
kbimp
kbjub
Model
1
B
Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Zero-order
Partial
Part
Correlations
Tolerance
VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Inflasi
a.
Descriptive Statistics
13.74882 18.661284 17
******** .0000172733 17
******** .0000002026 17
******** .0000130211 17
Inflasi kbinv kbimp kbjub
(4)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
Correlations
1.000 -.103 .597 -.175
-.103 1.000 -.090 -.154
.597 -.090 1.000 .586
-.175 -.154 .586 1.000
. .347 .006 .251
.347 . .366 .277
.006 .366 . .007
.251 .277 .007 .
17 17 17 17
17 17 17 17
17 17 17 17
17 17 17 17
Inflasi kbinv kbimp kbjub Inflasi kbinv kbimp kbjub Inflasi kbinv kbimp kbjub Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Inflasi kbinv kbimp kbjub
Variables Entered/Removedb
kbjub, kbinv, kbimpa
. Enter
Model 1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Inflasi b.
Model Summaryb
.891a .794 .746 9.397225 1.840
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), kbjub, kbinv, kbimp a.
Dependent Variable: Inflasi b.
Coefficients
a-13.635
6.862
-1.987
.068
-143894
137651.6
-.133
-1.045
.315
.976
1.024
1E+008
1E+007
1.066
6.862
.000
.657
1.523
-1175309
224441.5
-.820
-5.237
.000
.646
1.547
(Constant)
kbinv
kbimp
kbjub
Model
1
B
Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Tolerance
VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Inflasi
a.
(5)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
ANOV Ab
4423.895 3 1474.632 16.699 .000a
1148.002 13 88.308
5571.897 16
Regres sion Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean S quare F Sig.
Predic tors: (Constant), kbjub, kbinv, kbimp a.
Dependent Variable: Inflasi b.
Collinearity Diagnosticsa
3.259 1.000 .01 .03 .01 .02
.515 2.516 .00 .54 .01 .16
.171 4.359 .21 .39 .06 .62
.055 7.685 .78 .04 .92 .20
Di mension 1
2 3 4 Model 1
Eigenvalue
Condition
Index (Constant) kbinv kbimp kbjub
Variance Proportions
Dependent Vari able: Inflasi a.
2 1 0 -1 -2
Regression Standardized Residual
4
3
2
1
0
Frequency
Mean = 8.88E-16 Std. Dev. = 0.901 N = 17
Dependent Variable: Inflasi Histogram
(6)
Ahmad Iqbal : Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Makro Terhadap Laju Inflasi (Kasus Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2006), 2008.
USU Repository © 2009
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Observed Cum Prob 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
E
xpect
ed
C
um
P
rob
Dependent Variable: Inflasi