Faktor Penyakit Faktor Bukan Penyakit

7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi disebut juga dengan edentulous. Kehilangan gigi dapat didefinisikan sebagai hilangnya beberapa atau semua gigi pada lengkung rahang. 6,24 Hilangnya gigi akan menyebabkan penurunan tulang alveolar, migrasi gigi tetangga serta dapat memengaruhi jaringan pendukung dalam menerima restorasi prostetik yang adekuat. 24

2.1.1 Etiologi

Secara umum kehilangan gigi merupakan hasil dari suatu proses penyakitsehingga dapat diklasifikasikan sebagai masalah rongga mulut. Kehilangan gigi geligi lebih sering disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor lain seperti trauma, sikap dan karakteristik terhadap pelayanan kesehatan gigi, faktor sosio demografi serta gaya hidup juga turut memengaruhi hilangnya gigi. 25,26

2.1.1.1 Faktor Penyakit

Karies gigi dapat dialami setiap orang dan masih merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut. 3,26,27 Penyebab utama dari kehilangan gigi adalah karies dan penyakit periodontal. 6,25 Karies merupakan penyakit infeksi gigi yang ditandai dengan adanya kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi pit, fisur dan daerah interproksimal meluas ke arah pulpa. Karies dapat timbul pada satu permukaan gigi dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam seperti enamel meluas ke dentin atau ke pulpa. 26,27 Karies gigi yang tidak dirawat dapat bertambah buruk sehingga akan menimbulkan rasa sakit danberpotensi menyebabkan hilangnya gigi. 26 Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi pada jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. 28,29 Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan 8 yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah iritasi atau peradangan pada gusi yang disebabkan oleh bakteri plak yang terakumulasi diantara gigi dan gusi. Jika gingivitis tidak dirawat maka akan berkembang memengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum, keadaan ini disebut periodontitis. Selama proses periodontitis terjadi resorbsi tulang secara progresif, apabila tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Penyakit periodontal akan meningkat dengan meningkatnya umur, dari 6 pada umur 25–34 tahun menjadi 41 pada umur 65 tahun keatas. 28,29

2.1.1.2 Faktor Bukan Penyakit

Trauma atau injuri baik yang langsung mengenai gigi maupun jaringan sekitarnya dapat membuat gigi terlepas dari soketnya. Kehilangan gigi akibat trauma dapat terjadi karena kecelakaan seperti kecelakaan bermotor, bersepeda, serangan pada wajah, dan kontak ketika berolahraga. 28 Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan upaya pencegahan yang dapat memengaruhi jumlah gigi yang tinggal dalam rongga mulut. 30 Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan dasar RISKESDAS tahun 2013, pada responden umur diatas 12 tahun mengalami kerusakan gigi rata-rata 5 gigi per orang, rata-rata 4 gigi per orang sudah dicabut. Keadaan ini mungkin akibat kunjungan ke pelayanan kesehatan gigi sudah terlambat, sehingga gigi tidak dapat dipertahankan lagi dan harus dicabut. Sesuai dengan laporan hasil pencatatan dan pelaporan penderita pengunjung puskesmas SP2TP pada akhir pelita V, terlihat tingginya persentase pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi untuk pencabutan yaitu 79,6. 31 Dapat dikatakan bahwa masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mempertahankan fungsi gigi. 2,31 Faktor sosio demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan merupakan faktor yang juga memengaruhi kehilangan gigi. 6 Beberapa penelitian menyatakan bahwa usia memiliki hubungan terhadap terjadinya kehilangan gigi. 32,33 Prevalensi kehilangan gigi akan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Hal ini dikarenakan semakin lama gigi berada di dalam rongga 9 mulut akan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan gigi yang menyebabkan kehilangan gigi. 25,33,34 Berdasarkan data Oral Health US 2002 menunjukkan prevalensi kehilangan gigi pada usia 25-44 tahun adalah 2, prevalensi kehilangan gigi pada usia 45-60 tahun adalah 10 dan prevalensi kehilangan gigi pada usia 65- 74 tahun adalah 25. 26 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS Departemen kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 telah dilaporkan bahwa kehilangan gigi ditemukan kelompok umur 25-34 tahun sebesar 0,1, 35-44 tahun sebesar 0,4 , 45-54 tahun sebesar 1,8, 55-64 tahun 5,9 dan pada kelompok umur diatas 65 tahun 17,6. 31 Kehilangan gigi juga dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, sesuai dengan penelitian Shamdol Z, dkk 2008 di Malaysia melaporkan bahwa perempuan memiliki resiko lebih besar mengalami kehilangan gigi dibandingkan pria. 32 Hal ini sesuai dengan data Canadian Community Health Survey 2003 yang menunjukkan wanita 10 lebih banyak mengalami kehilangan gigi dibandingkan pria 7. 35 Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, berdasarkan RISKESDAS tahun 2013 insiden kehilangan gigi pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. 2,31 Terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan tingkat pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki kesadaran untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut, menggunakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut serta gaya hidup yang lebih baik untuk memperhatikan kesehatan rongga mulut. 25,32

2.1.2 Klasifikasi