Pemerolehan Kosa Kata Bahasa Indonesia Pada Anak Usia 2—3 Tahun Melalui Permainan Dan Nyanyian

(1)

PEMEROLEHAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA PADA

ANAK USIA 2—3 TAHUN MELALUI PERMAINAN DAN

NYANYIAN

SKRIPSI

OLEH

DITA WULANDARI PANGESTI LESTARI 090701003

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juni 2013


(3)

PEMEROLEHAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 2—3 TAHUN MELALUI PERMAINAN DAN NYANYIAN

Dita Wulandari Pangesti Lestari

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia pada anak usia 2—3 tahun melalui permainan dan nyanyian dengan tujuan mendeskripsikan bagaimana pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia ditinjau dari psikolinguistik behaviorisme dan kosa kata apa yang muncul dalam bahasa anak. Penelitian ini menggunakan teori Psikolinguistik Behaviorisme. Pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan dengan menggunakan teknik observasi untuk mengamati ujaran anak-anak terhadap kosa kata bahasa Indonesia. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode simak. Kemudian untuk mengembangkan metode simak digunakan beberapa teknik, yaitu teknik sadap sebagai teknik dasar, sedangkan teknik lanjutannya adalah teknik simak libat cakap, teknik rekam, teknik gambar, dan teknik catat. Setelah data dikumpulkan, selanjutnya peneliti menganalisis menggunakan metode yang dikemukakan oleh Sudaryanto, yakni metode padan. Teknik dasar yang digunakan untuk menganalisis data tersebut adalah teknik pilah unsur penentu. Teknik lanjutan dari teknik pilah unsur penentu adalah teknik hubung banding menyamakan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia anak usia 2—3 tahun melalui permainan dan nyanyian terdiri atas tujuh jenis kosa kata, yaitu kosa kata istilah kekerabatan, nama-nama bagian tubuh, kata ganti, kata bilangan, kata kerja, kata keadaan, dan kata benda-benda. Kata kunci: Pemerolehan kosa kata, bahasa pertama, Bahasa Indonesia, Anak


(4)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan

kesehatan, kemudahan, dan nikmat kepada peneliti sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemerolehan Kosa Kata Bahasa Indonesia

pada Anak Usia 2—3 Tahun melalui Permainan dan Nyanyian. Allah yang selalu

mendengar keluh kesah saat hamba-Nya mengalami kesulitan dan selalu menampung air mata hamba-Nya dalam rintikan doa yang terurai. Shalawat dan salam juga peneliti ucapkan kepada rasulullah Muhammad

shallahu’alaihiwassalam, semoga beliau memberikan syafaatnya kelak.

Peneliti hanya manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan. Peneliti tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini tanpa dukungan dan semangat semua pihak yang telah membantu peneliti. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua peneliti, yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan

semangat kepada peneliti. Khususnya kepada mama Susi Lestari yang bagi peneliti adalah sosok perempuan yang luar biasa. Tiap butiran keringat yang telah ditumpahkan adalah doa untuk kesuksesan anak-anaknya. Seorang ibu yang tidak hanya sekedar melahirkan, merawat, dan membesarkan kami, namun juga seorang ibu yang kuat dan tegar. Kepada papa Ramlan Taufik semoga Allah selalu memberkahi papa. Ayah Murdoko dan ibu Teteh yang sudah peneliti anggap seperti orang tua kandung peneliti.


(5)

2. Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dr. Husnan Lubis, M.A., sebagai Pembantu Dekan I, Drs. Syamsul Tarigan, sebagai Pembantu Dekan II, dan Drs. Yudi Adrian Mulyadi, M.Hum., sebagai Pembantu Dekan III.

3. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M,Si., sebagai ketua jurusan Sastra

Indonesia FIB USU. Terima kasih atas semua nasihat, bimbingan, dan perhatian Bapak selama ini. Bapak tidak hanya sekedar ketua jurusan dan dosen, tapi Bapak bagi peneliti adalah sosok orang tua yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

4. Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP., sebagai sekretaris jurusan Sastra Indonesia FIB USU. Terima kasih atas falsafah tukang kayu yang pernah Bapak berikan.

5. Dr. Gustianingsih, M.Hum., yang tidak hanya sebagai dosen pembimbing I, namun juga sebagai ibu yang selalu memberi semangat kepada peneliti. Genggaman tangan beliau saat menjelang seminar seperti kekuatan dan doa dari seorang ibu kepada anaknya. Peneliti sangat bersyukur dibimbing oleh dosen seperti beliau. Peneliti menyadari begitu banyak kekurangan yang peneliti miliki, namun berkat kesabaran beliau mendidik peneliti akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II peneliti

yang telah mendukung dan membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini. Kata-kata semangat yang pernah beliau ucapkan akan selalu peneliti ingat sebagai penyemangat bagi peneliti.


(6)

7. Drs. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling., sebagai dosen wali yang telah membimbing dan mendukung peneliti selama ini. Perhatian dan nasihat yang beliau berikan selalu peneliti ingat dan menjadi bekal untuk ke depannya.

8. Staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

9. Kartika Putri atau kak Tika yang telah membantu peneliti dalam hal

administrasi perkuliahan.

10.Adik yang sangat menyebalkan Muhammad Dimas Agung Dwi Cahyo.

Walau semakin hari kau semakin dewasa, tapi bagiku kau tetap adik kecilku yang sangat kusayang.

11.Nenek Hj. Sutini dan kakek H. Misran Toepono atas dukungan untuk terus menyemangati peneliti. Peneliti selalu ingat ucapan kakek bahwa tanggung jawab bukan beban. Skripsi ini juga bukan beban, melainkan tanggung jawab peneliti sebagai mahasiswa S1.

12.Kakak-kakak CMR, Emma Marsella, Siti Ayu Nurhidayati, Riski

Handayani, dan Andryana Sari. Kalian lebih dari sekedar sahabat. Pertengkaran dan gelakan tawa yang sering bergumul dalam persaudaraan kita semoga dapat menjadi warna-warni cerita kita di masa depan. Semoga di masa depan kita menjadi sosok yang berguna bagi masyarakat.

13.Teman-teman sepermainan Daud, Iyem, Imah, Riski, Ijal, Devi, John, dan Sardo atas cerita-cerita hebat yang sudah kita tuliskan sejak SMA.


(7)

14.Teman-teman KBSM (Komunitas Biola dan Seniman Medan) khususnya Mas Andi Suhendri, Ipeh, Kakang Wanda, dan Bang Didi atas semangat untuk tidak mengatakan jenuh dalam mempermainkan nada-nada. Kalian adalah teman-teman yang luar biasa bagi peneliti. Kalian mengajarkan kepada peneliti bahwa kerumitan hidup tidak menjadi penghalang untuk terus berkreasi dan melangkah maju hingga orang melihat kalian sebagai sosok yang luar biasa.

15.Teman-teman stambuk 2009 dan 2008 atas semangat yang saling

ditularkan. Semoga pertemanan kita terus terjaga.

16.Saudara-saudara di BTM Al-Iqbal yang senantiasa memberikan dorongan

positif saat peneliti merasa jenuh dalam menapaki kehidupan yang penuh dengan ujian ini.

17.Adik-adik yang menjadi subjek penelitian peneliti, Rian, Nauval, Ara,

Rara, dan Nasywa.

18.Semua pihak yang telah mendukung peneliti dalam penyelesaian skripsi

ini.

Peneliti menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, namun peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Juni 2013


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan ... 6

1.5 Manfaat ... 6

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 8

2.1.1 Bahasa dan Pemerolehan Bahasa Anak ... 8

2.1.2 Kosa Kata ... 9

2.1.3 Permainan ... 11

2.1.4 Nyanyian ... 12

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Pemerolehan Bahasa ... 13


(9)

2.2.3 Psikolinguistik Behaviorisme ... 15

2.3 Tinjauan Pustaka ... 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2 Sumber Data Penelitian ... 20

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV PEMEROLEHAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 2—3 TAHUN MELALUI PERMAINAN DAN NYANYIAN 4.1 Pemerolehan Kosa Kata Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2—3 Tahun melalui Permainan dan Nyanyian Ditinjau dari Psikolinguistik Behaviorisme... 31

4.2 Jenis Kosa Kata dalam Bahasa Anak Usia 2—3 Tahun melalui Permainan dan Nyanyian ... 38

4.2.1 Jenis Kosa Kata dalam Bahasa Anak Usia 2—3 Tahun melalui Permainan ... 38

4.2.1.1 Permainan Kartu Bergambar... 38

4.2.1.2 Permainan Sandiwara Boneka ... 42

4.2.1.3 Permainan Susun Warna ...45


(10)

4.2.1.5 Permainan Harta Karun ... 49

4.2.2 Jenis Kosa Kata dalam Bahasa Anak Usia 2—3 Tahun melalui Nyanyian ... 51

4.2.2.1 Nyanyian Dua Mata Saya ... 52

4.2.2.2 Nyanyian Bangun Tidur ... 55

4.2.2.3 Nyanyian Balonku ... 57

4.2.2.4 Nyanyian Bintang Kecil ... 59

4.2.2.5 Nyanyian Satu Satu Aku Sayang Ibu ... 62

4.2.2.6 Nyanyian Lihat Kebunku ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

PEMEROLEHAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 2—3 TAHUN MELALUI PERMAINAN DAN NYANYIAN

Dita Wulandari Pangesti Lestari

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia pada anak usia 2—3 tahun melalui permainan dan nyanyian dengan tujuan mendeskripsikan bagaimana pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia ditinjau dari psikolinguistik behaviorisme dan kosa kata apa yang muncul dalam bahasa anak. Penelitian ini menggunakan teori Psikolinguistik Behaviorisme. Pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan dengan menggunakan teknik observasi untuk mengamati ujaran anak-anak terhadap kosa kata bahasa Indonesia. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode simak. Kemudian untuk mengembangkan metode simak digunakan beberapa teknik, yaitu teknik sadap sebagai teknik dasar, sedangkan teknik lanjutannya adalah teknik simak libat cakap, teknik rekam, teknik gambar, dan teknik catat. Setelah data dikumpulkan, selanjutnya peneliti menganalisis menggunakan metode yang dikemukakan oleh Sudaryanto, yakni metode padan. Teknik dasar yang digunakan untuk menganalisis data tersebut adalah teknik pilah unsur penentu. Teknik lanjutan dari teknik pilah unsur penentu adalah teknik hubung banding menyamakan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia anak usia 2—3 tahun melalui permainan dan nyanyian terdiri atas tujuh jenis kosa kata, yaitu kosa kata istilah kekerabatan, nama-nama bagian tubuh, kata ganti, kata bilangan, kata kerja, kata keadaan, dan kata benda-benda. Kata kunci: Pemerolehan kosa kata, bahasa pertama, Bahasa Indonesia, Anak


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, morfologi, semantik, dan sintaksis terhadap anak-anak sebagai bahasa pertama. Pemerolehan fonologi adalah pemerolehan terhadap bunyi ujaran, pemerolehan morfologi adalah pemerolehan bentuk-bentuk kosa kata, afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, pemerolehan semantik adalah pemerolehan kosa kata dasar, makna dasar, dan makna gramatikal bahasa, serta pemerolehan sintaksis adalah pemerolehan dalam bidang sintaksis. Pemerolehan bahasa pertama ini terjadi pada anak usia 1—5 tahun.

Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lainnya dari masyarakat. Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit memperoleh satu bahasa. Setiap anak yang normal akan memperoleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa asli (bahasa ibu) dalam tahun-tahun pertama kehidupannya di dunia ini. Anak-anak biasanya sudah dapat berkomunikasi secara bebas saat anak mulai masuk sekolah (Tarigan 1988: 95).

anak dapat memperoleh banyak kosa kata melalui permainan. Anak-anak sangat suka bermain karena Anak-anak dapat tertawa dan merasa bahagia. Selain itu, bermain dapat semakin mendekatkan keakraban orang tua dengan anak. Contoh permainan yang dapat dimainkan bersama anak adalah sebagai berikut:


(13)

Nama permainan ini adalah Hidung dan Jari Kaki. Permainan ini akan

meningkatkan koordinasi dan keseimbangan anak dan kemampuan anak untuk mengingat apa yang didengar anak. Cara bermainnya adalah:

1. Duduk berhadapan dengan anak dan tanyakan, “Apakah kamu dapat

melakukan apa yang ibu lakukan?”

2. Gunakan kedua tangan Anda untuk menyentuh hidung Anda dan

tanyakan, “Apakah kamu dapat menyentuh hidungmu?” Puji anak Anda kalau dia meniru Anda.

3. Sekarang tanyakan, “Apakah kamu dapat menyentuh jari kakimu?”

Gunakan kedua tangan untuk menyentuh jari kaki Anda.

4. Katakan “Bagus! Sekarang apakah kamu dapat menyentuh hidungmu

dan jari kakimu?”. Sentuh hidung Anda terlebih dahulu, kemudian jari-jari kaki Anda agar ditiru anak Anda.

5. Lanjutkan ke pasangan bagian badan yang lain.

Anak-anak pada dasarnya suka meniru apa pun yang anak lihat atau anak dengar yang berada di sekitar anak. Untuk itu, orang tua dan orang-orang yang ada di sekitar anak tersebut sebaiknya tidak pernah mengeluarkan kata-kata tabu dan tidak pantas ketika berada di dekat anak karena anak itu pasti akan meniru ucapan yang didengar anak. Sebagai contoh seorang anak yang berusia 4 tahun bernama Nabila yang dalam lingkungan sehari-harinya, ibu, paman, bibi, dan orang-orang yang berada di dekat Nabila seperti tetangganya sering sekali mengucapkan kata-kata tabu seperti “anjing kau!”, “babi kau!” yang tidak pantas diucapkan ketika berada di dekat Nabila. Akibatnya, kata-kata tabu yang sering


(14)

didengar anak itu kemudian ditiru lalu diucapkan anak dan anak tahu kapan saja kata-kata tabu itu bisa diucapkan. Misalnya ketika marah kepada seseorang, bahkan kepada ibunya pun Nabila akan mengucapkan kata tabu. Reaksi ibunya saat itu adalah tidak marah, melainkan tertawa karena merasa lucu anaknya bisa mengucapkan kata tabu itu. Akhirnya anak tahu bahwa anak boleh kapan saja dan kepada siapa saja mengucapkan kata tabu itu karena ibunya tidak marah jika anak mengucapkannya. Seharusnya anak-anak seperti Nabila diberi kata-kata positif dan dorongan yang positif seperti melakukan permainan karena dapat memperbanyak kosa kata.

Macmillan (2004: 6) seorang ahli psikologi pendidikan dalam bukunya

Permainan Kata dan Musik mengatakan bahwa antara umur 7 dan 12 bulan, suara

ocehan bayi mulai berubah hampir tanpa dapat dideteksi. Lebih banyak huruf mati (konsonan) yang dapat diucapkan, dan pada usia 12 bulan seorang bayi mengucapkan kata pertamanya. Orang tua yang membesarkan anak dengan cara normal, mencintai, dan cepat menanggapi merupakan dasar untuk membantu anak mencapai potensi intelektualnya. Orang tua dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak dengan banyak mengajaknya berbicara, dan menganjurkan agar anak merespons stimulus yang diberikan oleh orang tuanya.

Tidak hanya melalui permainan, Macmillan (2004: 6) mengatakan musik juga dapat membantu anak-anak dalam belajar memperoleh kosa kata, dalam hal ini khususnya kosa kata bahasa Indonesia. Caranya adalah dengan mengajarkan

anak nyanyian seperti nyanyian Dua Mata Saya yang dapat membantunya


(15)

di bidang linguistik sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana sebuah permainan dan nyanyian dapat membuat seorang anak memperoleh kosa kata bahasa Indonesia. Inilah yang menjadi alasan peneliti memilih judul ini.

Anak-anak yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berusia 2—3 tahun sebanyak lima orang anak. Teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah psikolinguistik behaviorisme atau psikolinguistik perilaku. Teori behaviorisme ini diperkenalkan oleh John B. Watson (1878- 1958) seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika (Chaer 2009: 3). Tujuan utama psikolinguistik behaviorisme ini adalah mencoba mengkaji perilaku manusia yang berupa reaksi apabila suatu rangsangan terjadi, dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan mengontrol perilaku itu. Jadi, melalui sebuah permainan dan nyanyian bagaimana mengkaji perilaku anak yang berupa reaksi apabila suatu rangsangan terjadi melalui bahasa.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia pada anak usia 2—3

tahun melalui permainan dan nyanyian ditinjau dari psikolinguistik behaviorisme?

2. Jenis kosa kata apa yang muncul dalam bahasa anak usia 2—3 tahun


(16)

1.3Batasan Masalah

Suatu penelitian harus memiliki batasan agar penelitian itu lebih fokus terhadap sesuatu yang menjadi masalah dalam penelitian tersebut. Penelitian ini membahas tentang pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia pada anak usia 2—3 tahun melalui permainan dan nyanyian. Anak yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah anak normal dan tidak memiliki cacat fisik dan mental.

Berikut adalah nama-nama permainan dan judul-judul nyanyian yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini:

1. Permainan

a. Permainan sandiwara boneka

b. Permainan kartu bergambar

c. Permainan susun warna

d. Permainan harta karun e. Permainan bos

2. Nyanyian

a. Dua Mata Saya (Tanpa Nama)

b. Bangun Tidur (Pak Kasur)

c. Balonku (A. T. Mahmud)

d. Bintang Kecil (Daljono)

e. Satu Satu Aku Sayang Ibu (Tanpa Nama)


(17)

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia pada anak

usia 2—3 tahun melalui permainan dan nyanyian ditinjau dari psikolinguistik behaviorisme.

2. Untuk mengetahui jenis kosa kata yang muncul dalam bahasa anak usia

2—3 tahun melalui permainan dan nyanyian.

1.5Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran mengenai pemerolehan kosa kata bahasa

Indonesia pada anak usia 2—3 tahun melalui permainan dan nyanyian.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai

pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia pada anak usia 2—3 tahun melalui permainan dan nyanyian.

3. Sebagai sumber referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian di bidang psikolinguistik khususnya pemerolehan kosa kata pada anak.


(18)

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat dijadikan sebagai:

1. Membantu orang tua untuk memudahkan anak dalam memperoleh kosa

kata bahasa Indonesia melalui permainan dan nyanyian.

2. Sebagai pengetahuan baru bagi mahasiswa di luar program studi Sastra

Indonesia dan masyarakat mengenai pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia pada anak melalui permainan dan nyanyian.


(19)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi 2007: 588). Konsep memudahkan peneliti dalam mengembangkan pemahaman dan gagasan peneliti terhadap penelitian ini.

2.1.1 Bahasa dan Pemerolehan Bahasa Anak

Semua orang menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi. Tanpa bahasa orang tidak dapat menyampaikan suatu maksud kepada orang lain. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Alwi 2007: 88).

Chaer dalam bukunya Psikolinguistik Kajian Teoretik mengatakan bahwa

bahasa itu adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Jadi, bahasa itu bukan merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem (subsistem fonologi, sintaksis, dan leksikon). Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, sama dengan sistem lambang lalu lintas, atau sistem lambang lainnya. Hanya, sistem lambang bahasa ini berupa bunyi, bukan gambar atau tanda lain; dan bunyi itu adalah bunyi yang dilahirkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga memiliki fungsi,


(20)

yaitu dilihat dari segi sosial bahwa bahasa itu adalah alat interaksi atau alat komunikasi di dalam masyarakat.

Bahasa memudahkan anak mengekspresikan perasaan, gagasan, kemauannya dengan cara yang benar-benar diterima secara sosial, sedangkan pemerolehan bahasa pertama erat kaitannya dengan perkembangan sosial anak (Tarigan 1988: 98). Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Kapasitas bawaan sejak lahir mempelajari bahasa, tidak terbatas pada suatu bahasa tertentu. Manusia dilengkapi dengan kemampuan mempelajari suatu bahasa sejak lahir, tetapi ternyata manusia masih harus mempelajarinya dari seseorang, yaitu dari anggota masyarakat tempat orang tersebut hidup (Harding dan Riley 1986 dalam Tarigan 1988: 6).

2.1.2 Kosa Kata

Kosa kata adalah perbendaharaan kata (Alwi 2007: 597). Setiap bahasa di dunia ini pasti memiliki kosa kata sebagai perbendaharaan kata dari bahasa

tersebut. Berdasarkan Kamus Linguistik kosa kata adalah kumpulan kata;

khazanah kata; dan leksikon (Kridalaksana 2008: 137).

Istilah kosa kata juga dijelaskan oleh Zainuddin (1992), yaitu:

1. Untuk mewakili suatu nama, sifat, bentuk, dan jenis benda, bisa menggunakan kesatuan bahasa yang bermakna, yang disebut kata atau kelompok kata.


(21)

Misalnya, nama suatu benda yang terbuat dari selembar papan yang berkaki adalah meja. Jadi, pengertian selembar papan yang berkaki istilahnya meja.

2. Dalam bidang tertentu terdapat pula istilah tertentu. Misalnya dalam bidang ekonomi, untuk mewakili suatu pengertian jumlah tetap benda-benda yang boleh diimpor adalah kuota impor. Jadi kuota impor merupakan istilah khusus

dalam bidang ekonomi. Jadi, istilah sebuah kata atau lebih mengungkapkan suatu pengertian dalam hal atau bidang tertentu.

Kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung atas kuantitas dan kualitas kosa kata yang dimilikinya. Semakin kaya kosa kata yang dimiliki maka semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa. Bila anak-anak tumbuh, berkembang, dan menjadi dewasa dalam lingkungan hidup yang berkecukupan, yang memberikan lebih banyak kesempatan untuk memasuki taman kanak-kanak, menemani orang tua mereka berbelanja ke toko atau ke pasar, dan mendapat kesempatan yang lebih banyak menghadiri pertunjukan, pameran, kebun binatang, taman, teater anak-anak, maka jelas bahwa kosa kata mereka akan mencerminkan aneka pengalaman yang lebih luas cakrawalanya (Tarigan 1984: 6).

Tarigan (1984: 3) menjelaskan tentang kosa kata dasar, yaitu kosa kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Kosa kata dasar menurut Tarigan terdiri atas:

1. Istilah kekerabatan, misalnya ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, mertua.


(22)

2. Nama-nama bagian tubuh, misalnya kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut, pinggang, paha, kaki, betis, telapak, punggung, darah, napas.

3. Kata ganti diri (diri, penunjuk), misalnya saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, sana.

4. Kata bilangan, misalnya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, seratus, dua puluh, dua ratus, seratus, seribu, dua ribu, sejuta, dua juta.

5. Kata kerja, misalnya makan, minum, tidur, bangun, berbicara, melihat,

mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, mengambil, menangkap, lari. 6. Kata keadaan, misalnya suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang, haus,

sakit, sehat, bersih, kotor, jauh, dekat, cepat, lambat, besar, kecil, banyak, sedikit, terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, miskin, tua, muda, hidup, mati.

7. Benda-benda, misalnya tanah, air, api, udara, langit, bulan, bintang,

matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan.

2.1.3 Permainan

Permainan memiliki arti sesuatu yang digunakan untuk bermain; barang atau sesuatu yang dipermainkan; mainan; hal bermain; perbuatan bermain (Alwi 2007: 698). Setiap orang menggunakan bahasa sebagai alat untuk berinteraksi antara satu dengan yang lain. Tanpa bahasa manusia tidak bisa menyampaikan maksud dari pikirannya kepada orang lain. Dengan menggunakan kata-kata dan lagu dapat diketahui pemerolehan kosa kata anak tersebut. Permainan juga


(23)

membutuhkan bahasa baik untuk menyampaikan aturan permainan, cara bermain suatu permainan, maupun untuk berkomunikasi saat permainan sedang berlangsung. Selain itu, melalui permainan juga seorang anak dapat memperoleh berbagai kosa kata baru.

2.1.4 Nyanyian

Nyanyian adalah hasil menyanyi, yang dinyanyikan, lagu, komponen musik pendek yang terdiri atas lirik dan lagu (Alwi 2007: 790). Dalam penelitian ini selain menggunakan permainan sebagai media pemerolehan kosa kata pada anak juga menggunakan nyanyian sebagai medianya.

Nyanyian yang dijadikan media adalah jenis nyanyian anak-anak yang berisi lirik dengan kalimat-kalimat yang sederhana sehingga dapat dinyanyikan bersama anak dan anak juga dapat dengan mudah memahami nyanyian tersebut seperti nyanyian anak-anak yang berjudul Balonku. Nyanyian ini memiliki lirik dengan

kalimat yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh anak-anak dan kosa kata yang ada dalam nyanyian itu adalah kosa kata sifat (hijau, kuning, kelabu, merah

muda, biru, kacau), kosa kata benda (balon), kosa kata kerja (meletus, pegang)

dan kosa kata bilangan (lima, empat) yang dapat dijadikan sebagai media


(24)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa adalah proses pemahaman dan penghasilan bahasa pada manusia melalui beberapa tahap, mulai dari meraban sampai kefasihan penuh (Kridalaksana 2008: 178). Pemerolehan bahasa atau akuisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak-anak ketika anak memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Chaer 2009: 167). Pemerolehan bahasa tidak sama dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa menyangkut proses-proses yang berlaku di dalam otak (pusat bahasa) pada waktu seseorang sedang mempelajari bahasa baru, biasanya bahasa asing (tapi bisa juga bahasa ibunya yang menjadi bahasa nasionalnya), setelah anak (seseorang) itu selesai memperoleh bahasa ibunya dengan sempurna (Simanjuntak 2009: 104). Ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak-anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara alami. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performansi yang terdiri atas dua buah proses, yakni proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat.

2.2.2 Psikolinguistik

Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata

linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berdiri


(25)

sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materialnya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Dengan demikian cara dan tujuannya juga berbeda.

Meskipun cara dan tujuannya berbeda, tetapi banyak juga bagian-bagian objeknya yang dikaji dengan cara yang sama dan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan teori yang berlainan. Oleh karena itu, dirasa perlu adanya kerja sama di antara kedua disiplin ini untuk mengkaji bahasa dan hakikat bahasa (Chaer 2009: 5).

Istilah psikolinguistik lahir pada tahun 1954, yakni tahun terbitnya buku

Psycholinguistics : A Survey of Theory and Research Problems yang disunting

oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. Sebeok, di Bloomington, Amerika Serikat. Psikolingustik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia (Slobin, 1974; Meller, 1964; Cazahu, 1973 dalam Chaer 2009: 5). Secara teoretis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.


(26)

2.2.3 Psikolinguistik Behaviorisme

Psikolinguistik behavioristik melahirkan aliran yang disebut psikolinguistik perilaku. Tujuan utama psikologi perilaku adalah mencoba mengkaji perilaku manusia yang berupa reaksi apabila suatu rangsangan terjadi, dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan mengontrol perilaku itu. Teori behaviorisme ini diperkenalkan oleh John B. Watson (1878-1958) seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika (Chaer 2009: 3). Watson dikenal sebagai Bapak Behaviorisme karena prinsip-prinsip pembelajaran barunya berdasarkan teori

Stimulus- Respons Bond. Menurut behaviorisme yang dianut Watson tujuan utama

psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku; dan sedikit pun tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Psikologi menurut teori ini hanya mengkaji benda-benda atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons); sedangkan hal-hal yang terjadi dalam otak tidak berkaitan dengan kajian ini.

Para pakar psikologi perilaku ini hanya mengkaji peristiwa-peristiwa yang dapat diamati, yang nyata dan konkret, yaitu prilaku manusia atau tingkah laku manusia. Pandangan behaviorisme menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri anak, yaitu oleh rangsangan yang

diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasa bagi kaum behavioris dianggap

kurang tepat karena istilah bahasa itu menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang

dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Padahal bahasa itu merupakan salah satu perilaku, di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Oleh


(27)

karena itu, mereka lebih suka menggunakan istilah perilaku verbal (verbal

behavior) agar tampak lebih mirip dengan perilaku lain yang harus dipelajari.

Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya. Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Kaum behavioris berpendapat rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu memperkuat kemampuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai suatu kemajuan dari pengungkapan verbal yang berlaku secara acak sampai kepada kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi melalui prinsip pertalian S-R (stimulus-respons) dan proses peniruan-peniruan (Chaer 2009: 222— 223).

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari (Alwi 2007: 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (Alwi 2007: 912). Tinjauan pustaka adalah hal-hal atau pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian sebagai bahan referensi yang mendukung penelitian. Selain itu, tinjauan pustaka juga menjelaskan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti agar semakin jelas permasalahan penelitian yang akan dijawab.


(28)

Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, sumber relevan yang menjadi bahan referensi dalam penelitian ini adalah:

Suyono dalam Jurnal Penelitian Kependidikan tahun 19 nomor 1, April

2009 yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Kosakata Berbasis

Audio-Visual untuk Peningkatan Kompetensi Bahasa Indonesia Anak Usia Dini

mengatakan pembelajaran kosakata yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi berbahasa siswa dapat dilakukan dengan metode bermain dan bernyanyi. Bermain dapat mendorong minat anak untuk bereksplorasi lebih jauh. Lebih-lebih kegiatan bermain peran. Hasil studi para ahli tentang dramatisasi cerita menunjukkan cerita didramatisasikan anak merupakan media utama untuk

mengekspresikan perkembangan kapasitas keberaksaraan anak atau literacy

capacities.Belajar melalui bernyanyi merupakan salah satu metode “pengenalan”

kosakata pada anak yang sangat efektif. Menyanyi menjadikan kata-kata lebih bermakna bahkan hingga anak-anak itu beranjak remaja. Kehadiran ritmik, pengulangan, dan pola rima di dalam nyanyian merupakan bentuk “pengajaran” bahasa tertua yang berisi budaya untuk konsumsi anak. Anak-anak, secara alami, telah menyerap informasi yang terkandung dalam nyanyian sehingga memudahkan mereka mengingat kata-kata tertentu, seperti nyanyian yang berisi angka (satu, dua, tiga, dan sebagainya).

Wijana (2003) dalam Kongres Bahasa Indonesia VIII membahas tentang pemanfaatan permainan bahasa sebagai bahan pengajaran bahasa dalam upaya meningkatkan mutu pengajaran ilmu bahasa di Indonesia menjelaskan bahwa bentuk komunikasi dengan ucapan-ucapan yang dibuat-buat (vokalisasi) yang


(29)

disertai dengan tingkah laku nonverbal yang khas ini telah diberikan beberapa saat saja setelah seorang anak-anak dilahirkan. Dengan piranti pemerolehan bahasa bawaannya ternyata anak-anak kemudian mampu membedakan antara komunikasi yang serius dan main-main dalam waktu yang relatif singkat sehingga permainan bahasa itu sendiri tidak mengganggu anak-anak dalam menguasai kosa kata dan elemen-elemen gramatika bahasa secara natural.

Gustianingsih (2002) dalam tesisnya yang berjudul “Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak” mengatakan bahwa kemampuan anak usia taman kanak-kanak akan kalimat majemuk merupakan parameter untuk mengukur keberhasilan dan sekaligus dasar pengajaran di sekolah dasar.

Fauzie (2000) dalam skripsinya yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Usia 0—5 Tahun: Analisis Psikolinguistik” membahas tentang tahap-tahap perkembangan bahasa anak. Tahap-tahap perkembangan bahasa anak terdiri atas dua tahap, yakni (1) tahap perkembangan prasekolah, yang meliputi tahap perkembangan meraban (pralinguistik), tahap linguistik I (holofrastik), tahap linguistik ilmu, tahap linguistik III (perkembangan tata bahasa), tahap kompetensi penuh, dan (2) tahap perkembangan ujaran kombinatori, yang meliputi tahap perkembangan negatif (penyangkalan), tahap perkembangan interogatif (pertanyaan), dan perkembangan sistem bunyi.

Marpaung (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Batak Toba Anak Usia 1—5 Tahun” membahas tentang ciri-ciri tahap


(30)

pemerolehan bahasa Batak Toba anak usia 1—5 tahun, yakni tahap holofrastik, tahap dua kata, tahap perkembangan tata bahasa, dan tahap tata bahasa menjelang dewasa.

Listari (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pemerolehan Morfologi Bahasa Jawa Anak Usia Lima Tahun di Desa Sialang Pamoran Labuhan Batu Selatan” menjelaskan bahwa pada usia lima tahun, anak-anak sudah sampai pada tahap perkembangan morfologi. Dalam perkembangan morfologi khususnya reduplikasi atau kata ulang anak usia lima tahun sudah mulai mengucapkan atau menggunakan kata ulang pada saat seorang anak berkomunikasi pada lawan bicaranya, baik kepada anak-anak sebayanya ataupun kepada orang dewasa. Kata ulang yang terjadi pada anak tersebut terjadi secara alamiah.

Lumban Raja (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Pemerolehan Leksikal Nomina Bahasa Angkola Anak Usia 3—4 Tahun: Analisis Psikolinguistik” menjelaskan bahwa pemerolehan leksikal nomina dalam bahasa Angkola pada anak usia 3—4 tahun adalah sangat dipengaruhi oleh masukan yang diterima anak, dalam hal ini yang berperan penting adalah masukan dari lingkungan anak. Masukan yang diterima anak dari lingkungan sekitarnya mempengaruhi jumlah kosa kata yang dapat dikuasai anak usia 3—4 tahun tersebut.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di lapangan. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Medan Marelan dan dilakukan pada tanggal 10 Juni– 8 Juli 2013.

3.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah tuturan anak-anak berusia 2—3 tahun yang diperoleh dari permainan dan nyanyian. Jumlah anak yang dijadikan sumber data adalah lima orang anak. Kelima anak ini kemudian disebut sebagai subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini terdiri atas dua orang anak laki-laki Muhammad Adriansyah (Rian, 3 tahun) dan Nauval Aziz Mifta Hurrahman (Nauval, 3 tahun), serta tiga orang anak perempuan, yaitu Mukhairunnisa Azzahra (Ara, 2,8 tahun), Aisyah Aura Zahra (Rara, 3 tahun), dan Nasywa Ramadhita Khasairi (Nasywa, 2,7 tahun). Usia 2—3 tahun adalah usia yang sangat ideal untuk mengetahui bagaimana anak-anak memperoleh kosa kata bahasa Indonesia. Kasih sayang yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan dapat membantunya memperoleh banyak kosa kata bahasa Indonesia.


(32)

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto 1993: 9). Sebelum peneliti mengumpulkan data-data yang tersedia di lapangan, peneliti akan melakukan observasi terlebih dahulu untuk mengamati tuturan kosa kata pada anak-anak melalui permainan dan nyanyian. Penelitian ini menggunakan metode simak. Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto 1993: 133). Teknik dasar dari metode simak adalah teknik sadap. Pada praktiknya, penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan. Peneliti menyadap penggunaan bahasa anak-anak usia 2—3 tahun tanpa diketahui anak untuk mengetahui jumlah kosa kata bahasa Indonesia yang diperolehnya melalui permainan kata dan nyanyian. Anak-anak biasanya akan sangat aktif dan berbicara banyak saat memainkan permainan dan menyanyikan beberapa lagu bersama ibu dan anak-anak seusianya. Teknik sadap yang dilakukan dalam penelitian ini sangat efektif karena dapat memudahkan pekerjaan peneliti dalam mengumpulkan data.

Selanjutnya, peneliti menggunakan teknik simak libat cakap sebagai teknik lanjutan dari teknik dasar sadap. Kegiatan menyadap itu dilakukan pertama-tama dengan berpartisipasi sambil menyimak-berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan. Peneliti di sini tidak hanya memperhatikan penggunaan bahasa atau memperhatikan bagaimana anak-anak itu memperoleh kosa kata melalui permainan dan nyanyian, namun juga ikut angkat bicara dalam proses


(33)

dialog atau konversasi atau imbal wicara sehingga dikatakan aktif. Peneliti ikut terlibat langsung dalam pembicaraan ibu dan anak. Jika teknik sadap dan teknik simak libat cakap selesai dilakukan, maka akan dilanjutkan dengan teknik rekam. Teknik rekam, yaitu merekam semua tuturan kosa kata bahasa Indonesia yang didapat anak-anak tersebut melalui permainan dan nyanyian. Teknik rekam ini dapat dilakukan dengan menggunakan tape recorder sebagai alatnya. Akan tetapi,

karena kemajuan tekhnologi yang semakin canggih, dapat juga digunakan ponsel yang memiliki aplikasi perekam suara seperti ponsel dengan merek Samsung tipe

GT-S5233W sebagai alat perekam tuturan tersebut. Jika teknik ini selesai dilakukan, dilanjutkan dengan teknik gambar. Setelah melakukan perekaman tuturan kosa kata bahasa Indonesia kepada anak-anak tersebut, selanjutnya menunjukkan gambar yang berhubungan dengan kosa kata yang telah anak peroleh melalui permainan dan nyanyian tersebut. Setelah teknik gambar dilakukan langkah selanjutnya adalah melakukan pencatatan semua kosa kata yang didapat dari anak-anak tersebut melalui permainan dan nyanyian pada kartu data. Dengan adanya kemajuan tekhnologi, pencatatan itu dapat dilakukan dengan memanfaatkan flashdisk komputer.


(34)

3.4Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Metode padan adalah sebuah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto 1993: 13). Teknik dasar untuk mengkaji data tersebut adalah teknik pilah unsur penentu. Adapun alat dari teknik pilah unsur penentu ini adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya. Maksudnya adalah kemampuan yang dimiliki oleh peneliti untuk memilah. Setelah peneliti mengumpulkan semua data, selanjutnya adalah memilah-milah kosa kata yang telah diperoleh anak-anak tersebut melalui permainan dan nyanyian, seperti kosa kata istilah kekerabatan, nama-nama bagian tubuh, kata ganti diri, kata bilangan, kata kerja, kata keadaan, dan kata benda.

Untuk menjawab permasalahan pertama, metode yang dilakukan adalah:

Ibu bersama dengan anak menyanyikan lagu Ke Pasar.

Ibu berpura-pura mengenakan pakaian untuk pergi, ibu bernyanyi lagu Ke Pasar.

Lirik nyanyiannya adalah sebagai berikut:

Pepaya, mangga, pisang, jambu Kubeli dari pasar minggu Di pasar banyak penjualnya Di sana banyak pembelinya

Kemudian nyanyian ini dinyanyikan secara berulang-ulang bersama dengan anak. Anak diajak untuk bernyanyi bersama sampai anak bisa mengucapkan lirik


(35)

nyanyian Ke Pasar, misalnya mengucapkan nama-nama buah pepaya, mangga,

pisang, dan jambu. Selanjutnya ibu boleh memberi replika, gambar, atau buah

sungguhan selain pepaya, mangga, pisang, dan jambu sebagai bahan penambahan

kosa kata anak. Permainan ini dilakukan untuk melatih anak mengingat nama-nama buah sehingga melalui permainan dan menyanyikan sebuah nyanyian

anak-anak dapat memperoleh kosa kata baru tentang nama-nama buah pepaya, mangga,

pisang, dan jambu.

Menurut behaviorisme yang dianut Watson tujuan utama psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku; dan sedikit pun tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Psikologi menurut teori ini hanya mengkaji benda-benda atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons); sedangkan hal-hal yang terjadi dalam otak tidak berkaitan dengan kajian. Semua perilaku menurut behaviorisme, termasuk tindak balas (respons) berupa kosa kata yang diucapkan kembali oleh anak yang ditimbulkan oleh adanya rangsangan bahasa melalui permainan dan nyanyian dari ibunya (stimulus).

Ibu mengajak anak untuk menyanyikan lagu Ke Pasar yang liriknya berisi

beberapa kosa kata benda, yaitu nama-nama buah. Ibu terus menyanyikan nyanyian ini bersama dengan anak sampai anak ikut bernyanyi. Sambil bernyanyi bersama anak, ibu juga memberi gambar buah-buahan yang ada di dalam lirik nyanyian seperti pepaya, mangga, pisang, dan jambu kepada anak. Anak di sini

telah mendapat rangsangan (stimulus) ketika si ibu memperlihatkannya gambar buah-buahan tersebut, selanjutnya mengetahui bagaimana gerak balas (respons)


(36)

yang ditunjukkan anak. Saat ditunjukkan gambar salah satu buah misalnya buah

pisang, sebelumnya anak yang sudah mendapat rangsangan (stimulus) bisa

menyebutkan gambar tersebut adalah gambar buah pisang. Tidak hanya sekedar

mengetahui macam-macam kosa kata, si anak juga harus mengetahui makna dari tiap kata yang diucapkannya. Jadi, saat anak melihat buah pisang, anak tahu

bahwa itu adalah pisang (sejenis buah yang dapat dimakan). Hal itu bisa

dibuktikan dengan pertanyaan:

(1)

Ibu : Pisang itu apa sayang?

Nauval (3 tahun) : Buah enak, lembek.

Ibu : Pintar Nauval.

Pujian dan kata-kata manis dari ibu juga dapat dijadikan sebagai stimulus perkembangan bahasa anak agar lebih banyak kosa kata yang muncul. Hardikan dan hentakan akan mengurangi kosa kata yang diperoleh anak dan lambat laun anak akan takut mengeluarkan kosa kata dari mulutnya.

Watson mengemukakan dua prinsip penting yaitu (1) recency principle

(prinsip kebaruan), dan (2) frequency principle (prinsip frekuensi). Menurut

recency principle jika suatu stimulus baru saja menimbulkan respons, maka

kemungkinan stimulus itu dapat menimbulkan respons yang sama apabila diberikan berulang-ulang pada saat itu juga tanpa menunggu lama berselang.


(37)

menimbulkan satu respons, maka kemungkinan stimulus itu akan menimbulkan respons yang sama pada waktu yang lain akan lebih besar.

Contoh:

“Permainan boneka Barbie” antara ibu dengan anak (Nasywa, 2,7 tahun).

Boneka Barbie adalah salah satu jenis boneka yang memiliki bentuk fisik mirip

seperti manusia.

1. Ibu memberikan stimulus kepada anak berupa bermain boneka bersama-sama

dan menunjukkannya bagian-bagian fisik boneka seperti mata, hidung, mulut,

rambut, dan leher, serta topi dan warna baju yang dipakai boneka. Sebagai

stimulus dari ibu akan dapat dilihat respons anak tentang pemerolehan kosa kata anggota tubuh manusia. Berikut percakapan ibu dengan anak:

(2)

Ibu : (menunjuk mata boneka) Apa namanya ini sayang?

Nasywa : Mata jelek (sambil menunjuk mata boneka)

Ibu : Apa tadi ini namanya nak?

Nasywa : Mata.

(3)

Ibu : Ada berapa mata bonekanya nak? (menunjuk mata boneka sambil

menghitung mata boneka) satu... dua... Berapa mata bonekanya nak?

Nasywa : (menunjuk mata boneka) satu... dua...


(38)

Nasywa : dua.

Ibu : Pintar anak mama.

Jawaban anak di sini merupakan respons dari stimulus yang telah diberikan oleh ibunya.

2. Berikan lagi stimulus kepada anak dengan menunjukkannya warna baju boneka. (4)

Ibu : Lihat ini Nasywa cantik kan baju bonekanya. Warna apa nak baju

bonekanya?

Nasywa : pink ‘merah muda’.

Ibu : Warna apa nak?

Nasywa : pink mama.

Ibu : Pintarnya anak mama.

Nasywa : (tertawa)

3. Stimulus berikutnya adalah katakan kepada anak apa yang dilakukan boneka.

Ibu memegang boneka dan berpura-pura menyuapkan kue ke arah mulut boneka.

(5)

Ibu : Lihat Nasywa, lagi apa bonekanya? Aaaa.... (berpura-pura

menyuapkan kue ke mulut boneka)


(39)

Ibu : Pintar ya Nasywa.

Puji anak jika ia merespons stimulus yang diberikan oleh ibunya dengan benar. (6)

Ibu : (menunjuk hidung boneka) Ini apa namanya Nasywa?

Nasywa : idong ‘hidung’

Ibu : Hidung Nasywa mana nak?

Nasywa : (menunjuk hidung) Ini idong adek.

Ibu : Hidung Nasywa ada berapa nak?

Nasywa : (memegang hidung) Satu.

(7)

Ibu : (menunjuk topi boneka) Nak, bonekanya pakai apa ini?

Nasywa : Topi.

Ibu : Pakai apa nak?

Nasywa : Topi.

Ibu : Cantik kan topi bonekanya? Nasywa ada topi juga?


(40)

(8)

Ibu : Apa ini nak yang di dalam topi bonekanya?

Nasywa : lambut ‘rambut’ bau.

Ibu : Mana rambut Nasywa?

Nasywa : (menunjuk rambut) Ini lambut bau.

(9)

Ibu : Ini apa namanya nak?

Nasywa : molot ‘mulut’

Ibu : Mulut cerewet kan nak? Mana mulut cerewet Nasywa?

Nasywa : (memajukan mulut)

Ibu : Mulut apa itu nak?


(41)

(10)

Ibu : Ini nak yang pakai kalung ini namanya apa?

Nasywa : lehel ‘leher’

Ibu : Pintarnya anak mama. Siapa pintar nak?

Nasywa : Adek.

Dari percakapan di atas berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan diperoleh kosa kata benda-benda, keadaan, kerja, dan bilangan yang muncul dalam bahasa anak tersebut. Kosa kata benda-benda yang muncul adalah mata, hidung, topi, rambut, mulut, dan leher. Kosa kata keadaan yang

muncul adalah jelek, pink (merah muda), bau, dan cerewet. Kosa kata kerja yang

muncul adalah makan. Kosa kata bilangan yang muncul adalah dua dan satu.

Teknik lanjutan dari teknik dasar pilah unsur penentu ini adalah teknik hubung banding menyamakan, yakni menyamakan tuturan bahasa yang diucapkan anak-anak dengan tuturan bahasa yang diucapkan oleh orang dewasa. Misalnya

pada kata rambut, anak-anak menyebutnya dengan kata lambut yang berarti

rambut, sedangkan orang dewasa akan menyebutnya dengan kata rambut. Anak

usia 2—3 tahun pada umumnya belum bisa melafalkan bunyi triil, maka dari itu fonem /r/ pada kata rambut yang diucapkan anak-anak mengalami perubahan dan

diganti dengan fonem /l/ sehingga menjadi lambut. Pengertian yang dikandung


(42)

BAB IV

PEMEROLEHAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 2—3 TAHUN MELALUI PERMAINAN DAN NYANYIAN 4.1 Pemerolehan Kosa Kata Bahasa Indonesia pada Anak Usia 2—3 Tahun melalui Permainan dan Nyanyian Ditinjau dari Psikolinguistik Behaviorisme

Pemerolehan bahasa anak-anak mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (Tarigan 1988: 5). Anak-anak dalam memperoleh

bahasa tidak secara langsung dapat mengucapkan suatu kalimat seperti adek

makan nasi, melainkan terlebih dahulu memahami satu kata sederhana yang biasa

anak-anak dengar dan berada di sekitar anak tersebut seperti kata adek,makan dan

nasi. Jika anak telah memperoleh kosa kata adek dan makan, selanjutnya menuju

ke rangkaian gabungan kata yang lebih rumit, yaitu adek mam ‘adek makan’.

(11)

Peneliti : Rara makan apa nak?

Rara : Makan nasi.

Peneliti : Makan nasi pakai apa nak?

Rara : Makan nasi pake ‘pakai’ udang.

Berdasarkan contoh (11) di atas dapat diketahui bahwa Rara terlebih dahulu telah memperoleh kosa kata kerja makan dan pakai dan kosa kata benda nasi dan


(43)

udang, selanjutnya Rara dapat menggabungkan kata-kata tersebut menjadi makan

nasi pakai udang. Berdasarkan prinsip frekuensi (frequency principle) dari teori

psikolinguistik behaviorisme yang dikemukakan oleh Watson yang mengatakan apabila suatu stimulus dibuat lebih sering menimbulkan satu respons, maka kemungkinan stimulus itu akan menimbulkan respons yang sama pada waktu yang lain akan lebih besar. Sebelumnya Rara telah mendapatkan stimulus dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya mengenai kosa kata makan, nasi, pakai,

dan udang sehingga saat Rara diberi stimulus yang sama terhadap kosa kata

tersebut, Rara dapat memberi respons dengan benar.

Slobin (dalam Tarigan 1988: 5) mengatakan bahwa setiap pendekatan modern terhadap pemerolehan bahasa akan menghadapi kenyataan bahwa bahasa dibangun sejak semula oleh setiap anak, memanfaatkan aneka kapasitas bawaan sejak lahir yang beraneka ragam dalam interaksinya dengan pengalaman-pengalaman dunia fisik dan sosial.

Setiap anak memiliki sistem bahasanya berdasarkan pengalaman di rumah dan masyarakat untuk maksud dan tujuan tertentu dan dengan pribadi-pribadi tertentu. Setiap anak memiliki gaya bahasa sendiri dan cara sendiri mengekspresikan makna dalam berbagai situasi. Setiap anak mempunyai ciri-ciri atau sifat-sifat kepribadiannya sendiri yang menyatakan diri dari cara anak menggunakan bahasa misalnya seorang anak cenderung ke arah ekspresi yang jelas dan nyata (fasih berkata-kata), tetapi ada anak yang lain yang sedikit bicara dan secara diam-diam membangun hubungan-hubungan dalam pikirannya sendiri (Tarigan 1988: 33). Seorang anak berperilaku terhadap kehidupannya melalui


(44)

bermain-main, tetapi ada pula anak yang lain berperilaku secara pragmatis, maksudnya anak menggunakan bahasa lebih santai dan bervariasi. Jika anak yang satu memiliki status sosial lebih tinggi, akan menggunakan bahasa yang lebih dari anak yang memiliki status sosial lebih rendah. Contoh penggunaan kosa kata

handphone atau hp, laptop, TV, CD, pesawat terbang, dan sebagainya.

Anak-anak dapat memperoleh kosa kata dari pengalaman-pengalaman yang pernah didapat oleh anak tersebut. Tarigan (1984: 6) mengatakan bila anak-anak tumbuh, berkembang, dan menjadi dewasa dalam lingkungan hidup yang berkecukupan, yang memberikan lebih banyak kesempatan untuk menemani orang tua berbelanja ke toko atau ke pasar, menghadiri pertunjukan, pameran, kebun binatang, taman, teater anak-anak, maka kosa kata anak-anak tersebut akan mencerminkan pengalaman-pengalaman yang lebih luas. Saat bermain permainan kartu bergambar, anak-anak diberi stimulus dengan ditunjukkan gambar alat-alat elektronik dan alat transportasi. Adapun gambar alat-alat elektronik seperti

telepon genggam atau handphone, kamera, kompor, kipas angin, televisi, dan

komputer. Alat-alat transportasi yang ditunjukkan pada anak-anak dalam

permainan kartu bergambar seperti kapal laut, kereta api, bus, sepeda, pesawat

terbang, becak, delman atau sado, sepeda motor, dan mobil.

(12)

Ibu : Sekarang kita main kartu bergambar ya.. Ibu tunjukkan gambar-gambar

di sini (menunjuk kartu bergambar) Rian bilang apa namanya ya..


(45)

Ibu : Ini apa namanya sayang? (menunjukkan kartu bergambar alat-alat elektronik)

Rian : hphandphone’, komputer, tipi ‘televisi’, kipas angin, kompor.

Ibu : Kalau yang ini apa namanya? (menunjuk kartu bergambar kamera)

Rian : (Diam dan melihat ke arah ibu)

Ibu : Ka...

Rian : Ka...

Ibu : Kamera.

Rian : Kame...

Ibu : Kamera.

Rian : kamera

Ibu : Bagus.

Kosa kata benda-benda pada data (12) merupakan alat-alat elektronik yang tidak asing lagi bagi anak yang orang tuanya memiliki status sosial lebih tinggi karena sebagian besar dimiliki oleh keluarga anak sehingga anak sudah biasa melihat alat-alat elektronik tersebut. Jadi saat Rian diberi stimulus dengan ditunjukkan gambar alat-alat elektronik, Rian dapat memberi respons dengan benar, namun pada saat ditunjukkan gambar kamera Rian tidak bisa merespons


(46)

dengan benar. Ibu harus memberikan stimulus dengan mengulang kata kamera

kepada Rian hingga Rian bisa memberikan stimulus dengan benar.

(13)

Ibu : Nah, kalau yang ini gambar apa Rian? (menunjukkan gambar alat-alat transportasi)

Rian : sepeda, kapal, becak, bus, keta api ‘kereta api’, mobil, keta ‘kereta’ atau

‘sepeda motor’, pesawat

Ibu : Pintar anak ibu.

Data (13) memperlihatkan bahwa semua stimulus yang diberikan oleh ibu kepada Rian berupa kosa kata benda-benda dapat direspons dengan benar. Pada kata sepeda motor Rian mengenalnya dengan kata kereta bukan sepeda motor

karena masyarakat di Medan pada umumnya mengatakan sepeda motor dengan

sebutan kereta.

Perilaku menurut psikologi behaviorisme hanya mengkaji peristiwa-peristiwa yang dapat diamati, yang nyata, yaitu perilaku manusia. Proses pemerolehan bahasa pertama menurut behaviorisme dikendalikan dari luar diri anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Data (12) dan (13) di atas menunjukkan bahwa Rian telah mendapatkan rangsangan dari lingkungannya mengenai kosa kata alat-alat elektronik dan transportasi, yakni dengan melihat benda-benda itu secara langsung sehingga ketika diberi stimulus yang sama Rian akan merespons stimulus yang sebelumnya telah didapat dari


(47)

menunjukkan respons dengan benar karena Rian belum diberi stimulus oleh orang tua ataupun lingkungannya mengenai kosa kata tersebut.

(14)

Rian : Bu, pinjam... (mencoba mengambil kamera peneliti)

Peneliti : Bilang dulu ini tadi namanya apa?

Rian : kamera

Peneliti : Pintar. Nih.. (menyerahkan kamera)

Data (14) menunjukkan bahwa Rian yang sebelumnya belum dapat merespons dengan benar saat diberi stimulus terhadap kosa kata kamera, kini telah dapat

memberi respons dengan benar. Hal ini karena menurut prinsip kebaruan (recency

principle) dari teori psikolinguistik behaviorisme yang dikemukakan oleh Watson

mengatakan jika suatu stimulus baru saja menimbulkan respons, maka kemungkinan stimulus itu dapat menimbulkan respons yang sama apabila diberikan berulang-ulang pada saat itu juga tanpa menunggu lama berselang. Jadi, tanpa menunggu lama waktu berselang, pada saat itu juga Rian telah diberi stimulus terhadap kosa kata kamera dan saat diberi stimulus yang sama, Rian


(48)

(15)

Ara : Bu, hp-nya kayak ‘seperti’ punya papa. (menunjuk kartu

bergambar handphone)

Peneliti : Eh, mirip punya papa Ara ya?.

Ara : Tapi hp papa BB ‘Blackberry’(salah satu merek handphone).

Peneliti : Hp papa warna apa nak?

Ara : Hp papa warna item ‘hitam’. Ini juga warnanya sama kayak

‘seperti’ hp papa.

Peneliti : Warna apa ini? (menunjuk kartu bergambar handphone)

Ara : Warna item ‘hitam’ juga.

Data (15) menunjukkan bahwa Ara sering sekali melihat dan memegang

handphone milik orang tuanya sehingga saat Ara melihat gambar handphone pada

kartu bergambar, Ara langsung mengetahui gambar tersebut adalah gambar

handphone. Hal ini sesuai dengan prinsip frekuensi (frequency principle) Watson,

yaitu anak akan memberikan respons yang sama pada waktu yang lain karena anak sering mendapatkan stimulus yang sama, seperti kosa kata handphone atau


(49)

4.2 Jenis Kosa Kata dalam Bahasa Anak Usia 2—3 Tahun melalui Permainan dan Nyanyian

4.2.1 Jenis Kosa Kata dalam Bahasa Anak Usia 2—3 Tahun melalui Permainan

Ada banyak permainan yang dapat dimainkan bersama anak untuk membantu anak memperoleh kosa kata dalam hal ini kosa kata bahasa Indonesia. Anak-anak suka bermain karena mereka dapat mengembangkan diri mereka melalui permainan tersebut. Jenis permainan yang dapat dimainkan anak-anak adalah sebagai berikut:

1. Permainan kartu bergambar

2. Permainan sandiwara boneka

3. Permainan susun warna

4. Permainan harta karun

5. Permainan bos

4.2.1.1 Permainan Kartu Bergambar

Permainan kartu bergambar adalah jenis permainan yang menggunakan kartu sebagai media bermain anak-anak. Disebut dengan kartu bergambar karena kartu-kartu tersebut memiliki berbagai gambar seperti gambar alat-alat transportasi, angka, binatang, alat-alat elektronik, macam-macam bentuk, warna, dan sebagainya. Permainan ini dapat membantu anak dalam memperoleh kosa kata bahasa Indonesia karena melalui permainan ini orang tua memberi stimulus kepada anak dengan memberi tahu anak tersebut mengenai gambar-gambar yang ada di dalam kartu bergambar sehingga jika ada stimulus yang sama muncul, anak


(50)

dapat memberi respons dengan benar. Saat ini permainan kartu bergambar telah banyak digunakan oleh para guru Taman Kanak-kanak sebagai media pembelajaran terhadap murid-muridnya, namun permainan ini juga dapat dilakukan orang tua dan anak di rumah.

Gambar 1: Kartu Bergambar

(16)

Ibu : Lihat Nauval ibu punya ini (menunjukkan kartu bergambar).

Coba kamu bilang sama ibu ini gambar apa-apa saja.

Nauval : Iya.

Ibu : Ini gambar apa? (menunjuk kartu bergambar)

Nauval : tempa tidul ‘tempat tidur’, sepatu...

Ibu : Sepatunya warna apa?


(51)

Ibu : Ini?

Nauval : jam, pileng ‘piring’, celana...

Ibu : Celana apa? Panjang atau pendek?

Nauval : celana pendek

Ibu : Ini?

Nauval : galepu ‘garpu’, sendok, gelas, jendela, hp handphone’, pintu

Ibu : Pintunya warna apa?

Nauval : walna ‘warna’ cokelat

Ibu : Pintar. Kalau yang ini apa?

Nauval : topi

Ibu : Warna apa topinya?

Nauval : kuning

Ibu : Bagus.

Data (16) di atas menunjukkan kosa kata yang muncul melalui permainan kartu bergambar terdiri atas kosa kata benda dan sifat adalah sebagai berikut:

a. Dua belas kosa kata benda-benda, yakni tempat tidur, sepatu, jam,

piring, celana, garpu, sendok, gelas, jendela, handphone, pintu,


(52)

b. Empat Kosa kata keadaan, yakni merah, pendek, coklat, dan kuning.

Gambar 2: Nauval bermain Kartu Bergambar

(17)

Ibu : Rara, ini apa namanya?

Rara : semangka

Ibu : Semangkanya warna apa?

Rara : merah

Ibu : Kita hitung yuk semangkanya! (menghitung semangka pada kartu

bergambar) satu...


(53)

Data (17) menunjukkan kosa kata yang muncul terdiri atas:

a. Satu kosa kata benda semangka.

b. Satu kosa kata keadaan merah.

c. Tiga kosa kata bilangan satu, dua, dan tiga.

4.2.1.2 Permainan Sandiwara Boneka

Permainan sandiwara boneka adalah jenis permainan yang menggunakan boneka tangan sebagai media bermain bagi anak. Dalam permainan ini anak-anak diajak untuk mengenal identitas dari boneka yang dimainkan seperti nama boneka dan juga diajak untuk menggunakan daya imajinasi mereka. Permainan sandiwara boneka tidak hanya bisa dimainkan dengan boneka tangan, melainkan juga dapat menggunakan boneka hewan ataupun boneka Barbie.


(54)

(18)

Ibu : Yuk kita main sandiwara boneka! Ibu jadi si Mio, Nasywa jadi si

Aisyah ya. (Mulai bermain sandiwara boneka) Halo! Assalamualaikum...

Nasywa : kumsalam ‘waalaikumsalam’

Ibu : Apa kabar Aisyah?

Nasywa : baek ‘baik’

Ibu : Cantik sekali kamu hari ini. Apa yang kamu pakai di kepala kamu

itu? (menunjuk jilbab boneka Aisyah)

Nasywa : Ini jiblab ‘jilbab’

Ibu : (tertawa) Warna apa jilbab kamu Aisyah?

Nasywa : walna bilu ‘warna biru’. Mio kok gak pake jiblab ‘Mio kenapa

tidak pakai jilbab’?

Ibu : Karna aku kucing.

Nasywa : Oh...

Ibu : Baju Aisyah juga cantik, bajunya warna apa itu?

Nasywa : walna olen ‘warna oranye’.


(55)

Nasywah : Mio bajunya walna melah ‘warna merah.

Ibu : Aku mau pergi ke sekolah dulu ya..

Nasywa : Aku juga mau pigi ‘pergi’ ke sekolah. Aku nanti sama mama.

Mio mau ikut?

Ibu : Mau dong!

Data (18) menunjukkan kosa kata yang muncul dalam permainan sandiwara boneka lebih beragam. Kosa kata yang muncul adalah sebagai berikut:

a. Empat kosa kata benda –benda jilbab, kucing, baju, dan sekolah.

b. Lima kosa kata keadaan baik, cantik, biru, oranye, dan merah.

c. Dua kosa kata kerja pergi dan ikut.

d. Satu kosa kata istilah kekerabatan ibu.

e. Satu kosa kata ganti aku.


(56)

4.2.1.3 Permainan Susun Warna

Permainan susun warna adalah permainan yang dimainkan anak-anak

dengan cara mencocokkan kartu-kartu warna sesuai dengan warna yang ada di

kertas warna. Tujuan permainan ini adalah untuk membantu anak-anak memperoleh kosa kata keadaan, yakni nama-nama warna.


(57)

(19)

Ibu : Rara coba cocokkan kartu warnanya ke sini (menunjuk kertas warna),

bisa sayang?

Rara : Bisa (mengambil kartu-kartu warna lalu mulai menyocokkannya dengan kertas warna).

Ibu : Ini warna apa nak?

Rara : hijau

Ibu : Terus, sebutkan apa warnanya ya.

Rara : biru, merah, oren ‘oranye’, kuning, coklat, hitam.

Ibu : Hore! Pintar Rara.

Data (19) menunjukkan kosa kata yang muncul adalah tujuh kosa kata keadaan hijau, biru, merah, oranye, kuning, coklat, dan hitam.


(58)

4.2.1.4 Permainan Bos

Permainan bos merupakan permainan antara ibu dan anak, yakni ibu bertindak seolah-olah ibu adalah seorang bos atau pemimpin dan anak adalah anak buah dari bos. Pada umumnya anak buah harus mematuhi semua perintah yang diperintahkan oleh bos. Jadi, dalam permainan bos ini anak diberi stimulus agar menuruti apa yang diperintahkan oleh bos (ibu). Permainan ini tidak menggunakan alat peraga seperti pada permainan kartu bergambar, sandiwara boneka, dan susun warna.

(20)

Ibu : Coba pegang tangan Ara!

Ara : (tangan kanan memegang tangan kiri)

Ibu : Tangan gunanya untuk apa?

Ara : untuk megang ‘memegang’.

Ibu : Pintar anak ibu. Ini gigi ibu (menunjuk gigi). Sekarang coba

tunjukkan mana gigi kamu?

Ara : (membuka mulut dan menunjuk gigi) Iii...

Ibu : Gigi gunanya untuk menggi...

Ara : gigit ‘menggigit’.


(59)

Ara : Ini (menunjuk mata)

Ibu : Mata ibu mana?

Ara : Itu (menunjuk mata ibu)

Ibu : Mata gunanya untuk meli...

Ara : ...hat.

Ibu : Untuk apa nak?

Ara : melihat

Ibu : Pintar anak ibu.

Data (20) menunjukkan kosa kata yang muncul pada permainan bos adalah sebagai berikut:

a. Empat kosa kata benda-benda tangan, gigi, mata, dan kaki.

b. Tiga kosa kata kerja memegang, menggigit, dan melihat.


(60)

4.2.1.5 Permainan Harta Karun

Permainan harta karun adalah permainan yang dilakukan menggunakan alat peraga seperti mainan-mainan anak. Cara bermain permainan ini adalah:

1. Kumpulkan tiga mainan anak dan masing-masing mainan diletakkan di

tempat yang berbeda misalnya di atas meja, di bawah kursi, dan di balik punggung ibu. Mainan-mainan anak dalam permainan ini disebut harta karun. Letakkan mainan-mainan itu tidak jauh dari anak agar anak tidak kesulitan saat mencari.

2. Lalu beri instruksi pada anak untuk mencari harta karun itu di sekitarnya dan mengumpulkan harta karunnya.

3. Katakan pada anak jika anak sudah menemukan harta karun itu anak harus

memberikannya pada ibu sambil menyebutkan apa nama benda yang ditemukannya dan di mana anak menemukan benda itu.

Rian bersama ibu melakukan permainan harta karun. Ibu menggunakan mainan seperti bola berwarna merah, mobil-mobilan, dan boneka kucing yang dijadikan sebagai harta karun Rian dalam permainan ini. Ibu meletakkan ketiga benda ini di tempat yang berbeda, yakni bola di bawah meja, mobil-mobilan di atas kursi, dan boneka di balik punggung ibu. Sama seperti pencarian harta karun sungguhan yang memerlukan peta, permainan ini juga memerlukan sebuah peta. Peta dalam permainan ini ditulis di atas kertas. Peta tersebut berisi tentang petunjuk benda-benda apa saja yang harus ditemukan oleh anak.


(61)

(21)

Ibu :Wah, di peta ini tertulis Rian harus mencari bola yang warnanya

merah.

Rian : Mana bolanya bu?

Ibu : Ibu nggak ‘tidak’ tahu di mana bolanya, di peta nggak ada ditulis.

Coba Rian cari di sekitar sini, pasti ada.

Rian : (mencari bola berwarna merah) Ini dia bu!

Ibu : Bagus. Sekarang Rian coba cari mobil-mobilan.

Rian : (mencari mobil-mobilan, berlari ke sana dan kemari) Ini bu!

Ibu : Bagus. Terakhir di peta tertulis Rian harus cari boneka kucing.

Rian : (mencari boneka kucing) Ini bu bonekanya!

Ibu : Nah, sekarang harta karun Rian kasih ‘berikan’ ke ibu. Ini apa

namanya tadi? (menunjuk bola merah)

Rian : bola

Ibu : Warna apa bolanya?

Rian : warna merah

Ibu : Kalau yang ini? (menunjuk mobil-mobilan)


(62)

Ibu : Kalau yang ini? (menunjuk boneka kucing)

Rian : boneka

Ibu : Pintar anak ibu.

Data (21) di atas menunjukkan kosa kata yang muncul dalam permainan harta karun adalah sebagai berikut:

a. Tiga kosa kata benda-benda bola, mobil-mobilan, dan boneka.

b. Satu kosa kata keadaan merah.

c. Kosa kata istilah kekerabatan ibu.

4.2.2 Jenis Kosa Kata dalam Bahasa Anak Usia 2—3 Tahun melalui Nyanyian

Sama halnya seperti permainan, nyanyian juga bisa dijadikan sebagai media bagi anak untuk memperoleh kosa kata. Ada banyak nyanyian yang dapat dinyanyikan bersama dengan anak, namun nyanyian tersebut seharusnya adalah nyanyian yang khusus dibuat untuk anak-anak. Peneliti sering menemukan anak usia dini yang dapat menyanyikan nyanyian orang-orang dewasa yang umumnya bertema tentang cinta. Seorang anak berusia 2 tahun bernama Azalea yang pernah peneliti temui, walau tidak hafal semua lirik nyanyian tersebut, namun Azalea bisa menyanyikan nyanyian dari penyanyi grup band Noah yang berjudul Separuh

Aku. Meskipun saat ini nyanyian anak-anak sudah jarang didengar, tapi masih ada


(63)

1. Dua mata saya

2. Bangun tidur

3. Balonku

4. Bintang kecil

5. Satu satu aku sayang ibu

6. Lihat kebunku

4.2.2.1 Nyanyian Dua Mata Saya

Nyanyian Dua Mata Saya merupakan nyanyian yang liriknya banyak

berisi tentang kosa kata anggota tubuh manusia, khususnya pada bagian wajah. Nyanyian ini juga dapat membantu anak untuk memperoleh kosa kata benda, kosa kata kerja, dan mengenal anggota tubuh manusia serta letak anggota tubuh tersebut. Ibu bersama Ara menyanyikan nyanyian Dua Mata Saya. Berikut adalah

lirik nyanyian tersebut:

Dua mata saya Hidung saya satu

Dua kaki saya pakai sepatu baru Dua telinga saya yang kiri dan kanan Satu mulut saya tidak berhenti makan

Dengan menggunakan teknik gambar, Ara ditunjukkan gambar dari kosa kata benda yang terdapat dalam lirik nyanyian tersebut seperti gambar sepatu.

Selanjutnya, untuk memberikan stimulus kepada Ara mengenai anggota tubuh yang terdapat dalam lirik nyanyian, dapat menggunakan anggota tubuh asli


(64)

(bukan gambar). Tidak hanya memperoleh kosa kata, namun Ara juga memahami kosa kata yang telah diperoleh melalui nyanyian. Hal ini dapat dibuktikan melalui percakapan yang dilakukan antara ibu dan Ara.

(22)

Ibu : Ini gambar apa Ra?

Ara : sepatu

Ibu : (menunjuk mata ibu) Ini apa namanya?

Ara : mata

Ibu : Mata Ara ada berapa ya? Ada du...

Ara : du...a..

Ibu : Pintar. (Menunjuk hidung ibu) Kalau ini apa namanya?

Ara : idung ‘hidung’.

Ibu : Hidung Ara ada berapa?

Ara : Ada satu..

Ibu : (Memegang kaki Ara) Ini apa namanya?

Ara : kaki

Ibu : (memegang telinga ibu) Ini apa namanya?


(65)

Ibu : Ada berapa kuping ‘telinga’ Ara?

Ara : dua

Ibu : Ara pakai apa itu yang di telinga?

Ara : pake kerabu ‘pakai anting-anting’

Ibu : Pintarnya. (Menunjuk mulut ibu) Ini apa ya namanya?

Ara : mulut

Ibu : Bagus.

Data (22) di atas menunjukkan kosa kata yang muncul dalam nyanyian Dua

Mata Saya adalah sebagai berikut:

a. Satu kosa kata benda sepatu.

b. Lima kosa kata nama-nama bagian tubuh mata, hidung, kaki, telinga, dan

mulut.

c. Tiga kosa kata kerja pakai, berhenti, dan makan.

d. Satu kosa kata keadaan baru.

e. Dua kosa kata bilangan satu dan dua.


(66)

4.2.2.2 Nyanyian Bangun Tidur

Nyanyian Bangun Tidur yang diciptakan oleh Pak Kasur berisi tentang

kegiatan yang dilakukan anak setelah bangun tidur, seperti mandi dan membersihkan tempat tidur. Lirik dalam nyanyian ini banyak berisi tentang kosa kata kerja sehingga dapat membantu anak untuk memperoleh kosa kata kerja tersebut. Ibu bersama Rara menyanyikan nyanyian Bangun Tidur. Berikut adalah

lirik nyanyian tersebut:

Bangun tidur ku terus mandi Tidak lupa menggosok gigi Habis mandi kutolong ibu Membersihkan tempat tidurku

Dengan menggunakan teknik gambar dan gerakan anggota tubuh, Rara ditunjukkan gambar dan maksud dari gerakan anggota tubuh yang ditirukan oleh ibu. Dalam hal ini Rara memahami kosa kata yang terdapat dalam nyanyian

Bangun Tidur. Hal ini dapat dibuktikan melalui percakapan yang dilakukan antara

ibu dan Rara.

(23)

Ibu : Ini apa namanya nak? (menunjuk gigi ibu)

Rara : gigi

Ibu : Ini ibu lagi ngapain ‘sedang apa’ ya? (Menirukan orang yang sedang


(67)

Rara : mengosok gigi ‘menggosok gigi’

Ibu : (Tertawa) Ini gambar apa sih?

Rara : tempat tidur

Ibu : Pintar.

Ibu : Kalau ini ibu lagi ‘sedang’ apa? (Berpura-pura tidur)

Rara : lagi ‘sedang’ tidur.

Ibu : Tadi pagi Rara sudah mandi belum? Pasti belum...

Rara : udah ‘sudah’. Rara udah ‘sudah’ mandi kok.

Data (23) di atas menunjukkan kosa kata yang muncul dalam nyanyian

Bangun Tidur yang dinyanyikan ibu bersama Rara adalah sebagai berikut:

a. Dua kosa kata benda-benda gigi dan tempat tidur.

b. Enam kosa kata kerja bangun, tidur, mandi, menggosok, tolong, dan

membersihkan.

c. Satu kosa kata istilah kekerabatan ibu.


(68)

4.2.2.3 Nyanyian Balonku

Nyanyian Balonku yang diciptakan oleh A.T. Mahmud merupakan

nyanyian yang liriknya banyak berisi tentang kosa kata keadaan khususnya

mengenai warna. Ibu bersama Rian menyanyikan nyanyian Balonku. Berikut

adalah lirik nyanyian tersebut:

Balonku ada lima rupa-rupa warnanya Hijau, kuning, kelabu, merah muda, dan biru Meletus balon hijau hatiku sangat kacau Balonku tinggal empat kupegang erat-erat

Dengan menggunakan teknik gambar dan gerakan tubuh, Rian ditunjukkan gambar dan maksud dari gerakan tubuh yang berkaitan dengan lirik nyanyian

Balonku. Rian memahami kosa kata yang telah diperoleh melalui nyanyian

Balonku. Hal ini dapat dibuktikan melalui percakapan yang dilakukan antara ibu

dan Rian.

(24)

Ibu : Ini gambar apa nak?

Rian : balon

Ibu : Rian punya balon?

Rian : (Menggelengkan kepala) enggak ‘tidak’


(69)

Rian : dua, tiga, empat, lima

Ibu : Hore.. Rian pintar. Sekarang, kita cari tahu sama-sama balonnya warna apa

aja ‘saja’ ya? Ini warna apa?

Rian : hijau, kuning, pink ‘merah muda’, biru

Ibu : Kalau ini warna abu-abu.. Warna apa nak?

Rian : abu-abu

Ibu : Misalnya ibu punya balon. Terus tiba-tiba balonnya Duaarr.. Kenapa itu

balonnya?

Rian : meletuslah balonnya bu.

Ibu : Pintar anak ibu.

Data (24) di atas menunjukkan kosa kata yang muncul dalam nyanyian

Balonku yang dinyanyikan ibu bersama Rian adalah sebagai berikut:

a. Satu kosa kata benda balon.

b. Dua kosa kata kerja meletus dan pegang.

c. Enam kosa kata keadaan hijau, kuning, kelabu, merah muda, biru, dan

kacau.

d. Dua kosa kata bilangan lima dan empat.


(70)

4.2.2.4 Nyanyian Bintang Kecil

Nyanyian Bintang Kecil merupakan nyanyian yang diciptakan oleh

Daljono. Nyanyian ini sering dinyanyikan oleh ibu bersama dengan anak sebagai nyanyian pengantar tidur anak. Lirik dalam nyanyian ini berisi tentang kosa kata benda, kerja, keadaan, dan kata ganti sehingga dapat membantu anak untuk

memperoleh kosa kata tersebut. Ibu bersama Nauval menyanyikan nyanyian

Bintang Kecil. Berikut adalah lirik nyanyian tersebut:

Bintang kecil di langit yang biru Amat banyak menghias angkasa Aku ingin terbang dan menari Jauh tinggi ke tempat kau berada

Dengan menggunakan teknik gambar dan gerakan anggota tubuh, Nauval ditunjukkan gambar dan maksud dari gerakan tubuh yang ditirukan oleh ibu.

Nauval tidak hanya memperoleh kosa kata melalui nyanyian Bintang Kecil,

namun juga memahami kosa kata yang terdapat dalam lirik nyanyian tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui percakapan yang dilakukan antara ibu dan Nauval.

(25)

Ibu : Ini gambar apa nak?

Nauval : bintang


(71)

Nauval : langit

Ibu : Langitnya warna apa?

Nauval : walna bilu ‘warna biru’

Ibu : Burung itu terbang atau berjalan?

Nauval : jalan

Ibu : Eh, kok jalan? Burung itu terbang. Terbangnya ke langit. Ayo sekali lagi, burung terbang atau berjalan?

Nauval : telbang ‘terbang’

Ibu : Bagus. Ini ibu lagi ngapain ‘sedang apa’? (Berpura-pura menari,

mengayunkan lengan secara berlawanan arah ke atas dan ke bawah).

Nauval : (Diam)

Ibu : (Tertawa) Ibu lagi ‘sedang’ menari namanya nak. Ngapain ibu ‘apa yang

ibu lakukan’ tadi?

Nauval : menali

Ibu : Bagus. Ini ibu punya dua bola. Kamu pilih satu mana yang kecil.

Nauval : Ini (mengambil bola berukuran kecil)


(72)

Data (25) di atas menunjukkan kosa kata yang muncul dalam nyanyian

Bintang Kecil yang dinyanyikan ibu bersama Nauval adalah sebagai berikut:

a. Tiga kosa kata benda-benda bintang, angkasa,dan langit.

b. Tiga kosa kata kerja menghias, terbang, dan menari.

c. Lima kosa kata keadaan biru, kecil, banyak, jauh, dan tinggi.


(1)

Rian : sepeda, kapal, becak, bus, keta api ‘kereta api’, mobil, keta ‘kereta’ atau ‘sepeda motor’, pesawat

Ibu : Pintar anak ibu.

14.Rian : Bu, pinjam... (mencoba mengambil kamera peneliti) Peneliti : Bilang dulu ini tadi namanya apa?

Rian : kamera

Peneliti : Pintar. Nih.. (menyerahkan kamera)

15.Ara : Bu, hp-nya kayak ‘seperti’ punya papa. (menunjuk kartu bergambar handphone)

Peneliti : Eh, mirip punya papa Ara ya?.

Ara : Tapi hp papa BB ‘Blackberry’(salah satu merek handphone). Peneliti : Hp papa warna apa nak?

Ara : Hp papa warna item ‘hitam’. Ini juga warnanya sama kayak ‘seperti’ hp papa.

Peneliti : Warna apa ini? (menunjuk kartu bergambar handphone) Ara : Warna item ‘hitam’ juga.

16.Ibu : Lihat Nauval ibu punya ini (menunjukkan kartu bergambar). Coba kamu bilang sama ibu ini gambar apa-apa saja.

Nauval : Iya.

Ibu : Ini gambar apa? (menunjuk kartu bergambar) Nauval : tempa tidul ‘tempat tidur’, sepatu...

Ibu : Sepatunya warna apa? Nauval : melah ‘merah’

Ibu : Ini?

Nauval : jam, pileng ‘piring’, celana... Ibu : Celana apa? Panjang atau pendek? Nauval : celana pendek

Ibu : Ini?

Nauval : galepu ‘garpu’, sendok, gelas, jendela, hp ‘handphone’, pintu… Ibu : Pintunya warna apa?

Nauval : walna ‘warna’ cokelat Ibu : Pintar. Kalau yang ini apa? Nauval : topi

Ibu : Warna apa topinya? Nauval : kuning

Ibu : Bagus.

17.Ibu : Rara, ini apa namanya? Rara : semangka

Ibu : Semangkanya warna apa? Rara : merah

Ibu : Kita hitung yuk semangkanya! (menghitung semangka pada kartu bergambar) satu...


(2)

Rara : (sambil menunjuk kartu bergambar semangka) satu, dua, tiga... 18.Ibu : Yuk kita main sandiwara boneka! Ibu jadi si Mio, Nasywa jadi si

Aisyah ya. (Mulai bermain sandiwara boneka) Halo! Assalamualaikum... Nasywa : kumsalam ‘waalaikumsalam’

Ibu : Apa kabar Aisyah? Nasywa : baek ‘baik’

Ibu : Cantik sekali kamu hari ini. Apa yang kamu pakai di kepala kamu itu? (menunjuk jilbab boneka Aisyah)

Nasywa : Ini jiblab ‘jilbab’

Ibu : (tertawa) Warna apa jilbab kamu Aisyah?

Nasywa : walna bilu ‘warna biru’. Mio kok gak pake jiblab ‘Mio kenapa tidak pakai jilbab’?

Ibu : Karna aku kucing. Nasywa : Oh...

Ibu : Baju Aisyah juga cantik, bajunya warna apa itu? Nasywa : walna olen ‘warna oranye’.

Ibu : Baju aku warna apa Aisyah?

Nasywa : Mio bajunya walna melah ‘warna merah. Ibu : Aku mau pergi ke sekolah dulu ya..

Nasywa : Aku juga mau pigi ‘pergi’ ke sekolah. Aku nanti sama mama. Mio mau ikut?

Ibu : Mau dong!

19.Ibu : Rara coba cocokkan kartu warnanya ke sini (menunjuk kertas warna), bisa sayang?

Rara : Bisa (mengambil kartu-kartu warna lalu mulai menyocokkannya dengan kertas warna).

Ibu : Ini warna apa nak? Rara : hijau

Ibu : Terus, sebutkan apa warnanya ya.

Rara : biru, merah, oren ‘oranye’, kuning, coklat, hitam. Ibu : Hore! Pintar Rara.

20.Ibu : Coba pegang tangan Ara!

Ara : (tangan kanan memegang tangan kiri) Ibu : Tangan gunanya untuk apa?

Ara : untuk megang ‘memegang’.

Ibu : Pintar anak ibu. Ini gigi ibu (menunjuk gigi). Sekarang coba tunjukkan mana gigi kamu?

Ara : (membuka mulut dan menunjuk gigi) Iii... Ibu : Gigi gunanya untuk menggi...

Ara : gigit ‘menggigit’.

Ibu : Bagus. Hmm, sekarang di mana ya mata Ara? Ara : Ini (menunjuk mata)


(3)

Ara : Itu (menunjuk mata ibu) Ibu : Mata gunanya untuk meli... Ara : ...hat.

Ibu : Untuk apa nak? Ara : melihat

Ibu : Pintar anak ibu.

21.Ibu :Wah, di peta ini tertulis Rian harus mencari bola yang warnanya merah.

Rian : Mana bolanya bu?

Ibu : Ibu nggak ‘tidak’ tahu di mana bolanya, di peta nggak ada ditulis. Coba Rian cari di sekitar sini, pasti ada.

Rian : (mencari bola berwarna merah) Ini dia bu! Ibu : Bagus. Sekarang Rian coba cari mobil-mobilan.

Rian : (mencari mobil-mobilan, berlari ke sana dan kemari) Ini bu! Ibu : Bagus. Terakhir di peta tertulis Rian harus cari boneka kucing. Rian : (mencari boneka kucing) Ini bu bonekanya!

Ibu : Nah, sekarang harta karun Rian kasih ‘berikan’ ke ibu. Ini apa namanya tadi? (menunjuk bola merah)

Rian : bola

Ibu : Warna apa bolanya? Rian : warna merah

Ibu : Kalau yang ini? (menunjuk mobil-mobilan) Rian : mobilan ‘mobil-mobilan’.

Ibu : Kalau yang ini? (menunjuk boneka kucing) Rian : boneka

Ibu : Pintar anak ibu. 22.Ibu : Ini gambar apa Ra?

Ara : sepatu

Ibu : (menunjuk mata ibu) Ini apa namanya? Ara : mata

Ibu : Mata Ara ada berapa ya? Ada du... Ara : du...a..

Ibu : Pintar. (Menunjuk hidung ibu) Kalau ini apa namanya? Ara : idung ‘hidung’.

Ibu : Hidung Ara ada berapa? Ara : Ada satu..

Ibu : (Memegang kaki Ara) Ini apa namanya? Ara : kaki

Ibu : (memegang telinga ibu) Ini apa namanya? Ara : kuping ‘telinga’.

Ibu : Ada berapa kuping ‘telinga’ Ara? Ara : dua

Ibu : Ara pakai apa itu yang di telinga? Ara : pake kerabu ‘pakai anting-anting’


(4)

Ara : mulut Ibu : Bagus.

23.Ibu : Ini apa namanya nak? (menunjuk gigi ibu) Rara : gigi

Ibu : Ini ibu lagi ngapain ‘sedang apa’ ya? (Menirukan orang yang sedang menggosok gigi).

Rara : mengosok gigi ‘menggosok gigi’ Ibu : (Tertawa) Ini gambar apa sih? Rara : tempat tidur

Ibu : Pintar. Kalau ini ibu lagi ‘sedang’ apa? (Berpura-pura tidur) Rara : lagi ‘sedang’ tidur.

Ibu : Tadi pagi Rara sudah mandi belum? Pasti belum... Rara : udah ‘sudah’. Rara udah ‘sudah’ mandi kok. 24.Ibu : Ini gambar apa nak?

Rian : balon

Ibu : Rian punya balon?

Rian : (Menggelengkan kepala) enggak ‘tidak’ Ibu : Kita hitung sama-sama yuk balonnya! Satu... Rian : dua, tiga, empat, lima

Ibu : Hore.. Rian pintar. Sekarang, kita cari tahu sama-sama balonnya warna apa aja ‘saja’ ya? Ini warna apa?

Rian : hijau, kuning, pink ‘merah muda’, biru Ibu : Kalau ini warna abu-abu.. Warna apa nak? Rian : abu-abu

Ibu : Misalnya ibu punya balon. Terus tiba-tiba balonnya Duaarr.. Kenapa itu balonnya?

Rian : meletuslah balonnya bu. Ibu : Pintar anak ibu.

25.Ibu : Ini gambar apa nak? Nauval : bintang

Ibu : Ini? Nauval : langit

Ibu : Langitnya warna apa? Nauval : walna bilu ‘warna biru’

Ibu : Burung itu terbang atau berjalan? Nauval : jalan

Ibu : Eh, kok jalan? Burung itu terbang. Terbangnya ke langit. Ayo sekali lagi, burung terbang atau berjalan?

Nauval : telbang ‘terbang’

Ibu : Bagus. Ini ibu lagi ngapaini ‘sedang apa’? (Berpura-pura menari, mengayunkan lengan secara berlawanan arah ke atas dan ke bawah). Nauval : (Diam)


(5)

Ibu : (Tertawa) Ibu lagi ‘sedang’ menari namanya nak. Ngapain ibu ‘apa yang ibu lakukan’ tadi?

Nauval : menali

Ibu : Bagus. Ini ibu punya dua bola. Kamu pilih satu mana yang kecil. Nauval : Ini (mengambil bola berukuran kecil)

Ibu : Pintar.

26.Peneliti : Nasywa sayang sama mama enggak ‘tidak’? Nasywa : sayang

Peneliti : Kalau sama papa sayang juga? Nasywa : sayang

Peneliti : Nasywa punya adek ‘adik’? Nasywa : enggak ‘tidak’

Peneliti : Kalau kakak punya enggak ‘tidak’? Nasywa : (menggelengkan kepala)

27.Ibu : Ini gambar apa Ra? Rara : bunga

Ibu : Bunganya ada di dalam kebun. Ada di mana bunganya nak? Rara : kebun

Ibu : Bagus. Bunganya ini warna apa ya? (Menunjuk gambar bunga mawar merah)

Rara : merah

Ibu : Pintarnya.. Kalau bunga yang ini? (Menunjuk gambar bunga melati)

Rara : putih

Ibu : Pintar ya Rara. Cantik kan bunganya? Rara : (mengangguk)


(6)

LAMPIRAN II

BIODATA ANAK

1. Nama : Muhammad Adriansyah

Usia : 3 tahun

Alamat : Jalan M. Basir Lingkungan 7, Medan Marelan

2. Nama : Nauval Aziz Mifta Hurrahman

Usia : 3 tahun

Alamat : Jalan Titi Pahlawan Lingkungan 6, Medan Marelan

3. Nama : Mukhairunnisa Azzahra

Usia : 2,8 tahun

Alamat : Jalan Kapten Rahmad Buddin, Medan Marelan

4. Nama : Aisyah Aura Zahra

Usia : 3 tahun

Alamat : Jalan Mesjid Kariono, Medan Marelan

5. Nama : Nasywa Ramadhita Khasairi

Usia : 2,7 tahun