ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA

Analisis data dalam suatu penelitian merupakan tahapan yang terpenting. Sebab, pada tahap ini akan terjawab rumusan permasalahan penelitian. Analisis ini meliputi (a) Pelanggaran prinsip kerja sama, dan (b) implikatur dari pelanggaran prinsip kerja sama dalam buku Plesetan ½ Gokil karya Diela Maya.

A. Pelanggaran Prinsip Kerja sama

1. Pelanggaran Maksim Kuantitas

Di dalam komunikasi seseorang lazim untuk memenuhi tuntutan prinsip kerja sama, penutur memberikan informasi yang secukupnya, atau sebanyak yang dibutuhkan mitra tutur, sehingga informasi yang diperoleh mitra tutur tersebut cukup dan relatif memadai. Di dalam humor seringkali diciptakan dialog-dialog yang melanggar maksim kuantitas. Misalnya, seorang penutur memberikan pertanyaan kepada mitra tutur, namun mitra tutur memberikan kontribusi yang kurang memadai dari apa yang dibutuhkan, sehingga kelancaran komunikasi menjadi tidak wajar. Berikut contoh data yang melanggar maksim kuantitas.

a) Pemberian Informasi yang Kurang Informatif

(1) Buah Semangka

Tanya : Buah Semangka dilubangi, dikasih es batu, dikocok-

kocok terus digelindingi. Jadi apa? Jawab : Jadi jauh.

4MKN

Percakapan pada contoh (1) terjadi pelanggaran maksim kuantitas sebab tokoh Jawab memberikan informasi yang kuranf informatif. Konteks dalam percakapan tersebut tentang buah semangka yang diproses atau dilakukan beberapa kali pengolahan untuk menghasilkan bentuk barang baru yang masih bekaitan dengan buah semangka. Berbeda dengan

jawaban yang diberikan oleh tokoh Jawab ”jadi jauh”, jawaban yang sedemikian kurang informatif untuk menyatakan pertanyaan yang

diajukan tokoh Tanya. Jawaban tersebut tidak menyatakan keadaan benda setelah mengalami proses pengolahan, justru memberikan memberikan penyataan yang berkaitan dengan keberadaan benda. Adanya pemberian informasi yang kurang informatif menjadikan komunikasi tidak wajar, sehingga memunculkan efek dalam peristiwa tutur tersebut. Salah satunya yaitu memunculkan efek kehumoran dengan cara melepaskan ketegangan melalui pemberian yang kurang informatif. Pemberian pertanyaan yang serius mengenai proses pengolahan buah semangka dijawab dengan hal sepele yang dikaitkan dengan subyek pengelolaan yang terakhir saja, sehingga jawaban terkesan menyepelekan pertanyaan. Berikut contoh lain yang memberikan informasi kurang informatif;

(2) Olah Raga Tanya : Olah raga apa yang paling berat? Jawab : Catur. Makan Kuda

5MKN Pada contoh (2) terjadi pelanggaran maksim kuantitas, yaitu dengan

adanya pemberian informasi yang kurang informatif. Jawaban tokoh

Jawab ”makan kuda” seharusnya dijelaskan maksud makan kuda secara sebenarnya, atau maksud ”makan kuda” dalam permainan catur. Apabila yang dimaksudkan makan kuda yang diartikan memasukkan kuda (anggota parlemen dalam permaian catur) ke dalam mulut berarti sangat berat, sebab bahan yang digunakan bukan makan layak konsumsi. Tetapi, makan kuda diartikan mengambil bagian lawannya hal ini wajar-wajar saja. Oleh karena itu, alasan olah raga paling berat sesuai dengan jawaban tokoh Jawab kurang informatif, sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan tokoh Tanya. Sebab konteks dalam percakapan diatas yaitu tentang olah raga, yang kemudian oleh tokoh Tanya dipertegas lagi raga yang paling berat. Informasi yang sedemikian menjadikan percakapan pada contoh (2) dianggap tidak wajar, dan melanggar maksim kuantitas. Pelanggaran ini memunculkan efek kehumoran dengan cara membandingkan (konflik) makan kuda yang sebenarnya dengan makan kuda istilah catur yang berarti mengambil salah satu milik lawan. Oleh karena itu dengan tidak adanya penjelasan tentang olah raga yang dianggap berat menjadikan informasi dianggap kurang memadai.

b) Pemberian Informasi yang Berlebih-lebihan.

(3) Binatang aneh

Tanya : Binatang apa yang paling aneh dimuka bumi ini?? Jawab : Belalang kupu-kupu/ siang makan nasi/ kalo malam/

minum susu.. 3MKN

Pada contoh (3) tokoh Jawab memberikan kontribusi yang berlebih- lebihan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan tokoh Tanya, sehingga dianggap melanggar maksim kuantitas. Informasi yang dibutuhkan seharusnya cukup menyebutkan binatang yang aneh, yaitu

”belalang, kupu-kupu” tetapi oleh tokoh Jawab diberikan informasi yang berlebih-lebihan, yaitu menyebutkan nama binatang sekaligus menggabungkan dengan lirik lagu ”belalang kupu-kupu/ siang makan nasi /kalo malam minum susu” menjadikan informasinya tidak sesuai kebutuhan yang diharapkan oleh tokoh Tanya, dan dianggap berlebihan. Hal ini mengingat konteks percakapan yang terjadi tentang

”binatang aneh”, seharusnya tokoh Jawab cukup memberikan jawaban nama binatang saja tidak lebih dari yang diharapakan tokoh Tanya.

Pemberian informasi yang berlebihan menjadikan komunikasi tidak wajar, sehingga menimbulkan efek dalam komunikasi, salah satunya efek kehumoran. Hal ini terjadi karena jawaban tokoh Jawab memilih nama binatang yang ada dalam lirik lagu, sehingga dapat menimbulkan kehumoran. Berbeda apabila wawasan peserta tutur tidak paham tentang lagu tersebut, maka efek yang diperoleh berbeda, bisa jadi komunikasi tidak bisa berjalan sebab antara penutur dan mitra tutur tidak ada kerja sama yang baik dalam berkomunikasi.

2. Pelanggaran Maksim Kualitas

Pada peristiwa percakapan peserta tutur diwajibkan mengatakan sesuatu yang sebenarnya kepada mitra tutur untuk memenuhi prinsip kerja sama maksim kualitas atau maksim percakapan. Kontribusi peserta percakapan hendaknya Pada peristiwa percakapan peserta tutur diwajibkan mengatakan sesuatu yang sebenarnya kepada mitra tutur untuk memenuhi prinsip kerja sama maksim kualitas atau maksim percakapan. Kontribusi peserta percakapan hendaknya

a) Pemberian Informasi yang Diyakini Salah. (4) Ayam berkokok

Tanya : Kenapa ayam kalau berkokok menutup matanya ? Jawab : Karena sudah hafal teksnya.

3MKL Pada contoh (4) terjadi pelanggaran maksim kualitas, yaitu dengan

memberikan informasi yang diyakini salah. Konteks dalam percakapan tersebut tentang ayam berkokok, tetapi tokoh jawab memberikan pernyataan yang diyakini salah untuk mendukung kebiasaan ayam berkokok. Semua orang paham ayam tidak bisa membaca, sehingga tidak diperlukan teks ketika berkokok. Tetapi apabila tokoh Jawab memberikan informasi ”karena sudah menjadi kodratnya” maka percakapan (4) tidak

melanggar maksim kualitas, karena informasi yang diperlukan sudah sesuai dengan kebenaran yang ada. Pemberian informasi yang diyakini salah kemudian digunakan untuk memberikan pernyataan kepada mitra tuturnya dapat menjadikan komunikasi tidak wajar sehingga menimbulkan efek, termasuk efek humor. Oleh karena itu, percakapan (4) efek kehumoran dibangun melalui pemberian informasi yang diyakini salah. Berikut contoh data lain dengan memberikan penyataan yang diyakini salah.

(5) Belok

Tanya : Babi kalo belok kakinya ada berapa? Jawab : 3 sebab yang satu buat reting.

4MKL Pada contoh (5) terjadi pelanggaran maksim kualitas, tokoh Jawab

memberikan Informasi yang dianggap salah. Konteks dalam percakapan tersebut tentang belok, dalam kehidupan sehari- hari kata ”belok” cenderung digunakan dalam penggunaan jalan. Oleh karena itu, dalam aturan lalu lintas ketika akan berbelok menyalakan reting bagi kendaraan bermotor atau mengambaikan tangan bagi pejalan kaki. Pernyataan tokoh Jawab ”3 sebab yang satu buat reting” diyakini salah. Sebab, semua hewan saat berbelok tidak menghilangkan salah satu kakinya. Selain itu, Kata ”reting” memang identik dengan ketika akan berbelok, tetapi itu berlaku dalam lalu lintas bukan pada perilaku hewan. Namun tetap digunakan dalam rangka tertentu oleh tokoh Jawab. Hal inilah yang mejadikan pernyataan yang diyakini salah tetapi digunakan dalam suatu komunikasi untuk menciptakan efek tertentu dalam berkomunikasi. Pemberian informasi yang dianggap salah seringkali digunakan dalam plesetan. Hal ini untuk menciptakan efek kehumoran melalui perbandingan dua hal yang berbeda namun memiliki keterkaitan perilaku atau kebiasaan yang sering dilakukan, salah satunya dengan cara memanfaatkan pemberian informasi yang dianggap salah.

b) Pemberian Pernyataan Tidak Ada Buktinya. (6) Kapal Terbang

Tanya : Kenapa kapal terbang ga bisa mundur? Jawab : Karena nggak ada spion.

5MKL Pada contoh (6) tokoh Jawab memberikan kontribusi yang tidak sesuai

dengan kenyataan yang sebenarnya, sehingga dianggap melanggar maksim kualitas. Konteks dalam percakapan tersebut tentang kapal terbang, oleh tokoh Tanya dipertegas lagi tentang alasan kapal terbang tidak bisa mundur. Jawaban ”karena nggak ada spion” tidak bisa dijadikan alasan kapal terbang tidak bisa berjalan mundur, argumentasi tersebut tidak bisa dibuktikan, sehingga dalam percakapan tersebut tokoh Jawab memberikan pernyataan yang tidak memiliki bukti yang nyata untuk menyatakan alasan kapal terbang tidak bisa berjalan mundur. Pesawat terbang tidak bisa mundur disebabkan bukan karena tidak ada spion, tetapi memang dirancang tidak bisa mundur. Oleh karena itu, adanya pelanggaran maksim kualitas menjadikan komunikasi tidak wajar dan berdampak adanya efek dalam percakapan. Efek yang ditimbulkan dalam percakapan tersebut dapat berupa efek kehumoran, dalam hal ini dengan memanfaatkan pelepasan ketegangan

untuk menciptakan kehumoran. Jawaban ”karena nggak ada spion” dihubungkan dengan kebiasaan kendaraan bermotor yang menggunakan spion ketika sedang mundur. Oleh karena itu, untuk menyikapi pertanyan tokoh Tanya, tokoh Jawab membandingkan dengan kendaraan bermotor. Sebaliknya, j ika pernyataan tokoh Jawab diganti dengan ”karena dibuat untuk menciptakan kehumoran. Jawaban ”karena nggak ada spion” dihubungkan dengan kebiasaan kendaraan bermotor yang menggunakan spion ketika sedang mundur. Oleh karena itu, untuk menyikapi pertanyan tokoh Tanya, tokoh Jawab membandingkan dengan kendaraan bermotor. Sebaliknya, j ika pernyataan tokoh Jawab diganti dengan ”karena dibuat

Berikut contoh lain yang melanggar maksim kualitas pemberian informasi yang tidak memiliki bukti yang nyata;

(7) WTS Pergi ke Dokter

WTS

: Dok, buatkan satu lubang lagi!!

Dokter

: Buat apa ?

WTS

: Bisnis sex lagi rame, mo nambah OUTLET!!! 7MKL

Pada contoh (7) terjadi pelanggaran maksim kualitas. Hal ini dikarenakan adanya indikasi yang memberikan pernyataan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Konteks dalam percakapan contoh (7) tentang seorang WTS (wanita tuna susila) pergi ke dokter guna membuatkan satu lubang lagi. Tokoh WTS memberikan pernyataan yang tidak memiliki bukti yang nyata dengan argumentasinya tentang penambahan satu lubang lagi menjadikan bisnis sex menjadi nyata. Hal ini menjadikan tuturan tokoh WTS dianggap melanggar maksim kualitas karena memberikan informasi yang tidak memiliki bukti yang nyata. Adanya pelanggaran maksim kualitas menjadikan komunikasi tersebut tidak wajar dan menimbulkan efek bagi orang lain, yaitu efek kehumoran. Namun, apabila tokoh WTS tidak mengajukan jawaban “Bisnis sex lagi rame, mo nambah OUTLET”, tetapi diganti dengan kata lain menjadikan percakapan tersebut tidak memiliki kelucuan. Misalkan diganti dengan

kalimat, “Sebagai alat pengganti saluran kencing atau sebagai pengganti anus”, maka kalimat tersebut menjadi wajar dan tidak ada kejanggalan kalimat, “Sebagai alat pengganti saluran kencing atau sebagai pengganti anus”, maka kalimat tersebut menjadi wajar dan tidak ada kejanggalan

3. Pelanggaran Maksim Relevansi

Di dalam komunikasi peserta tutur diharapkan memberikan informasi yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibicarakan. Kontribusi yang diberikan harus sesuai dengan pokok permasalahan yang sedang dibicarakan, jika tidak maka terjadi pelanggaran maksim relevansi. Adanya pelanggaran maksim relevenasi menjadikan komunikasi terganggu sehingga bisa menimbulkan efek dalam komunikasi. Berikut contoh data yang melanggar maksim relevansi.

(8) Adzan Tanya : Kenapa orang adzan telinga sebelah kanannya

ditutup? Jawab : Soalnya kalo mulutnya yang ditutup suaranya jadi

nggak kenceng .

1MRL Pada contoh (8) tokoh Jawab memberikan informasi yang tidak sesuai

dengan harapan tokoh Tanya. Konteks dalam percakapan tersebut yaitu kebiasaan orang yang melakukan adzan yang menutup telinga. Tokoh Tanya mengharapakan

alasan ”kenapa orang adzan telinga sebelah kanannya ditutup?”. Tetapi tokoh Jawab justru memberikan kontribusi lain ”kalo mulutnya yang ditutup suaranya jadi nggak kenceng”. Jawaban tokoh Jawab tidak menepati konteks pembicaraan yang terjadi, justru informasi lain yang muncul dalam komunikasi tersebut, sehingga tokoh Jawab dianggap melanggar maksim relevansi. Pada percakapan ini tokoh Jawab memberikan kontribusi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapakan tokoh Tanya. Kata kunci dalam permasalahan ini adalah alasan alasan ”kenapa orang adzan telinga sebelah kanannya ditutup?”. Tetapi tokoh Jawab justru memberikan kontribusi lain ”kalo mulutnya yang ditutup suaranya jadi nggak kenceng”. Jawaban tokoh Jawab tidak menepati konteks pembicaraan yang terjadi, justru informasi lain yang muncul dalam komunikasi tersebut, sehingga tokoh Jawab dianggap melanggar maksim relevansi. Pada percakapan ini tokoh Jawab memberikan kontribusi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapakan tokoh Tanya. Kata kunci dalam permasalahan ini adalah alasan

jawaban ”itu sudah menjadi aturan (sunah) ketika sedang adzan”, maka komunikasi menjadi relevan dengan konteks yang dibicarakan

Berikut contoh data lain yang melanggar maksim relevansi.

(9) Koboy Tanya : Mengapa film koboy pasti lebih gaya kalo ngerokok

sambil naek kuda? Jawab : Soalnya kalo sambil ngupil susah betul.

2MRL Pada contoh (9) terjadi pelanggaran maksim relevansi, sebab jawaban

tokoh Jawab tidak menepati konteks pembicaraan. Konteks dalam percakapan tersebut yaitu tentang koboy, dan dipertegas oleh tokoh Tanya tentang kebiasaan koboy yang merokok. Tokoh Tanya mengharapkan alasan dalam film koboy kebiasaan merokok sambil naik kuda, ini ditandai dengan awal pertanyaan ”mengapa”, sehingga jawaban yang diharapkan merupakan alasan kebiasaan koboy merokok sambil naik kuda. Tetapi tokoh Jawab justru memberikan alasan

lain yang berupa argumentasi tentang ”ngupil” yang dilakukan sambil naik kuda sangat sudah. Jawaban tokoh Jawab ini tidak menempati konteks pembicaraan,

sehingga dianggap melanggar maksim relevansi. Kata kunci dalam percakapan diatas yaitu kebiasaan koboy yang merokok sambil naik kuda, seharusnya mitra tuturnya memberikan argumentasi yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut, sehingga menjadikan percakapan tersebut wajar.

Berikut contoh data lain yang melanggar maksim relevansi.

(10) Kodok bunyi Tanya : Mengapa kalau kodok berbunyi pasti tandanya mau

hujan? Jawab : Sebab kalau alarm berbunyi pasti ada maling.

3MRL Pada contoh (10) terjadi pelanggaran maksim relevansi, sebab antara tokoh

Tanya dan Jawab tidak bekerja sama dengan baik, sehingga konteks pembicaraan tidak ditepati oleh tokoh Jawab. Konteks dalam percakapan diatas membahas tentang binatang Kodok yang berbunyi. Pada contoh (10) harapan tokoh Tanya

yang menanyakan alasan ”mengapa kalau kodok berbunyi pasti tandanya mau hujan?” tetapi oleh tokoh Jawab memberikan informasi lain yang tidak ada hubungannya dengan kodok bunyi, melainkan tanda alarm berbunyi. Hal inilah yang menjadikan tokoh tanya tidak memberikan informasi yang relevan yang diharapkan tokoh Tanya. Kata kunci dalam percakapan diatas adalah keberhasilan seorang mitra tutur untuk memberikan jawaban yang sesuai dengan apa yang diharapakan oleh tokoh Jawab, sehingga tidak terlepas dari konteks yang hedak dibicarakan. Sebab, pada awal percakapan tokoh Tanya yang membuka percakapan, seharusnya tokoh Tanya memberikan kontribusi yang sesuai dengan konteks yang diajukan penanya. Berbeda apabila jawaban tokoh Jawab berupa

”sebab kodok merasa senang banyak air untuk berkembang biak”, sehingga masih ada relevansi antara peserta tutur yang ada.

Pada maksim relevansi konteks pembicaraan sangat berkaitan dengan tuturan yang disampaikan oleh peserta tutur. Adanya pembicaraan yang tidak berhubungan dengan konteks pembicaraan menimbulkan efek lain, termasuk di dalamnya efek kehumoran yang dibangun memalui pelanggaran maksim relevansi.

Oleh karena itu, tuturan yang dilakukan oleh pemula dalam hal ini tokoh Tanya dapat dijadikan konteks pembicaraan, dan maksud yang diharapakan menjadikan kunci sukses pelaksanaan peristiwa tutur sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik, dan wajar.

4. Pelanggaran Maksim Pelaksanaan

Di dalam komunikasi setiap penutur diharapkan menghindari ujaran yang samar, ambigu, bertele-tele dan tidak teratur. Hal ini akan mempermudah mitra tutur untuk dapat menerima apa yang dikehedaki oleh penutur. Namun, apabila di antara penutur atau mitra tutur berbicara yang tidak jelas, ambigu dan tidak langsung maka akan melanggar maksim pelaksanaan. Pelanggaran ini akan menghasilkan efek pembicaraan bagi yang mendengarnya. Oleh karena itu, efek yang dibangun dari pelanggaran dapat berupa humor yaitu menciptakan kelucuan melalui ujaran yang tidak jelas, ambigu dan tidak langsung.

a) Pembicaraan yang Mengindikasikan Informasi yang Samar.

(11) Buah-buahan

Tanya

: Buah apa yang sangat dituakan? Jawab : Buah Si Ngkong.

1MPK Pada contoh (11) tuturan tokoh Jawab mengindikasikan informasi yang

samar. Konteks dalam percakapan diatas adalah buah-buahan yang kemudian oleh tokoh Tanya diperjelas buah yang sangat dituakan. Oleh karena itu, peserta tutur harus memberikan informasi yang jelas tentang buah yang sangat dituakan, sehingga informasi tidak melanggar maksim pelaksanaan. Sebaliknya, apabila peserta tutur meberikan informasi yang samar. Konteks dalam percakapan diatas adalah buah-buahan yang kemudian oleh tokoh Tanya diperjelas buah yang sangat dituakan. Oleh karena itu, peserta tutur harus memberikan informasi yang jelas tentang buah yang sangat dituakan, sehingga informasi tidak melanggar maksim pelaksanaan. Sebaliknya, apabila peserta tutur meberikan informasi yang

yang hendak disampaikan jelas . Oleh karena itu, tuturan tokoh Jawab tersebut dianggap samar atau tidak jelasan tuturan. Bentuk kesamaran atau ketidakjelasan tuturan dikarenakan penulisan yang terpisah, sehingga apabila dibaca memunculkan ketidakjelasan bagi yang mendengarkan. Namun, apabila tokoh jawab memberikan jawaban ”buah singkong purba”

maka, tuturan tersebut jelas, dan dianggap memenuhi maksim pelaksanaan. Berikut contoh data lain yang mengindikasikan informasi yang samar;

(12) Pohon Pisang

Tanya

: Apa bedanya pohon pisang dengan cowok? Jawab : Kalo pohon pisang (jantungnya di bawah pisangnya di atas) kalo cowok (jantungnya di atas pisangnya di bawah )

10MPK Pada contoh (12) konteks percakapan tentang pohon pisang, kemudian

oleh tokoh Tanya dipertegas perbedaan pohon pisang dengan cowok.

menjawab pertanyaan tokoh Tanya kata “pisang” yang dimaksudkan samar. Pada kata “pisang” yang menunjuk pohon pisang jelas, letak jantungnya berada dibawah pisang, sedangkan pada kata “pisang” yang menunjuk cowok tidak jelas. “Jantungnya diatas dan pisangnya dibawah” pisang yang dimaksudkan dibawah jatung pada cowok disini disamarkan,

ha l ini bisa jadi maksud “pisang” adalah alat kelamin cowok. Oleh karena itu dengan adanya penyamaran kata “pisang” dalam tuturan tokoh Jawab tersebut tuturan dianggap melanggar maksim pelaksanaan. Percakapan (11) dan (12) diatas terjadi pelanggaran maksim pelaksanaan karena informasi yang diberikan samar, sehingga menjadikan komunikasi tidak wajar. Adanya ketidakwajaran dalam komunikasi tersebut menimbulkan efek bagi peserta tutur, salah satunya adalah efek kehumoran yang dibangun melalui perbandingan antara dua hal yang berbeda, yaitu dengan menyamarkan salah satu kata kuncinya, dalam hal ini “singkong” dan “pisang”.

b) Pembicaraan yang Mengindikasikan Informasi yang Taksa atau Ambigu. (13) Bandara

Tanya

: Bandara mana yang disukai pria playboy ? Jawab : Juanda (apalagi juanda kembang)

2MPK Pada contoh (13) tokoh Jawab melakukan pelanggaran maksim

pelaksanaan, yaitu dengan memberikan informasi yang taksa atau ambigu. Jawaban ”Juanda (apalagi juanda kembang)” bersifat ambigu, sebab sifat kontruksi yang dimiliki memiliki dua tafsiran terhadap konteks pembicaran. Pada contoh (13) konteks pembicaraannya bandara, kemudian pelaksanaan, yaitu dengan memberikan informasi yang taksa atau ambigu. Jawaban ”Juanda (apalagi juanda kembang)” bersifat ambigu, sebab sifat kontruksi yang dimiliki memiliki dua tafsiran terhadap konteks pembicaran. Pada contoh (13) konteks pembicaraannya bandara, kemudian

nama bandara di Surabaya, dan juanda kembang diartikan status perkawinan cerai muda dengan memberikan penekanan kebahasaan kata ”janda”, sehingga diharapkan memberikan makna yang kuat, hal ini sering terjadi dalam bahasa lisan. Namun apabila tokoh Jawab memberikan jawaban ”bandara yang di deketnya ada lokalisasi” maka hal itu jelas, dan

dianggap tidak melanggar maksim pelaksanaan. Berikut contoh lain yang mengindikasikan informasi yang taksa atau ambigu:

(14) Burung Pertama

Tanya

: Burung apa yang pertama kali ke bulan???

Jawab

: Burungnya Niel Amstrong.

3MPK Pada contoh (14) tuturan tokoh Jawab memberikan informasi yang taksa,

sebab mengan dung tafsiran ganda pada kata ”burung”. Kata ”burung” memiliki arti sebagai (1) binatang yang bisa terbang, (2) alat kelamin laki- laki (pada masyarakat jawa khususnya). Konteks dalam percakapan contoh (14) yaitu burung pertama, oleh tokoh Tanya memperjelas burung pertama yang kali ke bulan. Oleh karena itu, apabila dilihat dari konteks pembicaraan pada contoh (14 ) kata ”burung” ditangkap masyarakat pada umumnya adalah binatang, tetapi selama ini belum ada informasi yang menyebutkan burung di bawa ke bulan, mengingat kandungan oksigen dan sebab mengan dung tafsiran ganda pada kata ”burung”. Kata ”burung” memiliki arti sebagai (1) binatang yang bisa terbang, (2) alat kelamin laki- laki (pada masyarakat jawa khususnya). Konteks dalam percakapan contoh (14) yaitu burung pertama, oleh tokoh Tanya memperjelas burung pertama yang kali ke bulan. Oleh karena itu, apabila dilihat dari konteks pembicaraan pada contoh (14 ) kata ”burung” ditangkap masyarakat pada umumnya adalah binatang, tetapi selama ini belum ada informasi yang menyebutkan burung di bawa ke bulan, mengingat kandungan oksigen dan

tokoh Jawab diganti dengan ”Burungnya Niel Amstrong (alat kelamin)” maka bentuk tuturan yang sedemikian jelas maksudnya, sehingga

memenuhi maksim pelaksanaan.

c) Pembicaraan yang Mengindikasikan Informasi yang Bertele-tele atau Uraian Panjang yang Berlebih-lebihan. (15) Globalisasi

Tanya

: Apakah contoh yang paling kongkrit dari

Globalisasi? Jawab : Kematian Lady Diana? Tanya

: Bagaimana bisa seperti itu? Jawab : Lady Diana adalah orang Inggris yang mempunyai pacar orang Mesir, mendapat kecelakaan di sebuah terowongan di Prancis saat mengendarai mobil buatan Jerman yang mesinnya dari Belanda. Supirnya orang Belgia yang mabuk karena whiskey Skotlandia. Saat terjadi kecelakaan itu, sang Putri sedang dikejar-kejar paparazzi asal Italia yang mengendarai sepeda motor buatan Jepang. Sebelum meninggal Lady Diana dirawat oleh seorang dokter Amerika dengan obat-obatan yang diproduksi di Brazil. Dan email ini mulanya dikirim oleh seorang Armenia menggunakan teknologi Bill Gate. Dan ketika Anda sedang membaca email ini

IBM/COMPAQ/HP yang memakai chip buatan Taiwan dengan monitor buatan koreayang dirakut buruh-buruh asal Filipina di sebuah pabrik di Singapura. Diangkut dengan kereta oleh orang India

dan

dibajak

orang Indonesia, kemudiandibongkar muat oleh orang Sisilia, diangkut dengan truk oleh imigran Meksiko dan akhirnya dibeli oleh Anda.

6MPK Pada contoh (15) tuturan tokoh Jawab dianggap melanggar maksim

pelaksanaan, sebab informasi yang diberikan untuk menjawab bukti globalisasi terlalu bertele-tele. Konteks pembicaraan pada contoh (15) tentang globalisasi, kemudian diperjelas melalui pertanyaan tokoh Tanya yaitu bukti kongkrit globalisasi. Tokoh Jawab memberikan pembuktian tentang kematian Lady Diana, bangsawan Inggris yang meninggal dunia karena kecelakaan, yaitu dengan menceritakan dari disaat kematian, dan penyebaran informasi sehingga menyebar ke seluruh pembaca di dunia dengan detail berikut tehnologi yang digunakan untuk penyebarannya. Di dalam peristiwa tutur seharusnya penutur dan mintra tutur memberikan informasi yang tidak betele-tele atau berlebih-lebihan sehingga memudahkan menerima informasi yang diberikan. Uraian yang panjang inilah yang menjadikan tuturan tokoh Jawab bertele-tele, adanya pemberian tuturan yang sedemikian menjadikan tuturan tokoh Jawab melanggar maksim pelaksanaan. Seharusnya uraian tentang bukti kongkrit globalisasi dapat dipersingkat dengan adanya perdagangan bebas. Adanya jawaban yang singkat percakapan tersebut tidak melanggar prinsip kerja pelaksanaan, sebab informasi yang diberikan untuk menjawab bukti globalisasi terlalu bertele-tele. Konteks pembicaraan pada contoh (15) tentang globalisasi, kemudian diperjelas melalui pertanyaan tokoh Tanya yaitu bukti kongkrit globalisasi. Tokoh Jawab memberikan pembuktian tentang kematian Lady Diana, bangsawan Inggris yang meninggal dunia karena kecelakaan, yaitu dengan menceritakan dari disaat kematian, dan penyebaran informasi sehingga menyebar ke seluruh pembaca di dunia dengan detail berikut tehnologi yang digunakan untuk penyebarannya. Di dalam peristiwa tutur seharusnya penutur dan mintra tutur memberikan informasi yang tidak betele-tele atau berlebih-lebihan sehingga memudahkan menerima informasi yang diberikan. Uraian yang panjang inilah yang menjadikan tuturan tokoh Jawab bertele-tele, adanya pemberian tuturan yang sedemikian menjadikan tuturan tokoh Jawab melanggar maksim pelaksanaan. Seharusnya uraian tentang bukti kongkrit globalisasi dapat dipersingkat dengan adanya perdagangan bebas. Adanya jawaban yang singkat percakapan tersebut tidak melanggar prinsip kerja

Siklus mini

Tanya : Apa hubungan Taman Mini, Rok Mini dan Metro

Mini?

Jawab : Di dalam Taman Mini ada Metro Mini, di dalam Metro Mini ada Rok Mini di dalam Rok Mini ada Taman Mini..

9MPK Pada contoh (16) konteks percakapan tentang siklus mini, kemudian

dipertegas oleh pertanyaan tokoh Tanya hubungan taman mini, rok mini, dan metro mini dalam hal ini siklus ketiganya. Informasi yang diberikan oleh tokoh Jawab tidak teratur, hubungan antara ketiga-tiganya tidak ada penanda khusus yang dapat untuk menghubungkan secara pasti. (a) ”Di dalam taman ada metro mini”, pada kalimat ini menunjukkan di dalam taman mini ada metro mini (nama bus di Jakarta), (b) ”di dalam Metro mini ada rok mini” pada kalimat ini menunjukkan di dalam bus ada penumpang perempuan yang menggunakan rok mini,(c) ”di dalam rok mini ada taman mini”, pada kalimat ini taman mini tidak bisa menujuk dengan taman mini (a), sebab dilihat dari ukurannya tidak masuk akal. Hal inilah yang menjadikan siklus mini tidak memiliki penanda khusus yang menjelaskan hubungan rok mini dengan taman mini yang dimaksudkan sebelumnya. Oleh karena itu, tuturan tokoh Jawab ini dianggap melanggar maksim pelaksanaan karena memberikan informasi yang tidak teratur tentang siklus mini.

5. Pelanggaran 1 Maksim dan Pematuhan 1 Maksim

Di dalam komunikasi seseorang lazim untuk memenuhi tuntutan prinsip kerja sama, tapi tidak menutup kemungkinan dalam bertutur peserta tutur melakukan pelanggaran 1 maksim, dan Pematuhan 1 maksim yang lain. Hal ini seringkali terjadi baik dengan suatu kesengajaan maupun tidak disengaja, pelanggaran yang sedemikian tentunya memiliki maksud yang hendak di sampaikan kepada peserta tutur yang lain. Pelangaran semacam ini akhirnya memberikan efek dalam komunikasi, salah satunya efek kehumoran. Berikut contoh data yang melanggar 1 maksim dan mematuhi 1 maksim dalam prinsip kerja sama.

(17) Celana Tanya : Benda apa yang ada di dalam celana dalam huruf

depannya ”M” huruf terakhirnya ”K” total huruf = 5? Jawab : Merek (jangan bokep yah)?

MKL.1/MPK Pada contoh (17) konteks percakapan tentang celana, oleh karena itu setiap

peserta tutur diharapakan bertutur sesuai dengan konteks yang ada. Pada contoh (17) terjadi pelanggaran maksim pelaksanaan submaksim pemberian informasi yang taksa, tetapi memenuhi maksim kualitas. Pelanggaran maksim pelaksanaan dalam contoh (17) dikarenakan tokoh Tanya memberikan pertanyaan yang ambigu, sehingga orang berpikir macam-macam dengan adanya kata kunci yang menjurus sesuatu yang mungkin tidak diharapakan dari tokoh Tanya sendiri. Kata kunci yang ada digunakan untuk menjebak tokoh Jawab dalam memberikan kontribusi dari pertanyaan yang diajukan. Kata kunci tersebut bisa menujuk pada

”merek” atau ”manuk” sebab dilihat dari kata kunci hanya 2 kata tersebut yang

(penis) yang terkesan pornografi, sehingga menghindari komunikasi yang asusila. Adanya pelanggaran yang sedemikain menjadi percakapan tidak wajar, dan menimbulkan efek kehumoran. Bila dicermati, jawaban tokoh Jawab diganti

dengan kata ”manuk” (penis) tentunya parcakapan terasa biasa saja, dan menjadikan komunikasi tersebut berbau pornografi.

Pada contoh (17) juga mematuhi maksim kualitas, tokoh jawab memberikan informasi yang sebenarnya. Tokoh Jawab memberikan jawaban

”merek” untuk merespon dari pertanyaan tokoh Tanya. Kata merek didalam celana seringkali digunakan untuk penanda produksi barang. Oleh karena itu

tuturan pada contoh (17) dianggap mematuhi maksim kualitas. Berikut contoh data lain yang melanggar 1 maksim dan mematuhi 1 maksim : (18) Sama-sama benci

Tanya

: Perbuatan apa yang dimurkai Tuhan dan sekaligus

dibenci setan?

Jawab

: Memperkosa anak setan.

MKN.2/MKL Pada contoh (18) konteks percakapan mengenai sama-sama dibenci,

kemudian oleh tokoh Tanya diperjelas tentang perbuatan yang dimurkai Tuhan dan dibenci setan. Tuturan pada contoh (18) terjadi pelanggaran maksim kualitas, tetapi memenuhi maksim kuantitas. Tuturan tokoh Jawab melanggar maksim kualitas karena memberikan informasi yang dianggap salah, sebab informasi tentang pemerkosaan anak setan belum pernah dilakukan dan informasi belum ada. Oleh karena itu, tokoh Jawab memberikan informasi yang dianggap salah untuk menanggapi pertanyaan tokoh Tanya, yaitu hal yang dimurkai Tuhan, dan kemudian oleh tokoh Tanya diperjelas tentang perbuatan yang dimurkai Tuhan dan dibenci setan. Tuturan pada contoh (18) terjadi pelanggaran maksim kualitas, tetapi memenuhi maksim kuantitas. Tuturan tokoh Jawab melanggar maksim kualitas karena memberikan informasi yang dianggap salah, sebab informasi tentang pemerkosaan anak setan belum pernah dilakukan dan informasi belum ada. Oleh karena itu, tokoh Jawab memberikan informasi yang dianggap salah untuk menanggapi pertanyaan tokoh Tanya, yaitu hal yang dimurkai Tuhan, dan

Tuturan pada contoh (18) memenuhi maksim kuantitas sebab, informasi yang dibutuhkan tokoh Tanya cukup memadai. Kata ”memperkosa” cukup untuk membuktikan hal yang dimurkai dan hal yang dibenci, mengingat konteks dalam percakapan tersebut mengenai hal yang sama-sama dibenci.

Berikut contoh data yang melanggar 1 maksim dan mematuhi 1 maksim : (19) Palsu

Tanya

: Benda apa yang walaupun palsu tetep dibeli orang? Jawab : Gigi, karena mana ada orang yang jual gigi asli. MKL.5/MKN Konteks pada contoh (19) tentang sesuatu yang palsu. Tuturan tokoh

jawab memberikan kontribusi yang melanggar maksim kuantitas, tetapi juga memenuhi maksim kualitas dalam berkomunikasi. Pelanggaran yang dilakukan tokoh Jawab dalam percakapan ini memberikan informasi yang berlebih-lebihan. Pada contoh (19) informasi yang berlebihan terjadi bukan pada pemberian informasi yang melebihi yang diharapkan mitra tutur. Tetapi pada pemahaman makna informasi yang diberikan kepada mitra tutur dalam berkomunikasi. Tokoh Jawab memberikan informasi yang berlebihan, sebab semua orang paham penjual gigi tidak ada yang menjual gigi asli semua gigi yang dijual palsu, sehingga walaupun palsu tetap dibeli orang. Berbeda apabila tokoh Jawab memberikan jawaban ”mobil-mobilan”, meskipun hanya miniatur mobil dan buka mobil yang jawab memberikan kontribusi yang melanggar maksim kuantitas, tetapi juga memenuhi maksim kualitas dalam berkomunikasi. Pelanggaran yang dilakukan tokoh Jawab dalam percakapan ini memberikan informasi yang berlebih-lebihan. Pada contoh (19) informasi yang berlebihan terjadi bukan pada pemberian informasi yang melebihi yang diharapkan mitra tutur. Tetapi pada pemahaman makna informasi yang diberikan kepada mitra tutur dalam berkomunikasi. Tokoh Jawab memberikan informasi yang berlebihan, sebab semua orang paham penjual gigi tidak ada yang menjual gigi asli semua gigi yang dijual palsu, sehingga walaupun palsu tetap dibeli orang. Berbeda apabila tokoh Jawab memberikan jawaban ”mobil-mobilan”, meskipun hanya miniatur mobil dan buka mobil yang

Pada contoh (19) memenuhi maksim kualitas, sebab informasi yang diberikan memiliki kebenarannya. Penjual gigi tidak ada yang menjual gigi asli sebab disesuaikan dengan ukuran dan desain kerataan gigi sehingga akan mudah pemasangan dan rapi. Adanya pelanggaran 1 maksim dan pemenuhan 1 maksim menjadikan percakapan mengandung kehumoran melalui informasi yang diberikan oleh tokoh Jawab.

6. Pelanggaran 1 Maksim dan Pematuhan 2 Maksim

Pada saat berkomunikasi peserta tutur harus mematuhi maksim-maksim yang ada sehingga apa yang disampaikan dapat diterima jelas dan dipahami oleh mitra tuturnya. Namun tidak menutup kemungkinan ada kesalahan yang sering kali dilakukan oleh seorang penutur dalam menyampaikan informasi. Berikut contoh data yang melanggar 1 maksim tetapi mematuhi 2 maksim yang lain:

(20) Nenek Loncat

Tanya

: Neneknya siapa yang kalau berjalan loncat?

Jawab

: Nenek moyangnya kodok.

MKL.MRL.1/MPK Konteks percakapan pada contoh (20) yaitu ”nenek loncat”, kemudian

dipertegas tokoh Tanya nenek yang berjalannya meloncat. Tuturan dalam percakapan diatas terjadi pelanggaran maksim pelaksanaan, tetapi mematuhi maksim kualitas, dan maksim relevansi. Pelanggaran maksim pelaksanaan dalam contoh (20) terjadi karena tuturan tokoh Tanya memberikan informasi yang tidak langsung dengan menanyakan ”neneknya siapa yang kalau berjalan loncat”. Pertanyaan ini dianggap tidak langsung, sebab nenek berhubungan dengan

ibu/bapak, dan ibu bapak berhubungan dengan anak. Oleh karena itu untuk mengetahui nenek yang berjalan meloncat perlu diketahui terlebih dahulu anaknya, dalam hal ini katak (kodok). Adanya tuturan yang tidak langsung menjadikan komunikasi tidak wajar, sehingga mengganggu peristiwa tutur yang sedang berlangsung. Adanya ketidakwajaran dalam percakapan diatas memunculkan efek, termasuk didalamnya efek kehumoran. Efek kehumoran dibangun dengan adanya perbandingan atara sifat yang melekat pada manusia dan perilaku binatang. Kata ”nenek” cenderung melekat pada manusia, dan ”loncat” cenderung dengan binatang katak. Oleh karena itu, penyampaian yang tidak langsung menjadikan komunikasi menimbulkan efek kehumoran, berbeda apabila

dikatakan secara langsung, misalnya ”binatang apa yang neneknya kalau berjalan loncat?”, maka percakapan terasa wajar dan tidak ada efek yang ditimbulkan dalam komunikasi tersebut.

Pada contoh (20) jawaban tokoh Jawab mematuhi maksim kualitas dan maksim relevansi. Informasi yang diberikan relevan, antara tokoh Tanya dan Jawab berbicara sesuai dengan konteks pembicaraan dan informasi yang diberikan sesuai dengan kebenarannya. Sebab, hewan kodok berjalan dengan cara meloncat, sehingga jawaban ”nenek moyangnya kodok” memiliki bukti kebenarannya.

7. Pelanggaran 1 Maksim dan Pematuhan 3 Maksim

Di dalam percakapan, masing-masing peserta percakapan harus berusaha sedemikian untuk memberikan informasi yang tidak melanggar prinsip kerja sama. Peserta percakapan, apabila melakukan pelanggaran akan berdampak pada informasi yang diberikan tidak wajar, sehingga memberikan efek dalam kegiatan percakapan. Efek yang ditimbulkan dapat berupa kehumoran yang dibangun Di dalam percakapan, masing-masing peserta percakapan harus berusaha sedemikian untuk memberikan informasi yang tidak melanggar prinsip kerja sama. Peserta percakapan, apabila melakukan pelanggaran akan berdampak pada informasi yang diberikan tidak wajar, sehingga memberikan efek dalam kegiatan percakapan. Efek yang ditimbulkan dapat berupa kehumoran yang dibangun

(21) Benda ajaib Tanya : Benda apa yang pertumbuhannya dari besar jadi

kecil? Jawab : Pensil

MKL.MKN.MRL.1/MPK Konteks dalam percakapan contoh (21) tentang benda ajaib, kemudian

oleh tokoh Tanya diperjelas lagi tentang benda yang pertumbuhan dari besar menjadi kecil. Tuturan tokoh Tanya dianggap melanggaran maksim pelaksanaan, tetapi mematuhi maksim kuantitas, maksim kualitas, dan maksim relevansi. Pelanggaran maksim pelaksanaan terjadi karena informasi yang diberikan oleh tokoh Tanya kabur, dan tidak jelas . Sebab selama ini kata ”pertumbuhan” mengindikasikan dari kecil menjadi besar, sebaliknya tokoh Tanya memberikan pertanyaan pertumbuhan yang dari besar menjadi kecil. Hal inilah yang menjadikan percakapan tidak wajar. Tuturan yang disampaikan oleh tokoh Tanya memberika efek dalam percakapan tersebut, salah satunya yaitu efek kehumoran. Efek kehumoran dibangun melalui konflik pertumbuhan, dalam kondisi normal pertumbuhan dimulai dari kecil menjadi besar, sebaliknya pada percakapan tersebut pertumbuhan dimulai dari yang besar menjadi kecil.

Pada contoh (21) tokoh jawab memberikan informasi yang mematuhi maksim kualitas, kuantitas, dan relevansi. Informasi yang diberikan tokoh Jawab relevan dengan apa yang ditanyakan oleh tokoh Tanya, singkat, padat, dan memiliki kebenaran. Jawaban ”pensil” merupakan jawaban yang singkat dan padat, sesuai dengan apa yang diharapakan oleh tokoh Tanya. Sebab, pensil Pada contoh (21) tokoh jawab memberikan informasi yang mematuhi maksim kualitas, kuantitas, dan relevansi. Informasi yang diberikan tokoh Jawab relevan dengan apa yang ditanyakan oleh tokoh Tanya, singkat, padat, dan memiliki kebenaran. Jawaban ”pensil” merupakan jawaban yang singkat dan padat, sesuai dengan apa yang diharapakan oleh tokoh Tanya. Sebab, pensil

Berikut data lain yang melanggar 1 maksim dan mematuhi 3 maksim. (22) Barang yang laku

Tanya : Barang apa yang laku maupun nggak laku tetep

habis? Jawab : Es Batu

MKL.MKN.MRL.2/MPK Konteks dalam percakapan contoh (22) yaitu tentang barang yang laku,

kemudian dipertegas oleh tokoh Tanya barang yang laku maupun tidak laku tetap habis. Tuturan tokoh Tanya terjadi pelanggaran maksim pelaksanaan yaitu dengan memberikan kontribusi yang kabur dan tidak jelas dalam memberikan pertanyaan pada mitra tuturnya. Pertanyaan ”barang apa yang laku maupun tidak laku tetap habis?” merupakan pertanyaan yang membingungkan peserta yang lain, sebab barang habis dalam jual beli seharusnya laku terjual, tetapi tidak laku terjual tetap habis menjadikan pertanyaan ini membingungkan dan dianggap memberikan pertanyaan yang tidak jelas.

Tuturan tokoh Tanya menjadikan komunikasi tidak wajar, peserta tutur dalam hal ini merasa dibuat bingung dengan pertanyaan tersebut. Adanya jawaban tokoh Jawab ”es batu” masuk akal, sehingga komunikasi tetap berjalan meskipun

sempat terkendala. Pelanggaran ini menciptakan efek kehumoran melalui perbandingan, yaitu barang laku maupun tidak laku barang yang di jual tetap habis.

Sebaliknya, pada contoh (22) mematuhi 3 maksim lainnya, yaitu maksim kualitas, maksim kuantitas, dan maksim relevansi. Jawaban tokoh Jawab relevan, Sebaliknya, pada contoh (22) mematuhi 3 maksim lainnya, yaitu maksim kualitas, maksim kuantitas, dan maksim relevansi. Jawaban tokoh Jawab relevan,

Berikut data lain yang melanggar satu maksim dan mematuhi tiga maksim. (23) Hewan

Tanya

: Hewan apa yang bersaudara?

Jawab

: Katak beradik.

MKL.MKN.MRL.3/MPK Konteks percakapan pada contoh (23) tentang hewan, kemudian oleh

tokoh Tanya diperjelas hewan yang bersaudara. Tuturan tokoh Jawab pada percakapan tersebut dianggap melanggar maksim pelaksanaan, yaitu adanya informasi yang tidak jelas. Jawaban ”katak beradik”, merupakan salah satu pemilihan kata yang sulit dipahami untuk menjawab pertanyaan tentang hewan bersaudara. Jawaban ”katak beradik” dapat diartikan (a) sebagai hubungan persaudaraan yang dimaksudkan disini ”kakak beradik”, (b) sebagai hubungan persaudaraan yang dimaksudkan disini ”katak memiliki adik”. Pada maksud yang (b) ”katak memiliki adik”, hewan selama ini tidak memiliki kekerabatan selayaknya manusia, meskipun dilahirkan bersamaan, satu ibu, dan bapak ketika sudah dewasa hewan tersebut tidak memiliki hubungan kekerabatan untuk dijadikan sebagai pedoman persaudaraan. Hal inilah yang menjadikan jawaban tersebut tidak jelas, sehingga komunikasi tidak wajar.

Sebaliknya pada contoh (23) mematuhi 3 maksim yang lain dalam prinsip kerja sama, yaitu dengan jawaban tokoh Jawab ”katak beradik”. Jawaban tersebut memiliki relevansi dengan sesuai apa yang ditanyakan, relatif memadai, memberikan sumbangan yang cukup efektif, dan memiliki hubungan kebenaran. Kekerabatan ditunjukkan dengan kata ”beradik” yang dihubungkan dengan ”bersaudara” yang menjadikan adanya hubungan persaudaraan.

8. Pelanggaran 2 Maksim

a. Maksim Kualitas dan Maksim Relevansi Pada peristiwa percakapan peserta tutur diwajibkan mengatakan sesuatu yang sebenarnya dan relevan dengan konteks yang dibicarakan. Hal ini untuk memenuhi tuntutan prinsip kerja sama, informasi yang tidak tidak memiliki kebenaran dan menyimpan dari konteks pembicaraan akan dianggap melanggar maksim dalam prinsip kerja sama, yaitu maksim kualitas dan maksim relevansi. Berikut contoh data yang dianggap melanggar maksim kualitas dan maksim relevansi.

(24) Bumi

Tanya

: Kenapa bumi makin panas?

Jawab

: Karena matahari buka dimana-mana. 1.MKL/ MRL Konteks dalam percakapan contoh (24) tentang bumi, kemudian oleh

tokoh Tanya diperjelas penyebab bumi semakin panas. Tuturan tokoh Jawab mengindikasikan adanya pelanggaran maksim kualitas dan maksim relevansi. Pelanggaran maksim kualitas yaitu adanya tuturan tokoh Jawab yang tidak memiliki bukti nyata tentang dibukanya matahari (nama swalayan) dimana- mana sehingga menjadikan bumi panas. Matahari yang dimaksudkan tokoh

Jawab adalah matahari supermarket, bukan matahari pusat tata surya. Oleh karena itu, tuturan tokoh Jawab tidak dapat dibuktikan sebagai penyebab bumi menjadi panas.

Pelanggaran maksim relevansi pada percakapan contoh (24) yaitu informasi yang diberikan oleh tokoh Jawab. Konteks dalam percakapan diatas tentang bumi makin panas, sehingga jawaban Tokoh Jawab ”karena matahari buka dimana- mana” tidak sesuai dengan konteks yang dibicarakan. Informasi yang dibutuhkan oleh tokoh Tanya tidak dipenuhi oleh tokoh Jawab, justru memberikan informasi yang tidak sesuai dengan konteks pembicaraan. Berbeda apabila tokoh Jawab memberikan tuturan adanya pemanasan global, maka tuturan tersebut relevan dengan konteks yang sedang dibicarakan.

Berikut contoh lain yang melanggar maksim kualitas dan maksim relevansi: (25) Nyamuk

Tanya

: Kenapa di dalam bajaj nggak ada nyamuk?

Jawab

: Karena nyamuk sini Cuma takut tiga roda 5.MKL/MRL Pada contoh (25) terjadi pelanggran maksim kualitas dan maksim

relevansi. Konteks dalam percakapn contoh (25) tentang nyamuk, kemudian tokoh Tanya memperjelas lagi alasan di dalam bajaj tidak ada nyamuk. Pelanggaran maksim kualitas dalam contoh (25) yaitu dengan adanya informasi yang diberikan tokoh Jawab tidak memiliki kebenaran yang nyata, Sebab nyamuk tidak takut dengan tiga roda yang ada pada kendaraan bajaj, walaupun bajaj memiliki roda tiga. Hal ini tidak cukup bukti untuk mengatakan nyamuk relevansi. Konteks dalam percakapn contoh (25) tentang nyamuk, kemudian tokoh Tanya memperjelas lagi alasan di dalam bajaj tidak ada nyamuk. Pelanggaran maksim kualitas dalam contoh (25) yaitu dengan adanya informasi yang diberikan tokoh Jawab tidak memiliki kebenaran yang nyata, Sebab nyamuk tidak takut dengan tiga roda yang ada pada kendaraan bajaj, walaupun bajaj memiliki roda tiga. Hal ini tidak cukup bukti untuk mengatakan nyamuk

Pelanggaran maksim relevansi dikarenakan adanya informasi yang diberikan oleh tokoh Jawab tidak relevan dengan yang diharapkan mitra

tuturnya. Jawaban ”karena nyamuk sini Cuma takut tiga roda” tidak ada hubungannnya dengan keberadaan bajaj yang tidak ada nyamuk. Relevansi kedua tuturan tidak ada penanda yang jelas, sehingga tidak memiliki hubungan sesuai dengan konteks yang ada. Kata kunci dalam percakapan ini yaitu Nyamuk takut dengan tiga roda (obat pengusir nyamuk), buka tiga roda yang ada di dalam bajaj.

b. Pelanggaran Maksim Pelaksanaan dan Maksim Relevansi

Di dalam percakapan masing-masing peserta percakapn harus berusaha sedemikian rupa untuk mangatakan sesuatu sesuai dengan kontek yang ada (relevan), dan berbicara yang jelas, langsung, tidak ambigu sehingga tidak melanggar prisip kerja sama. Informasi yang tidak jelas dan tidak relevan dengan kontek pembicaraan dapat dikatakn melanggar prinsip kerjasama. Berikut contoh pelanggaran maksim pelaksanaan dan maksim relevansi:

(26) Bukti Wortel Tanya : Apa buktinya kalau wortel baik untuk kesehatan mata? Jawab : Pernah liat kelinci pakai kacamata

1.MPK/MRL Konteks percakapan pada contoh (26) tentang bukti wortel, kemudian

diperjelas oleh tokoh Tanya bukti wotel baik untuk kesehatan mata. Tuturan tokoh Jawab terjadi pelanggaran 2 maksim, yaitu maksim pelaksanaan dan maksim relevansi. Pelanggaran maksim pelaksanaan yaitu pada tuturan

”pernah liat kelinci pakai kacamata” memiliki kontribusi yang tidak jelas sehingga maksudnya tidak jelas apabila dihubungkan dengan kebiasan kelinci.

Sebab kacamata biasanya digunakan oleh manusia bukan hewan, inilah yang menjadikan kacamata identik dipakai oleh orang yang sakit mata atau sekedar sebagai fantasi belaka.

Tuturan tokoh Jawab tersebut juga tidak kooperatif dengan pertanyaan yang diajukan oleh mitra tuturnya. Harapan tokoh Tanya untuk mendapatkan bukti wortel baik untuk kesehatan mata dijawab dengan sesuatu tidak berkaitan, sehingga dianggap melanggar maksim relevansi.

Tuturan tokoh Jawab tersebut tidak memiliki kaitannya dengan apa yang ditanyakan, hewan kelinci sebagai hewan pengerat yang makan utamanya wortel, sehingga menjadi ikon kelinci tidak memakai kacamata dan wortel baik untuk kesehatan mata. Bila dicermati jawaban tokoh Jawab tidak berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan oleh tokoh Tanya, sehingga relevansi percakapan tersebut tidak ada.

c. Pelanggaran Maksim Pelaksanaan dan Maksim Kuantitas

Di dalam peristiwa tutur peserta tutur diharapakan memberiak informasi yang jelas, tidak ambigu, tidak betele-tele, langsung, dan cukup memadai sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Namun apabila tidak dipenuhi maka akan dianggap melanggar maksim pelaksanaan dan maksim kuantitas. Pelanggaran tersebut menjadikan komunikasi tidak wajar, sehingga dapat menimbulkan efek dalam komunikasi, termasuk di dalamnya efek humor. Berikut contoh data yang melanggar maksim pelaksanaan dan maksim kuantitas.

(27) Siapa saya? Tanya : Saya mempunyai mata 3, mempunyai hidung 4, bertelinga 2, dan tidak mempunyai mulut, siapakah saya?

Jawab : Saya adalah pembohong

3.MPK/MKN Konteks percakapan pada contoh (27) tentang jati diri, yaitu

ditunjukkan dengan kata ”Siapa saya?”. Tuturan tokoh Tanya pada contoh (27) dianggap melanggar maksim pelaksanaan dan maksim kuantitas. Pelanggaran

maksim pelaksanaan dikarenakan adanya pemberian informasi yang tidak jelas, pemberian ciri-ciri yang diberikan tidak menunjukkan pada ciri makhluk hidup

yang ada di dunia, ”mempunyai mata 3, mempunyai hidung 4, dan tidak punya mulut” merupakan ciri-ciri yang tidak bisa digambarkan di dunia ini. Oleh

karena itu, tuturan ini dianggap melanggar maksim pelaksanaan karena informasi yang diberikan tidak jelas.

Pelanggaran maksim kuantitas pada contoh (27) dikarenakan karena adanya informasi yang kurang memadai, sebab ciri-ciri yang diberikan tidak dapat menunjuk kriteria sesuatu yang ada, sehingga tokoh Jawab memberikan tanggapan sebagai pembohong karena kriteria yang ada kurang mendukung untuk menunjukkan sesuatu. Hal ini bisa terjadi dikarenakan ciri-ciri yang diberikan tidak jelas, menjadikan tuturan yang melanggar maksim pelaksanaan memicu memunculkan maksim lain, dalam hal ini maksim kuantitas.

Berikut contoh data lain yang melanggar maksim pelaksanaan dan maksim kuantitas.

(28) Meraba-raba Tanya : Orang kalo bercinta mengapa selalu meraba-raba?? Jawab : Karena cinta itu buta.

6.MPK/MKN Konteks percakapan pada contoh (28) yaitu tentang kegiatan meraba-

raba, kemudian oleh tokoh Tanya diperjelas lagi kegiatan meraba-raba saat bercinta. Tuturan tokoh Jawab mengindikasikan pelanggaran maksim pelaksanaan dan maksim kuantitas. Pelangaran maksim pelaksanaan dikarenakan karena informasi yang diberikan ambigu , ”cinta itu buta” merupakan istilah penggambaran untuk menyatakan sebuah perasaan yang tidak memandang keadaan, baik usia, status sosial, dan sebagainya. Maksud ”kebutaan” disini bukan berarti tidak bisa melihat sehingga harus meraba-raba,

melainkan keberaniaan (kenekatan) seseorang untuk mendapatkan cinta. Hal inilah yang menjadikan tuturan tokoh Jawab diaang melanggar maksim pelaksaaan karena informasi yang diberikan masih bersifat ambigu untuk menjawab pertanyaan tokoh Tanya.

Pelanggaran maksim kualitas dikarenakan karena informasi yang diberikan kurang memadai. ”Karena cinta itu buta” dianggap kurang mencukupi kebutuhan untuk menjelaskan alasan kegiatan meraba-raba saat bercinta. Tokoh Jawab seharusnya memberikan yang lebih mengarah pada kegiatan meraba- raba, bukan hanya istilah ”cinta itu buta” yang dianggap tidak bisa melihat sehingga meraba- raba. Berbeda apabila dijawab ”karena dorongan nafsu sexsual”, tuturan ini cukup memadai untuk menanggapi pertanyaan tokoh Tanya.

d. Pelanggaran Maksim Kualitas dan Maksim Kuantitas Di dalam peristiwa tutur diharapakan peserta tutur berbicara sesuai dengan bukti yang nyata dan relatih memadai, sehingga tidak melanggar prinsip kerja sama. Sebaliknya, apabila peserta tutur berbicara tanpa bukti yang nyata dan kurang atau melebihi dari yang diharapakan maka dianggap melanggar maksim kualitas, dan maksim kuantitas. Berikut contoh data yang melanggar maksim kualitas dan maksim kuantitas.

(29) Afrika

Tanya : Kenapa Afrika negaranya miskin? Jawab : Karena terlalu sibuk ngeritingin rambut.

1.MKL/MKN Konteks dalam percakapan contoh (29) yaitu tentang Afrika, kemudian

diperjelas oleh tokoh Tanya tentang penyebab Afrika negaranya miskin. Tuturan tokoh Jawab dianggap melanggar maksim kualitas dan maksim kuantitas. Pelanggaran maksim kulitas dikarenakan tokoh Jawab memberikan tuturan yang dianggap salah, ”sibuk ngeritingin rambut” tidak bisa dijadikan

alasan sebagai penyebab negara Afrika miskin. Tuturan yang salah apabila digunakan dalam suatu komunikasi penutur memiliki maksud dalam percakapan tersebut, sehingga berdampak pada prinsip-prinsip yang mengatur. Hal ini juga berdampak terhadap efek yang ditimbulkan, salah satunya efek humor.

Pelanggaran maksim kuantitas dalam contoh (29) dikarenakan adanya pemberian informasi yang kurang memadai. Tokoh Jawab memberikan informasi yang kurang memadai untuk menanggapi pertanyaan yang diajukan Pelanggaran maksim kuantitas dalam contoh (29) dikarenakan adanya pemberian informasi yang kurang memadai. Tokoh Jawab memberikan informasi yang kurang memadai untuk menanggapi pertanyaan yang diajukan

menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, tuturan yang kurang memadai tersebut menjadikan komunikasi tidak dapat berjalan wajar, sehingga berdampak terhadap efek komunikasi.

9. Pelanggaran 2 Maksim dan Pematuhan 2 Maksim

Pada peristiwa komunikasi peserta tutur diwajibkan mengatakan sesuatu yang mematuhi prisip kerja sama. Berbicara sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada, sehingga maksud yang hendak disampaikan dapat dipahami dan diterima oleh mitra tutur. Sebaliknya, bila prinsip yang ada dilanggar maka akan menimbulkan komunikasi terganggu. Berikut contoh data yang melanggar 2 maksim dan mematuhi 2 maksim prinsip kerja sama.

(30) Anak 5 Tanya : Bapaknya Amir punya anak 5, yaitu Kantal, Kintil, Kuntul dan Kentel, yang satunya lagi sapa hayoooo? Jawab : Ya AMIR donk...

MKL.MRL. 1/MKN/MPK Konteks percakapan pada contoh (30), yaitu tentang anak lima, kemudian

diperjelas oleh tokoh Tanya tentang saudara Amir. Tuturan pada contoh (30) terjadi pelanggaran maksim kuantitas dan maksim pelaksanaan. Tetapi memenuhi maksim kualitas dan maksim relevansi. Pelanggaran kedua maksim ini memperkuat pelanggaran yang terjadi pada masing-masing maksim. Pelanggaran maksim kuantitas dikarenakan adanya pemberian infomasi yang berlebih-lebihan yang dilakukan oleh tokoh Tanya. Bila dicermati, Amir memiliki 4 saudara, yaitu diperjelas oleh tokoh Tanya tentang saudara Amir. Tuturan pada contoh (30) terjadi pelanggaran maksim kuantitas dan maksim pelaksanaan. Tetapi memenuhi maksim kualitas dan maksim relevansi. Pelanggaran kedua maksim ini memperkuat pelanggaran yang terjadi pada masing-masing maksim. Pelanggaran maksim kuantitas dikarenakan adanya pemberian infomasi yang berlebih-lebihan yang dilakukan oleh tokoh Tanya. Bila dicermati, Amir memiliki 4 saudara, yaitu

Sebaliknya ada 2 maksim yang memenuhi prinsip kerja sama, yaitu maksim kualitas dan maksim relevansi, sebab tokoh Jawab memebrikan jawaban yang relevan dan sesuai dengan kebenaran yang ada. Ayah Amir memiliki anak 5, yaitu Amir, Kantal, Kintil, Kuntul, dan Kentel, sehingga jawaban ”Ya Amir donk” memiliki kebenaran dan relevan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, meskipun pertanyaan tersebut melanggar maksim kuantitas, dan maksim pelaksanaan tidak menjadikan pemenuhan maksim lainnya.

10. Pelanggaran 3 Maksim

Di dalam komunikasi setiap penutur diharapkan mengutarakan ujaran- ujaran yang mematuhi prinsip kerja sama, memperhatikan kaidah-kaidah yang ada sehingga percakapan itu terdengar koheren. Penutur yang tidak memberikan kontribusi terhadap koherensi percakapan sama dengan tidak mengikuti prisip kerja sama. Berikut ini contoh pelanggaran 3 maksim dalam prinsip kerja sama.

(31) Hantu cewek Tanya : Kenapa hantu cewek umumnya pakai daster panjang? Jawab : Karena kalau pakai tank top ntar kuburan jadi rame

bunyi ”suit-suittttt”

1.MPK/MKL/MKN Konteks dalam percakapan contoh (31) tentang hantu cewek, kemudian

oleh tokoh Tanya diperjelas lagi alasan hantu cewek memakai daster panjang. Tuturan tokoh Jawab dianggap melanggar maksim pelaksanaan, maksim kualitas, dan maksim kuantitas. Pelanggaran maksim pelaksanaan ditandai dengan adanya oleh tokoh Tanya diperjelas lagi alasan hantu cewek memakai daster panjang. Tuturan tokoh Jawab dianggap melanggar maksim pelaksanaan, maksim kualitas, dan maksim kuantitas. Pelanggaran maksim pelaksanaan ditandai dengan adanya

Pelanggaran maksim kualitas dalam contoh (31) dikarenakan informasi yang diberikan oleh tokoh Jawab tidak memiliki bukti nyata, selama ini tidak ada hantu yang memakai tank top, selama ini hantu lebih banyak dikenal memakai pocong, daster panjang, atau tinggi hitam dengan mata menyala. Oleh karena itu, tokoh Jawab memberikan tuturan yang tidak memiliki bukti nyata.

Pelanggaran maksim kuantitas ditandai dengan adanya pemberian informasi yang berlebih-lebihan mengenai adanya kuburan menjadi rame bunyi ”suit-suitttt”. Tuturan tersebut melebihi dari harapan tokoh Tanya, sebab tokoh

tanya mengharapakan alasan hantu cewek memakai daster panjang, bukan reaksi orang melihat hantu cewek yang menggunkan tank top. Berbeda apabila dijawab ”karena biar terasa lebih hangat”, maka tuturan tersebur sudah cukup memadai

untuk menjawab pertanyaan tokoh Tanya.

11. Pelanggaran 4 Maksim

Pada peristiwa percakapan peserta tutur dituntut untuk memenuhi prinsip kerja sama, penggunaan prinsip kerja sama akan mempelancar komunikasi sehingga tujuan yang diharapkan akan tercapai. Meskipun demikian, dalam proses komunikasi tidak selamanya penutur memenuhi penggunaan prinsip kerja sama, adakalanya penutur melakukan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip kerja sama. Pelanggaran tersebut akan menghambat komunikasi apabila penutur dan mitra tutur tidak memiliki pemahaman yang sama terhadap tuturan yang diutarakan. Berikut contoh data yang melanggar 4 maksim prinsip kerja sama.

(32) Lebih Aman Tanya : Kenapa wanita Indonesia paling males kalo disuruh

pakai helm saat naik motor? Jawab : Karena tujuh dari sepuluh wanita Indonesia bilang

lebih aman pakai KOTEX.

1.MKL/MKN/MPK/MRL Konteks percakapan pada contoh (32) tentang keamanan, kemudian tokoh

Tanya memperjelas keamanan dalam berkendaraan. Tuturan tokoh Jawab melanggar 4 maksim, tokoh Jawab dalam memberikan jawaban tidak memenuhi prinsip kerja sama. Informasi yang diberikan melanggar maksim kualitas, sebab tuturan tokoh Jawab tidak memiliki kebenaran yang nyata, 7 dari 10 wanita Indonesia bilang lebih aman pakai kotex tidak teruji kebenaranya apabila dibanding dengan memakai helm ketika sedang naik motor. Sebab, helm digunakan untuk melindungi kepala, sedang kotex digunakan ketika seorang wanita datang bulan, dan tidak memiliki hubungan dengan berkeamanan berkendaraan.

Pelanggaran prinsip kuantitas dilakukan tokoh Jawab dengan memberikan informasi yang berlebih-lebihan. Sebab, Jawaban ”Karena tujuh dari sepuluh wanita Indonesia bilang lebih aman pakai KOTEX ” hanya sekedar bahasa iklan untuk menarik perhatian orang lain, perbandingan 7 dari 10 wanita wanita Indonesia memakai kotex belum ada penelitian dari lembaga ysurvey, sehingga pernyataan ini dianggap berlebih-lebihan dalam memberikan informasi.

Pelanggaran prinsip pelaksanaan dikarenakan informasi yang diberikan tokoh Jawab tidak langsung, dan kabur. Jawaban ”.wanita Indonesia bilang lebih aman pakai kotex” tidak jelas maksudnya, ambigu untuk dipahami bagi orang Pelanggaran prinsip pelaksanaan dikarenakan informasi yang diberikan tokoh Jawab tidak langsung, dan kabur. Jawaban ”.wanita Indonesia bilang lebih aman pakai kotex” tidak jelas maksudnya, ambigu untuk dipahami bagi orang

Pelanggaran prinsip relevansi ditandai dengan kontribusi tokoh Jawab tidak berdasarkan pada konteks pembicaraan, dan tidak memiliki kaitannya dengan pertanyaan yang diajukan oleh tokoh Tanya yang menanyakan alasan kenapa orang Indonesia malas memakai helm, tetapi justru dijawab keamanan memakai pembalut kotex.

B. Jenis Implikatur Percakapan dari Pelanggaran Prinsip Kerja Sama yang

terdapat dalam Buku Plesetan ½ Gokil Karya Diela Maya

Berdasarkan analisis data, ditemukan 6 jenis implikatur percakapan. Jenis implikatur yang ditemukan dalam percakapan pelanggaran prinsip kerja sama buku Plesetan ½ Gokil karya Diela Maya meliputi mempunyai maksud ejekan, memberitahu, memberi informasi, menolak, perintah, dan sindiran.

1. Implikatur yang Mempunyai Maksud Mengejek

Implikatur yang mempunyai maksud mengejek adalah tuturan yang diucapkan penutur yang menyatakan bahwa penutur tidak bersungguh-sungguh atau sedang bergurau dengan apa yang dikatakannya. Tuturan yang menyatakan ejekan di kategorikan ke dalam tindak tutur ekspresif, yaitu bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan dan dilakukan secara spontan. Berikut ini bentuk data implikatur yang mempunyai maksud mengejek dalam buku Plesetan ½ Gokil Karya Diela Maya.

(33) Anak Terjelek

Tanya

: Anak apa yang terjelek di dunia???

Jawab

: Anak-anak bilang sich Elo.

1MKL Tuturan yang disampaikan oleh tokoh Jawab tersebut diidentifikasi

mempunyai kandungan implikatur yang mempunyai maksud mengejek. Sebab ketika tokoh tanya menanyakan dengan baik-baik tentang anak yang terjelek di dunia, tokoh Jawab justru mengejek dengan menjelek-jelekkan tokoh Tanya, yaitu dengan ”anak-anak bilang sich elo”. Peristiwa tutur yang sedemikian

merugikan tokoh Tanya sebab dibuat malu oleh tokoh Jawab, sehingga tuturan tokoh Jawab dianggap melanggar maksim kuantitas, sebab informasi yang diberikan dianggap berlebih- lebihan. Pernyataan ”anak-anak bilang sich elo” terlalu membesar-besarkan permasalahan, sebab tokoh Tanya yang memberikan pertanyaan justru dijatuhkan dengan menjelek-jelekan yang tanya.

Berikut contoh data lain yang mengandung implikatur mempunyai maksud mengejek. (34) Buah galak

Tanya

: Buah apa yang galak?

Jawab

: Bua...pak loe.

1.MKL/MKN/MPK/MRL Pada contoh (31) tuturan tokoh Jawab mengandung implikatur yang

mempunyai maksud mengejek. Konteks pembicaraan pada percakapan tersebut tentang buah galak. Tokoh Tanya memberikan pertanyaan tentang buah galak, tetapi oleh tokoh Jawab diplesetkan kata ”buah” menjadi ”bua..pak”. oleh karena itu, pernyataan tokoh Jawab yang mengejek tokoh Tanya lewat jawaban

”bua...pak loe” mengandung implikatur yang mempunyai maksud mengejek mitra tuturnya.

Implikatur tersebut terjadi karena adanya pelanggaran maksim relevansi dan maksim kualitas. Adapun terjadinya pelanggaran maksim relevansi dikarenakan karena tokoh Jawab memberikan penyataan yang tidak sesuai dengan

konteks pembicaraan, yaitu dengan memplesetkan kata ”buah” menjadi ”bua...pak” yang tidak memiliki keterkaitan. Pelanggaran maksim kualitas pada contoh (30) dikarenakan adanya pemberian informasi yang tidak sebenarnya, tidak terbukti. Sebab, selama ini tidak ada buah galak, seperti yang diharapakan

tokoh Tanya, sebaliknya tokoh Jawab memplesetkan kata ”buah” untuk tujuan mengejek mitra tuturnya.

2. Implikatur yang Mempunyai Maksud Memberitahu

Implikatur yang mempunyai maksud memberitahu adalah ungkapan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur untuk memberitahu tentang suatu hal. Tuturan yang bersifat memberitahukan termasuk ke dalam tindak tutur refresentif atau asertif, yaitu bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. . Berikut ini bentuk data implikatur yang mempunyai maksud memberitahu.

(32) Artis Tertua dan Termuda Tanya : Siapa artis kita yang tertua dan termuda? Jawab : Artis tertua NINI KARLINA, artis termuda CUCU

CAHYATI.

2MKL Pada contoh (32) tuturan tokoh Jawab mengandung implikatur yang

memiliki maksud memberitahu. Konteks pembicaraan tersebut tentang artis tertua memiliki maksud memberitahu. Konteks pembicaraan tersebut tentang artis tertua

Implikatur tersebut terjadi karena adanya pelanggaran maksim kualitas, yaitu memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Sebab, belum tentu artis Nini Karlina sebagai artis tertua, dan Cucu Cahyati sebagai arti termuda. Hal inilah yang menjadikan percakapan pada contoh (31) dianggap melanggar maksim kualitas.

3. Implikatur yang Mempunyai Maksud Menolak

Implikatur yang memiliki maksud menolak adalah ungkapan penolakan yang dilontarkan oleh penutur terhadap apa yang diinginkan oleh mitra tuturnya. Implikatur yang mempunyai maksud menolak digolongkan ke dalam jenis tindak tutur komisif. Berikut data yang menunjukkan implikatur percakapan yang mempunyai maksud menolak.

(33) Binatang Apa Yang Suka Protes Tanya : Taukah teman binatang apa yang suka protes...? Jawab : Monyet....KOQ BISA!!!

Tuh kan protes

2.MKL/MKN Percakapan pada contoh (33) terdapat implikatur yang mempunyai maksud

menolak. Konteks pada contoh (33) adalah binatang apa yang suka protes, pada percakapan terjadi adanya penolakan ketika tokoh Jawab memberikan jawaban ”monyet”, kata ”KOQ BISA” menunjukkan adanya penolakan binatang monyet menolak. Konteks pada contoh (33) adalah binatang apa yang suka protes, pada percakapan terjadi adanya penolakan ketika tokoh Jawab memberikan jawaban ”monyet”, kata ”KOQ BISA” menunjukkan adanya penolakan binatang monyet

sebagai binatang yang suka protes dengan kata ”koq bisa”. Hal ini mengimplisitkan adanya penolakan.

Implikatur pada contoh (33) terjadi karena adanya pelanggaran maksim pelaksanaan dan maksim kuantitas. Pelanggaran maksim pelaksanaan dikarenakan tuturan tokoh Tanya membingungkan, dan terasa ambigu. Sebab, pada konteks ini tokoh Tanya akan menyamakan kedudukan manusia dengan monyet. Hal ini terlalu berlebih-lebihan dalam suatu komunikasi, sehingga dianggap melanggar maksim kuantitas.

4. Implikatur yang Mempunyai Maksud Dugaan

Implikatur yang mempunyai maksud dugaan adalah pernyataan penutur untuk menduga tentang sesuatu. Jenis implikatur ini dapat dikategorikan ke dalam fungsi tindak tutur komisif, yaitu bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji, atau penawaran. Berikut data implikatur yang menyatakan dugaan dalam buku Plesetan ½ Gokil karya Diela Maya.

(34) Barang Yang Laku Tanya : Barang apa yang laku maupun nggak laku tetep habis? Jawab : Es batu.

MKL.MKN.MRL.2/MPK Pada contoh (34) tuturan tokoh Jawab mengandung implikatur yang

mempunyai maksud dugaan. Konteks pembicaraan dalam contoh (34) yaitu tentang barang yang laku, tokoh Tanya memberikan pertanyaan ”barang apa yang laku maupun tidak laku tetep habis?” dijawab ”es batu” oleh tokoh Jawab. Dugaan

terjadi karena adanya barang laku maupun tidak laku tetep habis, hal ini terjadi karena adanya barang laku maupun tidak laku tetep habis, hal ini

Implikatur pada contoh (34) terjadi karena adanya pelanggaran maksim pelaksanaan, yaitu memberikan informasi yang membingungkan, taksa dan tidak langsung. Tokoh Tanya memberikan pertanyaan yang membingungkan mitra tuturnya, orang berpikir barang dagangan habis biasanya laku terjual, tetapi tidak lakupun tetap habis menunjukkan adanya ketaksaan dan keambiguan.

5. Implikatur yang Mempunyai Maksud Memerintah

Implikatur yang mempunyai maksud memerintah adalah menyuruh kepada orang lain atau mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai kehendak penutur, menyatakan perintah merupakan tindak tutur direktif, yaitu bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh pada mitra tuturnya melakukan tindakan. Berikut ini bentuk data implikatur yang mempunyai maksud memerintah.

(35) WTS pergi ke dokter

WTS

: Dik, buatkan saya satu lubang lagi?

Dokter

: Buat apa...?

WTS

: Bisnis sex lagi rame, mo nambah OUTLET!!! 5MKL Pada contoh (35) tuturan WTS mengandung implikatur yang memiliki

maksud memerintah. Konteks pembicaraan pada contoh (35) adalah seorang WTS (Wanita Tuna Susila) pergi ke dokter. WTS menyuruh dokter untuk membuatkan satu lubang lagi, selain lubang vagina sesuai dengan profesi seorang WTS. Dokter dengan heran menanyakan alasan pembuatan satu lubang lagi, WTS beralasan maksud memerintah. Konteks pembicaraan pada contoh (35) adalah seorang WTS (Wanita Tuna Susila) pergi ke dokter. WTS menyuruh dokter untuk membuatkan satu lubang lagi, selain lubang vagina sesuai dengan profesi seorang WTS. Dokter dengan heran menanyakan alasan pembuatan satu lubang lagi, WTS beralasan

Implikatur pada contoh (35) terjadi karena adanya pelanggaran maksim kualitas, yaitu memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. WTS menyuruh dokter untuk membuatkan satu lubang lagi merupakan sesuatu permintaan yang tidak wajar, dan tidak logis. Penambahan satu lubang untuk outlet sex tidak memiliki kebenaran dengan realita yang ada, sehingga informasi yang diberikan WTS tidak benar.