KINERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN BOYOLALI DALAM PEMBERDAYAAN UKM PRODUK UNGGULAN

KINERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN BOYOLALI DALAM PEMBERDAYAAN UKM PRODUK UNGGULAN

Oleh : NUNING HERVINA D1109019

SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

MOTTO

Pelajarilah Ilmu karena Allah, Menuntutnya adalah ibadah, Mempelajarinya adalah Tasbih, Mencarinya adalah Jihad, Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah Shadaqah, Menyerahkan kepada ahlinya adalah Taqarrub. Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian.

(Syarifah Yanthie)

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada : Bapak dan Ibu tercinta Mas Nugroho Edy Susanto, SE Sahabat-sahabatku dik astri, nia, tya, laksmindra, mbak lia, eka,n intan Almamater

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur selalu tercurah kepada Allah SWT dan Rosul-Nya Nabi

Muhammad SAW yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada setiap umat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali dalam

Pemberdayaan UKM Produk Unggulan”, ini dengan baik dan lancar.

Skripsi ini disusun sebagai syarat guna mendapatkan gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Tanpa mengurangi rasa hormat, dengan kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Ali, M.Si., selaku pembimbing, yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, dorongan, dan pengarahan sehingga penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing Akademis.

3. Bapak Drs. Pawito, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan selama penulis menempuh kuliah.

5. Ir. Budiwiryawan, MT selaku Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali.

6. Bapak Laksono Pujianto, B.Sc selaku Kepala Seksi Bina Kelembagan UKM Kabupaten Boyolali yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

7. Bapak Haryadi Bambang Mantri, SH selaku Kepala Seksi FasilitasiUsaha dan Promosi UKM Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali yang telah 7. Bapak Haryadi Bambang Mantri, SH selaku Kepala Seksi FasilitasiUsaha dan Promosi UKM Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali yang telah

8. Bapak Ir. Agus Joko Mulyanto, MM, selaku Kepala Seksi Bidang Permodalan yang telah memberikan ijin dan memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

9. Ibu Tri Budi Hastuti, S.sos yang telah memberikan informasi dan data-data yang dibutuhkan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini

10. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih sangat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pembaca. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Oktober 2011

Penulis

Boyolali ...................................................................................

f. Struktur organisasi .................................................................. 94

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...................................................... 95

1. Kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali Dalam pemberdayaan UKM Produk Unggulan ........................................

a. Indikator Produktivitas ............................................................ 96

1. Kegiatan atau program yang dilakukan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali Dalam pemberdayaan UKM Produk Unggulan ................................................................

2. Kesesuaian hasil yang diperoleh dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya ....................................................... 110

b. Indikator Responsivitas ........................................................... 114

c. Indikator Akuntabilitas ........................................................... 119

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali Dalam pemberdayaan UKM Produk Unggulan ....................................................................................... 122

a. Faktor yang Mendukung ......................................................... 122

b. Faktor yang Menghambat ....................................................... 125

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 130

B. Saran .................................................................................................. 133

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel I.1

Data Perkembangan Usaha Kecil Tahun 2009 dan Tahun 2010 .....

5 Tabel I.2

Data Perkembangan Usaha Menengah Tahun 2009 dan Tahun 2010 5 Tabel I.3

Data Pembinaan dan Pengembangan Bidang Produksi dan Pengolahan Tahun 2010 ...................................................................

Tabel I.4. Data Jumlah UMKM dan Koperasi Produk Unggulan Kabupaten

Boyolali di masing-masing wilayah kecamatan Tahun 2010 ..........

7 Tabel II.1 Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja.......

Tabel IV.1 Formasi Pegawai Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Boyolali

Berdasarkan Tingkat Pendidikan .....................................................

91 Tabel IV.2 Formasi Pegawai Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Boyolali Berdasarkan Tingkat Golongan…………………………….. ......... 92 Tabel IV.3 Formasi Pegawai Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Boyolali

Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................................................

Tabel IV.4 Data Jumlah UMKM dan Koperasi Produk Unggulan Kabupaten

Boyolali di masing-masing wilayah kecamatan Tahun 2010 ..........

98 Tabel IV.5 Data Peserta Pelatihan Manajemen Pemasaran Tahun 2009 dan

Tahun 2 010………………………………………………… 104

Tabel IV.6 Data Omset Bidang Produksi dan Pengolahan Produk Unggulan Tahun 2010 Kabupaten Boyolali …………………………………105

Tabel IV.7 Data target pelatihan dan realisasi Dinas Koperasi dan UMKM

Kabupaten Boyolali dalam pemberdayaan UKM Produk Unggulan dari tahun 2008- 2010…………………………………..111

Tabel IV.8 Target Keikutsertaan Pameran dan Realisasi Dinas Koperasi dan

UMKM Kabupaten Boyolali dalam Pemberdayaan UMKM Produk Unggulan Tahun 2008 sampai 2010 ………………………………112

UMKM Kabupaten Boyolali dalam Pemberdayaan UMKM Produk Unggulan Tahun 2008 sampai 2010 ……………………………….113

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kinerja Dinas Koperasi dan UMKM

Kabupaten Boyolali Dalam Pemberdayaan UKM Produk Unggulan 60

Gambar III.1 Model Analisis Interaktif ...............................................................

68

Gambar IV.1 Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten

Boyolali .........................................................................................

94

ABSTRAK

Nuning Hervina, D1109019, KINERJA DINAS KOPERASI DAN UMKM

KABUPATEN BOYOLALI DALAM PEMBERDAYAAN UKM PRODUK

UNGGULAN. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

UKM mempunyai andil yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja, karena dinilai tahan banting dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda bangsa ini . Kabupaten Boyolali mempunyai potensi untuk berkembangnya keberadaan UKM Produk Unggulan mengingat melimpahnya sumber daya alam

yang tersedia. Dari tahun ke tahun jumlah UKM Produk Unggulan terus

meningkat. Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali merupakan organisasi publik yang bertanggung jawab atas pemberdayaan UKM Produk Unggulan di Kabupaten Boyolali, yang diharapkan mampu mengupayakan pemberdayaan UKM Produk Unggulan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali dalam pemberdayaan UKM Produk Unggulan dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut. Kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Boyolali dalam pemberdayaan UKM Produk Unggulan dalam penelitian ini dilihat dari indikator pengukuran kinerja yaitu Produktivitas, Responsivitas, dan Akuntabilitas.

Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif yang menggambarkan keadaaan senyatanya. Sumber datanya meliputi data lansung dari narasumber atau informan serta dari dokumen atau arsip mengenai pemberdayaan UKM Produk Unggulan yang Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposive sampling yaitu dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Teknik pengumpulan data adalah dengan cara wawancara dan dokumentasi. Uji validitas data adalah dengan teknik trianggulasi data yaitu dengan menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan Teknik Analisis Interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari tiga indikator pengukuran kinerja yang digunakan, kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali cukup baik namun perlu adanya peningkatan. Produktivitas Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali dapat dikatakan belum maksimal karena hasil yang dicapai belum sesuai dengan target-target yang telah ditetapkan sebelumnya. Responsivitas Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali dikatakan cukup baik namun perlu adanya peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya respon terhadap tuntutan yang disampaikan oleh masyarakat terkait dengan kegiatan pembinaan. Akuntabilitas Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali dikatakan cukup baik, hal ini dibuktikan dengan pertanggungjawaban langsung kepada Pemda Kabupaten Boyolali. Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu : terbatasnya anggaran, jumlah aparat, serta luasnya wilayah binaan.

NUNING HERVINA, D1109019, THE PERFORMANCE SERVICE DISTRICT COOPERATIVE AND SMEs

IN EMPOWERMENT BOYOLALI

OUTSTANDING SME. Thesis. Department of Administrative Science Program Public Administration. Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University of Surakarta, 2011.

SMEs have contributed substantial employment opportunity, as it is considered resilient in the face of economic crisis in this nation. Boyolali District has the potential for development of SME Products Top considering the existence of abundant natural resources that are available. From year to year the number of SMEs Competitive Products continues to increase. Department of Cooperatives and SMEs Boyolali District is a public organization responsible for the empowerment of SMEs in the District Boyolali Featured Products, which is expected to seek the empowerment of SMEs Competitive Products.

The purpose of this study was to determine the performance of Cooperatives and SMEs Boyolali district in the empowerment of SMEs and Competitive Products to determine the factors that affect performance. Performance of Cooperatives and SMEs Boyolali Competitive Products in the empowerment of SMEs in this study seen from the indicators of performance measurement namely productivity, responsiveness, and accountability.

This was a descriptive qualitative depicting actual circumstances. Of Data sources include data directly from the source or informant as well as from documents or records regarding the empowerment of SMEs Products Top the sampling method used is purposive sampling is to select informants who know and can be trusted to be a source of data. Data collection techniques is by way of interviews and documentation. Test the validity of data is the data triangulation technique is to examine similar data from various sources. Data analysis techniques used were the Interactive Analysis Techniques.

The results showed that the visits of the three indicators of performance measurement are used, the performance of Cooperatives and SMEs Boyolali district pretty well but there needs to be increased. Cooperatives and SME Productivity Boyolali district can be said is not maximized because of the results achieved have not been in accordance with the targets previously set. Responsiveness of Cooperatives and SMEs Boyolali District said quite good but there needs to be increased. This is indicated by a response to claims made by people associated with development activities. Accountability Office of Cooperatives and SMEs Boyolali District said good enough, this is evidenced by direct accountability to the Local Government Boyolali. Several factors influence, namely: limited budgets, the number of officers, as well as the extent of the target region.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 mengakibatkan hampir 80% usaha besar mengalami kebangkrutan dan melakukan PHK massal terhadap karyawannya. Pada saat ini, usaha besar sangat sulit menyelamatkan diri mereka dari kehancuran. Disaat banyak usaha besar mengalami pailit didera pahitnya krisis, Usaha Kecil dan Menengah (yang selanjutnya disebut UKM) tetap bertahan di dalam krisis dengan segala keterbatasannya. Dalam situasi dan kondisi ekonomi yang belum kondusif ini, pemerintah menyadari bahwa UKM-lah yang menjadi penopang perekonomian bangsa selama krisis terjadi. UKM memegang peranan penting dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha (establishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Adapun tiga alasan yang mendasari Negara berkembang, belakangan ini memandang pentingnya keberadaan UKM, antara lain :

1. Karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif.

2. Sebagai bagian dari dinamikanya, UMKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.

3. Karena sering diyakini bahwa UMKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar. Ini dibuktikan dari banyaknya usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam 3. Karena sering diyakini bahwa UMKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar. Ini dibuktikan dari banyaknya usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam

Mengingat UKM mempunyai andil yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja, maka pemberdayaan UKM harus dilakukan diseluruh wilayah di Indonesia. Desentralisasi menuntut pemerintah di setiap daerah dapat mengembangkan potensi wilayahnya sebagai penunjang PAD (Pendapatan Asli Derah). upaya memajukan suatu daerah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi berbagai pihak seperti stake holder, masyarakat, termasuk pelaku usaha itu sendiri.

Berdasarkan UU N0. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah yang tujuan pokoknya adalah memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri serta memberikan perimbangan yang baik antara keuangan pusat dan daerah dengan meningkatkan dan memberdayakan kemampuan perekonomian daerah masing-masing, maka UKM dituntut untuk mampu melaksanakan kewenangan tersebut. Dengan demikian, setiap daerah dapat mengupayakan tindakan-tindakan produktif yang dapat memacu peningkatan pendapatan asli daerah, salah satunya dengan pemberdayaan UKM di masing- masing daerah. Dengan adanya pemberdayaan tersebut dapat membuat UKM untuk lebih baik dan memacu tumbuhnya usaha – usaha lainnya.

Pemerintah kemudian menyadari akan pentingnya pengembangan kegiatan UKM yang dianggap sebagai salah satu alternatif penting yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian nasional dan daerah.

usaha dominant yang dimiliki bangsa ini. Selain itu pengembangan kegiatan UKM merupakan kegiatan usaha dominan yang dimiliki bangsa ini. Selain itu pengembangan kegiatan UKM relatif tidak memerlukan modal besar dan dalam

periode krisis selama ini UKM relatif “survive”. Kemudian, pemerintah mulai membuat kebijakan- kebijakan yang bisa mendukung pengembangan kegiatan

UKM. Kebijakan ini juga menuntut pemerintah daerah untuk melakukan pengembangan terhadap UKM dimana pengembangan itu diarahkan pada : (1). Pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif bagi UKM; (2). Pengembangan lembaga-lembaga finansial yang dapat memberikan akses terhadap sumber modal yang transparan dan lebih murah; (3). Memberikan jasa layanan pengembangan bisnis non finansial kepada UKM yang lebih efektif dan (4). Pembentukan aliansi strategis antara UKM dan UKM lainnya atau dengan usaha besar di Indonesia maupun di luar negeri. Hal ini dilakukan agar UKM mampu bersaing dalam era perdagangan bebas. (repository.usu.ac.id/bitstream.pdf)

Sebagai langkah yang paling tepat untuk upaya perbaikan ekonomi adalah upaya pengembangan masyarakat guna menumbuhkembangkan usaha ekonomi masyarakat yang berupa UKM dalam rangka pemenuhan kebutahan pokok dan peningkatan pendapatan (income generating). Pengembangan usaha ekonomi masyarakat ini harus menitikberatkan pada masyarakat itu sendiri, utamanya sektor UKM sebagai aktor utamanya. UKM dengan berbagai keterbatasannya, perlu dilakukan fasilitasi, mobilisasi dan dimotivasi secara bersama agar semakin berkembang naluri kewirausahaannya dengan upaya-upaya terpadu dan terencana.

dasarnya sangat penting dan perlu untuk dibangun sehingga UKM bisa merespon dan mengembangkan ruang geraknya dalam berbagai bidang kegiatan usahanya. Konsep pengembangan usaha melalui penguatan UKM baik disektor manajemen dan permodalan, diharapkan mampu menjawab dan merespon kebutuhan masyarakat. Melalui upaya ini, UKM sedikit banyak akan terbantu dalam menyelesaikan permasalahan usahanya Di tingkat daerah, khususnya Kabupaten Boyolali, kita dapat melihat bahwa secara umum pertumbuhan perekonomian Kabupaten Boyolali tidak terlepas dari kontribusi UKM.

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu Kabupaten Boyolali di Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 1.015.101 km 2 terdiri dari 19 kecamatan dan

267 desa, sebagian besar merupakan daerah pertanian juga masing-masing wilayah mempunyai potensi yang dapat dijadikan sebagai produk unggulan. Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang diusahakan oleh masyarakat meliputi berbagai jenis usaha dan tersebar di 19 wilayah kecamatan. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM tingkat perkembangan usaha kecil maupun usaha menengah menunjukkan peningkatan tiap tahun, seperti terlihat dalam tabel 1.1 sebagai berikut

Perkembangan Usaha Kecil Tahun 2009 dan 2010 Kabupaten Boyolali

1 Jumlah Pengusaha Kecil

2 Jumlah Tenaga Kerja

0,9 % Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Boyolali Sedangkan perkembangan Usaha Menengah terlihat dalam Tabel 1.2

sebagai berikut :

Tabel I.2 Perkembangan Usaha Menengah Tahun 2009 dan 2010 Kabupaten Boyolali

Jumlah Pengusaha Menengah

2 Jumlah Tenaga Kerja

10.6 % Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Boyolali

Dari dua tabel diatas dapat dilihat bahwa UKM di Kabupaten Boyolali selalu mengalami peningkatan baik dari jumlah pengusaha maupun jumlah tenaga kerjanya. Jenis usaha yang ada pun bermacam-macam yang kesemuannya selalu mengalami perkembangan. Macam-macam usaha yang ada tersebut ada dalam daftar pembinaan dan pengembangan bidang produksi dan pengolahan dapat dilihat dalam tabel I.3 berikut ini :

Data Pembinaan dan Pengembangan Bidang Produksi dan Pengolahan Produk Unggulan Tahun 2010 Kabupaten Boyolali

No Jenis Industri Unggulan

Jumlah

UKM

Produk per

bulan

Tenaga kerja

1 Kerajinan Tembaga

2 Makanan Olahan

Meubel dan Pengolahan

Tembakau Rajangan Dan

6 Susu Sapi

1.624500 (Liter)

7 Minyak Atsiri

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Boyolali Perkembangan UKM di kabupaten Boyolai secara signifikan terus eksis dan berkembang. Dari berbagai jenis sektor UKM Unggulan di Kabupaten Boyolali, peneliti tertarik untuk meneliti sektor UKM Produk Unggulan ( Kerajinan Tembaga, Minyak Atsiri,dan Susu Sapi) dengan pertimbangan karena UKM ini merupakan unggulan di Kabupaten Boyolali, yang banyak memberikan andil besar untuk penerimaan devisa dan pemasukan pajak daerah. Berikut ini adalah data mengenai jumlah UKM Produk Unggulan di Kabupaten Boyolali ditinjau tiap kecamatan :

Tabel I.4 Data jumlah UMKM dan Koperasi Produk Unggulan Kabupaten Boyolali di masing-masing Wilayah Kecamatan

No Kecamatan

Jenis Unggulan

UMKM Koperasi

1. Boyolali

Marning, Abon, Susu

2.073 191

2. Mojosongo

Sapu ijuk, Susu, Tembakau

Abon, Dendeng, Susu, Tembakau

Kerajinan Tembaga, Susu, Tembakau

Sayuran, Tembakau

Tembakau Rajang dan Asapan

Perikanan darat (lele), Tembakau

Minyak Atsiri, Tembakau

Tembakau, Beras Organik, Tahu

Keramba Ikan Nila

Mebel, Mainan Anak dan Batik GEN

Kerajinan Bambu

Tape Singkong, Pande Besi

Mebel, Gula Jawa

Pisang, Mebel

Perikanan Perairan Darat

27.693 1.006 Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Boyolali Dilihat dari tabel I.3 diatas, jumlah UKM Produk Unggulan merupakan

UKM yang dominan. Adapun yang termasuk UKM Produk Unggulan adalah sebagai berikut :

1. Kerajinan tembaga yang merupakan salah satu hasil karya

masyarakat Tumang adalah karya seni yang sudah berkembang menjadi Home industri sebagai penopang perekonomian masyarakat. Di desa Tumang ada 9 pemilik usaha kerajinan tembaga yang tergabung dalam Kelompok Pengrajin Tembaga. Jenis usaha di kelompok tersebut cor Tembaga ada 2 perajin, alat

tingkat Jawa Tengah. Total omset perbulan dari Kelompok Pengrajin Tembaga rata-rata sebesar Rp. 36.000.000,-. Pada awalnya semua perajin di desa Tumang memproduksi jenis peralatan tumah tangga dari tembaga (misalnya : dandang, ceret, kwali dll), namun pada perkembangannya mulai tahun 1980 muncul inovasi baru, sebagian perajin mencoba merintis kerajinan seni ukir tembaga yang jenis produksinya tidak lagi berupa peralatan rumah tangga namun berupa perlengkapan dan assesoris perumahan seperti pot bunga, guci, lampu duduk, lampu gantung, kaligrafi, hiasan dinding dan masih banyak jenis lain yang biasanya menyesuaikan permintaan konsumen. Kerajinan ukir tembaga ini justru merupakan Kelompok Industri yang banyak ditekuni masyarakat Tumang, ada 44 perajin yang menekuni industri ini dengan omset total rata-rata perbulan sebesar Rp.1.988.000.000,00. Hasil dari industri ini sudah merabah sampai manca negara diantaranya Amerika serikat,Australia, Jepang Philipina, Inggris. Produksi 400.000 buah/tahun berupa- asbak, paidon, vas bunga, lampu gantung, kendi, bokor, kap lampu, ornament arsitektur, perlengkapan rumah tangga, jumha pengusaha 360 unit usaha. Manfaat: sebagai alat perlengkapan rumah tangga, cinderamata, ornament seni arsitektur dll.

2. Minyak atsiri adalah salah satu produk unggulan Kabupaten Boyolali disamping hasil sapi (susu) serta kerajinan tembaga. Berdasarkan data yang didapatkan, di Kabupaten Boyolali sendiri terdapat 1.528,4 Ha lahan perkebunan cengkeh yang tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Boyolali,

(4267 kwintal) dari total produksi yang dihasilkan Kabupaten Boyolali. Sentra minyak atsiri juga berada di kecamatan Teras dengan jumlah unit usaha potensial sebanyak 4 buah dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 52 orang, kapasitas nyata dari sentra tersebut adalah sebesar 32.164 kg minyak cengkeh per tahun dengan membutuhkan bahan baku berupa daun cengkeh kering sebanyak 1.133 ton. Daun kering sisa proses destilasi merupakan sisa dari proses penyulingan daun cengkeh untuk bahan baku minyak atsiri. Daun yang digunakan untuk membuat minyak atsiri tidak hanya cengkeh saja tetapi juga Kenanga, Nilam, Sirih dan Sere. Bahkan sudah diekspor hingga ke Amerika serikat, Australia, Jepang, dan Belanda. dengan memberikan kontribusi APBD Pemkab sebesar 9% per tahun.

3. Susu merupakan salah satu produk unggulan yang tidak bisa terlepas dari nama Boyolali sendiri yang dikenal sebagai kota susu, karena merupakan salah satu sentra terbesar penghasil susu sapi segar di Jawa Tengah. Peternakan sapi perah umumnya berada di daerah selatan dan dataran tinggi yang berudara dingin, karena sapi perah yang dikembangkan saat ini berasal dari wilayah sub-stropis Australia dan Selandia Baru.

Di Boyolali sendiri terdapat GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia). Dalam GKSI tergabung 6 KUD, yang ada di setiap kecamatannya antara lain:

a. KUD Selo yang bisa menghasilkan susu 40.000/ hari, dengan jumlah tenaga kerja 11 orang; a. KUD Selo yang bisa menghasilkan susu 40.000/ hari, dengan jumlah tenaga kerja 11 orang;

c. KUD Kota Boyolali yang bisa menghasilkan susu 5500/hari, dengan jumlah tenaga kerja 8 orang

d. KUD Kemusuk yang bisa menghasilkan susu 17.500/hari, dengan jumlah tenaga kerja 30 orang

e. KUD Mojosongo yang bisa menghasilkan susu 35.000/hari, dengan jumlah tenaga kerja 85 orang

f. KUD Cepogo yang bisa menghasilkan susu 6000/hari, dengan jumlah tenaga kerja 12 orang Hasil dari susu yang telah dikelola oleh KUD-KUD tersebut dipasarkan melalui GKSI , dan IPS (Industri Pengolahan Susu) yang ada di Yogyakarta dan Surabaya.

Meskipun terkadang masih banyak kendala yang melekat dalam sektor ini, serta berbagai peluang yang tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku UKM, sehingga perlu adanya peningkatan kualitas kinerja pemerintah daerah, terutama dinas terkait, yaitu Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali.

Usaha yang dilakukan Dinas Koperasi Dan UMKM Boyolali untuk menyukseskan Usaha Produk Unggulan adalah sebagai berikut : Dengan penyelenggaraan kewirausahaan di bidang :

1. Manajemen usaha, yaitu dengan cara memberikan informasi kepada Para Pelaku UKM, bagaimana UKM tersebut bisa menjalankan usahanya dengan 1. Manajemen usaha, yaitu dengan cara memberikan informasi kepada Para Pelaku UKM, bagaimana UKM tersebut bisa menjalankan usahanya dengan

2. Manajemen Keuangan, yaitu: mengadakan pelatihan atau memberikan kepada UKM supaya bisa tertib administrasi, khususnya di bidang keuangan perusahaan UKM, ini dimaksudkan untuk bisa mengelola usahanya dengan baik.

3. Manajemen Pembukuan, yaitu: memberikan pengetahuan bagaimana caranya Para pelaku UKM bisa memilahkan antara modal sendiri dengan modal usaha yang telah dikeluarkan. Ini bertujuan untuk mengetahui Sisa hasil usaha (SHU) yang telah diperoleh disetiap bulannya, sehingga mereka bisa mengetahui berapa besar pendapatan netto yang telah diperolehnya.

4. Memberikan Fasilitas, Promosi, dan Pengadaan Pengikutsertaan Pameran untuk dapat berkembang lebih baik serta mapan perlu adanya sentuhan- sentuhan serta fasilitasi dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, dari tingkat produksi, maupun pemasarannya. Selain itu perlunya diikutsertakan dalam kegiatan pameran, baik pameran yang bersifat international Seperti : (Inacraft atau furniture craft) yang diadakan di JCC baru-baru ini dilaksanakan, maupun pameran yang bersifat lokal seperti (Jateng Fair, Jogja Expo, maupun Surabaya Expo). Pameran ini sangat penting untuk dilaksanakan karena memiliki tujuan yang sangat baik untuk pelaku ukm yaitu memperkuat daya saing produk yang dihasilkan dalam 4. Memberikan Fasilitas, Promosi, dan Pengadaan Pengikutsertaan Pameran untuk dapat berkembang lebih baik serta mapan perlu adanya sentuhan- sentuhan serta fasilitasi dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, dari tingkat produksi, maupun pemasarannya. Selain itu perlunya diikutsertakan dalam kegiatan pameran, baik pameran yang bersifat international Seperti : (Inacraft atau furniture craft) yang diadakan di JCC baru-baru ini dilaksanakan, maupun pameran yang bersifat lokal seperti (Jateng Fair, Jogja Expo, maupun Surabaya Expo). Pameran ini sangat penting untuk dilaksanakan karena memiliki tujuan yang sangat baik untuk pelaku ukm yaitu memperkuat daya saing produk yang dihasilkan dalam

5. Kontak Dagang, yaitu : Mengadakan penjualan secara retail ( dalam jumlah besar) yang pada akhirnya akan menangkap order dari buyer dalam skala besar dan berkesinambungan. Ini terbukti cukup efektif, ternyata terbukti dengan banyaknya transaksi pesanan / order yang dilakukan oleh UKM dengan Buyer baik melalui Internet maupun Handphone. ( Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali )

Dalam menyukseskan UKM produk unggulan Selama ini, kegiatan yang dilakukan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali dalam pemberdayaan UKM, terutama UKM produk unggulan adalah melalui pelatihan AMT ( Achivement Motivation Training) yang bertujuan membangkitkan jiwa kewirausahaan, pelatihan Kewirausahaan berbasis Sumber daya lokal, pelatihan manajeman pemasaran, pelatihan ketampilan usaha produktif, pelatihan manajemen bisnis bagi UKM dalam rangka peningkatan dan penegembangan usaha. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini diadakan selama enam kali dalam kurun waktu satu tahun. Sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap pemberdayaan UKM, terutama UKM Produk Unggulan, Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Boyolali telah menjalankan tugasnya dengan baik walaupun hasilnya belum memenuhi target dari pemerintah. Keadaan ini dipicu oleh kurangnya antusiasme para pelaku UKM produk unggulan untuk berperan serta dalam kegiatan pemberdayaan UKM ini. Dalam menjalankan kinerjanya, Dinas

Keterbatasan jumlah aparat, anggaran, serta luasnya wilayah binaan. Selain ada faktor penghambat, tentu ada pula faktor pendukung, antara lain: letak geografis Kabupaten Boyolali yang dekat dengan kota-kota besar seperti Semarang dan Yogyakarta yang memudahkan UKM untuk memasarkan hasil produknya dan potensi wilayah yang dimiliki bertumpu pada sub sektor pertanian ( tanaman pangan dan tanaman perkebunan yang sangat melimpah), sektor peternakan dan perikanan yang berkembang dengan baik, serta sektor industri, perdagangan, dan jasa. Serta adanya kepedulian dan dukungan dari instansi lain terkait seperti Bappemaskin, BPP, Dinas Koperasi, Disperindagsar serta Bappeda yang mendukung kegiatan pemberdayaan UKM Produk Unggulan ini sehingga dapat berjalan dengan baik walaupun hasilnya belum optimal. Adanya berbagai kendala ini menuntut pemberdayaan di kalangan para pelaku UKM Produk Unggulan itu sendiri.

Sehubungan dengan penilaian kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali, ada berbagai indikator yang dapat digunakan, antara lain produktivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Beberapa indikator ini dapat memberikan gambaran penilaian mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali bagi para pelaku UKM Produk Unggulan dalam kurun waktu tertentu dimana pada akhirnya dapat dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja selanjutnya. Secara spesifik indikator – indikator tersebut juga mampu memberikan penilaian tentang tanggung jawab Dinas Koperasi dan UMKM Sehubungan dengan penilaian kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali, ada berbagai indikator yang dapat digunakan, antara lain produktivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Beberapa indikator ini dapat memberikan gambaran penilaian mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali bagi para pelaku UKM Produk Unggulan dalam kurun waktu tertentu dimana pada akhirnya dapat dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja selanjutnya. Secara spesifik indikator – indikator tersebut juga mampu memberikan penilaian tentang tanggung jawab Dinas Koperasi dan UMKM

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya perumusan masalah digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian, rumusan masalah harus dapat menunjukkan inti masalah yang hendak diteliti. Dengan melihat latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang akan dikaji adalah :

1. Bagaimana kinerja Dinas Koperasi dan UMKM dalam memberdayakan UKM Produk Unggulan di Kabupaten Boyolali?

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali dalam pemberdayaan UKM Produk Unggulan tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional

a. Tujuan operasional ini dibuat berdasarkan fokus dari penelitian ini. Tujuan operasioanal dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan pengetahuan deskriptif tentang Kinerja Dinas Koperasi dan UMKM dalam memberdayakan UKM khususnya Produk Unggulan.

b. Mengetahui factor-faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat pelaksanaan pemberdayaan UKM Produk Unggulan.

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami kinerja Dinas Koperasi dan UMKM di Kabupaten Boyolali.

b. Hasil Penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan yang bersifat konstruktif bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam upaya memberdayakan UKM (usaha kecil dan menengah).

3. Tujuan Individual Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Universitas Sebelas Maret Surakarta

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai umpan balik yang dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam rangka peningkatan kinerja yang lebih baik di masa yang akan datang.

2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai bagaimana Kinerja Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam memberdayakan UKM Produk Unggulan.

3. Sebagai bahan informasi bagi pembaca maupun pihak-pihak terkait yang mungkin ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam di masa yang akan datang.

4. Dapat memberikan masukan bagi institusi lokal khususnya, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Kinerja a. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau “prestasi” (Yeremias T. Keban, Ph. D, 2004 : 191).

Secara etimologi, kinerja adalah sebuah kata dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. ( www.wikipedia.com ).

Definisi mengenai kinerja juga dikemukakan oleh Keban dalam Hessel Nogi (2003:1). Kinerja (performance) dapat didefinisikan sebagai

tingkat pencapaian hasil atau “the degree of accomplishment” atau dengan kata lain, kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi. Jadi

sutu organisasi dikatakan memilki kinerja yang optimal, jika menghasilkan sesuatu yang menguntungkan bagi para pemegang sahamnya.

Berbeda dengan (Mohammad Mahsun, 2006:25). Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu Berbeda dengan (Mohammad Mahsun, 2006:25). Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu

Pengertian Kinerja menurut Joko Widodo (2008:78-79). Kinerja berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan.

kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.

Dari beberapa definisi mengenai kinerja di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja organisasi adalah tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas atau progam yang telah direncanakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi, organisasi yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa kinerja organisasi publik adalah tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas atau proggam yang telah direncanakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi yang telah ditetapkan Dari beberapa definisi mengenai kinerja di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja organisasi adalah tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas atau progam yang telah direncanakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi, organisasi yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa kinerja organisasi publik adalah tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas atau proggam yang telah direncanakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi yang telah ditetapkan

b. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja terhadap kinerja merupakan suatu hal yang penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk organisasi pelayanan publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja organisasi maka upaya untuk memperbaiki kinerja dapat dilakukan secara lebih terarah dn sistematis. Informasi mengenai kinerja penting untuk menciptakan tekanan bagi para pejabat penyelenggara pelayanan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam organisasi. Dengan adanya informasi mengenai kinerja maka benchmaking dengan mudah bisa dilakukan dan dorongan untuk memperbaiki kinerja bisa diciptakan. Selain itu menurut Sedarmayanti (2009:195) arti penting penilaian kinerja organisasi antara lain dapat digunakan untuk :

1) Memastikan pemahaman pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk

mencapai kinerja 2) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati 3) Memantau

kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja

memperbaiki kinerja organisasi 6) Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan telah tercapai 7) Menunjukakan peningkatan yang perlu dilakukan 8) Mengungkap permasalahan yang terjadi.

Penilaian kinerja menurut Joko Widodo (2008:93) menjadi suatu hal yang sangat penting bagi setiap unit organisasi instansi pemerintah karena:

1) Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara keberhasilan dengan kegagalan 2) Jika suatu keberhasilan tidak didefinisikan, maka kita tidak menghargainya 3) Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malah menghargai kegagalan 4) Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar dari kegagalan

Selain itu, Bastian dalam Hessel Nogi (2005:173) berpendapat bahwa penilaian kinerja dalam organisasi akan mendorong pencapaian tujuan organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus menerus (berkelanjutan). Secara terperinci peran penilaian kinerja organisasi adalah sebagai berikut :

1) Memastikan pemahaman para pelaksana dan alat ukuran yang digunakan

3) Memonitor dan mengevakuasi kinerja dengan perbandingan skema kerja dan pelaksanaannya 4) Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi 5) Membantu proses kegiatan organisasi 6) Memastikan bahwa pengambilan keputusan telah dilakukan secara objektif 7) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi

Sedangkan menurut Mahmudi (2005:14) menyebutkan bahwa tujuan dilakukan penilaian kinerja di sektor publik adalah : 1) Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

2) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai 3) Memperbaiki kinerja periode berikutnya 4) Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam keputusan pemberian reward and punishment 5) Memotivasi pegawai 6) Menciptakan akuntabilitas publik

Ukuran kinerja merupakan tanda vital dari sebuah organisasi yang mengukur seberapa baik aktivitas-aktivitas dalam sebuah organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini diungkapkan Hronec dalam R.M. Chandima Ratnayake (2009) berikut ini:

“Performance measures have been defined as characteristics of outputs that are identified for purposes of evaluation.The ideas of performance measures have been further extended as the vital signs of the organization, which quantify how well the activities within a “Performance measures have been defined as characteristics of outputs that are identified for purposes of evaluation.The ideas of performance measures have been further extended as the vital signs of the organization, which quantify how well the activities within a

Menurut Mc Donald dan Lawton dalam Yeremias T. Keban (2004:01) menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi setiap organisasi karena dapat dipakai sebagai ukuran penilaian keberhasilan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu bahkan penilaian tersebut juga dapat dijadikan input bagi perbaikan/peningkatan kinerja organisasi selanjutnya.

Whittaker dan Simons dalam Hessel Nogi (2005:171) menyebutkan bahwa penilaian kinerja merupakan alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Penilaian kerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and objektives). Hal ini selaras dengan definisi penilaian kerja yang tertuang dalam Reference Guide, Profince of Albert, Canada dalam Hessel Nogi (2005:171) yang menyebutkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan sebagai mekanisme dalam memberikan penghargaan atau hukuman (reword/punishment), akan tetapi penilaian kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk perbaiki kinerja organisasi.

dilakukan. Berbeda dengan organisasi bisnis yang kinerja mudah dilihat dari probabilitas, yang diantaranya tercermin dari indeks harga saham, sedangkan pada birokrasi publik tidak memiliki tolak ukur yang jelas dan tidak mudah diperoleh informasinya oleh publik. Terbatasnya informasi mengenai kinerja birokrasi pelayanan publik terjadi karena kinerja belum dianggap sebagai sesuatau hal yang penting bagi pemerintah. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang sebenarnya digunakan untuk menilai kinerja pejabat birokrasi sangat jauh relevansinya dengan indikator-indikator kinerja yang sebenarnya. Faktor lain yang menyebabkan terbatasnya informasi mengenai kinerja organisasi publik adalah kompleksitas indikator kinerjanya. Berbeda dengan organisasi swasta yang indikatornya relatif sederhana dan tersedia di pasar, indikator birokrasi sering sangat kompleks. Penilaian birokrasi publik tidak hanya cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator yang melekat pada birokrasi seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan reponsivitas.

Kesulitan lain dalam menilai kinerja birokrasi publik juga muncul karena tujuan dan misi dari organisasi publik yang bukan hanya sangat kabur, tetapi juga bersifat multidimensional. Pada kenyataannya bahwa birokrasi memiliki stakeholders yang banyak dan memiliki kepentingan Kesulitan lain dalam menilai kinerja birokrasi publik juga muncul karena tujuan dan misi dari organisasi publik yang bukan hanya sangat kabur, tetapi juga bersifat multidimensional. Pada kenyataannya bahwa birokrasi memiliki stakeholders yang banyak dan memiliki kepentingan

c. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kerja dan target, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson dalam Mahmudi, 2008:6). Sedangkan menurut Lohman dalam Muhamad Mahsun (2006:25) pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Whittaker menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Simon menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi stategi bisnis dengan cara membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Jadi pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Jadi pengukuran kinerja harus berbasis pada strategi organisasi. Pemilihan indikator dan ukuran kinerja dan penetapan target untuk setiap ukuran ini merupakan upaya konkrit dalam memformulasikan tujuan strategis organisasi sehingga lebih berwujud dan terukur. Pengukuran kinerja juga harus didasarkan pada karakteristik operasional organisasi. Hal ini terutama diperlukan untuk mendefinisikan indikator dan ukuran kinerja yang digunakan. Organisasi dengan karakteristik operasional yang berbeda membutuhkan ukuran kinerja yang berbeda pula (Mohammad Mahsun, 2006 : 29-30).

Elemen pokok pengukuran kinerja menurut Mohammad Mahsun (2006 : 26-28) adalah sebagai berikut : 1) Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi

Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang ingin dicapai organisasi, sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas, strategi adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi.

2) Merumuskan indikator dan ukuran kinerja Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-