Pasar Antik Triwindu

A. Pasar Antik Triwindu

Gambar 1. Pasar Antik Triwindu, Solo, setelah direnovasi. Sumber : Koleksi pribadi penulis.

1. Profil Pasar Antik Triwindu Pasar Antik Triwindu, berlokasi di Jalan Diponegoro, Mangkunegaran, Solo yang luas tanahnya 2.384 m 2 . Berasal dari kata tri yang berarti 3, dan windu yang berarti 8. Dan pasar ini didirikan dalam rangka hadiah ulang tahun yang kedua puluh empat dari GRAy. Nurul Khamaril, Puteri Mangkunegoro

Gambar 2. Pasar Antik Triwindu sebelum direnovasi. Sumber : Koleksi pribadi pedagang Pasar Antik Triwindu.

Adapun pada tahun 2007, walikota mempunyai kebijakan membebaskan masing-masing dinas untuk mengajukan proposal pembangunan. Dinas Pasar melihat kondisi Pasar Triwindu yang terletak di jantung kota ini masih kumuh dan kurang terfasilitasi, maka dibutuhkan suatu

berjalan lurus, ada beberapa konflik pedagang didalamnya. Salah satunya adalah beredarnya kabar bahwa pasar tradisional ini akan dibangun bertingkat. Padahal di dalam mitos Jawa, dimana mitos ini sudah melekat bagi kebanyakan pedagang Pasar Antik Triwindu yang menjunjung tinggi budaya, menjelaskan bahwa jika sebuah pasar tradisional akan di bangun modern dan bertingkat, maka yang bagian atas / tingkat tidak laku / kurang laku. Pada saat renovasi pasar, yang semula semua pedagang bisa ditampung dalam pasar, tapi karena pembangunan dirancang memiliki public space yang cukup luas di depan pasar, maka akibatnya akan banyak pedagang yang tidak memperoleh tempat. Seperti dituturkan bapak Lurah Pasar Antik Triwindu, Bp. Mujiono,

pada saat wawancara : ”Gandeng bumine ra melar, keporo kurang, maka solusi satu-satunya adalah dengan dibuat bertingkat. ” Kekhawatiran itulah

yang membuat beberapa pedagang mengadakan penolakan, namun akhirnya dengan dialog dan musyawarah bersama dari pihak Pemkot dan pedagang pasar, maka masalah tersebut dapat diselesaikan dengan damai.

Selama renovasi berlangsung, untuk sementara waktu para pedagang dialokasikan ke Sriwedari. Selama kurang lebih 2 tahun renovasi tersebut berlangsung, pendapatan para pedangan merosot drastis, bahkan tidak sedikit yang merugi.

Pasar Antik Triwindu kini telah menjadi salah satu point of interest yang berada tepat di jantung Kota Solo. Tempat yang dibangun mewah dengan konsep Ethnic Modern dibawah pengawasan konsultan arsitertur dari Pasar Antik Triwindu kini telah menjadi salah satu point of interest yang berada tepat di jantung Kota Solo. Tempat yang dibangun mewah dengan konsep Ethnic Modern dibawah pengawasan konsultan arsitertur dari

Pasar Antik Triwindu juga merupakan area yang sangat strategis untuk penyelenggaraan event-event budaya di Kota Solo. Dan menjadi pasar barang antik se-Indonesia.

2. Silsilah Kepengelolaan Pasar Pasar Antik Triwindu memiliki konsep kepengurusan yang cukup tertata. Semua kebaikan bersama. Adapun silsilah kepengelolaan Pasar Antik Triwindu adalah:

a. Walikota

b. Pemerintah Kota Solo

c. Dinas Pasar Mengatur secara keseluruhan kegitan pasar-pasar tradisional di Kota Solo, yang tentunya aturan-aturan yang berlaku sudah mendapat persetujuab dari pihak Pemerintah Kota.

d. Lurah Pasar Lurah pasar dan anggotanya bertempat di sebuah ruangan di dalam pasar. Tugasnya memimpin langsung jalannya kegiatan-kegiatan di pasar tersebut, menyampaikan dan mengkoordinir aturan-aturan yang bersifat tertulis dari pusat untuk diberlakukan dalam proses kegiatan keseluruhan pasar.

Paguyuban ini didirikan guna mempererat rasa persaudaraan antar pedagang. Sehingga paguyuban inilah yang menjadi wadah utama setiap aspirasi para pedagang. Adapun paguyuban ini diketuai oleh Bp. H. Bambang Sarjuno, dan dibawah lindungan Lurah Pasar Triwindu. Adapun visi dan misi yang diemban dalam paguyuban tersebut adalah :

1) Visi Menjadikan Pasar Triwindu sebagai pasar unggulan di Solo yang mampu bersaing di tingkat lokal maupun mancanegara, juga sebagai obyek wisata yang dapat mengangkat harkat dan martabat kota Solo yang tidak meninggalkan budaya Jawa yang adi lulung.

2) Misi Memberikan pelayanan yang baik dan ramah, professional dalam melakukan transaksi jual beli barang dengan tidak mengesampingkan adat ketimuran. Selalu berwawasan kedepan dan tenggang rasa terhadap sesame pedagang maupun lingkungan masyarakat, kompak, bersatu, mengedepankan kepentingan bersama yang mampu menyesuaikan diri dalam segala bentuk perubahan jaman.

f. Pedagang Pasar Antik Triwindu Kebanyakan pedagang pada pasar ini datang dari area Solo, dan beberapa pedagang berasal dari daerah di sekitar Solo, antara lain Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, dan lain-lain. Setiap pedagang pasar memilik KTA (Kartu Tanda Anggota) supaya lebih terkoordinir.

dari 120 pedagang onderdil dan alat-alat pertukangan, dan 90 pedagang barang antik.

3. Data Produk Pasar Antik Triwindu jika dilihat secara keseluruhan, memiliki 3 kategori produk yang berbeda. Ketiganya menjadi satu kesatuan dan memang sejak awal berdiri, ketiga jenis produk tersebut ada secara bersamaan, yaitu antara lain :

a. Barang antik Berbagai barang antik dengan pola dan jenis yang berbeda-beda terdapat disini, meliputi lampu gantung antik, topeng, gamelan, ukir- ukiran, hiasan dinding antik, patung, perhiasan-perhiasan antik, mata uang kuno, guci, perkakas antik variasi tembaga, jarit kuno, dan lain-lain. Adapun jenis barang antik disini terbagi menjadi 2, yaitu :

1) Barang antik kuno. Barang antik jenis ini merupakan barang yang benar-benar sudah kuno, tua dan memiliki nilai sejarah tersendiri pada zamannya, seperti uang kertas dan koin kuno, perkakas kuno (setrika kuno, canthing batik, cap batik, dan beberapa peralatan khas para tentara zaman Belanda - Jepang). Barang antik kuno ini merupakan barang yang benar-benar sudah diproduksi sejak dulu, kemudian oleh para pedagang dan pecinta barang antik memberikan perawatan dan 1) Barang antik kuno. Barang antik jenis ini merupakan barang yang benar-benar sudah kuno, tua dan memiliki nilai sejarah tersendiri pada zamannya, seperti uang kertas dan koin kuno, perkakas kuno (setrika kuno, canthing batik, cap batik, dan beberapa peralatan khas para tentara zaman Belanda - Jepang). Barang antik kuno ini merupakan barang yang benar-benar sudah diproduksi sejak dulu, kemudian oleh para pedagang dan pecinta barang antik memberikan perawatan dan

2) Barang antik reproduksi. Ini merupakan barang baru yang sengaja diproduksi dan diolah sedemikian rupa hingga menyerupai barang antik kuno zaman dahulu. Hal ini diberlakukan pada barang-barang yang memiliki nilai sejarah tinggi dan sudah dimuseumkan dan mendapat perlindungan hukum oleh negara sehingga tidak dapat diperjualbelikan, seperti arca, patung peniggalan, prasasti, dan lain-lain. Barang antik reproduksi ini diperoleh dari berbagai tempat dan pengrajin. Kerajinan patung Loro Blonyo (patung sepasang manten Jawa) biasa didapat dari pengrajin pacitan, berbagai kerajinan kuningan dari daerah Juwono, Bondowoso, patung serupa arca dari Jombang, Jawa Timur dan kerajinan besi dari Semarang.

b. Barang onderdil Barang onderdil disini beragam variasi, ada yang baru ada pula yang

2 nd hand atau biasa pedagang menjulukinya barbeque (barang bekas berkualitas). Biasanya berupa onderdil-onderdil pabrik. Seperti, mesin las, mesin giling, perbengkelan, bur, pemotong kertas, grendo, dan lain- lain.

c. Barang pertukangan Barang-barang pertukangan disini cukup lengkap, antara lain sabit, paku, gunting taman, pisau, dan lain-lain.

kawasan Solo ini sendiri, tingkat nasional dan internasional. Pada prakteknya, ada para target market yang langsung melilih dilokasi dan dengan tawar menawar dengan penjualnya. Namun ada pula yang hanya memesan, dan pihak Triwindu siap mengirimkannya. Karena tiap-tiap penjual telah memiliki cara-cara tersendiri untuk memasarkan barangnya.

4. Data Konsumen Data konsumen Pasar Antik Triwindu yang berhasil dirangkum dari hasil penelitian penulis adalah sebagai berikut :

a. Barang Antik

1) Pengunjung dalam kota yang berlatar belakang ekonomi menegah keatas.

2) Kolektor benda antik dari kawasan Pulau Jawa, Madura, Sumatra dan

Kalimantan yang jumlahnya kurang lebih 60%.

3) Kolektor benda antik dari kawasan luar negeri, Belanda, China, Inggris, Arab Saudi, Malaysia, dan lain-lain, yang jumlahnya kurang lebih 40%.

b. Barang onderdil

1) Pengunjung sangat bervariatif, dari menengah ke bawah maupun ke atas.

2) Dari dalam dan luar kota.

3) Para pengusaha industry kecil, menegah dan besar.

1) Pengunjung dalam kota yang kebanyakan menengah ke bawah.

2) Dari kalangan pengrajin dan perbengkelan.

5. Promosi yang Pernah Dilakukan Proses promosi yang ditempuh dalam perjalanan Pasar Antik Triwindu ini meliputi berbagai hal, mulai dari yang paling tradisional, hingga bersifat diplomatik, yaitu antara lain :

a. Gethok tular Cara berpromosi yang paling tradisional ini terbukti mampu memperkenalkan Pasar Antik Triwindu dari dulu sebelum direnovasi, hingga saat ini kepada banyak lapisan masyarakat di berbagai daerah. Keefektifitasan sarana berpromosi ini patut untuk dipertimbangkan, karena cara berpromosi ini biasanya akan lebih mengena di hati konsumen dan lebih bias dipercaya, karena sumbernya adalah para konsumen dan pedagang yang sudah menjadi saksi langsungnya. Selain itu, promosi ini akan berlangsung terus menerus dan tahan lama.

Namun, dalam proses pelaksanaannya berlangsung lama dan tidak dapat diprediksi hasilnya.

Gambar 3. Contoh kartu nama yang menyertakan identitas Pasar Antik

Triwindu.

Sumber : Kartu nama Bp. Bambang Sarjuno selaku ketua Paguyuban Pedagang Windujenar, yang sekarang kembali lagi menjadi Triwindu.

Tiap-tiap pedagangnya sebagian besar memiliki kartu nama sebagai sarana memperkenalkan produknya, dalam kartu nama tersebut biasanya berisi nama kios sebagai headline, dan tercantum nama Pasar Antik Triwindu sebagai keterangan tempat. Secara tidak langsung, hal tersebut sudah mengenalkan keberadaan pasar.

Kartu nama ini memiliki peran yang penting dalam promosi. Karena setiap pedagang di Pasar Antik Triwindu memiliki kawasan distribusi dan omset sendiri-sendiri. Ada yang hanya berkecimpung di lokal saja, tapi juga banyak yang mampu menembus

Pasar Antik Triwindu akan dikenal melalui kartu nama yang tersebar tersebut.

c. Brosur

Gambar 4. Brosur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang memuat informasi pasar Antik Triwindu ketika masih bernama Windujenar.

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo.

Dinas pariwisata akhir-akhir ini tengah menggalakkan program “Let’s go to Solo” sebagai wujud promosi berbagai tempat di

Kota Solo yang layak dijadikan tempat wisata, dan Pasar Antik Triwindu ini masuk di dalamnya. Dengan teksnya yang berbahasa dunia, jelas brosur ini tidak hanya di tingkat nasional, tapi akan dikirimkan di berbagai kedutaan pariwisata di berbagai negara. Walaupun di dalam brosur ini informasi Pasar Antik Triwindu tidak detail, namun dengan brosur ini sudah cukup mampu Kota Solo yang layak dijadikan tempat wisata, dan Pasar Antik Triwindu ini masuk di dalamnya. Dengan teksnya yang berbahasa dunia, jelas brosur ini tidak hanya di tingkat nasional, tapi akan dikirimkan di berbagai kedutaan pariwisata di berbagai negara. Walaupun di dalam brosur ini informasi Pasar Antik Triwindu tidak detail, namun dengan brosur ini sudah cukup mampu

d. Event-event

Gambar 5. Poster salah satu event yang diadakan di area Pasar Antik

Triwindu. Sumber : www.google.com Triwindu. Sumber : www.google.com

Jika ditelusuri, pada dasarnya pengadaan event di halaman pasar ini akan mengganggu proses jual beli pada pasar, namun hal ini merupakan cara langsung memperkenalkan keberadaan pasar dan mengangkat citra pasar menjadi lebih berkelas dan layak untuk dikunjungi.

e. Nameboard

Gambar 6. Nameboard Pasar Antik Triwindu ketika masih

bernama Windujenar.

yang berfungsi sebagai tanda keberadaan pasar yang memudahkan pengunjung untuk memastikan beberadaan lokasi. Nameboard ini diletakkan di halaman depan Pasar Antik Triwindu dengan konsep etnik modern dan cukup dapat menarik perhatian.

6. Kompetitor

a. Kawasan Keraton Kasunanan Solo

Gambar 7. Pasar Cinderamata, kawasan Keraton Kasunanan, Solo.

Sumber : Koleksi pribadi penulis.

yang meliputi lingkungan Gladag, Alun-alun Utara, Supit Urang Utara, Keraton, Supit Urang Selatan, dan Alun-alun Selatan. Jika kita memasuki kompleks Keraton Solo dari utara atau muka, yaitu dengan alur perempatan Gladag lalu ke selatan, maka kita akan melalui Alun- alun Utara halaman muka melewati Supit Urang Selatan, di kawasan ini banyak terdapat pedagang baik kios maupun kaki lima yang berjajar menjual barang-barang kerajinan, barang antik dan barang- barang cinderamata khas Solo. Pusatnya adalah pada beberapa kompleks kios yang berhimpitan yang sering disebut Pasar Cinderamata. Pasar ini patut dipertimbangkan mengingat lokasinya yang berada di wilayah bersejarah yang sering kali menjadi tujuan wisatawan asing maupun domestik.

Pasar Cinderamata ini tidaklah luas dan lengkap seperti halnya Pasar Antik Triwindu, namun tempatnya yang berada di kawasan keraton dan banyak tempat-tempat bersejarah di sekitarnya juga dekat dengan tempat penjualan oleh-oleh khas Solo lainnya, membuat kawasan ini, khususnya Pasar Cinderamata ini masih mendapat banyak pengunjung.

Produk yang ditawarkan cukup variatif, adapun dikawasan Gladag menjual berbagai akik, benda-benda kuno seperti hiasan dinding dan perangko, dan beberapa kerajinan dari akar wangi dan anyam-anyaman. Pada kawasan Pasar Cinderamata menjual berbagai

Triwindu. Sedangkan kawasan Supit Urang dan Alun-alun Selatan menjual berbagai batik dan kerajianan tangan yang hampir semua modelnya bertajuk antik dan budaya.

b. Toko Antik Pasar Gede

Gambar 8. Toko Antik Pasar Gede, Solo.

Sumber : Koleksi pribadi penulis. Toko sederhana yang berdiri sejak 1979 berada di kawasan Pasar Gede Solo, ini menjual berbagai macam barang antik, antara lain : akik, batu-batuan, koin dan uang kertas kuno, patung, arca, lukisan, keris, ukir-ukiran antik, perkakas kuno, gamelan kuno, perangko kuno, kerajinan tembaga dan kuningan kuno, guci, gading, minyak wangi, wayang, dan lain-lain.

kuno yang bersejarah, pemilik toko mampu melangsungkan usahanya tanpa putus asa. Dengan bermodalkan relasi, rekan lama yang sama- sama pecinta barang antik. Totalitas dalam berkecimpung dalam dunia barang antik menjadi modal utama pemilik kios ini yang dulunya juga memiliki sejarah keturunan seorang abdi keraton.

Walaupun sederhana, kios ini sudah memiliki pelanggan dari berbagai daerah, dan barang yang dimilikinya behar-benar terjamin keantikannya, sehingga sudah mendapat kepercayaan dari para konsumennya.

Untuk media promosi hampir sama sekali tidak ada, satu-

satunya pemasaran dan promosinya hanya melalui relasi.