Teknik Penyajian Data
J. Teknik Penyajian Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan ANOVA. Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis- hipotesis komparatif lebih dari dua sampel, yaitu untuk membandingkan keenam perlakuan. Jika data tidak terdistribusi normal maka akan ditransformasikan dan kemudian akan diolah dengan metode Kruskall wallis. Kemudian akan dilanjutkan dengan Post Hoc Test dengan α = 0,05.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian daya hambat ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dilakukan sebanyak 20 sampel, dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 3. Populasi Sampel Menurut Umur dan Jenis Kelamin Gambar 3 menyajikan populasi sampel menurut umur dan jenis kelamin. Data ditampilkan dalam bentuk jumlah dan presentase sehingga dapat dilihat sebaran variasi sampel pada 20 sampel yang terdapat bakteri Streptococcus mutans.
Jenis Kelamin
Umur 11-20 Umur 21-30 Umur 31-40 Umur 41-50 Umur 51-60
Penicillin (Kontrol
Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat (mm) Pertumbuhan
Streptococcus mutans pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya, Kontrol Positif, dan Kontrol Negatif
Tabel 1 menyajikan diameter zona hambatan pertumbuhan Streptococcus mutans pada berbagai konsentrasi ekstrak daun papaya, kontrol positif (Penicillin), dan kontrol negatif (aquadest) sangatlah bervariasi pada 20 sampel yang diteliti. Tampak pula diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans standar.
Sampel
Zona hambat rerata (mm)
Tabel 2. Perbandingan antara Rerata Zona Hambat pada 20 Sampel yang Diteliti
dengan Bakteri Streptococcus mutans Standar
Tabel 2 memperlihatkan bahwa disk berisi aquadestt sebagai kontrol negatif tidak memberikan pengaruh hambatan pertumbuhan bakteri, sedangkan pemberian ekstrak daun papaya berbagai konsentrasi dan disk Penicillin memberikan pengaruh hambatan pada pertumbuhan Streptococcus mutans. Dapat dilihat pula perbandingan antara rerata zona hambat pada 20 sampel yang diteliti dengan bakteri Streptococcus mutans standar.
Gambar 4. Zona Hambat Rerata Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans Sampel dan Standar
Zona hambat rerata (mm)
Sampel Standar
mm
B. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian, pertama kali diuji apakah ada perbedaan rata-rata diameter aktivitas antibakteri yang bermakna antara keenam kelompok dengan uji One-Way ANOVA. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows.
Syarat menggunakan uji One-Way ANOVA: 1. Variabel data berupa variabel numerik/ kontinu/ rasio. Data pada penelitian ini adalah diameter aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya terhadap Streptococcus mutans yang dinyatakan dengan skala rasio.
2. Sebaran data harus normal, dibuktikan dengan nilai uji Kolmogorov-Smirnov atau Saphiro-Wilk yang memiliki nilai p lebih besar daripada nilai alfa. Misal, alfa = 0,05 maka nilai p untuk uji sebaran data harus > 0,05.
3. Varians data harus sama. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan uji Homogeneity of Variances, di mana untuk varians data yang sama akan memiliki nilai p > nilai alfa.
4. Jika ketiga syarat di atas tidak terpenuhi maka dapat digunakan uji hipotesis alternatif yaitu berupa uji hipotesis non-parametrik Kruskall-Wallis (Dahlan, 2008).
Metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sebaran data normal
Kolmogorov-Smirnov (sampel > 50) atau uji Saphiro-Wilk (sampel ≤ 50) (Dahlan, 2008). Penelitian ini Kolmogorov-Smirnov (sampel > 50) atau uji Saphiro-Wilk (sampel ≤ 50) (Dahlan, 2008). Penelitian ini
Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov Didapatkan nilai p = 0.000. Dikatakan bermakna atau memiliki distribusi yang normal bila nilai p > 0.05. Karena pada penelitian ini nilai p uji normalitas < 0.05, maka data berdistribusi tidak normal. Maka perlu dilakukan transformasi data agar data dapat berdistribusi normal.
Setelah dilakukan transformasi data didapatkan nilai p = 0.000, maka data tetap berdistribusi tidak normal, maka uji one way Anova tidak dapat dilakukan. Uji alternatif yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis dapat dilihat pada lampiran 8, tabel 5.
Dari hasil Uji Kruskal-Wallis, diperoleh p (Asymp sig) < 0.05, yaitu p = 0.000. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara berbagai variabel bebas terhadap daya hambat bakteri. Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan, maka harus dilakukan uji Post Hoc. Alat untuk melakukan analisis Post Hoc untuk uji Kruskal-Wallis adalah dengan uji Mann-Whitney.
Data yang dibandingkan adalah Penicillin dengan aquadest, Penicillin dengan kelompok 1 (ekstrak 25 %), Penicillin dengan kelompok 2 (ekstrak 50 %), Penicillin dengan kelompok 3 (ekstrak 75 %), Penicillin dengan kelompok 4 (ekstrak 100 %); aquadest dengan kelompok 1, aquadest dengan kelompok 2, aquadest dengan kelompok 3, aquadest dengan kelompok 4; kelompok 1 dengan Data yang dibandingkan adalah Penicillin dengan aquadest, Penicillin dengan kelompok 1 (ekstrak 25 %), Penicillin dengan kelompok 2 (ekstrak 50 %), Penicillin dengan kelompok 3 (ekstrak 75 %), Penicillin dengan kelompok 4 (ekstrak 100 %); aquadest dengan kelompok 1, aquadest dengan kelompok 2, aquadest dengan kelompok 3, aquadest dengan kelompok 4; kelompok 1 dengan
Uji statistik kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney yang dapat dilihat pada lampiran 8, tabel 6. Hasil uji Mann-Whitney didapatkan :
a. Nilai p antarkelompok kontrol positif (Penicillin) - kontrol negatif (aquadest) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05). b. Nilai p antarkelompok kontrol positif (Penicillin) - kelompok 1 (ekstrak 25 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05). c. Nilai p antarkelompok kontrol positif (Penicillin) - kelompok 2 (ekstrak 50 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05). d. Nilai p antarkelompok kontrol positif (Penicillin) - kelompok 3 (ekstrak 75 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05). e. Nilai p antarkelompok kontrol positif (Penicillin) - kelompok 4 (ekstrak 100 %) = 0,016; lebih kecil dari alfa (0,05). f. Nilai p antarkelompok kontrol negatif (aquadest) - kelompok 1 (ekstrak 25 %) = 0,152; lebih besar dari alfa (0,05). g. Nilai p antarkelompok kontrol negatif (aquadest) - kelompok 2 (ekstrak 50 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) h. Nilai p antarkelompok kontrol negatif (aquadest) - kelompok 3 (ekstrak 75 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05)
i. Nilai p antarkelompok kontrol negatif (aquadest) - kelompok 4 (ekstrak 100 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) j. Nilai p antarkelompok 1 (ekstrak 25%) - kelompok 2 (ekstrak 50 %) = 0,003; lebih kecil dari alfa (0,05) k. Nilai p antarkelompok 1 (ekstrak 25 %) - kelompok 3 (ekstrak 75 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) l. Nilai p antarkelompok 1 (ekstrak 25 %) - kelompok 4 (ekstrak 100 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) m. Nilai p antarkelompok 2 (ekstrak 50 %) - kelompok 3 (ekstrak 75 %) = 0,001; lebih kecil dari alfa (0,05) n. Nilai p antarkelompok 2 (ekstrak 50 %) - kelompok 4 (ekstrak 100 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) o. Nilai p antarkelompok 3 (ekstrak 75 %) - kelompok 4 (ekstrak 100 %) = 0,005; lebih kecil dari alfa (0,05)
Hasil ini menunjukkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol positif (Penicillin) dengan kelompok kontrol negatif (aquadest)
2) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol positif (Penicillin) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 1 (Ekstrak 25 %)
3) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol positif (Penicillin) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 2 (Ekstrak 50 %)
4) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol positif (Penicillin) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 3 (Ekstrak 75 %)
5) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol positif (Penicillin) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 4 (Ekstrak 100 %)
6) Tidak terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol negatif (aquadest) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 1 (Ekstrak 25 %)
7) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol negatif (aquadest) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 2 (Ekstrak 50 %)
8) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol negatif (aquadest) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 3 (Ekstrak 75 %)
9) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol negatif (aquadest) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 4 (Ekstrak 100 %)
10) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 1 (Ekstrak 25 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 2 (Ekstrak
50 %) 11) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 1 (Ekstrak 25 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 3 (Ekstrak
75 %) 12) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 1 (Ekstrak 25 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 4 (Ekstrak 100 %)
13) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 2 (Ekstrak 50 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 3 (Ekstrak
75 %) 14) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 2 (Ekstrak 50 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 4 (Ekstrak 100 %) 15) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 3 (Ekstrak 75 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 4 (Ekstrak 100 %) 16) Ekstrak daun pepaya dosis 1 (25 %) tidak memiliki daya hambat bakteri yang bermakna. Daya hambat bakterinya sama dengan aquadest. 17) Semakin tinggi kadar daun pepaya, semakin baik daya hambatnya terhadap bakteri. 18) Penicillin lebih baik daya hambatnya terhadap bakteri dibandingkan dengan ekstrak daun pepaya dengan dosis berapa pun.
Kemudian dilakukan uji perbandingan antara bakteri sampel dengan bakteri standar American Type Culture Collection (ATCC) untuk mengetahui karakteristik bakteri yang digunakan. Uji yang digunakan adalah uji-t tidak berpasangan. Salah satu syarat uji-t tidak berpasangan adalah data harus berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena uji analitis ini lebih sensitif dan objektif dibandingkan uji yang lain. Kemudian alasan lain memakai uji Shapiro-Wilk adalah pada penelitian ini jumlah data yang Kemudian dilakukan uji perbandingan antara bakteri sampel dengan bakteri standar American Type Culture Collection (ATCC) untuk mengetahui karakteristik bakteri yang digunakan. Uji yang digunakan adalah uji-t tidak berpasangan. Salah satu syarat uji-t tidak berpasangan adalah data harus berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena uji analitis ini lebih sensitif dan objektif dibandingkan uji yang lain. Kemudian alasan lain memakai uji Shapiro-Wilk adalah pada penelitian ini jumlah data yang
Dari hasil uji Shapiro-Wilk didapatkan p > 0.05 pada bakteri usap maupun bakteri standar, yaitu p = 0.628 pada data bakteri usap dan p = 0.508 pada data bakteri standar. Karena nilai p > 0.05, dapat disimpulkan bahwa distribusi daya hambat bakteri pada kelompok bakteri usap maupun kelompok bakteri standar berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji-t tidak berpasangan untuk mengetahui karakteristik bakteri sampel yang digunakan dibandingkan bakteri standar. Hasil uji-t tidak berpasangan dapat dilihat pada lampiran 8, tabel 8.
Dari hasil uji-t tidak berpasangan didapatkan pada kotak Levene’s Test (nama uji hipotesis untuk menguji varians), nilai p (sig) = 0.926. Karena nilai p > 0.05, maka varians data kedua kelompok adalah sama. Oleh karena varians sama, maka untuk melihat hasil uji-t tidak berpasangan memakai baris pertama atau baris equal variances assumed. Angka signifikansi baris pertama adalah p (sig 2 tailed) = 0.814 (tidak signifikan), dengan perbedaan rerata (mean difference) sebesar -0,68. Nilai IK 95% adalah antara -6.96 sampai 5.60. Karena nilai 0 tercakup dalam rentang IK 95%, maka tidak signifikan atau tidak ada perbedaan yang bermakna. Karena p > 0.05 atau IK 95% mencakup nilai 0, maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan daya hambat bakteri pada jenis bakteri usap dengan bakteri standar. Dengan kata lain, bakteri usap pada penelitian ini Dari hasil uji-t tidak berpasangan didapatkan pada kotak Levene’s Test (nama uji hipotesis untuk menguji varians), nilai p (sig) = 0.926. Karena nilai p > 0.05, maka varians data kedua kelompok adalah sama. Oleh karena varians sama, maka untuk melihat hasil uji-t tidak berpasangan memakai baris pertama atau baris equal variances assumed. Angka signifikansi baris pertama adalah p (sig 2 tailed) = 0.814 (tidak signifikan), dengan perbedaan rerata (mean difference) sebesar -0,68. Nilai IK 95% adalah antara -6.96 sampai 5.60. Karena nilai 0 tercakup dalam rentang IK 95%, maka tidak signifikan atau tidak ada perbedaan yang bermakna. Karena p > 0.05 atau IK 95% mencakup nilai 0, maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan daya hambat bakteri pada jenis bakteri usap dengan bakteri standar. Dengan kata lain, bakteri usap pada penelitian ini
BAB V PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Penelitian dilakukan dengan ekstrak daun pepaya konsentrasi 25 %, 50 %, 75 %, dan 100 %. Aquadest digunakan sebagai kontrol negatif, dan disk Penicillin sebagai kontrol positif.
Gambar 3 menunjukkan gambaran umur dan jenis kelamin 20 responden yang ikut serta dalam penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa Streptococcus mutans banyak ditemukan pada kelompok umur 21-30 tahun baik laki-laki maupun perempuan, terutama pada jenis kelamin laki- laki. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perilaku pada usia remaja hingga dewasa muda yang sebagian besar kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut. Pola makan, merokok, meminum alkohol, dan lain sebagainya merupakan faktor penyebab terjadinya caries dentis pada kelompok umur tersebut, di samping faktor komponen gigi dan air ludah, mikroorganisme penghasil asam, dan waktu (Julianti, dkk., 2008).
Tabel 1 menggambarkan rerata diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri pada tiap konsentrasi. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis bahwa ekstrak daun pepaya mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans . Pada tabel 1 dapat dilihat hasil pengukuran diameter zona hambatan
pertumbuhan Streptococcus mutans pada berbagai konsentrasi ekstrak daun papaya pada kontrol positif, dan kontrol negatif. Pada konsentrasi ekstrak daun pepaya sebesar 25%, ternyata belum menunjukkan daya hambat yang bermakna terhadap Streptococcus mutans, hanya 2 dari total 20 sampel ini yang menunjukkan efek antibakteri. Hasil dari kelompok pada konsentrasi tersebut relatif sama dengan kontrol negatif. Perbedaan daya hambat antibakteri ekstrak daun pepaya pada konsentrasi 25 %, 50 %, 75 % dan 100 % tampak signifikan dan aktifitas antibakterinya berbanding lurus dengan peningkatan kadar ekstrak. Pada kelompok daun papaya 100 % hasilnya mendekati kontrol positif disk antibiotik Penicillin. Hal ini menunjukkan bahwa dengan konsentrasi ekstrak daun pepaya 100 % memiliki khasiat yang mendekati kekuatan disk Penicillin yang dibuktikan dengan nilai p = 0,016; lebih kecil dari alfa (0,05). Berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Oladimeji dkk., tahun 2007, didapatkan hasil ekstrak daun pepaya memiliki efek antibakteri, tetapi masih di bawah efek antibakteri penicillin.
Berdasarkan data pada tabel 2, rerata diameter zona hambat yang terbentuk pada ekstrak daun papaya 25 % adalah 0,65 mm, 50 % adalah 3,63 mm, 75 % adalah 6,83 mm, 100 % adalah 9,03 mm, dan kontrol positif adalah 11,3 mm. Rerata diameter zona hambatan kelompok sampel hampir sama dengan rerata diameter zona hambatan pada kuman standar. Pada kuman standar didapatkan diameter zona hambatan ekstrak daun papaya 25 % adalah 0 mm, 50 % adalah 6 mm, 75 % adalah 7 mm, 100 % adalah 9,5 mm, dan kontrol positif Berdasarkan data pada tabel 2, rerata diameter zona hambat yang terbentuk pada ekstrak daun papaya 25 % adalah 0,65 mm, 50 % adalah 3,63 mm, 75 % adalah 6,83 mm, 100 % adalah 9,03 mm, dan kontrol positif adalah 11,3 mm. Rerata diameter zona hambatan kelompok sampel hampir sama dengan rerata diameter zona hambatan pada kuman standar. Pada kuman standar didapatkan diameter zona hambatan ekstrak daun papaya 25 % adalah 0 mm, 50 % adalah 6 mm, 75 % adalah 7 mm, 100 % adalah 9,5 mm, dan kontrol positif
Gambar 4 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun papaya 25 % belum memberikan efek hambatan terhadap Streptococcus mutans dan peningkatan konsentrasi ekstrak daun papaya mengakibatkan peningkatan diameter zona hambat. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dosis-respon (dose-response relationship). Temuan ini memperkuat simpulan hubungan kausal antara pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan pertumbuhan Streptococcus mutans . (Dahlan, 2008)
Penelitian ini pada mulanya akan dianalisis dengan menggunakan uji One Way ANOVA untuk mengetahui apakah ada perbedaan rerata hitung yang signifikan pada semua kelompok perlakuan, tetapi karena data tidak memenuhi syarat distribusi normal dan varians yang sama, maka dilakukan transformasi data agar berdistribusi normal dan varians sama. Namun, karena data tetap tidak memenuhi syarat, uji analisis yang digunakan menjadi uji Kruskal Wallis. Setelah dilakukan uji Kruskal Wallis didapatkan p < 0,05 hampir pada semua sampel perlakuan, atau dengan kata lain terdapat perbedaan yang signifikan pada perlakuan-perlakuan tersebut. Terdapat 1 data perbedaan yang tidak signifikan yaitu antara kelompok kontrol negatif dan kelompok ekstrak papaya 25 %
Oleh karena adanya perbedaan yang signifikan pada hampir semua kelompok perlakuan tersebut, maka dapat dilakukan uji analisis lanjutan dengan uji post hoc metode Mann-Whitney untuk mengetahui pada perlakuan manakah terdapat perbedaan daya hambat yang signifikan secara statistik. Lampiran 8, tabel 6, menunjukkan data perbedaan yang signifikan antara semua kelompok perlakuan yaitu antara ekstrak daun pepaya kontrol dan antarekstrak daun papaya pada semua konsentrasi. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan dosis konsentrasi ekstrak daun pepaya sebanding dengan efek antibakterinya sehingga harus mempertimbangkan toksisitasnya karena setiap peningkatan dosis mempengaruhi hasil yang didapat secara signifikan. (Gan dkk., 1997).
Perbandingan rerata zona hambatan antara sampel penelitian dengan kuman Streptococcus mutans standar dianalisis dengan uji-t (pada lampiran 8, tabel 8). Hasil analisis menunjukkan bahwa zona hambat yang terbentuk antara kedua kelompok tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya mempunyai kemampuan antibakteri yang sama terhadap Streptococcus mutans secara umum yang belum mengalami mutasi. Ekstrak daun papaya mengandung berbagai macam turunan fenol sehingga tidak ditemukan adanya resistensi terhadap Streptococcus mutans (Cowan, 1999).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar hambat minimal ekstrak daun pepaya terhadap Streptococcus mutans adalah kadar ekstrak 50 %. Hal ini menunjukkan kadar tersebut sebagai kadar minimal ekstrak daun papaya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar hambat minimal ekstrak daun pepaya terhadap Streptococcus mutans adalah kadar ekstrak 50 %. Hal ini menunjukkan kadar tersebut sebagai kadar minimal ekstrak daun papaya
Kemampuan ekstrak daun pepaya dalam menghambat pertumbuhan kuman Streptococcus mutans karena zat kimia yang terkandung di dalamnya, yakni fenol dan senyawa turunannya. Daya antibakteri ekstrak daun pepaya disebabkan oleh adanya kandungan senyawa latex yang di dalamnya terdapat enzim papain (complex mixture chemical), senyawa alkaloid karpain, polifenol, saponin, dan flavonoid (Hutapea, 2000).
Enzim papain dapat mendenaturasi protein sel dengan mekanisme memproduksi senyawa koagulan yang mampu mengimobilisasi mikroorganisme sehingga sel fagosit dapat menghancurkan bakteri. Senyawa alkaloid karpain mampu mengganggu sintesis DNA bakteri. Polifenol mampu mendenaturasi protein dan merusak membran sel. Mekanisme kerjanya dengan memproduksi enzim inhibisi dari senyawa yang dioksidasi, kemungkinan melalui reaksi sulfihidril atau interaksi nonspesifik dengan protein sel. Proses ini mengakibatkan struktur tiga dimensi protein berubah dan berubah dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada stuktur kerangka kovalen, sehingga protein Enzim papain dapat mendenaturasi protein sel dengan mekanisme memproduksi senyawa koagulan yang mampu mengimobilisasi mikroorganisme sehingga sel fagosit dapat menghancurkan bakteri. Senyawa alkaloid karpain mampu mengganggu sintesis DNA bakteri. Polifenol mampu mendenaturasi protein dan merusak membran sel. Mekanisme kerjanya dengan memproduksi enzim inhibisi dari senyawa yang dioksidasi, kemungkinan melalui reaksi sulfihidril atau interaksi nonspesifik dengan protein sel. Proses ini mengakibatkan struktur tiga dimensi protein berubah dan berubah dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada stuktur kerangka kovalen, sehingga protein
Senyawa flavonoid memiliki efek antibakteri dengan mekanisme ikatan dengan complex protein dan dinding sel sehingga mampu mendenaturasi protein dan dinding sel bakteri. Sedangkan senyawa saponin yang merupakan jenis terpenoid belum diketahui mekanisme pastinya dalam menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi diperkirakan karena mekanisme perusakan membran sel oleh sifatnya yang lipofilik (Cowan, 1999).
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans secara in vitro, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak daun papaya terbukti memiliki aktifitas daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans yang sudah tampak pada pemberian konsentrasi ekstrak daun papaya 50 %. 2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pepaya yang digunakan maka semakin besar daya hambat antibakterinya. 3. Ekstrak daun papaya 25% tidak memberikan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif. 4. Terdapat perbedaan daya hambat antibakteri yang signifikan pada semua konsentrasi ekstrak daun papaya 50 %, 75 %, dan 100 %. 5. Tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap daya hambat ekstrak daun pepaya terhadap Streptococcus mutans sampel dan Streptococcus mutans standar.
B. SARAN
Setelah dilakukan penelitian tentang Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans secara In vitro, maka peneliti menyarankan untuk diadakan penelitian lebih lanjut tentang :
1. Daya hambat ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) untuk mengetahui dosis efektif sebagai antibakteri dan mengetahui dosis keamanan serta toksisitasnya. 2. Daya antibakteri ekstrak daun papaya menggunakan bakteri penyebab caries dentis lain sebagai sampel. 3. Kandungan kimia antibakteri daun pepaya (Carica papaya L.) dengan bentuk sediaan yang berbeda seperti rebusan air, dan sebagainya.