Provinsi Sumatera Barat

1. Provinsi Sumatera Barat

a. Letak Lokasi Penelitian

Provinsi Sumatera Barat terletak antara 0° 54’ Lintang Utara dan 3º 30’ Lintang Selatan serta 98º 36’ dan 101º 53’ Bujur Timur, tercatat memiliki luas daerah sekitar 42,2 ribu Km2 . Luas tersebut setara dengan 2,21 persen dari luas Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Barat terletak sebelah barat pulau Sumatera dan sekaligus berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, Provinsi Riau, Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera

Utara. 72 BPHN

Sumatera Barat memiliki 391 gugusan pulau dengan jumlah pulau terbanyak dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai dan pulau terkecil dimiliki oleh Kabupaten Agam. Sumatera Barat mempunyai 19 Kabupaten/ Kota dengan Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu 6,01 ribu Km² atau sekitar 14,21 % dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan Kota Padang Panjang, memiliki luas daerah terkecil, yakni 23,0 Km² (0,05%).

72 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat, Sumatera Barat Dalam Angka, 2012, hal. 3-5

Gambar : Peta Provinsi Sumatera Barat

45, 17 persen dari luas keseluruhan. Sedangkan lahan yang telah termanfaatkan untuk budidaya baru tercatat sebesar 23.190,11 Km² atau sekitar 54,83 persen dari kawasan seluruhnya. Sumatera Barat juga memiliki empat danau yang indah, yaitu berada di Kabupaten Agam yaitu BPHN danau Maninjau dan tiga lainnya di Kabupaten Solok yaitu danau Singkarak, danau diatas dan danau dibawah. Daratan Sumatera Barat tidak terlepas dari gugusan gunung yang terdapat di semua Kabupaten/ Kota. Gunung yang paling tinggi di Sumatera Barat yaitu Gunung Talamau dengan ketinggian 2.913 meter dari permukaan laut yang terletak di

Alam Sumatera Barat meliputi kawasan lindung mencapai sekitar

Kabupaten Pasaman Barat. 73

73 Ibid.

b. Keadaan wilayah

Sumatera Barat berdasarkan letak georafisnya tepat dilalui oleh garis khatulistiwa (garis lintang nol derajat) tepatnya di Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman. Karena itu Sumatera Barat mempunyai Iklim tropis dengan rata-rata suhu udara 25,78º C dan rata-rata kelembaban yang tinggi yaitu 86, 67% dengan tekanan udara rata-rata berkisar 994, 69 mb. Pengaruh letak ini pula, maka ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Barat sangat bervariasi, sebagian daerahnya berada pada daratan tinggi kecuali Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman dan Kota Padang. Provinsi Sumatera Barat sama dengan provinsi lainnya di Indonesia mempunyai musim penghujan.

c. Kepemilikan tanah

Hukum pertanahan yang bersumber pada hukum Adat yang berlaku di masing-masing daerah masyarakat hukum Adat, salah satunya masyarakat hukum Adat yang ada di Sumatera Barat yang dijadikan sebagai lokus penelitian. Tanah di Sumatera Barat merupakan satu kesatuan dengan manusianya, hal ini disebut dalam tataran adat masyarakat adat Minangkabau dengan sebutan sako dan pusako. Sako merupakan struktur dan gelar pimpinan adat sedangkan pusako adalah luasan tanah yang dikuasai masing-masing suku. Sebaran tanah setiap

BPHN

suku ini dikenal dengan sebutan tanah ulayat. Tanah ulayat ini juga dibagi dalam beberapa bagian yakni : 74

Tanah Ulayat Nagari. Tanah ini merupakan tanah milik bersama seluruh rakyat nagari yang hasilnya adalah untuk dukungan pemerintahan nagari dalam menjalankan roda pemerintahan dengan kata lain tanah ini hanya boleh diolah untuk nagari.

74 Sumber : Hasil wawancara dengan Ketua Kerapatan Adat Nagari dan Wali Nagari Ampang Gadang Kabupaten Agam, 4 Juli 2013.

2). Tanah ulayat suku. Tanah ini dimiliki oleh seluruh anggota marga yang dipimpin oleh pimpinan marga yang bergelar Datuak, dalam pengelohan tanah ini harus dimulai dengan musyawarah seluruh anggota suku dan bisa dilaksanakan pengelolaannya apabila seluruh anggota suku bersepakat.

3). Tanah ulayat kaum. Tanah ini merupakan milik satu keturunan saja atau keluarga besar yang sebelumnya hutan dan sebelum menjadi tanah kaum adalah tanah nagari, namun saat ini tidak ada lagi tanah nagari yang bisa dijadikan tanah kaum karena ketersediaan tanah sudah sempit.

4). Tanah keluarga. Tanah ini berawal dari tanah ulayat suku, sebelum menjadi tanah keluarga, bagi laki-laki meminta izin dulu pada pimpinan suku untuk mengolah tanah yang masih kosong atau masih berupa hutan dan setelah diolah atau ditanami dan maka akan menjadi tanah keluarga. Secara umum tanah kaum dikelola atas nama perempuan dan

dikuasakan oleh pimpinan suku dan tanah keluarga dibagi rata pada anak- anak karena itu adalah usaha dari ayahnya.

BPHN

Dalam konsep adat sistem tata kelola tanah terdiri dari lima jenis, diantaraya adalah: 1).

Tanah untuk pemukiman. Tanah untuk pemukiman ini merupakan sebagai pusat kampung atau yang disebut dengan nagari, dalam

nagari ini selain pemukiman atau rumah penduduk juga terdapat untuk fasilitas umum, perkantoran, ibadah dan MCK.

2). Tanah untuk tanaman pangan. Suku Minang dari awal mengunakan beras sebagai makanan pokok maka tanaman pangan adalah padi yang ditanam di areal sawah atau ladang. Selain beras juga mengenal tanaman rubia sebagai penghasil sagu dan ini merupakan makan sela keluarga.

3). Tanah untuk perladangan. Tanah yang diperuntukan bagi perladangan, ditanami dengan tanaman hortikultura atau tanaman jangka pendek berupa sayur-sayuran.

4). Tanah untuk pengembalaan. Tanah yang diperuntukan bagi pengembalaan ternak berupa kambing, sapi dan kerbau sekalian menjadi areal guna menanam tanaman tua berupa kelapa, kayu manis, karet dan atau pepohonan yang nantinya bermanfaat bagi keluarga atau marga dalam pembangunan rumah gadang.. Tanah untuk persiapan atau hutan belantara. Hutan belantara selain digunakan bagi kebutuhan kayu api juga berfungsi dalam menjaga keberadaan keanekaragaman berbagai tumbuh-tumbuhan obat- obatan serta berburu binatang.