OPTIMALISASI BUDAYA LITERASI MELALUI PENGEMBANGAN MODEL PROJECT BASED LEARNINGDALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
II. OPTIMALISASI BUDAYA LITERASI MELALUI PENGEMBANGAN MODEL PROJECT BASED LEARNINGDALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Permasalahan literasi di Indonesia perlu mendapat perhatian lebih terutama dalam dunia pendidikan. Genjotan dalam berliterasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya pemerintah telah mencanangkan program literasi yaitu mengawali pembelajaran dengan membaca 10 menit. Program tersebut harusnya disambut baik untuk dapat menumbuhkan kecintaan kembali dari kaum terpelajar dan masyarakat Indonesia terhadap kegiatan berliterasi. Gerakan tersebut selanjutnya menjadi kekuatan untuk dapat menciptakan mahasiswa sebagai agen of change dalam memajukan suatu bangsa. Oleh karena itu, generasi muda bertugas besar dalam meningkatkan kompetensi, kontribusi, produktivitas, serta kapasitas intelektualnya (Imam dalam Syahriyani, 2008).
Melalui budaya literasi, transferilmu pengetahuan dari satu negara ke negara yang lain dapat berjalan secaraoptimal. Selain itu, tanpa kemampuan membaca dan menulis, sebuah bangsatidak akan dipandang sebagai bangsa yang bermartabat. Oleh karenanya, permasalahn budaya literasi harus mendapat perhatian lebih.
Lemahnya budaya literasi dapat ditumbuhkan kembali melalui ranah pendidikan. Hal tersebut didasarkan pada proses pendidikan yang tidak terlepas dari kegiatan berliterasi sehingga sangat tepat untuk digunakan sebagai sarana menguatkan budaya literasi pada generasi muda. Literasi dalam hal ini tidak hanya mampu membaca, menulis, berbicara, dan kemampuan berpikir, tetapi juga menggunakan kemampuan tersebut untuk melakukan kegiatan sehari-hari sdi sekolah maupun di luar sekolah (Klein, dkk. 1991:2).
Proses menulis dibutuhkan informasi yang dapat digali dengan membaca. Kemampuan akan keaksaraan (tulisan) dan kewicaraan (lisan) menjadi modal utama seseorang untuk dapat mengungkapkan ide-idenya melalui tulisan (USAID, 2015:12). Keterampilan dalam menemukan informasi dapat ditunjukkan melalui kemampuan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan, kemampuan mengakses dan menemukan informasi, kemampuan mengevaluasi informasi dan menggunakan informasi secara efektif dan etis (American Library Association). Literasi dapat pula mengembangkan kepribadian diri dalam hal etika dan sikap.
Pentingnya literasi dalam mengembangkan kemampuan dan kepribadian seseorang menjadi alasan penting perlunya peningkatan budaya literasi dalam dunia pendidikan. Lemahnya kegiatan berliterasi dapat diatasi dengan dikembangkannya model project based learning dalam pembelajaran. Model Project Based Learning adalah model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis dan memberi rasa kemandirian belajar (Rais, 2010).
Project based learning menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan- kegiatan yang kompleks (Cord, 2001). Model ini berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (sentral) dari suatu disiplin, melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugasbermakna lainya, memberi peluang mahasiswa bekerja secara otonom mengonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya mahasiswa bernilai, dan realistik (Okudan & Sarah, 2004). Oleh karena itu, model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) memberikan dampak yang besar dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.
Buck Institute for Education (1999) menyebutkan beberapa hal terkait dengan karakteristik PjBL, antara lain: (a) mahasiswa sebagai pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja, (b) terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukansebelumnya, (c) mahasiswa sebagai perancang proses untuk mencapai hasil, dan (d) mahasiswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. Sejalan dengan hal tersebut, model PjBL dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan menulis karya tulis ilmiah bagi mahasiswa melalui pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi perkuliahan yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa dikarenakan pentingnya pembelajaran tersebut dalam mendukung budaya literasi yang memberikan andil besar dalam menciptakan generasi bangsa yang potensial (Musfiroh dan Listyorini, 2016). Namun, kondisi tersebut belum sejalan dengan
kini tengah mengalami kecenderungan delitenismedan bahkan dangkal dalam berpikir. Mahasiswa hanya cukup tahu tema umumtanpa mengetahui detail-detail informasi yang masuk. Salah satu indikator yangpaling mungkin dapat didiagnosis adalah adanya budaya plagiarisme yang merebah di kalangan terpelajar. Budaya plagiarisme
kenyataan.
Mahasiswa Mahasiswa
Dari paparan tersebut jelas bahwa literasi dapat dijadikan sebagai tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Robert A.Day (dalam Musfiroh dan Listyorini, 2016 ) mengatakan:“Scientist are measured primarilynot by their dexterity in laboratorymanipulations, not by their innateknowledge of their board or narrowscientific subjects, and certainly not bytheir wit or charm; they are measured,and become known (or remainedunknown) by their publications.” Dengan demikian, budaya literasi perlu dioptimalkan untuk membangun bangsa yang beradab.