Menentukan Kondisi Pemotongan Optimum dengan menggunakan Response Surface Metodology

………………………………………………….4.6 Dari persamaan diatas maka dapat dilihat hasil umur pahat dari experiment dengan nilai model umur pahat taylor seperti Tabel 4.6 dibawah ini: Tabel 4.6 Nilai Model Umur pahat No vmmin fmmrev amm VB Tc1 VBc Tc2 Model 1 200 0.1 0.3 0.31 32.1 0.01 12.94 11.3319 2 200 0.1 1 0.14 5.79 0.02 5.17 8.42702 3 200 0.15 0.3 0.16 8.16 0.02 6.38 6.82634 4 225 0.1 0.7 0.14 8.39 0.02 7.43 5.5597 5 225 0.125 0.7 0.3 6.64 0.05 2.78 4.24426 6 225 0.125 1.1 0.2 7.35 0.03 4.69 3.79764 7 225 0.16 0.7 0.2 6.98 0.03 4.36 3.11738 8 250 0.1 0.3 0.3 9.6 0.03 4 4.53895 9 250 0.1 1 0.21 5.82 0.04 3.46 3.30105 10 250 0.15 0.3 0.1 1.87 0.05 2.33 2.67403

4.5 Menentukan Kondisi Pemotongan Optimum dengan menggunakan Response Surface Metodology

Universitas Sumatera Utara Response surface methodology RSM adalah sekumpulan metode matematika dan teknik-teknik statistik yang bertujuan untuk membuat model dan melakukan analisis mengenai respons umur pahat Tc yang dipengaruhi oleh beberapa variable V, f dan a. kondisi pemotongan optimum menggunakan perangkat lunak komersil seperti pada Tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7 Data perkiraan Metode RSM vmmin fmmrev amm Tcmin 1 200 0.1 0.3 11.3319 2 250 0.1 0.3 4.53895 3 200 0.15 0.3 6.82634 4 250 0.15 0.3 2.67403 5 200 0.1 1 8.42702 6 250 0.1 1 3.30105 7 200 0.15 1 5.07645 8 250 0.15 1 1.98856 9 182.955 0.125 0.7 10.1186 10 267.045 0.125 0.7 2.06687 11 225 0.1 0.7 5.5597 12 225 0.16 0.7 3.11738 13 225 0.125 0.7 4.24426 14 225 0.125 1.1 3.79764 15 225 0.125 0.7 4.24426 16 225 0.125 0.7 4.24426 17 225 0.125 0.7 4.24426 18 225 0.125 0.7 4.24426 Universitas Sumatera Utara 19 225 0.125 0.7 4.24426 20 225 0.125 0.7 4.24426 Selanjutnya data pada Tabel 4.7 diatas diolah dan dihitung untuk mendapatkan persamaan orde dua menggunakan perangkat lunak komersial. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa respon Tc hanya ditentukan secara signifikan oleh pengaruh linear dan kuadratik dari variable bebas V, f, a, V 2 , f 2 , a 2 persamaan orde dua umur pahat Tc selengkapnya adalah: Tc= 129.192 – 0.710 V-392.133 a +0.001 V 2 + 435.805 f 2 + 2.058 a 2 +0.956Vf +0.040Va+23.770fa ………………………………………4.7 Universitas Sumatera Utara Dengan uji parameter pengaruh faktor dan anilisis varian anava sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan 4.9 dibawah ini: Tabel 4.8 Uji Parameter Koofisien Regeresi Umur Pahat Predictor Coef SE Coef T P Constant 129.192 3.6255 35.634 0.000 V -0.710 0.0253 -28.091 0.000 f -392.133 27.0773 -14.582 0.000 a -16.976 1.4297 -11.873 0.000 VV 0.001 0.0001 19.918 0.000 ff 435.805 86.3944 5.044 0.001 aa 2.058 0.4717 4.364 0.001 Vf 0.956 0.0694 13.777 0.000 Va 0.040 0.0049 8.147 0.000 fa 23.770 4.9435 4.808 0.001 Dari Tabel 4.8 diatas dapat dianilisis bahwa interaksi antara laju pemotongan V versus umur pahat Tc pada laju pemakanan f tertentu diperlihatkan pada gambar 4.5 dan 4.6 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5 Interaksi laju pemotongan V dan laju pemakanan f versus umur pahatTc Gambar 4.6 Interaksi laju pemotongan V dan kedalaman potong a versus umur pahat Tc Universitas Sumatera Utara bahwa semakin besar nilai laju pemakanan maka umur pahat semakin rendah pada kondisi maksimum V=250 dan f = 0.15 dalam waktu 2.3 menit. Selain itu interaksi antara laju pemotongan V versus umur pahat Tc pada kedalaman potong tertentu diperlihatkan bahwa pada kondisi maksimum V=250 dan a = 0.1 dalam waktu 2.6 menit. Oleh karena itu diperlihatkan bahwa pengaruh laju pemotongan V dan laju pemkanan f berpengaruh dalam menentukan umur pahat. Tabel 4.9 AnavaUmur Pahat Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Regression 9 116.757 116.7570 12.97300 862.56 0.000 Linear 3 104.567 15.2179 5.07262 337.27 0.000 Square 3 7.989 7.9809 2.65530 176.88 0.000 Interaction 3 4.200 4.2005 1.40015 93.09 0.000 Residual Error 10 0.150 0.1504 0.01504 Lack-of-Fit 4 0.150 0.1504 0.03755 Pure Error 6 0.000 0.0000 0.00000 Total 19 116.907 Dari anilisis varian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel anava dari persamaan Tabel 4.9 diperoleh nilai P lebih kecil dari 0.05, ini berarti bahwa persamaan dapat diterima untuk mempersentasikan hubungan antara kondisi pemotongan atau variable bebas laju pemotongan V, laju pemakanan f dan kedalaman potong a dengan respon variable terikat umur pahat Tc. Kontur dan permukaan respon umur pahat Tc terhadap laju pemotongan V dan laju pemakanan f dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan 4.8 berikut ini Universitas Sumatera Utara 10.5 9.0 7.5 6.0 4.5 3.0 v f 260 250 240 230 220 210 200 190 0.16 0.15 0.14 0.13 0.12 0.11 0.10 a 0.7 Hold Values Contour Plot of Tc vs f, v Gambar 4.7 Plot kontur Tc vs V dan f 0.16 12 0.14 9 6 3 275 0.12 250 225 0.10 200 T c f v a 0.7 Hold Values Surface Plot of Tc vs f, v Gambar 4.8 Plot permukaan Tc vs V dan f Kondisi pemotongan optimum adalah pada puncak maksimum kurva plot permukaan umur pahat atau berada pada daerah yang Countur paling kecil Gambar 4.7. Kemudian dengan kurva Respons Optimally kondisi pemotongan pada kurva tersebut dapat dijelaskan sebagaimana terlihat pada Gambar 4.9 dan 4.10 berikut ini ; Universitas Sumatera Utara Cur High Low 1.0000 D Optimal 0.30 1.10 0.10 0.160 .955 .045 [ 225.0] [ 0.1480] [ 1.10] 182 267 f a v d = 1.0000 Targ: 3.0 Tc y = 3.0 1.0000 Desirability Composite Gambar 4.9 Kurva Respons optimally Terhadap V, f, dan a pada kondisi pemotonganV=225 mmin, f=0.148mmrev dan a=1.10 mm Cur High Low 1.0000 D Optimal 0.30 1.10 0.10 0.160 182.9550 267.0450 [ 200.8688] [ 0.160] [ 1.10] f a v d = 1.0000 Targ: 4.50 Tc y = 4.50 1.0000 Desirability Composite Gambar 4.10 Kurva Respons optimally Terhadap V, f, dan a pada kondisi pemotonganV=200 mmin, f=0.16mmrev dan a=1.10 mm Dari hasil anilisis diatas dengan menggunakan kurva Respons Optimally Gambar 4.7 dan 4.8 dapat diperoleh kondisi pemotongan pada Tabel 4.9 dibawah ini: Tabel 4.10 Kondisi Pemotongan Optimum V F A Tc Universitas Sumatera Utara mmin mmrev mm min 225 0.148 1.1 3.07485 200 0.16 1.1 4.57448 Dari Table 4.10 diatas dapat dilihat bahwa kondisi pemotongan optimum yang dilakukan pada pemesinan laju tinggi yang memotong bahan berkekerasan tinggi AISI 4140 55 HRC yang dilakukan pada konsep pemesinan kering menggunakan pahat CBN terjadi pada kondisi pemesinan minimum V: 200 mmin, f: 0.16mm dan a:1.1 mm dan kondisi maksimum adalah V:225 mmin, f: 0.148 mm dan a: 1.1 mm. Dari kondisi pemtongan optimum yang direkomendasikan dapat diketahui bahwa umur pahat Tc adalah 3 - 4.57 min, kondisi ini berarti merekomendasikan bahwa umur pahat minimal 3 menit pada keausan tepi VB=0.125 mm. Oleh karena itu perlu dibuktikan dengan melihat laju pembuangan geram, untuk laju pembuangan geram MRR dan volume geram Qc yang terbuang dapat dilihat dari turunan persamaan 2.6, persamaannya adalah: MRR=V.f.a cm 3 min……………………….………………..4.7 Qc=MRR.Tc cm 3 ………………………….…………………4.8 Tabel 4.11 Laju Pembuangan Geram dan Volume Geram Yang Terbuang V F A MRR Tc Qc mmin mmrev mm cm3min min cm3 Response surface methodology 225 0.148 1.1 36.63 3.07485 112.632 Universitas Sumatera Utara 200 0.16 1.1 35.2 4.57448 161.022 Percobaan 225 0.125 1.1 30.9375 4.69 145.097 200 0.1 1 20 5.17 103.4 Pada Tabel 4.11 laju pembuangan geram dan volume geram yang terbuang kondisi pemotongan optimum dengan menggunakan response surface methodology pada laju pemotongan 225 terlihat laju pembuangan geram lebih kecil dibanding dengan hasil percobaan, sedangkan pada kondisi laju pemotongan 200 laju pembuangan geram lebih besar. Dalam hal ini kondisi pemotongan optimum yang yang paling tepat dengan hasil percobaan adalah pada laju pemotongan 200 mmin laju pemakanan 0.16 mmrev dan kedalaman potong 1.1 mm. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN