Pelindung Bertempur KAUM SAMURAI DI JEPANG

Yari tidak pernah dilontarkan, tombak digunakan murni sebagai senjata tangan. Seorang anggota pasukan tombak hanya akan melepaskan senjatanya dan mencabut pedang jika gagang tombaknya patah, tombaknya hilang, atau tidak tersedia ruang gerak yang cukup.  Senapan Senapan lantak yang diperkenalkan orang Portugis pada tahun 1542 menjadi terkenal dengan nama tanegashima mengambil nama pulau tempat orang Portugis mendarat dan pertama kali memamerkan senjata itu atau teppo. Senjata ini dengan cepat dipelajari oleh para pandai besi pembuat pedang, yang melakukan beberapa modifikasi dan selanjutnya dengan amat cepat mampu memproduksi senapan. Meskipun senapan jelas – jelas punya potensi, banyak keluarga lama menganggap senjata ini tidak patut bagi samurai.

3.2 Pelindung

 Helm Kabuto helm adalah salah satu bagian baju tempur samurai yang paling mudah dikenali. Para petarung ingin menonjol di tengah keramaian, dan penambahan hiasan pada helm yang pada dasarnya berbentuk seragam atau standard merupakan cara termudah untuk melakukan itu. Universitas Sumatera Utara  Pelindung Tubuh Baju tempur model lama bergantung di pundak, dan seluruh bobotnya ditanggung oleh lempeng pelindung bahu. Sekitar tahun 1450, pelindung batang tubuh mulai dibuat menyempit dibagian pinggang, tempat tali pengikatnya dapat dikencangkan. Meskipun kehilangan sebagian keleluwesan, baju tempur model baru ini lebih nyaman dikenakan. Model yang lebih merapat ke tubuh itu bertumpu pada pinggul, dan dengan demikian menjadi dikenal dengan sebutan tachi do, atau pelindung batang tubuh yang berdiri.  Pelindung Lain Ada berbagai jenis kote atau pelindung lengan. Tipe yang paling umum adalah kote dengan belat. Jumlah belat berkisar antara tiga lebar dan kadang – kadang tapi tidak selalu tumpang-tindih dan duapuluh lebih sempit dan tumpang-tindih. Bentuk belat mungkin rata hirashino atau agak cekung kamisorishino.

3.3 Bertempur

Mengingat beratnya kondisi medan di Jepang yang bergunung – gunung serta tiadanya alat bantu seperti kereta barang, bertempur dan memasok perbekalan ke kancah pertempuran disana agaknya lebih sulit dibandingkan di tempat – tempat lain. Makanan pokok bagi prajurit yang sedang berada di medan perang adalah beras, sama seperti di rumah. Meskipun ransumnya sederhana, ia berusaha melengkapinya dengan apapun yang tersedia. Apabila ada sungai yang berdekatan, ia akan berusaha menangkap ikan, atau Universitas Sumatera Utara mungkin ia akan membuat sup dari kaldu ikan ditambah dengan lalapan dan sayur apapun yang dapat dikumpulkan. Selain itu juga selalu ada persediaan acar sayur – sayuran yang dibawa oleh para pengangkut barang. Para prajurit menganggap daging babi, daging babi hutan, dan daging kelinci sebagai makanan stamina yang membantu mereka menambah tenaga. Para samurai harus puas dengan naungan apapun yang dapat mereka temukan. Para jenderal dan bangsawan menggunakan kuil –kuil sebagai tempat menginap bagi diri mereka beserta staf, sementara para pengawal, pelayan, dan prajurit biasa tidur di banguna sekitar, di kandang, di bawah pohon, di rumah penduduk, atau di udara terbuka. Demi mengurangi barang bawaan, baju tempur hampir selalu dikenakan. Operasi yang panjang pada musim panas dengan cepat menjadi tidak nyaman, dan baju tempurpun menjadi tempat bersarangnya kutu dan binatang pengganggu lainnya. Untuk mengatasi masalah itu, baju tempur kadang – kadang digantung di atas api pembakaran kayu basah dan diasapi. Mengingat kondisi medan kepulauan Jepang yang bergunung – gunung, kereta barang, gerobak, bahkan kendaraan beroda jenis apapun nyaris tidak ditemui di luar daerah perkotaan. Akibatnya, pengangkutan perbekalan dan perlengkapan menjadi tugas sejumlah besar kuda beban, dan para samurai sendiri. Pertarungan yang maju ke medan laga tidak hanya membawa senjata. Pada umumnya dia membawa persediaan makanan, pakaian, perlengkapan, dan obat – obatan untuk dirinya sendiri, di samping menjadi tenaga pengangkut perbekalan pasukan. Orang – orang yang mengalami cedera terpaksa dirawat di medan laga, tidak ada cara mengevaluasi mereka ke belakang garis pertahanan. Seusai pertempuran, setelah mendapatkan Universitas Sumatera Utara sedikit perawatan medis, harapan terbaik seseorang yang mengalami luka serius adalah ditarik mundur dari pertempuran dan dibiarjan beristirahat di kuil atau rumah sampai membaik. Mereka yang hanya terluka ringan harus menjalani pemulihan di medan laga bersama rekan – rekan mereka. Nyaris tidak ada perawatan medis professional, kecuali bagi kalangan atas. Akibatnya muncul banyak cara pengobatan sederhana untuk mengatasi keluhan – keluhan yang umum terjadi. Contohnya dengan menggunakan air seni sendiri. Air seni dipanaskan dan dioleskan secara langsung kepada luka untuk mengurangi nyeri. Air seni juga berkhasiat sebagai penawar racun tertentu jika diminum. Selain itu, pasukan yang sedang bergerak sedapat mungkin di sumber – sumber air panas, terutama sehabis bertempur, untuk memanfaatkan air panas yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai keluhan.

3.4 Pelatihan