sumbangan-sumbangan paksaan. Institusi yang terkait ditentukan dengan keanggotaan paksaan. Karena itu institusi-institusi tersebut tidak mempunyai
kualitas moral organisasi yang bersifat sukarela. Orang yang terlibat dalam organisasi-organisasi seperti ini adalah mereka yang melaksanakan
tanggungjawab pribadi untuk diri sendiri dan orang lain.Semboyan umum semua birokrat adalah perlindungan sebagai ganti tanggungjawab.
Carl Horber mengatkan, Pada akhirnya tidak ada yang bertanggungjawab atas dampak-dampak dari penagaruh politik terhadap
keamanan sosial. Akibatnya ditanggung oleh pembayar pajak dan penerima jasa.
d
Tanggung jawab terhadap orang lain Setiap manusia mempunyai kemungkinan dan di banyak situasi juga
kewajiban moral atau hukum untuk bertanggungjawab terhadap orang lain. Secara tradisional keluarga adalah tempat dimana manusia saling memberikan
tanggung jawabnya. Si orang tua bertanggungjawab kepada anaknya, anggota keluarga saling tanggungjawab. Anggota keluarga saling membantu dalam
keadaan susah, saling mengurus di usia tua dan dalam keadaan sakit. Ini khususnya menyangkut manusia yang karena berbagai alasan tidak mampu
atau tidak mampu lagi bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri secara penuh. Ini terlepas dari apakah kehidupan itu berbentuk perkawinan atau
tidak. Tanggungjawab terhadap orang lain seperti ini tentu saja dapat diterapkan di luar lingkungan keluarga. Bentuknya bisa beranekaragam. Yang
penting adalah prinsip sukarela –
pada kedua belah pihak. Pertanggungjawaban manusia terhadap dirinya sendiri tidak boleh digantikan
dengan perwalian. e
Tanggungjawab dan risiko Dalam masyarakat modern orang berhadapan dengan berbagai risiko.
Risiko itu bisa membuat orang sakit dan membutuhkan penanganan medis yang sangat mahal. Atau membuat orang kehilangan pekerjaan dan bahkan
harta bendanya. Ada berbagai cara untuk mengamankan dari risiko tersebut, misalnya dengan asuransi. Untuk itu tidak diperlukan organisasi pemerintah,
melainkan hanya tindakan setiap individu yang penuh tanggungjawab dan bijaksana.
13
B. Pengertian Rumah Sakit
1.
Pengertian Rumah Sakit
13
Yoga Triwasono, Artikel Tanggung Jawab, diakses 20 Februari 2013
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Industri jasa service industry saat ini berkembang dengan sangat cepat. Persaingan yang terjadi saat ini sangat kompetitif dalam bidang industry
ini. Pelayanan yang diberikan antara satu penyedia jasa service provider dengan pemberi jasa lainnya sangat bervariatif yang sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan konsumennya. Salah satu industri jasa yang berkembang dengan sangat cepat di Indonesia adalah industri jasa rumah sakit, baik rumah
sakit milik pemerintah maupun milik swasta bahkan milik asing.
14
Muninjaya mengatakan bahwa, rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan publik kesehatan yang harus memenuhi kriteria availability,
appropriateness, continuity sustainability, acceptability, affordable, dan quality.
15
Menurut Siregar menyatakan bahwa, rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus dan rumit,
dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personil terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern,yang semuanya terkait
bersama-sama dalam maksud yang sama,untuk pemulihan dan pemliharaan kesehatan yang baik.
16
Menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit. Rumah sakit adalah instutusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
17
14
Soedarmono Soejitno, Ali Alkatiri, Emil Ibrahim, Reformasi Perumahansakitan Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002, hlm. 34
15
A.A Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 2004, hlm. 14
16
Ikhsan, Arfan, Manajemen Rumah Sakit, Bandung: Graha Ilmu, 2010, hlm. 7
17
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
Pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat yang dimaksud adalah, sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi
pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang
rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya
penderita harus menginap.
18
b. Pelayanan rawat jalan adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran.
Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk
rawat inap.
19
c. Pelayanan gawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang
dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya
Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal
rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien serta di rumah perawatan.
. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Unit Gawat Darurat. Tergantung dari
kemampuan yang dimiliki, keberadaan unit gawat darurat UGD tersebut dapat beraneka macam, namun yang lazim ditemukan adalah yang
tergabung dalam rumah sakit.
20
18
Jauhari, Analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan beban kerja di instalasi rawat inap rumah sakit umum, Medan: PPS - USU Administrasi dan kebijakan kesehatan, 2005, hlm.
32
19
Asmuni, Suarni, waktu tunggu pasien pada pelayanan rekam medis rawat jalan di rumah sakit, Bandung: Bina Cipta, 2008, hlm. 26
20
Ibid., hlm. 20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Hak Rumah Sakit
Hak rumah sakit adalah kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki rumah sakit untuk mendapatkan atau memutuskan untuk membuat sesuatu.
Dalam Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, hak rumah sakit diatur dalam Pasal 30 yaitu: Setiap Rumah Sakit mempunyai hak:
a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit;
b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan;
d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian; f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan; g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan h. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit
yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan. Rumah sakit berhak atas segala sesuatu yang berhak didapatkan dan
diperolehnya. Imbalan jasa merupakan balasan jasa yang diberikan pihak pasien sebagai konsumen yang merupakan kewajiban pasien. Imbalan jasa
yang diberikan dapat menjadi sebagai pendorong semangat untuk bekerja bagi para tenaga medis dan meningkatkan kinerja perawat. Hal tersebut dapat
mempengaruhi dalam faktor individu yang terdiri dari kemampuan dan keterampilan, faktor psikologi terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan
motovasi, sedangkan faktor organis berefek tidak langsung terhadap perlaku
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan kinerja individu yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan dan struktur.
21
Apabila Pasien yang tidak membayar imbalan jasa yang sesuai dengan pemakaian, maka pihak rumah sakit berhak menggugat pihak yang
mengakibatkan kerugian. Hal tersebut merupakan perbuatan melawan hukum yang merugikan pihak lain atau disebut wanprestasi. Dalam Pasal 1365
KUHPerdata menyatakan: “Setiap perbuatan melawan hukum yang oleh karena itu menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang
karena kesalahannya menyebabkan kerugian tersebut mengganti kerugian”. Oleh karena itu, pihak rumah sakit berhak melakukan gugatan kepada pasien
yang melakukan wanprestasi. Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada
publik yang berkaitan dengan rahasia kedokteran. Pasien danatau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan menginformasikannya melalui media massa,
dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum. Penginformasian kepada media massa memberikan kewenangan kepada
Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit.
22
21
Ikhsan, Arfan, Ida Bagus Agung Dharmanegara, Akuntansi dan manajemen keuangan rumah sakit, Medan:
Graha Ilmu, 2010, hlm. 16
22
Ibid., hlm. 19
Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien danatau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan
yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif. Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas
dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia. Rumah Sakit bertanggung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
23
3. Tujuan dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit diselenggarakan berdasarkan pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak dan antidiskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
24
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan; Tujuan pengaturan
penyelenggaraan rumah sakit adalah sebagai berikut:
b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia dirumah sakit; c.
Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; d.
Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit.
Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, fan rehabilatif. Untuk menjalankan
tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi:
25
23
Penjelasan Pasal 30 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
24
Ikhsan, Arfan, Ida Bagus Agung Dharmanegara, Op.cit., hlm 2
25
Ibid.,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit. b.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis. c.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan,
dan d.
Penyelenggaraan peneletian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
C. Pengertian Pelaku Usaha