3. Lingkup Penugasan
Akuntan forensik harus memahami dengan baik penugasan yang diterimanya. Ia harus mengkaji penugasan itu dengan teliti untuk
menentukan apakah penugasan dapat diterimasecara professional, dan apakah ia mempunyai keahlian yang diperlukan atau dapat memperoleh
sumberdaya yang mempunyai keahlian tersebut. Lingkup penugasan ini dicantumkan dalam kontrak.
3.1 Keandalan Informasi
akuntan forensik harus menelaah sistem yang menghasilkan informasi yang akan dipergunakannya, untuk memastikan keandalan
reability dan integritas dari informasi tersebut, dan keamanan, serta pengamanan informasi tersebut.
3.2 Kepatuhan Terhadap Kebijakan. Rencana, Prosedur, dan Ketentuan
Perundang-undangan. Akuntan forensik harus menelaah sistem yang dikembangkan untuk
memastikan terlaksananya kepatuhan terhadap kebijakan, rencana danprosedur yang berlaku di lembaga tersebut, dan kepatuhan
terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang berlakudi lembaga tersebut, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
3.3 Pengamanan Aset
Akuntan forensik harus menelaah cara-cara pengamanan asset, termasuk manajemen resiko atas asset tersebut.
3.4 Penggunaan Sumberdaya Secara Efisien dan Ekonomis
Akuntan forensik harus menilai apakah sumberdaya di lembaga tersebut dipakai secara efisien, efektif dan ekonomis, termasuk sikap
kehati-hatian manajemen dalam mengelola sumberdaya itu. Akuntan forensik harus menelaah kegiatan operasi, program dan
proyek untuk memastikan apakah pelaksaan dan hasilnya sesuai dengan tujuan dan sasaran.
4. Pelaksanaan Tugas Telaahan
Pelaksanaan tugas akuntansi forensik harus meliputi: 4.1
Perumusan masalah dan evaluasinya Dalam tahap ini, Akuntan forensik yang dibantu oleh mereka yang
punya keahlian dalam masalah yang dihadapi, mengumpulkan sebanyak mungkin fakta dan peristiwa mengenai situasi yang
mempunyai potensi fraud secara informal. Ini meliputi 1 penentuan bagaimana potensi terjadinya masalah diketahui dan 2 bagaimana
masalah itu dikomunikasikan, dan dugaan dimana serta kapan hal itu terjadi. Catatan: akuntan forensik tidak melakukan kegiatan yang
mengada-ada. Ia membuat prediction, atau rekaan mengenai masalah yang dihadapi. Harus ada alasan bagi akuntan forensik melibatkan
diri dalam suatu masalah.
4.2 Perencanaan
Dalam rencana ditentukan tujuan serta sasaran dari penugasan in. juga dibuat rencana mengenai jumlah dan jenis kehalian yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dibutuhkan, sedapat mungkin dengan mengidentifikasi orangnya. Rencana harus fleksibel, dengan cepat jadwal diubah apabila situasi
dilapangan berubah.
4.3 Pengumpulan Bukti
Akuntan forensik bersama timnya melaksanakan apa yang direncanakan untuk mengumpulkan bukti berkenaan dengan dugaan
fraud.
4.4 Evaluasi Bukti
Akuntan forensik bersama timnya harus menganalisis dan menginterpretasikan bukti-bukti yang dikumpulkan. Tentukan apakah
masih ada data yang harus dikumpulkan, atau ada data yang harus ditindak lanjuti untuk mencapai kesimpulan yang benar.
4.5 Komunikasikan Hasi Penugasan
Akuntan forensik bersama timnya harus meringkas evaluasi atas bukti-bukti yang dikumpulkan ke dalam laporan. Laporan berisi fakta
dan kesimpulan. Akuntan forensik harus mempunyai kemampuan menyajikan laporannya secara lisan.
4.5 Kendala Dalam Pelaksanaan Fungsi Akuntan Forensik, Pengacara dan Hakim Dalam Mengungkapkan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia
Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian
korupsi diatas yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi kelompok keluarga golongannya sendiri. Faktor-faktor secara umum yang menyebabkan
seseorang melakukan tindakan korupsi antara lain yaitu :
1.
Kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi.
2.
Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.
Kolonialisme, suatu pemerintahan asing tidaklah menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.
4.
Kurangnya pendidikan.
5.
Adanya banyak kemiskinan.
6.
Tidak adanya tindakan hukum yang tegas.
7.
Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi.
8.
Struktur pemerintahan.
9.
Perubahan radikal, suatu sistem nilai yang mengalami perubahan radikal, korupsi muncul sebagai penyakit transisional.
10.
Keadaan masyarakat yang semakin majemuk.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi yang dikenal dengan GONE Theory, yang meliputi:
•
Greeds keserakahan : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
•
Opportunities kesempatan : berkaitan dengankeadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga
terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.
•
Needs kebutuhan : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya
yang wajar.
•
Exposures pengungkapan : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku
diketemukan melakukan kecurangan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berkaitan dengan pelaksanaan audit investigatif yang dilakukan oleh akuntan forensik, terdapat beberapa hal yang menghambat dan mempengaruhi
penyelesaian suatu tindak pidana korupsi antara lain: 1.
Penanganan kasus yang masih terdesentralisasi, termasuk BPK dan BPKP dimana hasil pemeriksaan yang mengandung indikasi tipikor
harus diserahkan ke BPK atau BPKP pusat baru dilimpahkan ke Kejagung, Mabes Polri. Seharunsnya dari BPK atau BPKP perwakilan
dapat melimpahkan ke kejaksaan tinggi atau kejaksaan negeri, Penyidik Polda dan atau Polres.
2. Kerjasama dengan pihak terkait masih belum optimal. Masyarakat dan
lembaga lain yang menemukan penyimpangan pada lembaga pemerintah yang berindikasi kerugian negara masih segan untuk melaporkan
permasalahan yang diketahui. 3.
Pendidikan dan pelatihan audit investigatif yang dilakukan akuntan forensik atau auditor investigatif saat ini masih belum maksimal. Namun
hal ini belum diikuti oleh kebijakan pendidikan dan pelatihan bidang akuntansi forensik atau audit investigatif. Akuntan forensik atau auditor
investigatif di Indonesia masih sangat minim. Terutama yang bergelar CFE Certified Fraud Examiners
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selanjutnya beberapa hal yang menyebabkan mengapa korupsi di Indonesia sulit diberantas antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mental pegawai yang lemah, yang menyebabkan mereka tidak takut
untuk mengambil sesuatu yang bukan merupakan hak miliknya. Mereka tidak peduli untuk menyalahgunakan jabatan atau posisinya demi
kepentingan pribadi. 2.
Kekacauan manajemen keuangan di Indonesia yang disebabkan karena: 1.
Penyelenggaraan sejumlah kegiatan publik diluar mekanisme APBN.
2. Dipeliharanya sejumlah dana publik diluar APBN.
3. Kehadiran sejumlah lembaga semipublic-semiprivat dalam
lingkungan pemerintahan. 3.
Adanya diskriminasi penindakan terhadap tindak pidana korupsi. Hanya kelas teri yang terjaring pasal pidana korupsi, sementara kelas kakap
didera dengan mutasi, maksimal diberhentikan dengan tidak terhormat. Kecurangan terutama korupsi biasanya tidak berhasil dalam organisasi
dimana terdapat sistem pengendalian intern yang kuat dan karyawan sadar bahwa pengendalian tersebut berfungsi untuk menemukan kecurangan. Kecurangan
tampaknya lebih mungkin terjadi pada saat sistem pengendalian internal dikesampingkan oleh pihak yang berada dalam suatu organisasi. Berikut adalah
beberapa jenis pengendalian control:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Berdasarkan pelakunya:
- Pengendalian preventif, dimaksudkan untuk mencegah kejadian yang
tidak diinginkan.
- Pengendalian detektif, dimaksudkan untuk menentukan kapan suatu
kejadian yang tidak diinginkan terjadi.
- Pengendalian korektif, adalah untuk memberikan informasi yang
diperlukan untuk memperbaiki kejadian yang buruk. b.
Berdasarkan lingkungan teknologi informasi:
- Pengendalian umum, adalah pengendalian atas segala aktifitas dan
sumber daya computer yang dipakai dalam pengembangan sistem informasi, pelaksanaan proses dan fungsi-fungsi pendukung lainnya.
- Pengendalian aplikasi, adalah pengendalia dalam suatu aplikasi
tertentu untuk menjamin adanya proses yang akurat dan handal. Pengendalian ini mencakup data input, pemprosesan data, dan output
yang dihasilkan aplikasi tersebut. Dalam Tunggal 2010,25 komponen pengendalian internal menurut
laporan COSO Committee Sponsoring Organizations terdiri dari lima komponen yang saling terkait, yaitu:
a. Lingkungan pengendalian the control environtment menentukan corak
suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang- orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua
komponen pengendalian internal, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran risiko risk assessment adalah identifikasi entitas dan analisi
atas risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Aktivitas pengendalian control activities adalah kebijakan dan
prosedur yang membantu meyakinkan bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
d. Informasi dan komunikasi information and communication adalah
pengidentifikasian, pemahan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggungjawab mereka.
e. Pemantauan monitoring adalah proses yang menilai mutu kinerja
pengendalian internal sepanjang waktu.
4.6 Bentuk Pelaksaan Akuntansi Forensik Dalam Menginvestigasi dan Mengungkapkan Kasus Korupsi di Indonesia
Kasus BLBI
Salah satu bentuk peranan akuntansi forensik dalam penyelesaian kasus korupsi adalah pada kasus BLBI Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Kasus
BLBI berawal dari krisis ekonomi pada tahun 1997 yang menyebabkan jatuhnya nilai rupiah terhadap mata uang asing. Untuk mengurangi tekanan terhadap
rupiah, Bank Indonesia mulai melakukan pengetatan likuiditas dengan menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI dari 6 menjadi 14. Akibatnya
bank-bank umum meminta bantuan BI sebagai lender of the last resort yang merujuk pada kewajiban BI untuk memberikan bantuan kepada bank dalam situasi
darurat. Dana talangan inilah yang disebut Bantuan Likuiditas Bank Indonesia atau yang dikenal dengan BLBI. Bantuan tersebut diberikan kepada semua bank
tanpa melakukan pre-audit untuk mengetahui apakah bank tersebut benar-benar membutuhkan bantuan likuiditas. Akibatnya, banyak bank yang tidak mampu
mengembalikan dana BLBI tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kasus ini menjadi sorotan publik karena menyangkut dana yang sangat besar jumlahnya yang mencapai angka Rp 702,5 Triliun dan penerima dana
tersebut adalah para konglomerat pada masa orde baru yang menguasai perekonomian nasional.
Kasus BLBI termasuk kejahatan korupsi. Karena mengandung unsur-unsur korupsi seperti penyuapan, salah satunya adalah disuapnya ketuan tim jaksa kasus
BLBI, Urip Tri Gunawan oleh Syamsul Nursalim yang merupakan obligator dari BDNI terkait BLBI. Penyuapan tersebut dilakukan agar Syamsul terlepas dari
kasus korupsi yang mnejeratnya. Unsur korupsi lainnya yaitu memperkaya diri sendiri yang menyebabkan kerugian negara.
BPK sebagai Badan Pemeriksa Keuangan negara memiliki prestasi yang layak di apresiasi dalam melakukan audit forensik, yaitu dengan melakukan audit
investigasi terhadap penyaluran Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, maupun aliran dana Bank Indonesia ke sejumlah pejabat. Dengan bantuan software khusus
audit, BPK mampu mengungkap penyimpangan BLBI sebesar Rp84,8 Trilyun atau 59 dari total BLBI sebesar Rp144,5 Trilyun yang mengakibatkan beberapa
mantan petinggi bank swasta nasional diadili dan beberapa pejabat Bank Indonesia sendiri serta beberapa anggota DPR. Kasus ini terus mencuat dan
mantan gubernur BI dan pejabat terkait pun diperiksa dan di adili.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.5 Kesimpulan