Peran Auditor Independen Dalam Melakukan Pemeriksaan Laporan Keuangan Perseroan Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Pemegang Saham Dari Itikad Buruk Direksi

(1)

PERAN AUDITOR INDEPENDEN DALAM MELAKUKAN

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN SEBAGAI

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM DARI

ITIKAD BURUK DIREKSI

TESIS

OLEH

OMAR AKBAR A.P

117005069 / HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERAN AUDITOR INDEPENDEN DALAM MELAKUKAN

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN SEBAGAI

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM DARI

ITIKAD BURUK DIREKSI

TESIS

(Disusun Untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum Pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara)

Oleh :

OMAR AKBAR A.P

117005069 / HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL TESIS :

PERAN AUDITOR INDEPENDEN DALAM

MELAKUKAN PEMERIKSAAN LAPORAN

KEUANGAN PERSEROAN SEBAGAI UPAYA

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG

SAHAM DARI ITIKAD BURUK DIREKSI

NAMA MAHASISWA : OMAR AKBAR A.P.

NOMOR POKOK : 117005069

PROGRAM STUDI : MAGISTER ILMU HUKUM

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Ketua

(Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum)

(Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN, M.Hum)

Anggota Anggota

(Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH.) (Prof. Dr. Runtung , SH,. M.Hum)

Tanggal Lulus : 28 Agustus 2014 Telah diuji pada


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum.

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum 2. Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum

3. Dr. Utary Maharani Barus, SH., M.Hum 4. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum


(5)

ABSTRAKSI

Direksi selaku pengurus dan pengelola perusahaan memiliki kewajiban untuk membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban direksi kepada pemegang saham. Audit atas laporan keuangan berfungsi untuk menjamin isi laporan tersebut telah disajikan dengan keadaan yang sebenarnya dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penyajian laporan keuangan yang benar merupakan upaya perlindungan kepentingan pemegang saham suatu perusahaan. Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan audit dalam perundang-undangan di Indonesia, bagaimana kedudukan, tugas dan tanggung jawab auditor dalam melakukan pemeriksaan perseroan serta bagaimana peran auditor dalam melindungi kepentingan pemegang saham.

Metode yang digunakan di dalam penulisan tesis ini adalah penelitian yuridis normatif dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kepustakaan yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Peraturan perundang-undangan telah mengatur pelaksanaan audit atas laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan di Indonesia yang bertujuan sebagai salah satu upaya menjamin kewajaran laporan keuangan. Auditor dalam melaksanakan pemeriksaan perseroan merupakan pihak yang ahli dan profesional yang menyediakan jasanya untuk mengumpulkan bukti audit sebagai pendukung dalam menyatakan pendapat atas kewajaran suatu laporan tahunan dan laporan keuangan. Auditor bertanggung jawab baik secara profesi, pidana dan administrasi serta secara perdata atas pendapat yang diberikannya jika mengakibatkan kerugian kepada pihak lain.

Penyajian laporan keuangan yang benar dan tidak menyesatkan merupakan bentuk itikad baik direksi dalam menjalankan pengurusan perseroan sebaliknya manipulasi dan rekayasa isi laporan keuangan yang dapat merugikan pemegang saham merupakan contoh itikad buruk direksi dalam mengurus perseroan yang dapat dicegah dengan melaksanakan audit terhadap laporan keuangan. Auditor berperan untuk menilai laporan keuangan telah disajikan dengan memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas sebagai salah satu sarana perlindungan kepentingan pemegang saham khususnya kepentingannya atas keterbukaan informasi yang materil serta kepentingannya untuk mendapatkan laporan yang tepat dan akurat.

Berdasarkan penelitian ini diharapkan agar pembuat peraturan perundangan – undangan membuat suatu aturan yang khusus mengatur tentang pelaksanaan audit bagi perusahaan sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam memahami pentingnya pelaksanaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan di Indonesia.

Kata kunci: Direksi, Laporan Keuangan, Tanggung Jawab, Audit, Perlindungan Pemegang saham


(6)

ABSTRACT

Board of directors, as the management of a company has an obligation to make an annual report and financial report as the responsibility of the board of directors to stock holders. The audit on annual report and financial report functions to guarantee the content of the reports which have been presented properly and in accordance with the general accountancy principle. The presentation of correct annual report and financial report is an attempt to protect the interest of stock holders of a certain company. Some formulas of the problems in the research were as follows: how about the organization of an audit in the legal provisions in Indonesia, how about the position and the duty if auditors in auditing a corporation, and how about the role of auditors in protecting the interest of stock holders.

The research used judicial normative approach by using primary, secondary, and tertiary legal materials. It also used library research, and the data were analyzed qualitatively.

The legal provisions, laws, and regulations have regulated the implementation of audit on annual report and financial report of a company in Indonesia which is an attempt to guarantee the naturalness of the annual report and the financial report. An Auditor, in carrying out the auditing of corporation, is a professional who provides his service to gather auditing evidence as the support in expressing his idea on the naturalness of an annual report and a financial report. An auditor is responsible for his profession, criminal law, administration, and civil law on what he says when it harms other people.

The presentation of accurate and true financial statement is a good will of direction in manage the company while manipulation of content of financial statement that cause the loss to the shareholder is a bad will of direction in manage the company that can be prevented by auditing on financial statement. Auditor has a role to appraise the presented financial statement by fulfill the transparancy and accountability as protection to be interest of shareholder especially on the interest or oppeness of material information and in order obtain the accurate statement..

It is recommended that the make of legal provisions make a specific regulation on the implementation of auditing for a company so that people will be easily understand the importance of audit implementation of a company’s financial report in Indonesia.

Keywords: Board of Directors, Financial Report, Responsibility, Audit, Protection for Stock Holders


(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat pada waktunya. Begitu pula shalawat beriring salam Penulis ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW (Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Alihi Sayyidina Muhammad).

Tesis ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum di Universitas Sumatera Utara, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya. Adapun judul tesis ini yakni, “Peran Auditor Independen Dalam Melakukan Pemeriksaan Laporan Keuangan Perseroan Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Pemegang Saham Dari Itikad Buruk Direksi”.

Penulis telah mendapat banyak bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak dalam proses penyusunan tesis ini, karenanya Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada;

Orangtua penulis yang tercinta : Ayahanda Almarhum HMK. Aldian Pinem, S.H,MH. yang semasa hidupnya dan menjelang akhir hayatnya senantiasa menjadi teman diskusi penulis dan memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini serta kepada Ibunda Hj. Sariyah Tarigan berkat cinta, kasih sayang dan doa tulus yang menjadi motivasi bagi penulis menyelesaikan penelitian ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(8)

2. Bapak Prof.Dr. Suhaidi, S.H.,M.H selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Pertama yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan motivasi kepada penulis serta selalu berkesempatan hadir di setiap seminar tesis penulis. 4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A., S.H, CN, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Kedua

yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan selalu berkesempatan hadir di setiap seminar tesis penulis.

5. Bapak Dr. Mahmul Siregar S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Ketiga yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan selalu bersedia mendengar keluh kesah penulis.

6. Bapak Dr. Hasyim Purba, S.H.,M.Hum. selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritikan yang konstruktif dalam penyempurnaan tesis ini dan selalu berkenan hadir dalam setiap seminar tesis penulis.

7. Ibu Dr. Utary Maharani Barus, S.H.,M.Hum selaku selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritikan yang konstruktif dalam penyempurnaan tesis ini dan selalu berkenan hadir dalam setiap seminar tesis penulis.

8. Seluruh Staf Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan membimbing Penulis dalam proses pembelajaran selama masa perkuliahan.

9. Seluruh pegawai tata usaha Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis


(9)

dalam mengurus proses administrasi mulai pada saat memasuki perkuliahan hingga proses perkuliahan selesai.

10.Adik-Adik penulis yang tercinta, Leli Khairani A.P.,S.E dan Lela Khaibirunna A.P yang yang telah memberikan kasih sayang yang tulus dan dukungan moril kepada penulis.

11.Bapak Ali Ardi, S.Sos selaku Kepala Perum BULOG Divisi Regional Aceh, atas motivasi tiada henti yang diberikan kepada penulis serta dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

12.Keluarga Besar Perum BULOG Divisi Regional Aceh di Banda Aceh; Bapak Mulyadi, Ibu Cut Erly, Bapak Irsan Nst, Ibu Lili, Bang Resy, Cik Madi, Kak Lisa, Ampon Halim, Bang Hafiz, Bang Rinaldi, Bang Hasnul dan Bang Mukromin serta seluruh pegawai Perum BULOG Divre Aceh yang telah memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

13.Sahabat-Sahabat yang penulis sayangi; Chairina N. Sipahutar, SH., MH.,dr. Amanah Anindita, Yessi Serena Rangkuti, SH., Windy Widya Utami, SH., dan Kawan-Kawan Astro atas doa dan semangat tiada henti yang diberikan kepada penulis.

14.teman-teman kelas reguler perkuliahan sore angkatan 2011 dan teman-teman kelas Hukum Ekonomi angkatan 2011 yang telah memberikan semangat serta membantu penulis dalam proses penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari akan ketidaksempurnaan hasil Penulisan tesis ini karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT , oleh sebab itu besar harapan Penulis kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran yang konstruktif guna menghasilkan


(10)

sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna dari segi substansi maupun penulisannya di masa mendatang. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan bernilai ibadah untuk Penulis.

Medan, Agustus 2014 Penulis


(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Omar Akbar A.P

Tempat/Tanggal lahir : Medan, 31 Mei 1989 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan Irigasi No.9A Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan 20141

II. Keluarga

Ayah : Alm. HMK. Aldian Pinem, SH, MH

Ibu : Hj. Sariyah Tarigan

Adik : Leli Khairani A.P., S.E.

: Lela Khaibirunna A.P

III. Pendidikan Formal

1. TK Al-Azhar Medan, Tahun 1994-1995 2. SD Al-Azhar Medan, Tahun 1995-2001

3. SMP Swasta Al-Azhar Medan, Tahun 2001-2004 4. SMA Negeri 1 Medan, Tahun 2004-2007

5. Strata Satu (S-1) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2007-2011

6. Strata Dua (S-2) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2011-2014


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Keaslian Penelitian ... 16

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 17

1. Kerangka Teori ... 17

2. Konsepsi ... 23

G. Metode Penelitian ... 27

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 27

2. Sumber Data ... 28

3. Teknik Pengumpulan Data ... 28

4. Analisis Data ... 29

BAB II PENGATURAN PELAKSANAAN AUDIT TERHADAP PERSEROAN TERBATAS DALAM KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Pemeriksaan Perseroan dan Pengertian Audit ... 30

B. Pengaturan Pelaksanaan Audit dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia ... 42

BAB III KEDUDUKAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM AUDITOR INDEPENDEN DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN PADA PERSEROAN TERBATAS A. Profesi Akuntan Publik Sebagai Auditor Independen ... 63


(13)

B. Independensi Auditor Dalam Melakukan Pemeriksaan

Perseroan ... 75 C. Tanggung Jawab Auditor Independen Dalam Mendeteksi Fraud Dalam Perusahaan ... 82 D. Kedudukan, Tugas dan Tanggung Jawab Hukum Auditor

Dalam Melaksanakan Pemeriksaan Laporan keuangan

Perseroan ... 95

BAB IV PERAN AUDITOR INDEPENDEN DALAM MELINDUNGI KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM DARI ITIKAD BURUK DIREKSI

A. Laporan Tahunan Sebagai Perlindungan Kepentingan

Pemegang Saham ... 110 B. Tanggung Jawab Direksi Dalam Penyusunan Laporan

Keuangan ... 114 C. Bentuk Laporan Audit dan Prosedur Pelaksanaan Audit. .. 123 D. Peran Auditor Independen Dalam Melindungi Kepentingan Pemegang Saham ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 143 B Saran ... 146


(14)

ABSTRAKSI

Direksi selaku pengurus dan pengelola perusahaan memiliki kewajiban untuk membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban direksi kepada pemegang saham. Audit atas laporan keuangan berfungsi untuk menjamin isi laporan tersebut telah disajikan dengan keadaan yang sebenarnya dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penyajian laporan keuangan yang benar merupakan upaya perlindungan kepentingan pemegang saham suatu perusahaan. Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan audit dalam perundang-undangan di Indonesia, bagaimana kedudukan, tugas dan tanggung jawab auditor dalam melakukan pemeriksaan perseroan serta bagaimana peran auditor dalam melindungi kepentingan pemegang saham.

Metode yang digunakan di dalam penulisan tesis ini adalah penelitian yuridis normatif dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kepustakaan yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Peraturan perundang-undangan telah mengatur pelaksanaan audit atas laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan di Indonesia yang bertujuan sebagai salah satu upaya menjamin kewajaran laporan keuangan. Auditor dalam melaksanakan pemeriksaan perseroan merupakan pihak yang ahli dan profesional yang menyediakan jasanya untuk mengumpulkan bukti audit sebagai pendukung dalam menyatakan pendapat atas kewajaran suatu laporan tahunan dan laporan keuangan. Auditor bertanggung jawab baik secara profesi, pidana dan administrasi serta secara perdata atas pendapat yang diberikannya jika mengakibatkan kerugian kepada pihak lain.

Penyajian laporan keuangan yang benar dan tidak menyesatkan merupakan bentuk itikad baik direksi dalam menjalankan pengurusan perseroan sebaliknya manipulasi dan rekayasa isi laporan keuangan yang dapat merugikan pemegang saham merupakan contoh itikad buruk direksi dalam mengurus perseroan yang dapat dicegah dengan melaksanakan audit terhadap laporan keuangan. Auditor berperan untuk menilai laporan keuangan telah disajikan dengan memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas sebagai salah satu sarana perlindungan kepentingan pemegang saham khususnya kepentingannya atas keterbukaan informasi yang materil serta kepentingannya untuk mendapatkan laporan yang tepat dan akurat.

Berdasarkan penelitian ini diharapkan agar pembuat peraturan perundangan – undangan membuat suatu aturan yang khusus mengatur tentang pelaksanaan audit bagi perusahaan sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam memahami pentingnya pelaksanaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan di Indonesia.

Kata kunci: Direksi, Laporan Keuangan, Tanggung Jawab, Audit, Perlindungan Pemegang saham


(15)

ABSTRACT

Board of directors, as the management of a company has an obligation to make an annual report and financial report as the responsibility of the board of directors to stock holders. The audit on annual report and financial report functions to guarantee the content of the reports which have been presented properly and in accordance with the general accountancy principle. The presentation of correct annual report and financial report is an attempt to protect the interest of stock holders of a certain company. Some formulas of the problems in the research were as follows: how about the organization of an audit in the legal provisions in Indonesia, how about the position and the duty if auditors in auditing a corporation, and how about the role of auditors in protecting the interest of stock holders.

The research used judicial normative approach by using primary, secondary, and tertiary legal materials. It also used library research, and the data were analyzed qualitatively.

The legal provisions, laws, and regulations have regulated the implementation of audit on annual report and financial report of a company in Indonesia which is an attempt to guarantee the naturalness of the annual report and the financial report. An Auditor, in carrying out the auditing of corporation, is a professional who provides his service to gather auditing evidence as the support in expressing his idea on the naturalness of an annual report and a financial report. An auditor is responsible for his profession, criminal law, administration, and civil law on what he says when it harms other people.

The presentation of accurate and true financial statement is a good will of direction in manage the company while manipulation of content of financial statement that cause the loss to the shareholder is a bad will of direction in manage the company that can be prevented by auditing on financial statement. Auditor has a role to appraise the presented financial statement by fulfill the transparancy and accountability as protection to be interest of shareholder especially on the interest or oppeness of material information and in order obtain the accurate statement..

It is recommended that the make of legal provisions make a specific regulation on the implementation of auditing for a company so that people will be easily understand the importance of audit implementation of a company’s financial report in Indonesia.

Keywords: Board of Directors, Financial Report, Responsibility, Audit, Protection for Stock Holders


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan perekonomian nasional yang tak terlepas dari kuatnya pengaruh globalisasi, para pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha dan bisnisnya seringkali menggunakan instrumen atau wadah perseroan terbatas (PT). Salah satu daya tarik bagi pengusaha menggunakan PT dalam menjalankan kegiatan bisnisnya adalah karena PT memiliki ciri khas dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bentuk badan usaha lainnya. Ciri khas tersebut adalah dengan adanya pertanggungjawaban terbatas yang dimiliki oleh pemegang saham. Pemegang saham dalam PT tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatan hukum yang dilakukan untuk dan atas nama PT serta tidak juga bertanggung jawab atas kerugian yang dialami PT melebihi saham yang dimiliknya dalam PT tersebut.1

PT sebagai badan hukum dapat melakukan suatu perbuatan hukum dan mempertahankan haknya didalam hukum. Perbuatan hukum dalam suatu PT identik dengan kegiatan usaha yang dijalankan oleh PT tersebut karena PT sebagai persekutuan modal memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan sehingga perlu melakukan kegiatan usaha. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menjelaskan bahwa perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang dicantumkan dalam anggaran dasar perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Penjelasan Pasal 18 tersebut

1


(17)

dijelaskan bahwa kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dijalankan oleh perseroan dalam rangka mencapai maksud tujuannya yang harus dirinci secara jelas dalam anggaran dasar.

Suatu PT harus memiliki kegiatan usaha dalam rangka mencapai maksud dan tujuan PT itu sendiri, maka dari itu suatu PT harus memiliki alat-alat kelengkapan ataupun organ yang akan menjalankan kegiatan usaha PT tersebut. Pemegang saham sebagai pemilik perseroan tidak memiliki kekuasaan apapun. Mereka tidak boleh mencampuri pengelolaan perseroan. Pemilik PT selaku Pemegang saham baru memiliki kekuasaan tertentu terhadap perseroan jika mereka bertemu dalam suatu forum yang disebut RUPS. Sebagai Organ PT, RUPS memiliki beberapa kewenangan eksklusif tertentu yang diberikan UUPT.

Pemegang saham yang tergabung dalam RUPS tidak memiliki kewenangan yang berarti dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan usaha perseroan secara langsung, kewenangan terhadap pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan perseroan itu diberikan kepada direksi sebagai pengurus PT. Direksi bertanggung jawab secara penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan. Direksi adalah organ yang memiliki peran yang utama dan vital dalam pelaksanaan kegiatan usaha perseroan. Dalam menjalankan pengurusan perseroan, direksi dibantu oleh dewan komisaris yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.

Pasal 92 ayat (1) UUPT mengatur tentang tugas utama direksi yaitu sebagai organ yang menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maskud dan tujuan perseroan. Penjelasan pasal 92 ayat (1) menegaskan kembali


(18)

tentang luas dan lingkup frasa “pengurusan perseroan” yaitu pengurusan sehari-hari dari perseroan. Tugas dan sekaligus kewajiban direksi untuk mengurus sehari-hari perseroan memberikan kedudukan yang unik bagi direksi dibandingkan dengan organ PT lainnya yaitu RUPS dan Dewan Komisaris. Alasannya adalah bahwa kedua organ ini yaitu RUPS dan Dewan Komisaris tidak diwajibkan untuk “berkumpul” bersama setiap hari namun akan berkumpul bersama dalam rapat-rapat yang sudah digariskan oleh anggaran dasar PT tersebut.2

Dengan kewenangan yang demikian itu, direksi harus bertanggung jawab kepada stakeholder, baik kepada pemegang saham, relasi, rekanan, nasabah, pegawai, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan perseroan. Dengan tanggung jawab demikian, direksi tidak harus sepenuhnya menaati suatu putusan RUPS atau keputusan komisaris, jika sekiranya keputusan tersebut bertentangan dengan tanggung jawabnya kepada stakeholder.3

Sehubungan dengan itu dalam Pasal 97 ayat (2) UUPT menetapkan bahwa setiap Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan perseroan. Dengan demikian, direksi dalam menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan diwajibkan oleh undang-undang untuk mengurus perseroan dengan itikad baik. Pelanggaran terhadap hal ini dapat menyebabkan direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya tersebut.

2

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Organ Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal 38.

3


(19)

Salah satu upaya mengurus perseroan dengan itikad baik adalah dengan menerapkan prinsip tatakelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance. Dengan menerapkan prinsip GCG direksi diharapkan dapat menjalankan aktivitas perseroan dengan baik dan sesuai dengan maksud dan tujuan, sehingga segala kepentingan yang bersifat langsung ataupun tidak langsung yang berhubungan dengan perseroan dapat dilindungi.

Benturan kepentingan antara pemegang saham dengan pengelola perusahaan bisa saja terjadi disebabkan pengelolaan perusahaan yang belum sepenuhnya dilakukan dengan benar karena sistem pengelolaannya tidak menerapkan prinsip-prinsip yang ada dalam Good Corporate Governance, yang mendukung perlindungan terhadap pemegang saham dengan cara pengelolaan perusahaan yang transparan dan memiliki akuntabilitas.4

Seiring perkembangan zaman, pengadopsian prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam kehidupan suatu perusahaan menjadi sesuatu yang urgen. Salah satu cara yang diharapkan dapat membantu pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance adalah melalui pelaksanaan audit atas kinerja, laporan tahunan dan/atau laporan keuangan suatu perusahaan. Pelaksanaan audit terhadap kinerja pengurus atau direksi perseroan dan laporan tahunan perseroan diharapkan dapat membantu penerapan prinsip-prinsip GCG khususnya transparansi dan akuntabilitas kinerja suatu perusahaan.

.

Laporan tahunan yang didalamnya terdapat laporan keuangan merupakan jenis laporan yang berisi tentang informasi materil tentang perusahaan yang menjadi bahan utama dalam mengevaluasi jalannya organisasi perseroan serta melakukan penilaian

4 Nindyo Pramono,

Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual , (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006),hal 88.


(20)

terhadap kinerja yang dilakukan organ pelaksana perseroan dalam satu tahun buku. Perintah dari UUPT agar direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS merupakan salah satu wujud dari pertanggungjawaban yang dilakukan direksi sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan perseroan kepada pemegang saham perseroan secara khusus serta secara tidak langsung kepada seluruh stakeholder perseroan secara umum.5

Laporan tahunan perseroan adalah dokumen perseroan yang pembuatannya merupakan kewajiban dari direksi perseroan yang dibantu oleh komisaris yang harus diajukan kepada RUPS dalam jangka waktu 6 bulan setelah tahun buku perseroan berakhir. Laporan tahunan itu berisi sekurang-kurangnya:6

1. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan tersebut.

2. laporan mengenai kegiatan Perseroan.

3. laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

4. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha pereseroan.

5. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan dewan komisaris selama tahun buku yang baru lampau.

6. nama anggota direksi dan anggota dewan komisaris

5 Pasal 66 ayat (1) UUPT 6


(21)

7. gaji dan tunjangan bagi anggota direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota dewan komisaris perseroan untuk tahun yang baru lampau

8. laporan keuangan disusun berdasar standar akuntansi keuangan

Dalam Pasal 68 ayat (1) UUPT dijelaskan bahwa direksi wajib menyerahkan laporan keuangan perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit, apabila:

a. kegiatan usaha perseroan adalah menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat; b. perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat;

c. perseroan merupakan perseroan terbuka; d. perseroan merupakan persero;

e. perseroan mempunyai asset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah);atau

f. diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan

Dalam ketentuan pasal 68 UUPT tersebut diatur tentang laporan keuangan perseroan yang wajib untuk diaudit oleh akuntan publik yang apabila tidak dilaksanakan mengakibatkan laporan keuangan serta laporan tahunan perseroan tersebut tidak dapat disahkan oleh RUPS. Perseroan yang tidak memenuhi kriteria yang dimaksud dalam pasal 68 UUPT tersebut bukan berarti tidak boleh untuk menyampaikan laporan keuangannya kepada akuntan publik untuk diaudit, perseroan dapat mengaudit laporan keuangannya dengan tujuan untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas keuangannya sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada stakeholder-nya.

Menurut Mulyadi, audit adalah su a t u p r o s e s s i s t e m a t i k u n t u k m e m p e r o l e h d a n m e n g e v a l u a s i b u k t i s e c a r a obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan


(22)

tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.7

Orang yang melakukan audit disebut dengan auditor. Auditor dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utama yaitu8

1. Auditor Independen merupakan auditor professional yang menyediakan jasanya kepada masayarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat kliennya. Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus memenuhi persyaratan pendidikan tertentu, telah mendapat gelar akuntan dan mendapat izin praktik dari Menteri keuangan. Auditor Independen lazim disebut dengan Akuntan Publik.

:

2. Auditor Pemerintah merupakan auditor professional yang bekerja diinstansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau yang pertanggungjawaban keuangannya ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta instansi pajak. 3. Auditor Intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan baik negara maupun

swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya

7

Mulyadi, Pemeriksaan Akuntan, Edisi 3,(Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1990), hal 4

8


(23)

penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi.

Lazimnya, audit dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu untuk Laporan Keuangan akhir tahun atau Laporan tahunan Perusahaan, misalnya per 31 Desember dan untuk periode Januari - Desember. Perusahaan dapat saja melakukan audit untuk setiap bulannya atau setiap triwulan atau per kwartal apabila diperlukan. Namun demikian, pada umumnya perusahaan hanya melakukan audit pada akhir tahun saja mengingat audit harus dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang merupakan pihak ketiga yang independen, yang artinya pelaksanaan audit setiap kalinya memerlukan biaya.

Selain audit terhadap Laporan Keuangan perseroan, terdapat beberapa jenis audit lainnya karena pada umumnya audit digolongkan menjadi tiga golongan yaitu9

a) Audit Laporan Keuangan, merupakan audit yang dilakukan oleh auditor terhadap laporan keuangan yang disajikan untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut,

:

b) Audit Kepatuhan merupakan audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.

c) Audit operasional, merupakan audit yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut

Selain dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai auditor independen, audit juga bisa dilakukan secara internal, yang berarti dilakukan oleh perusahaan sendiri

9


(24)

dengan mempekerjakan seorang akuntan yang ditugaskan khusus untuk melakukan audit atau pemeriksaan secara berkala atas pembukuan yang dilakukan perusahaan. Dengan cara demikian, perusahaan memperoleh manfaat dalam hal adanya kepastian bahwa perusahaan telah melakukan pencatatan atas seluruh transaksi yang terjadi dengan cara cara yang benar dan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), sehingga dengan demikian, manajemen perusahaan memiliki data lapaoran keuangan yang lebih dapat dipercaya tingkat akurasinya, untuk keperluan pengambilan keputusan.

Pelaksanaan audit oleh auditor khususnya oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) telah diatur melalui UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Adapun yang menjadi dasar penyusunan UU Akuntan Publik tersebut jika dilihat berdasarkan penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Melindungi kepentingan publik,

b. Mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan. c. Memelihara intregritas profesi Akuntan Publik,

d. Melindungi kepentingan Profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode etik profesi.

e. Memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi publik, regulator, dan profesi akuntan publik.

f. Menegaskan keberadaan jasa Akuntan Publik yang telah diakui dalam beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia;

g. Mengatur profesi Akuntan Publik dengan peraturan perundang-undangan setingkat Undang-undang merupakan praktek lazim di negara lain.


(25)

h. Adanya tuntutan masyarakat terhadap integritas dan profesionalisme Akuntan Publik;

i. Adanya perkembangan lingkungan sosial, seperti teknologi dan liberalisasi perdagangan jasa, yang mempengaruhi profesi Akuntan Publik.

UU No. 5 Tahun 2011 tersebut menjelaskan bahwa profesi akuntan publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang diatur dalam UU tersebut adalah :

1. Lingkup jasa akuntan publik; 2. Perizinan akuntan publik dan KAP;

3. Hak, kewajiban dan larangan bagi akuntan publik dan KAP; 4. Kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik;

5. Asosiasi Profesi Akuntan Publik; 6. Komite Profesi Akuntan Publik;

7. Pembinaan dan pengawasan oleh Menteri; 8. Sanksi administratif; dan

9. Ketentuan pidana.

Tujuan audit atas laporan keuangan dan laporan tahunan oleh auditor pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan keuangan organisasi merupakan salah satu sarana untuk memenuhi akuntabilitas yang dituntut oleh para stakeholders


(26)

(pemerintah, kreditor, pemberi dana/penyumbang, penerima jasa, pengurus, karyawan, anggota).10

Auditor independen atau akuntan publik memiliki peran penting guna mencegah terjadinya rekayasa atau kesalahan direksi dalam menyajikan laporan tahunan. Auditor atau akuntan publik dengan kemampuannya dapat mengetahui kewajaran dari sebuah laporan keuangan dan laporan tahunan yang dibuat oleh direksi. Selain untuk mengetahui kewajaran laporan keuangan perseroan, Auditor juga hendaknya tidak bekerja sama dengan direksi dalam menyajikan laporan keuangan yang salah.

Beberapa contoh kasus rekayasa laporan keuangan dan kesalahan auditor atau akuntan publik dalam melakukan audit adalah Kasus Enron dengan KAP Anderson. Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393 juta, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.11

10

Selain kasus Enron, beberapa contoh kasus rekayasa laporan keuangan juga dapat dilihat

11


(27)

dalam kasus yang diantaranya terjadi pada PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk.12

Kasus yang terjadi pada PT. Indofarma Tbk. berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses produksi dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses produksi pada tahun buku 2001 sebesar Rp. 28,87 miliar. Akibatnya penyajian terlalu tinggi (Overstead) persediaan sebesar Rp.28,87 miliar, harga pokok penjualan disajikan terlalu rendah (Understated) sebesar Rp.28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu tinggi (Overstead) dengan nilai yang sama.13

Begitu juga dengan adanya dugaan mark up laporan keuangan PT Kimia Farma. Kasus tersebut berupa penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan senilai Rp.32,668 miliar, padahal laporan keuangan yang seharusnya hanyalah Rp.99,594 miliar. Kasus ini ikut menyeret sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi auditor PT Kimia Farma, sekalipun KAP tersebut yang berinisiatif memberikan laporan adanya Oversteated tersebut. Dalam kasus ini terjadi pelanggaran terhadap prinsi-prinsip Good Corporate Governance yaitu pengungkapan yang akurat (accurate dislosure) dan transparansi (Transparancy) yang tentu saja sangat merugian para investor, karena keuntungan overstead imi tetntu telah dijadikan dasar transaksi yang menyebabkan investor mengalami kerugian pada saat harga saham turun.14

12

Budi S. Purnomo dan Puji Pratiwi, “Pengaruh Earning Power Terhadap Praktek Manajemen Laba (Earning Management)”, Jurnal Media Ekonomi, Vol. 14 No.1 2009

13

Sumber http://estehmanishangatnggakpakegula.blogspot.com/2011/03/manajemen -laba-baik-atau buruk-4.html.

14 Eka Setiajatnika,

“Pentingnya Penerapan Corporate Governence Dalam Bisnis Perusahaan”


(28)

Laporan tahunan atau laporan keuangan merupakan laporan penting yang menjadi dasar bagi investor atau pemegang saham dalam mengambil keputusan bisnis sehingga menjadi sangat penting untuk menyediakan laporan keuangan dengan tepat dan benar agar calon investor dan atau pemegang saham tidak salah dalam mengambil keputusan. Rekayasa terhadap laporan keuangan atau penyajian laporan keuangan dan tahunan yang tidak benar merupakan salah satu contoh dari itikad buruk direksi dalam menjalankan perusahaan. Rakayasa atas penyajian laporan tahunan dan atau laporan keuangan oleh direksi dapat menyebabkan forum RUPS sebagai tempat pengambilan keputusan salah atau keliru dalam memutuskan kebijakan terkait perseroan.

Penyampaian laporan tahunan oleh direksi yang telah diamanatkan oleh UUPT yang telah diaudit merupakan salah satu bentuk perlindungan yang diberikan undang-undang kepada para pihak yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan perseroan yang dalam hal ini khususnya pemegang saham perseroan. Pemegang saham merupakan pihak yang menanamkan modalnya didalam perseroan dengan tujuan agar ia mendapatkan keuntungan dari modal ditanamkannya, dengan demikian pemegang saham memiliki kepentingan agar perseroan menjalankan kegiatannya dengan baik pula.

Perlindungan atas kepentingan yang dimiliki pemegang saham dan stakeholder perusahaan merupakan tuntutan yang dimintakan oleh para pelaku dunia usaha yang mendorong pemerintah mengesahkan UUPT pada saat itu. Harapannya adalah agar dengan adanya UUPT pelaksanaan organisasi perseroan dapat dijalankan dengan lebih baik lagi serta para pemegang saham dan stakeholder perseroan mendapatkan perlindungan atas kepentingannya dengan lebih baik pula.


(29)

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, yang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan pelaksanaan audit terhadap perseroan terbatas dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia?

2. Bagaimana kedudukan, tugas dan tanggung jawab hukum auditor independen dalam melakukan pemeriksaan pada perseroan terbatas?

3. Bagaimana peran auditor independen dalam melindungi kepentingan pemegang saham dari itikad buruk direksi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaksanaan audit yang dilakukan terhadap perseroan terbatas

2. Untuk mengetahui kedudukan, tugas dan tanggung jawab auditor independen dalam melakukan pemeriksaan terhadap perseroan terbatas

3. Untuk mengetahui peran auditor independen dalam melindungi kepentingan pemegang saham pada perusahaan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut :


(30)

a. Secara Teoritis

Tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal dalam bidang ilmu hukum bagi kalangan akademis guna mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan hukum perseroan.

b. Secara Praktis

Tulisan ini secara praktis dapat memberikan bahan masukan bagi banyak pihak antara lain:

1) Bagi direksi sebagai penanggung jawab sebuah perusahaan, penelitian ini dapat memberikan informasi bagi direksi tentang kewajibannya dalam menjalankan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia sehingga dapat menjalan perusahaan dengan efektif dan efisien

2) Bagi komisaris yang merupakan perwakilan pemegang saham di perusahaan tulisan ini dapat memberikan gambaran bagi komisaris suatu perusahaan dalam mengawasi kinerja direksi sebagai upaya melindungi kepentingan para pemegang saham

3) Bagi Pemegang saham dalam suatu perusahaan tulisan ini dapat membantu mereka untuk mengetahui apa yang menjadi hak seorang pemegang saham dan peran seorang auditor dalam melindungi hak mereka serta apa yang menjadi tanggung jawab pelaksana kegiatan perseroan

4) Bagi seorang auditor atau akuntan publik tulisan ini dapat menjadi bahan bacaan bagi mereka dalam mengetahui peran, kedudukan dan tanggung jawab seorang auditor dalam melindungi kepentingan pemegang saham suatu perusahaan


(31)

5) Bagi masyarakat pada umumnya tulisan ini dapat menjadi bahan bacaan sebagai tambahan informasi dalam mengetahui bagaimana perusahaan dijalankan dan dipertanggungjawabkan oleh direksi, diawasi oleh komisaris dan diperiksa oleh seorang auditor dalam upaya melindungi kepentingan pemegang saham yang menanamkan modalnya di sebuah perusahaan

E. Keaslian Penelitian

Untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama dengan penelitian ini, maka dilakukan pemeriksaan terhadap judul dan permasalahan dalam tesis-tesis yang tercatat di Perpustakaan Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun beberapa judul yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas perseroan terbatas ditinjau dari UU No. 40 Tahun 2007 oleh Syahrunsyah, 2013

b. Tanggung jawab direktur terhadap pemegang saham minoritas dalam pengelolaan perseroan oleh Boni F. Sianipar, 2008

c. Fungsi dan peranan auditor BPKP perwakilan Propinsi Sumatera Utara dalam pengungkapan tindak pidana korupsi di wilayah hukum Polda Sumut oleh Budiman Butar-butar, 2009

d. Kewenangan direksi dalam penyelenggaran RUPS oleh Raja Runggu Deli Sitepu, 2008

e. Pertanggungjawaban Pengurus Perseroan Terbatas yang tidak melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham oleh Hasrul Beny Harahap, 2007


(32)

Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penelitian yang membahas tentang peran auditor dalam melakukan pemeriksaan perseroan. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat dikatakan memiliki keaslian dan jauh dari unsur plagiat serta sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif dan terbuka serta berimplikasi secara etis dari proses menemukan kebenaran sebuah karya ilmiah

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara teori-teori yang akan diteliti. Suatu konsep teori-teori bukan merupakan gejala yang akan diteliti tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta. Sedangkan konsep teori merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.15

Solly Lubis memberikan pengertian kerangka teori adalah pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang dapat menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis, hal mana dapat menjadi masukan eksternal bagi penulis. Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifikasi atau proses tertentu terjadi.16

Suatu perusahaan pada dasarnya berdiri berdasarkan modal-modal yang berbentuk dalam saham-saham yang dimiliki oleh pemegang saham perusahaan. Pada hakikatnya pemegang saham selaku pemilik saham perusahaan tidak turun langsung di dalam

.

15 Ronny Hanitijo Soemitro,

Metodologi Penelitian Hukum,(Jakarta:Ghalia Indonesia, 1983), hal. 25. 16


(33)

proses produksi kegiatan perusahaan yang menyebabkan pemegang saham tidak serta merta mengetahui keadaan dari keuangan perusahaan. Inilah dasar utama diperlukannya auditor independen di dalam melakukan audit keuangan perusahaan tersebut yang dapat memberikan hasil audit keuangan perusahaan secara independen yang tidak memihak dan merugikan baik Pihak direksi maupun pihak pemegang saham.

Profesi auditor ini memiliki peran dan tanggung jawab dalam melindungi kepentigan pemegang saham dengan cara memberikan penilaian atas kinerja keuangan suatu perusahaan dengan sebenar-benarnya. Berdasarkan hal tersebut teori tanggung jawab hukum dapat dijadikan grand theory dalam penelitian ini.

Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang. Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.17

17

Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 335-337.


(34)

Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig ada dua teori yang melandasinya yaitu:18

1. teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku pribadi.

2. teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.

Auditor sebagai pihak yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan kinerja perseroan harus melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dunia profesinya. Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit berdasarkan ketentuan yang berlaku dan sungguh-sungguh sesuai dengan ketrampilan dan keahliannya. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan seorang auditor yang mengakibatkan pihak lain mengalami kerugian akan menyebabkan seoarang auditor dapat dimintai pertanggung jawabannya.

Selain teori tanggung jawab hukum, prinsip fiduciary duty dan teori akuntabilitas juga digunakan dalam penelitian ini sebagai pendukung penerapan teori tanggung jawab hukum. Seperti telah dibahas di awal bahwa sebuah perusahaan sebagai badan hukum

18


(35)

dalam melakukan perbuatan hukum mesti melalui pengurusnya. Tanpa adanya pengurus, badan hukum itu tidak akan dapat berfungsi. Pendelegasian wewenang kepada direksi untuk mengelola perseroan tersebut lazim disebut dengan fiduciary duty. Henry Campbell Black menyatakan : “fiduciary duty, a duty to act for someone else’s benefit, while subordinating one’s personal interest to that of the other person. It is the highest standard of duty implied by law” (suatu tindakan untuk dan atas nama orang lain, dimana seseorang mewakili kepentingan orang lain yang merupakan standar tertinggi dalam hukum).19

Umumnya fiduciary duty direksi dibagi menjadi dua komponen utama yaitu duty of care dan duty of loyalty.

20

Duty of care pada dasarnya merupakan kewajiban direksi untuk tidak bertindak lalai,menerapkan ketelitian tingkat tinggi dalam mengumpulkan informasi yang digunakan untuk membuat keputusan bisnis dan menjalankan manajemen bisnisnya dengan kepedulian dan kehati-hatian yang masuk akal. Dalam duty of care direksi dituntut pertanggungjawabannya secara hukum dan duty of care ini wajib diterapkan bagi direksi dalam membuat setiap kebijakan perseroan dan dalam mengawasi serta memantau kegiatan perseroan. Dengan adanya duty of care maka direksi diharuskan untuk bertindak dengan kehati-hatian dalam membuat segala keputusan dan kebijakan perseroan. Dalam membuat setiap kebijakan direksi harus tetap mempertimbangkan segala informasi-informasi yang ada secara patut dan wajar.21

Duty of loyalty mencakup kewajiban direksi untuk tidak menempatkan kepentingan pribadinya diatas kepentingan perusahaan dalam melakukan transaksi di mana transaksi

19

Try Widiono, op.cit. hal 87.

20 Ridwan Khairandy,

Perseroan Terbatas, (Yogyakarta: Total Media, 2009), Hal 206. 21


(36)

tersebut dapat menguntungkan direksi. Duty of loyalty juga mengharuskan direksi untuk menunjukkan sikap setia terhadap perusahaan yang didasari pada pertimbangan rasional dan professional. Maksud dari kesetiaan adalah direksi harus selalu berpihak pada kepentingan perusahaan yang dipimpinnya. Direksi yang diberikan kepercayaan oleh pemegang saham harus bertindak atas nama untuk kepentingan pemegang saham dan stakeholders, bertindak untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta bertindak dengan mengutamakan kepentingan perseroan diatas kepentingan pribadi.22

Prinsip fiduciary duty mewajibkan direksi untuk tidak bertindak lalai dalam menjalankan tugasnya mengelola perseroan. Kelalalian direksi dalam menjalankan tugasnya mengelola perseroan dapat menyebabkan direksi dimintai pertanggung jawabannya di muka hukum. Prinsip fiduciary duty ini mewajibkan direksi untuk melindungi kepentingan perseroan. Salah satu bentuk perlindungan kepentingan perseroan adalah dengan menjamin pemegang saham atau calon investor disediakan laporan keuangan dan laporan tahunan yang benar sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan terkait dengan perseroan.

Teori Akuntabilitas sendiri di dalam dunia keuangan memiliki arti adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorang/sekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam suatu organisasi.23

22

Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas dalam rangka Good Corporate Governance, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum UI, 2002) Hal 141.

Dalam prinsip akuntabilitas, terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala

23

Syahrudin Rasul, 2003. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran dalam Perspektif UU NO. 17/2003 Tentang Keuangan Negara, (Jakarta: PNRI,2003) Hal 8.


(37)

tindak tanduk dan kegiatan perusahaan di bidang administrasi keuangan bukan hanya kepada pemegang saham saja tetapi kepada semua pihak yang berkepentingan.

Akuntabilitas juga menyangkut perlindungan dan jaminan kepada setiap pemegang saham, agar dapat menyampaikan hak suaranya untuk berpartisipasi dalam RUPS tahunan maupun RUPS lainnya. Berkaitan dengan hal itu, maka kehadiran anggota direksi dan anggota komisaris independen diperlukan agar dapat menghasilkan pengelolaan perusahaan yang lebih objektif dan bertanggung jawab. Melalui prinsip akuntabilitas, maka pemisahan antara pemilik atau pemegang saham dan pengurus dalam rangka pengelolaan perusahaan menjadi jelas dan tegas.24

Pemegang saham sebagai pemilik perseroan yang mendelegasikan wewenang pengelolaan perseroan kepada direksi dengan prinsip fiduciary duty memiliki hak-hak yang harus dipenuhi dan dilindungi oleh hukum. Akuntabilitas memberikan jaminan bagi pemegang saham agar hak-haknya terlindungia.

Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal.

UUPT dalam BAB IX pasal 138-141 memuat ketentuan tentang pemeriksaan terhadap perseroan yang bertujuan untuk mendapatkan data atau keterangan karena adanya dugaan perbuatan melawan hukum yang dilakukan perseroan atau anggota direksi maupun dewan komisaris yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga.

Auditor independen sebagai salah satu pelaksana kegiatan audit yang bertujuan untuk mendapatkan data atau informasi tentang kegiatan suatu perusahaan memiliki

24


(38)

tanggung jawab dalam melakukan audit sebagai bagian dari pemeriksaan perseroan yang dimintakan oleh pemegang saham apabila terdapat dugaan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham.

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi adalah pendapat, pangakalan pendapat; Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition.25

1. Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu:

26

25

Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, (Medan: PPs USU), hal. 35.

Audit merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang

26


(39)

kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.27

2. Prinsip Good Corporate Governance atau GCG adalah prinsip-prinsip dalam pengelolaan perusahan yang baik yang dianut oleh banyak negara didunia. Prinsip GCG ini dikenal sebagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik dimana tidak ada defenisi yang pasti terhadap prinsip ini, Komite cadburry sebagai komite yang ditugaskan oleh Bank of England dan London Stock Exchange untuk menyusun corporate governance code yang berlaku di banyak negara memberikan defenisi atas corporate governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya.28

3. Pemeriksaan perseroan terbatas Menurut Pasal 138 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan mengenai terdapatnya dugaan bahwa suatu Perseroan telah melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga; atau jika anggota Direksi maupun Dewan Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.

27

Ihyaul Ulum M.D, Audit Sektor Publik Suatu Pengantar, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009). Hal. 9

28 Indra Surya & Ivan Yustiavandana ,

Penerapan Good Corporate Governance, (Jakarta: Kencana, 2008) hal 25.


(40)

4. Auditor Independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi pemerintah terutama instansi pajak.29

5. Pemegang Saham adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki

satu atau lebi

barang yang diinvestasikan oleh investor dalam suatu perusahaan. Atas investasi itu pada umumnya pemegang saham mendapat keuntungan dari Perseroan dalam bentuk dividen sebanding dengan besarnya uang yang diinvestasikan.30

6. Direksi adalah menurut Pasal 1 angka 5 UUPT adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Ketentuan diatas menjelaskan bahwa direksi bertanggung jawab secara penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sehingga dengan perkataan lain bahwa direksi adalah organ yang memiliki peran yang utama dan vital dalam pelaksanaan kegiatan usaha perseroan

7. Perlidungan hukum mempunyai makna sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum, ditujukan kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam 29 Mulyadi,

Auditing, Buku 1,Edisi 6, (Jakarta: PT. Salemba Empat, 2002) hal. 28 30


(41)

sebuah hak hukum.31

8. Direksi yang beritikad buruk dalam konteks pengurusan perseroan merupakan direksi yang menjalankan kewajibannya dalam menjalankan perseroan tidak dilakukan dengan itikad yang baik (good faith). Adapun makna itikad baik dalam pelaksanaan pengurusan perseroan oleh anggota direksi dalam praktik dan doktrin hukum adalah sebagai berikut

Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum untuk memberi jaminan perlindungan hukum terhadap hak bagi pemegang saham.

32

a. Wajib dipercaya (fiduciary duty) :

b. Wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar c. Wajib patuh menaati peraturan perundang-undangan d. Wajib loyal terhadap perseroan (loyalty duty)

e. Wajib menghindari benturan kepentingan f. Larangan bersaing dengan perseroan

9. Itikad buruk adalah perbuatan yang mengandung maksud dan tujuan yang tidak baik, misalnya pengaduan yang disertai data palsu atau keterangan tidak benar, dan atau ditujukan semata-mata untuk mengakibatkan pencemaran nama baik perorangan, keresahan kelompok, dan atau masyarakat.33

31

Harjono, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, (Penerbit Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008), hal 373

32 M. Yahya Harahap,

Op.cit, hal. 374-378 33


(42)

G. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.34 Sedangkan penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.35 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.36

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Sehingga, metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan metode tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dimana penelitian ini ditujukan untuk menganalisis norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan yang relevan dengan masalah penelitian. Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analistis. Deskriftif artinya ini bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta (individu, kelompok, atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi.37

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini akan dibahas mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti melihat kedudukan, tugas dan Serta menganalisis fakta-fakta secara cermat dengan aturan hukum positif yang telah ada.

34

Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta: Indonesia Hillco, 1990), hal. 106.

35

Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2001), hal. 1

36 Bambang Waluyo,

Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hal. 6 37


(43)

tanggung jawab auditor berdasarkan peraturan yang berlaku serta juga melihat perannya dalam membantu melindungi kepentingan pemegang saham.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi : a. Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara serta Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

b. Bahan hukum sekunder, merupakan bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan pengadilan yang terkait dalam penelitian ini.38

c. Bahan hukum tertier merupakan bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan lebih mendalam terhadap bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah.39

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan (library research) dan melakukan identifikasi data yang berkaitan dengan audit perusahaan dan hukum perusahaan. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan selanjutnya akan ditafsirkan atau diinterpretasikan untuk memperoleh kesesuaian penerapan peraturan dihubungkan dengan permasalahan yang sedang diteliti dan

38 Peter Mahmud Marzuki,

Penelitian Hukum, (Jakarta, Prenada Media, 2005) hal. 141. 39


(44)

disistematiskan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini.40

4. Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif,41

a. Mengumpulkan data sekunder yang relevan dengan tema dan permasalahan penelitian.

dimana data sekunder dianalisis dengan undang-undang, teori dan pendapat pakar yang relevan, dilanjutkan dengan metode deduktif, yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi sehingga dapat menjadi acuan dan pertimbangan hukum dalam mengatasi suatu permasalahan. Tahapan analisis data yang dilakukan :

b. Menenmukan asas, norma dan kaidah-kaidah hukum serta doktrin atau teori yang relevan dengan masalah penelitian.

c. Melakukan interpretasi terhadap bahan hokum primer untuk menemukan makna atau pengertian yang benar.

d. Menguraikan dan menyusun secara sistematis hasil-hasil analisis data sekunder. e. Menarik kesimpulan secara deduktif untuk menjawab masalah penelitian.

40

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001), Hal. 195-196

41


(45)

BAB II

PENGATURAN PELAKSANAAN AUDIT TERHADAP PERSEROAN TERBATAS DALAM KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DI INDONESIA

A.Pemeriksaan Perseroan dan Pengertian Audit

Pemeriksaan perseroan terbatas diatur dalam Bab IX Pasal 138-141 UUPT, dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan mengenai terdapatnya dugaan bahwa suatu perseroan telah melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga; atau jika anggota direksi maupun dewan komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.

Berdasarkan ketentuan tersebut, apabila ada dugaan tentang adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan perseroan atau anggota direksi maupun dewan komisaris yang merugikan perseroan, pemegang saham atau pihak lain dapat meminta kepada Pengadilan agar dilakukan pemeriksaan terhadap perseroan.

Tujuan utama dari pemeriksaan perseroan adalah mendapatkan data atau keterangan tentang dugaan perbuatan melawan hukum. Data atau keterangan yang dicari dan diperoleh dari hasil pemeriksaan itu, untuk dijadikan sebagai bukti yang dapat memperjelas tentang benar atau tidaknya dugaan perbuatan melawan hukum yang dilakukan perseroan atau anggota direksi dan dewan komisaris tersebut. Dalam memohonkan pemeriksaan perseroan, UUPT mengatur syarat-syarat yang harus


(46)

dipenuhi dalam memohon pelaksanaan pemeriksaan perseroan. Syarat-syarat tersebut antara lain :42

a. Ada dugaan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan, anggota direksi atau dewan komisaris

Hukum tidak membenarkan mengajukan permintaan pemeriksaan terhadap perseroan secara sewenang-wenang. Pemeriksaan perseroan harus didukung oleh dugaan yang kuat yang ditarik dari peristiwa, hal atau kejadian yang dilakukan perseroan, anggota direksi atau dewan komisaris. Membenarkan pengajuan pemeriksaan terhadap perseroan tanpa didukung alat bukti permulaan atau paling tidak indikasi konkrit tentang adanya unsur perbuatan melawan hukum dalam suatu peristiwa dapat menghancurkan atau mengganggu kelancaran pengurusan perseroan dalam rangka mencapai tujuan dan maksud yang ditetapkan dalam anggaran dasar. b. Yang diduga melakukan perbuatan melawan hukum adalah perseroan, anggota

direksi atau dewan komisaris

Jika yang diduga melakukan perbuatan melawan hukum terhadap perseroan adalah pemegang saham atau pihak ketiga, tidak dapat dijadikan landasan mengajukan permintaan pemeriksaan terhadap perseroan. Syarat kedua dapat terpenuhi jika yang melakukan perbuatan melawan hukum dan menimbulkan kerugian bagi pemegang saham atau pihak ketiga harus terdiri dari perseroan, direksi atau dewan komisaris dalam rangka melaksanakan kegiatan perseroan.

Yang dimaksud dengan tindakan perseroan yang merugikan pemegan saham atau pihak ketiga merupakan tindakan yang dibuat atas nama perseroan sebagai subjek

42


(47)

hukum yang menimbulkan kerugian bagi pemegang saham atau pihak ketiga. Ditinjau dari segi hukum perdata, terdapat beberapa tanggung jawab yang melekat pada diri setiap perseroan sebagai badan hukum yang terpisah dan berbeda dari pemegang saham dan pengurus. Tanggung jawab itu terdiri dari tanggung jawab kontraktual perseroan dan tanggung jawab perbuatan melawan hukum perseroan terhadap pihak ketiga.43

c. Merugikan pemegang saham, perseroan atau pihak ketiga

Dalam mengajukan permohonan pemeriksaan terhadap perseroan, pemohon harus mengemukakan fakta konkrit kerugian yang dialaminya atau yang diderita perseroan atau pihak ketiga.

d. Permintaan data atau keterangan secara langsung ditolak perseroan

Dalam Pasal 138 ayat (4) UUPT dijelaskan bahwa permohonan pemeriksaan terhadap perseroan baru dapat diajukan setelah pemohon terlebih dahulu meminta data atau keterangan kepada perseroan dalam RUPS, dan perseroan tidak memberikan data atau keterangan tersebut. Dalam penjelasan pasal tersebut dijelaskan bahwa sebelum mengajukan permohonan, Pemohon telah meminta secara langsung kepada perseroan mengenai data atau keterangan yang dibutuhkannya. Dalam hal perseroan menolak atau tidak memperhatikan permintaan tersebut, memberi hak kepada yang bersangkutan mengajukan permohonan pemeriksaan terhadap perseroan.

Pasal 138 ayat (3) UUPT menjelaskan pihak yang memiliki legal standing mengajukan permohonan pemeriksaan pada perseroan terdiri dari:

43


(48)

a) Satu Pemegang Saham atau lebih dengan syarat mewakili 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara;

b) Pihak lain yang memiliki legal standing mengajukan permohonan pemeriksaan dengan syarat peraturan perundangan sendiri yang memberi hak itu kepada yang bersangkutan seperti BPK bagi BUMN atau Ototitas Jasa Keuangan (OJK) bagi perusahaan yang bergerak di bidang pasar modal dan perbankan serta didasarkan pada perjanjian antara pihak lain itu dengan perseroan, dimana dalam klausul perjanjian itu memberi wewenang kepadanya untuk mengajukan permohonan pemeriksaan pada perseroan;

c) Kejaksaan juga dapat mengajuka pemeriksaan pada perseroan dengan syarat untuk kepentingan umum.

Ketiga pihak diatas diberikan wewenang untuk mengajukan pemeriksaan pada perseroan tetapi syarat untuk meminta data dan keterangan terlebih dahulu kepada perseroan hanya berlaku bagi pemegang saham saja. Syarat tersebut tidak berlaku pada kejaksaan dan pihak lain, oleh karena itu kejaksaan dan pihak lain dapat langsung mengajukan permohonan pemeriksaan perseroan tanpa harus terlebih dahulu meminta data atau keterangan dari perseroan secara langsung.44

Pasal 139 ayat (1) mengatur bahwa Ketua Pengadilan Negeri dapat menolak atau mengabulkan permohonan pemeriksaan pada perseroan. Ketua Pengadilan dapat menolak permohonan pemeriksaan perseroan apabila permohonan tidak didasarkan atas alasan yang wajar dan/atau permohonan tidak dilakukan dengan itikad baik.

44


(49)

Berdasarkan teknik yustisial, penolakan atas permohonan pemeriksaan perseroan didasarkan pada prinsip hukum pembuktian yang mengajarkan bahwa permohonan dapat ditolak apabila pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonannya. Jika dikaitkan dengan ketentuan pasal 139 UUPT tersebut maka penolakan permohonan oleh Ketua Pengadilan Negeri dikarenakan pemohon tidak dapat membuktikan adanya dugaan perbuatan melawan hukum yang dilakukan perseroan, direksi atau dewan komisaris. Atau sebaliknya, Ketua Pengadilan Negeri menemukan fakta atau dapat membuktikan permohonan yang diajukan diselubungi dengan itikad tidak baik misalnya permohonan diajukan hanya sekedar untuk mengganggu kegiatan perseroan.45

Dalam Pasal 139 ayat (3) UUPT dijelaskan apabila Ketua Pengadilan Negeri mengabulkan permohonan makan pengabulan permohonan dituangkan dalam penetapan yang berisi:

a) Mengabulkan permohonan pemeriksaan terhadap perseroan;

b) Mengangkat ahli (paling banyak 3 (tiga) orang) untuk melakukan pemeriksaan terhadap perseroan;

c) Menetapkan jangka waktu pemeriksaan paling lambat 90 (Sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal penetapan;

d) Memerintahkan ahli membuat dan menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Ketua Pengadilan dalam jangka waktu tertentu, tidak boleh lewat dari 90 hari;

e) Menetapkan atau menentukan biaya pemeriksaan.

45


(50)

Mengenai ahli, dalam penjelasan pasal 139 ayat (3) ahli adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang yang akan diperiksa. Dalam teori dan praktek hukum, ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan atau pengalaman khusus di bidang tertentu, sehingga orang itu benar-benar memiliki kompetensi dalam bidang tersebut. Keahlian khusus yang dimilikinya bisa dalam bentuk kecakapan, yang diperoleh dari pendidikan atau latihan maupun hasil pengalaman.46

Salah satu bentuk pemeriksaan pada perseroan adalah dengan melaksanakan audit pada perseroan. Seorang auditor sebagai pelaksana audit dapat digolongkan sebagai ahli yang dapat ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan perseroan seperti yang dimaksud dalam pasal 139 UUPT. Audit merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang sama dengan tujuan dilaksanakannya pemeriksaan bagi perseroan. Beberapa pengertian Audit menurut pendapat para sarjana adalah sebagai berikut :

. Menurut Arens dan Loebbecke, auditing sebagai “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. 47

Audit adalah proses sistematis objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai penegasan mengenai tindakan dan kegiatan ekonomi untuk memastikan gelar

(Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang ditetapkan. Audit harus dilaksanakan oleh orang independen yang kompeten).

46

Ibid, Hal. 537

47 Arens, Alvin A., Elder, Randal J. Dan Beasley, Mark S.,

Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi Jilid I, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2008), Hal. 10


(51)

dari korespodensi antara mereka assetions dan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya ke pengguna.48

Auditing adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai suatu informasi untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriterianya. Auditing hendaknya dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen.49

Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.50

Berdasarkan definisi – definisi tersebut, dapat ditarik suatu hubungan dilihat berupa karakteristik atau ciri-ciri audit. Karakteristik tersebut mencakup tiga ciri dasar sebagai berikut:

1. Auditing merupakan suatu proses penilaian.

2. Penilaian tersebut dilakukan terhadap informasi, kondisi, operasi, dan/atau pengendalian.

3. Penilaian harus dilakukan secara objektif oleh pihak yang kompeten dan independen.

Secara umum audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

48

Wild, John J., K. R. Suramanyam, dan Robert F. Halsey, 2005. Analisis Laporan Keuangan Edisi8. Alih Bahasa. Yanivi S. Bachtiar dan Nurwahyu Harahap. Buku 1 dan 2, (Jakarta :Penerbit Salemba Empat, 2005), Hal. 5.

49

Arens, Alvin A., Op.cit, Hal. 11

50 Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara


(52)

dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Berdasarkan defenisi tersebut dapat ditemukan unsur-unsur penting dari kegiatan audit. Unsur tersebut antara lain :51

a. Suatu proses sistematik. Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, bererangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan bertujuan.

b. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif. Proses sistematik tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut. Sebagai contoh, suatu badan usaha membuat suatu pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi yang disajikan dalam laporan keuangan dan auditor melakukan audit atas pernyataan tersebut. Dalam auditnya, auditor tersebut melakukan proses sistematik untuk memperoleh bukti-bukti yang menjadi dasar pernyataan yang disajikan oleh badan usaha tersebut dalam laporan keuangannya, dan mengevaluasinya secara objektif, tidak memihak baik kepada pemberi kerja (manajemen) maupun kepada pihak ketiga (pemakai hasil audit).

c. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi. Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi adalah proses akuntansi.

51


(53)

Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan yang umumnya terdiri dari empat laporan keuangan pokok yaitu neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas.

d. Menetapkan tingkat kesesuaian. Unsur lain dari proses audit adalah untuk menetapkan tingkat kesesuaian. Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumplan bukti bertujuan untuk menetapkan kesesuain pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan dan dapat pula bersifat kualitatif. Auditing yang dilakukan oleh auditor independen menggunakan pernyataan yang bersifat kualitatif dalam menyatakan kesesuaian antara kriteria dengan pernyataan yang dihasilkan oleh proses akuntansi. Sebagai contoh, auditor independen memberikan pernyataan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh suatu perusahaan adalah wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

e. Unsur lain dari audit adalah adanya kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (yang berupa hasil proses akuntansi) dapat berupa :

1) Peraturan yang telah ditetapkan oleh suatu badan legislatif

2) Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen

3) Prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (generally accepted accounting principles)


(1)

masyarakat dalam memahami tentang urgensi pelaksanaan audit serta prosedur-prosedur audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor.

3. Perlindungan kepentingan pemegang saham idealnya dilaksanakan oleh direksi sebagai pelaksana kegiatan perusahaan. Auditor hanya merupakan peran pendukung dalam melindungi kepentingan pemegang saham khususnya dalam penilaian laporan keuangan dan tahunan yang disediakan oleh pengurus perusahaan. Dalam melindungi kepentingan pemegang saham, hendaknya direksi menjalankan pengurusan perseroan dengan menerapkan prinsip GCG serta senantiasa menjalankan pengurusan dengan itikad baik. Untuk mencapai hal tersebut hendaknya pemerintah membuat undang-undang yang mengatur secara tegas dan jelas tentang penerapan prinsip GCG dalam penyelenggaraan perusahaan di Indonesia.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU.

Adi, Rianto, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta :Garanit,2004

Alijoyo,Antonius dan Subarto Zaini, Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di Perusahaan, Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2004

Amani, Nani dan Sulardi. Persepsi Akuntan Pendidik dan Praktisi Terhadap Independensi Penampilan Akuntan Publik dan Advertensi Jasa Kantor Akuntan Publik (Survei di Surakarta dan Yogyakarta). Jurnal Akuntansi & Bisnis. Vol. 5. No. 2, 2005

Arifin, Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance Pada Perusahaan Di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan), Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2005

Arens, Alvin A., Elder, Randal J. Dan Beasley, Mark S, Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi Jilid I. Jakarta :Penerbit Erlangga, 2008

_______dan Loebbecke, Auditing. Adaptasi oleh Amir Abadi Yusuf. Buku Satu, Jakarta:Salemba Empat, 2003

Arnan, S.G., N. Wisna, dan I. Firmansyah. Auditing. Bandung : Politeknik Telkom, 2009

Bologna, G.Jack, Robert J. Lindquist dan Joseph T.Wells, Fraud and Forensic Accounting third edition, John Wiley & Sons, Inc. 1993

Boynton, William C., Raymond N. Johnson, William G. Kell, Modern Auditing, Edisi Ketujuh, Jilid I, alih bahasa Paul A. Rajoe, Gina Gania, Ichsan Setiyobudi, Jakarta : Erlangga, 2003

Chatamarrasjid, Penerobosan Cadar Perusahaan dan soal-soal aktual hukum perusahaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004

Fuady, Munir, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, Bandung: CV Utomo, 2005 Harahap, M. Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Harahap, Sofyan Safri, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010


(3)

Harjono, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, Jakarta: Penerbit Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008

Hukumonline.com, Tanya Jawab Hukum Perusahaan, Jakarta: Visimedia, 2009 H.R., Ridwan,

Ikatan Akuntan Indonesia, Standard Profesional Akuntan Publik, Jakarta : Salemba Empat, 2002

Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006,

Kamello, Tan, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, Medan: PPs USU

Khairandy, Ridwan, Perseroan Terbatas, Yogyakarta: Total Media, 2009 Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Bandar Maju, 1994 Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta, Prenada Media, 2005

M.D., Ihyaul Ulum, Audit Sektor Publik Suatu Pengantar, Jakarta:Bumi Aksara, 2009 Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia cetakan ketiga revisi, Bandung:

PT.Citra Aditya Bakti, 2006

Mulyadi, Pemeriksaan Akuntan, Edisi 3, Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1990

_________, Auditing, Buku 1,Edisi 6, Jakarta: PT. Salemba Empat, 2002

________ & Kanaka puradireja, Auditing. Edisi Kelima, Jakarta : Salemba Empat, 1998 __________,dan Supriyono RA, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi

Penampilan Akuntan Publik Vol. 1, Jogjakarta : BPPS-UGM, 1988

Nasution, Bismar, Keterbukaan dalam pasar modal, Jakarta : Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001

_________, Pengelolaan Stakeholder Perusahaan, Bahan Perkuliahan Hukum Organisasi Perusahaan Fakultas Hukum USU

Pramono, Nindyo, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual , Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006

Purnomo, Budi S. dan Puji Pratiwi, “Pengaruh Earning Power Terhadap Praktek Manajemen Laba (Earning Management)”, Jurnal Media Ekonomi, Vol. 14 No.1 2009


(4)

Rasul, Syahrudin , Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran dalam Perspektif UU NO. 17/2003 Tentang Keuangan Negara, Jakarta: PNRI,2003

Setiajatnika, Eka, “Pentingnya Penerapan Corporate Governence Dalam Bisnis Perusahaan” Jurnal Bisnis Manajemen Ekonomi, Vol 9 No. 5 Agustus 2000.

Simanjuntak, Cornelius dan Natalie Mulia, Organ Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Soekanto, Soerjono, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Jakarta: Indonesia Hillco, 1990

__________ dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2001

__________, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2006

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001

Sukrisno, Agoes,. Auditing (Pemeriksaan Internal) oleh Kantor Akuntan Publik Jilid I. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004 Surya, Indra & Ivan Yustiavandana ,Penerapan Good Corporate Governance, Jakarta:

Kencana, 2008

Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern) edisi ketiga, Jogjakarta: Liberty, 2002

Tjager, I Nyoman,dkk, Corporate Governance;Tantangan dan Kesenpatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, Jakarta: PT.Prenhalindo, 2003

Tunggal, Iman Syahputra dan Amin Wijaya Tunggal, Membangun Good Corporate Governance (GCG), Jakarta: Haravarindo, 2002

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 1996. Wicaksono, Frans Satrio, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris

Perseroan Terbatas. Malang : Visimedia : 2009.


(5)

Wilamarta, Misahardi Hak Pemegang Saham Minoritas dalam rangka Good Corporate Governance, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum UI, 2002 Wild, John J., K. R. Suramanyam, dan Robert F. Halsey, Analisis Laporan Keuangan

Edisi 8. Alih Bahasa. Yanivi S. Bachtiar dan Nurwahyu Harahap. Buku 1 dan 2. Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2005

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Undang-Undang No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara

Keputusan Ketua Bapepam Nomor :Kep-97/PM/1996 tanggal 28 Mei 1996.

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara

INTERNET.

http://peraturan lk-bapepam, Perlindungan Investor Dalam Pasar Modal, diakses pada tanggal 17 April 2014 Pukul. 15.00 WIB.


(6)

WIB.

WWW.Google.com. Statements on Auditing Standards (SAS) of America.com. Diakses Pada tanggal 29 April 2014 Pukul. 18.00 WIB

Mei 2014 pukul 21.00 WIB

tanggal 12 Mei 2014 pukul 22.00 WIB

diakses pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 21.55 WIB