Pengaturan Pidana Menjual Minuman Beralkohol di KUHP

b Ketentuan Pasal 83 ayat 4 berlaku untuk pasal ini sepanjang mengenai pidana penjara pengganti Pasal 85 Jika pengambilan kekayaan atau pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat 2 tidak dapat dilakukan, maka untuk korporasi dikenakan pidana pengganti berupa pencabutan izin usaha atau pembubaran koorporasi Pidana denda yang diterapkan pada pelaku tindak pidana diharapkan dapat memberikan pengaruh yang sigitifikan kepada pelaku tindak pidana dan dapat mencegah individu lainnya untuk melakukan tindak pidana. Mengingat sanksi pidana denda materil yang sangat besar akan dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana jika melakukan tindak pidana, sehingga kenikmatan dan kepuasan yang diperoleh pelaku pidana dari hasil kejahatan yang dilakukan dapat dihapus atau dihilangkan, karena nilai denda yang dijatuhkan tidak seimbang dengan tindak pidana yang dilakukan. 51 1 Dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun atau denda sebanyak- banyaknya Rp. 4.500 :

B. Pengaturan Pidana Menjual Minuman Beralkohol di KUHP

Pengaturan tindak pidana menjual minuman beralkohol diatur dalam Pasal 300 ayat 1 angka 1, Pasal 537, dan Pasal 538 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. 1. Pasal 300 ayat 1 angka 1 KUHP berbunyi sebagai berikut: a Barang siapa dengan sengaja menjual atau menyuruh minum minuman yang memabukkan kepada seseorang yang telah kelihatan nyata mabuk 51 Mohammad Ekaputra dan Abul Khair, Op.cit., halaman 86-92. Universitas Sumatera Utara Simons 52 berpendapat bahwa ketentuan yang diatur dalam pasal 300 KUHP merupakan salah satu tindak pidana yang sifatnya harus dipandang sebagai tindakan pidana yang membahayakan bagi nyawa dan kesehatan. Van Bammelen dan Van Hanttun 53 1. Unsur subjekitf : dengan sengaja. berpendapat bahwa tindak pidana yang dimasudkan dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 300 KUHP lebih tepat digolongkan dalam pengertian delik-delik yang dapat menimbulkan bahaya, karena adanya bahaya yang ditimbulkan oleh minum minuman yang sifatnya memabukkan bagi orang-orang yang meminumnya . Berdasarkan ketentuan Pasal 300 ayat 1 angka 1, dapat dikemukakan beberapa rumusan yaitu; Kesengajaan dalam tindak pidana ini artinya: a Pembuat menghendaki untuk melakukan perbuatan menjual dan atau memeberikan; b Pembuat mengetahui bahwa yang diberikan itu adalah suatu minuman yang memabukkan; c Pembuat menyadari dan mengetahui bahwa orang yang dijuali atau yang diberi itu adalah orang yang telah nyata mabuk; 2. Unsur objektif : menjual, memberikan minuman yang memabukkan kepada sesorang yang telah kelihatan mabuk. 52 Simons, Leerboek Van Het Nederlandse Strafrecht II, P. Noordhoff N.V Groningen, Batavia, 1941, halaman 34. 53 Van Bemmelen dan Van Hanttum, Hand-en Leerboek Het Nederlandse Strafrecht II, D. Brouwer en Zoon, Arnehem, Martinus Nijhoff, Gravenhage, 1954, halaman 442. Universitas Sumatera Utara Perbuatan menjual hanya terjadi dalam hal perbuatan hukum jual beli. Perbuatan hukum jual beli adalah suatu perjanjian yang terjadi antara dua pihak, dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda, dan pihak yang lain membayar haraga yang telah dijanjikan. Perbuatan hukum jual beli ini ada dua perbuatan pertama: berupa perbuatan menjual yang dilakukan oleh sipemilik benda, kedua: adalah membeli yang dilakukan pihak pembeli. Pelaku kejahatan dalam ketentuan Pasal 300 ayat 1 angka 1, pemuatnya adalah sipenjual, yang melakukan perbuatan menjual sehingga dibebani tanggung jawab pidana dalam kejahatan yang dilakukan. 54 1. Nafasanya berbau alkohol Objek benda yang dijual atau yang diberikan oleh sipembuat adalah minuman yang memabukkan. Minuman yang memabukkan adalah benda cair yang jika diminum dapat memabukkan orang. Minuman yang memabukkan ini harus dijual atau diserahkan pada orang yang kelihatan mabuk. Orang yang kelihatan mabuk itu mempunyai ciri-ciri antara lain: 2. Muka dan matanya merah 3. Kedip matanya jarang dan merawang 4. Sikapnya diam atau malah banyak bicara tidak teratur. 55 2. Pasal 537 KUHP Pasal 537 KUHP berbunyi sebagai berikut: 54 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan , PT Grafindo Persada, Jakarta, 2005, halaman 138-139 55 http:www.google.co.idsearch?client=firefoxarls=org.mozilla3AenUS3Aofficial channel=shl=idsource=hpq=latar+belakang+penerapan+pidana+denda+terhadap+penjual+ minuman+beralkohol+tanpa+izinmeta=btnG=Penelusuran+Google diakses tanggal 20 Februari 2011 pukul 15.00 wib Universitas Sumatera Utara Barang siapa diluar kantin tentara menjual atau memberikan minuman keras atau memberikan minuman keras atau arak kepada anggota Tentara Nasional Indonesia dibawah pangkat Letnan atau kepada istrinya, anaknya atau pelayannya, diancam dengan pidana denda paling banyak seribu lima ratus rupiah Berdasarkan rumusan Pasal 537 KUHP maka dapat dikemukakan beberapa rumusan yaitu: 1. Perbuatan : menjual, memberikan 2. Obyek : minuman keras atau arak 3. Diluar kantin tentara 4. Kepada : anggota TNI berpangkat dibawah Letnan, istrinya, anaknya, pelayannya 56 Pengertian anggota TNI dalam Pasal 537 hanya mencakup anggota TNI Angkatan Darat, Laut dan Udara dan tidak termasuk anggota kepolisian. Anggota TNI ini harus berpangkat dibawah letnan artinya Anggota TNI golongan Bintara dan Tamtama. Perbuatan menjual dan memberikan itu harus dilakukan diluar kantin tentara. Larangan ini tidak berlaku jika pembuat menjual dan atau memberikan minuman keras itu didalam kantin tentara. Larangan menjual atau memberikan minuman keras tidak hanya berlaku kepada anggota tentara tetapi juga kepada isti, anak, pelayan tentara. . 57 Penjual atau wakilnya yang menjual minuman keras yang dalam menjalankan pekerjaan memberikan atau menjual minuman keras atau arak kepada seorang anak dibawah enam belas tahun, diancam dengan pidana 3. Pasal 538 KUHP Pasal 538 KUHP berbunyi sebagai berikut: 56 Adami chazawi, Op.cit., halaman 150. 57 R.Soesilo, KUHP Serta Kontar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor, 1995, halaman 344. Universitas Sumatera Utara kurungan paling lama tiga minggu atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. Berdasarkan Pasal 538 KUHP dapat dikemukakan beberapa rumusan: 1. Pembuat : penjual atau wakilnya 2. Yang dalam menjalankan pekerjaan menjual minuman keras 3. Perbutan : memberi, menjual 4. Obyek : minuman keras atau tuak 5. Kepada anak yang belum berumur 16 tahun Pelanggaran terhadap Pasal 538 KUHP, yang harus dibuktikan adalah kualitas pribadi orang membuatmelakukan. Kualitas pribadi pembuat ialah pertama: orang yang pekerjaannya menjual minuman beralkohol dan, kedua: wakilnya. Ketentuan Pasal 538 KUHP yang dilarang adalah penjual atau wakilnya dalam menjalankan pekerjaannya itu menjual atau memberikan minuman keras kepada anak bibawah umur enam belas tahun. Seseorang yang pekerjaannya bukan menjual minuman keras, menjual minuman keras kepada anak yang umurnya belum enam belas tahun dan kemudian anak itu mabuk, penjual tersebut tidak terkena pasal ini tetapi terkena Pasal 300 KUHP, akan tetapi jika tidak sampai mabuk penjual itu tidak terkena Pasal 538 maupun Pasal 300 KUHP. 58 Perbuatan menjual dengan memberikan terdapat persamaan. Persamaan antara perbuatan itu terletak pada perbuatan pengalihan kekuasaan atas minuman keras, yang semula berada dipenjual kemudian beralih kedalam kekuasaan sipembeli dari perbuatan menjual atau sipenerima dari perbutan memberi. 58 P.A.F.Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan dan Kesopanan, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2009, halaman 371. Universitas Sumatera Utara Pengalihan kekuasaan atas minuman keras itu terkandung maksud yang sama, yakni untuk dimiliki sehingga dengan maksud demikian minuman keras itu dapat diminum atau digunakan sesuai peruntukkan oleh orang yang membeli dan orang yang menerima. Perbuatan menjual dengan memberi mempunya perbedaan, disisi pihak pembeli menyerahkan sejumlah uang sebagai pembayaran harga minuman keras yang dibeli, sedangkan pada perbuatan memberi tidak diperlukan syarat dengan pembayaran sejumlah harga. Anak yang belum berumur enam belas tahun adalah berupa unsur objektif dalam Pasal 538 ini tidak ada hubungan unsur batin pembuat dengan unsur belum berumur enam belas tahun. Tujuan dari Pasal 538 adalah untuk melindungi kepentingan hukum anak-anak dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak jiwa anak yang disebabkan pengaruh buruk dari minuman keras. 59 Ketentuan Pasal 25 ayat 1 Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 maka bagi seseorang atau badan yang tidak membayar wajib retribusi sehingga merugikan keuangan daerah maka akan diancam pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau denda paling banyak empat kali jumlah retribusi yang tertuang. C.Pengaturan Pidana Menjual Minuman Beralkohol di Perda Tobasa No 35 Tahun 1999 Tentang Retribusi Izin Tempat Menjual Minuman Beralkohol Pengaturan tindak pidana dalam Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 diatur dalam Pasal 25 ayat 1 yang menyatakan bahwa: Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah, diancam pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau denda paling banyak empat kali jumlah retribusi yang tertuang; 59 Adami Chazawi, Op. cit., halaman 152-153. Universitas Sumatera Utara Wajib retribusi yang dimaksud diatas adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu. 60 1. Uusur-unsur yang terdapat dalam Pasal 25 Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 Rumusan ketentuan Pasal 25 Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 yang mengatur tentang tindak pidana dan sanksi terhadap pelaku tindak pidana menjual minuman beralkohol, beberapa hal yang dapat dikemukakan adalah; a. Unsur subjektif yaitu pihak pribadi atau badan hukum yang tidak melakukan kewajiban membayar retribusi izin tempat menjual minuman beralkohol. Setiap orang yang hendak menjual minuman beralkohol harus mendapat izin tempat menjual minuman beralkohol dengan melakukan membayar retribusi. b. Unsur objektif yaitu tidak melaksanakan kewajiban membayar retribusi dan akibatnya merugikan keuangan daerah. Kewajiban tersebut selain menambah keuangan daerah, juga lebih menjamin penjualan minuman beralkohol karena penjualan minuman beralkohol mempunyai izin dan kegiatan tersebut sehingga dinyatakan sah atau legal. 2. Sanksi pidana yang diancamkan kepada pelaku tindak pidana yang tidak membayar retribusi izin tempat menjual minuman beralkohol. Sifat pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana dalam perda tobasa adalah pidana secara alternatif yaitu hakim harus memilih salah satu saja, 61 60 Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 tentang Retribusi izin tempat menjual minuman beralkohol,Op. Cit., halaman 1-7. hal itu juga Universitas Sumatera Utara dikarena terdapatnya kata ”atau” yang merupakan landasan bagi hakim yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara kepada pelaku tindak pidana menjual minuman beralkohol tanpa izin yaitu” a Pidana kurungan atau b Pidana denda 3. Kualitas sanksi pidana yang diancamkan pada pelaku dengan kualitas kerugian yang ditimbulkan. Melalui judul sub bab ini, yang dipersolakan adalah apakah kualitas sanksi yang dirumuskan dan ditetapkan dalam Pasal 25 perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 telah sesuai dengan akibat yang ditimbulkan. Perumusan jumlah denda yang harus dibayar dan lamanya sipelaku harus menjalani pidana kurungan, tidak dipungkiri bahwa pembuat undang-undang berpatokan pada nilai uang yang ada pada saat Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 itu ditetapkan. Dewasa ini jelas bahwa nilai denda yang terdapat dalam Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 sudah tidak sesuai lagi dilihat dari perkembangan nilai mata uang sekarang ini, oleh sebab itu sudah selayaknya pemerintah untuk melakukan perubahan ketentuan pidana yang terdapat dalam Perda Tobasa tersebut. 4. Penerapan sanksi pada pelaku tindak pidana menjual minuman beralkohol Hukuman yang diancamkan terhadap penjualan minuman beralkohol tanpa izin yaitu hukuman badan atau hukuman denda. Hukuman badan atau hukuman denda merupakan hukuman pokok yang memegang peranan penting dan posisi terpenting. Secara kualitas tindak pidana menjual minuman beralkohol tanpa izin 61 Mohamnad Eka Putra dan Abul Khair, Op. cit., halaman 16. Universitas Sumatera Utara tidak hanya merugikan keuangan daerah tetapi juga menimbulkan bahaya bagi kehidupan masyarakat, dimana dampak dari minum minuman beralkohol adalah seperti: 62 a Pengaruh langsung setelah minum 1. Kehilangan kesimbangan tubuh 2. Pusing, merasa gembira, kulit menjadi merah 3. Perasaan ingatan menjadi tumpul. 4. Dalam dosis tinggi menjadi mabuk, tindakan tidak terkontrol, dan kendali diri berkurang b Pengaruh pada sistem pernapasan Denyut jantung dan pernapasan lambat c Pada sistem pencernaan 1. Selera makan hilang dan kekurangan makan 2. Peradangan hati 3. Kanker mulut, kerongkongan dan lambung 4. Luka dan radang lambung d Pada sistem jantung dan pembulu darah 1. Pembengkakan jantung 2. Kegagalan fungsi jantung e Pada sistem reproduksi dan pengaruh pada bayi 62 http:bimar93.blogspot.com2010_09_01_archive.html didownload 28 Februari pukul 10.00 wib Universitas Sumatera Utara 1. Pada ibu hamil dapat menyebabkan cacat bayi yang sdikandunf, abortus, kelahiran bayi prematur 2. Pada pria dapat menyebabakan impontensi f Pada sistem saraf pusat 1. menghambat fungsi otak yang mengontrol pernapasan dan denyut jantung sehingga dapat menimbulkan kematian 2. Dapat menyebutkan hilangnya memori amnesia sakit jiwa, kerusakan tetap pada otak dan sistem saraf. Minuman beralkohol dapat mengakibatkan hal-hal yang disebutkan diatas karena alkohol yang diminum alkohol akan cepat diserap ke dalam pembuluh darah kemudian di sebarluaskan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Semakin tinggi kadar alkohol dalam minuman, akan semakin cepat penyerapan ke dalam darah kita. Alkohol yang sampai di organ hati maka alkohol akan dioksidasi atau dibakar. Alkohol yang diminum terlalu banyak, tidak semua masuk ke hati, sisa alkohol akan tinggal di dalam darah dan akan dibawa sampai otak. Alkohol yang dikonsumsi secara terus menerus maka jumlah alkohol yang masuk kedalam tubuh makin lama makin banyak sehingga dapat mengakibatkan orang meninggal. 63 63 Ibid. Berdasarkan besarnya dampak yang dapat ditimbulkan dari minuman beralkohol maka pidana yang diterapkan pada pelaku menjual minuman berallkohol sebaiknya bersipat kualitatif, atau menaikkan jumlah denda yang harus dibayar sesuai dengan perkembangan nilai mata uang serta meningkatkan lamanya waktu kurungan pada pelaku. Universitas Sumatera Utara Jumlah denda yang harus dibayar pelaku tindak pidana menjual minuman beralkohol tanpa izin adalah sesuai dengan Pasal 25 ayat 1 perda tobasa yaitu sebesar 4 empat kali jumlah retribusi yang tertuang. Ketentuan besarnya jumlah retribusi yang ditetapkan untuk setiap golongan minuman beralkohol dalam pasal 11 Perda Nomor 35 Tahun 1999 menyatakan bahwa “Besarnya retribusi ditetapkan sebagi berikut”: a Untuk minuman beralkohol golongan A diminum ditempat penjualan: 1. Hotel berbintang 1 dan 2 sebesar Rp. 100.000tahunjenis 2. Hotel berbintang 3, 4 dan 5 sebesar Rp. 150.000tahunjenis 3. Restoran dengan tanda dalam kencana dan selaka Rp. 100.000tahunjenis 4. Bar, Pub, dan Clup malam dan sejenisnya sebesar Rp. 100.000tahunjenis 5. Tempat tertentu yang diizinkan oleh kepala daerah sebesar Rp. 75.000 tahunjenis b Untuk minuman beralkohol golongan B dan C diminum ditempat penjualan: 1. Hotel berbintang 3, 4 dan 5 sebesar Rp. 200.000tahunjenis; 2. Restoran dengan tanda dalam kenscana dan selaka Rp.150.000tahunjenis; 3. Bar, Pub, dan clup malam dan sejenisnya sebesar Rp. 150.000tahunjenis; 4. Tempat tertentu yang diizinkan oleh Kepala Daerah sebesar Rp. 100.000tahunjenis. c Untuk minuman beralkohol untuk dijual secara eceran dalam kemasan: 1. Ditoko sebesar Rp. 100.000tahunjenis; 2. Dipasar swalayan Rp. 150.000tahunjenis; Universitas Sumatera Utara 3. Ditoko bebas biaya duty free shop Rp. 75.000tahunjenis. Minuman golongan A, B, C yang dimaksud dalam ketentuan diatas adalah penggolongan minuman beralkohol menurut Perda Tobasa yang diatur dalam pasal 2 yang menyatkan bahwa: 1 Minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 1 satu persen sampai dengan 5 lima persen 2 Minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol 5 lima persen sampai 20 dua puluh persen 3 Minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol 20 dua puluh persensampai dengan 55 lima puluh lima persen Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diperoses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat. Minuman beralkohol dilakukan dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi dengan cara memberi perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambah bahan lain atau tidak, maupun diproses dengan mencampur konsentat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung etanol. 64 Ketentuan pidana yang tercantum dalam Perda Tobasa merupakan pedoman bagi Hakim yang mengadili dan memutuskan suatu perkara pada pelaku menjual minuman beralkohol. Berdasarkan ketentuan yang tercantum maka Hakim dapat menentukan berapa tinggi-rendahnya pidana denda yang harus diterapkan pada pelaku tindak pidana menjual minuman beralkohol yang 64 Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 tentang Retribusi Izin Tempat Menjual Minuman Beralkohol, Op. cit., pasal 2. Universitas Sumatera Utara melanggar Perda Tobasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku menurut perda tobasa. Sanksi yang diterapkan pada pelaku penjualan minuman beralkohol yang diatur dalam KUHP dan dalam Perda Tobasa terdapat perbedaan. Perbedaan yang dimaksud antara lain: a Jenis sanksi yang diterabkan, dalam KUHP jenis pidana penjara, sedangkan dalam Perda jenis pidana yang diterapkan adalah pidana kurungan. b Lamanya sanksi pidana, KUHP lamanya penjara selama 1 satu tahun dan di Perda Tobasa selama 6 enam bulan, maka sanksi pidana dalam KUHP lebih tinggi dari pada sanksi penjara dalam Perda Tobasa. Ancaman hukuman yang diancamkan pada pelaku tindak pidana penjual minuman beralkohol di KUHP lebih berat daripada ancaman hukuman yang ditetapkan pada pelaku tindak pidana di Perda Tobasa. Berdasarkan besarnya dampak yang ditimbulkan dari minuman beralkohol maka lebih baik Hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap palaku penjualan minuman beralkohol menggunakan peraturan yang menggunakan sanksi yang lebih tinggi. Penerapan Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 pada pelaku penjual minuman beralkohol adalah karena adanya suatu asas dalam hukum yang dikenal dengan asas “lexs specialis derogate legi generalis” yaitu undang-undang yang khusus didahulukan berlakunya daripada undang-undang yang umum sepanjang Universitas Sumatera Utara tidak bertentangan, dengan kata lain undang-undang yang khusus dapat mengenyampingkan undang-undang yang umum. 65 1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Ketentuan yang diamksud diatas dapat diliat berdasarkan dari Pasal 7 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyebutkan jenis dan hirarki peraturan perundang- undangan yang terdiri dari: 2. Undang-undangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang 3. Peraturan Pemerintah 4. Peraturan Presiden 5. Peraturan Daerah. 66 Berdasarkan hirarki perundang-undangan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang peraturan pembentukan perundang-undangan maka dapat dilihat pemberlakuan dari asas “lexs specialis derogate legi generalis”. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, Peraturan Daerah Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 tergolong dalam undang-undang yang khusus yang mengatur tentang menjual minuman beralkohol, dan pemberlakuan Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 didahulukan daripada peraturan perundang-undangan yang umum yang mengatur tindak pidana menjual minuman beralkohol yang diatur dalam KUHP. 65 Dudun Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, Refika Aditama, Bamdung, 2000, halaman 70. 66 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Peraturan Pembentukan Perundang- undangan, Pasal 7. Universitas Sumatera Utara Untuk mempermudah pemahaman tehadap Penjualan Minuman Beralkohol Tanpa Izin maka dalam penulisan ini dicantumkan tentang ketentuan umum yang terdapat dalam Pasal 1 Perda Tobasa No 35 tahun 1999 yaitu: 1 Daerah adalah kabupaten daerah tingkat II Toba samosir; 2 Pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah tingkat II Toba Samosir; 3 Kepala daerah adalah bupati kepala daerah tingkat II Toba Samosir; 4 Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etenol yang diperoses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi baik dengan cara memberi perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambah bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan mencampur konsentat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung etanol; 5 Izin adalah izin tempat penjualan minuman beralkohol secara eceran dalam kemasan atau diminum ditempat penjualan yang diberikan oleh kepala daerah; 6 Tempat penjualan minuman beralkohol adalah semua tempat yang menjual minuman beralkohol dalam kemasan secara eceran maupun diminum langsung ditempat penjualan; 7 Pengawasan tempat penjualan minuman beralkohol adalah pengawasan yang diberikan oleh kepala daerah terhadap lokasitempat peredaran dan penjualan minuman beralkohol; Universitas Sumatera Utara 8 Tim pengawasan dan pengndalian tempatlokasi penjualan minuman beralkohol adalah tim yang dibentuk oleh kepala daerah yang beranggotakan instansi terkait didaerah yang bertugas membantu kepala daerah melakukan pengawasan dan pengendalian tempatlokasi peredaran dan penjualan minuman beralkohol serta tugas - tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah; 9 Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu; 10 Surat pemberitahuan retribusi daerah yang selanjutnya disingkat SPTRD adalah surat ketetapan yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran retribusi yang tertuang menurut peraturan daerah lain; 11 Surat ketetapan retribusi daerah yang disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang diterbitkan oleh kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan permohonan yang diajukan oleh wajib retribusi dan digunakan untuk melakukan pembayaran retribusi kekas daerah atau ketempat lain yang telah ditetapkan; 12 Surat ketetapan retribusi daerah tambahan yang selanjutnya disingkat SKRD tambahan adalah surat ketetapan retribusi yang diterbikan oleh kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk apabila berdasarkan hasil Universitas Sumatera Utara pemeriksaan ditemukan data baru atau data yang semula belum lengkap; 13 Surat ketetapan retribusi daerah lebih bayar yang disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang tertuang dan tidak seharusnya tertuang; 14 Surat tagihan retribusi daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda; 15 Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi didasarkan peraturan perundang-undangan retribusi daerah; 16 Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komenditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya; 17 Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya; Universitas Sumatera Utara 18 Toko bebas biaya duty free shop adalah toko yang diberi izin oleh kepala daerah ditempat khusus untuk menjual minuman beralkohol guna melayani kebutuhan tamuwisatawan asing. 67 67 Perda Tobasa Nomor 35 Tahun 1999 tentang Retribusi Izin Tempat Menjual Minuman Beralkohol, Op.cit., pasal 1. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dokumen yang terkait

Sanksi Denda Terhadap Pelaku Tanpa Izin Melakukan Kegiatan Industri Kecil berdasarkan Persepktif UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 974/Pid.B/2014/PN.Mdn)

1 88 89

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan Poligami Tanpa Izin Dan Kaitannya dengan Status Anak Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (Studi di Pengadilan Agama Klas I-A Medan)

2 35 156

Tindak Pidana Mengedarkan Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Studi Putusan No. 1902/PID B/2004/PN Medan)

8 97 79

Analisa Kasus Tindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak (Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932/Pid.B/2005/PN.MDN)

4 52 94

Akibat Hukum Perkawinan Poligami yang Dilangsungkan Tanpa Izin Pengadilan...

0 33 5

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL (Studi Putusan Nomor : 01/PID.R/2016/PN.MGL)

1 15 68

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Pengobatan Tradisional Tanpa Izin (Studi Putusan Nomor 68/Pid.B/2015/PN. Kbm).

0 0 12

BAB II PENGATURAN TERHADAP PELAKU TANPA IZIN MELAKUKAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL A. Pengaturan Terhadap Pelaku Tanpa Izin Melakukan Kegiatan Industri dalam UU No. 5 Tahun 1984 1. Tindak Pidana dalam hal Perizinan - Sanksi Denda Terhadap Pelaku Tanpa Izin Me

0 0 17