HASIL PENELITIAN Para pasien yang pernah penulis lakukan pemeriksaan selama

BAB IV HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan dalam kurun waktu Mei sampai desember 2012. Dari 23 subjek penelitian di dapatkan 46 mata. Data yang ditampilkan dalam tulisan ini merupakan data dari 23 subjek dan 46 mata. Berdasarkan subjek penelitian diperoleh data dasar yang ditampilkan dalam bentuk tabulasi. Tabel 4.1. Karakteristik Jenis Kelamin Subjek Penelitian Jenis Kelamin Frekuensi Laki-laki 12 52,2 Perempuan 11 47,8 Total 23 100,0 Dari subjek penelitian didapatkan jumlah laki-laki sebanyak 1252,2 dan perempuan 11 47,8. Tabel 4.2. Karakteristik Kelompok Umur Subjek Penelitian Umur tahun Frekuensi ≤ 20 2 8,7 21 - 40 13 56,5 40 8 34,8 Total 23 100,0 Data mengenai umur pasien menunjukkan bahwa pasien yang berumur 21-40 56,5 berjumlah relatif lebih banyak dibandingkan kelompok umur yang lainnya yaitu sebanyak 13 56,5 subjek. Kelompok umur 40 Universitas Sumatera Utara tahun mempunyai jumlah 8 34,8subjek, diikuti oleh kelompok umur ≤ 20 tahun berjumlah 2 8,7 subjek. Tabel 4.3. Karakteristik Suku Bangsa Subjek Penelitian Suku Frekuensi Melayu 1 4,3 Jawa 7 30,4 Mandailing 3 13,1 Batak 9 39,1 Karo 3 13,1 Total 23 100,0 Subjek penelitian berasal dari berbagai suku bangsa dimana dari 23 subjek tersebut suku yang relatif lebih banyak adalah suku Batak 9 39,1 subjek, diikuti suku Jawa 7 30,4 subjek, pada suku mandailing dan Karo dijumpai jumlah yang sama masing-masing 3 14,0 subjek, suku Melayu 1 4,3 subjek. Tabel 4.4. Karakteristik Pendidikan Terakhir Subjek Penelitian Pendidikan Frekuensi SLTP 3 13,1 SLTA 13 56,5 Sarjana 7 30,4 Total 23 100,0 Data mengenai tingkat pendidikan subjek penelitian menunjukkan bahwa rata-rata berpendidikan SLTA 13 56,5 subjek. Diikuti tingkat sarjana 7 30,4 subjek, dan SLTP 313,1 subjek. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Karakteristik Kategori Tuberkulosis Kategori Frekuensi Kategori 1 20 87,0 Kategori 2 3 13,0 Total 23 100 Dari data penelitian berdasarkan kategori dari tuberkulosis dijumpai pada kategori 1 dengan jumlah 20 87,0 subjek dan pada kategori 2 berjumlah 3 13,0 subjek . Tabel 4.6. Hasil Uji Beda Proporsi Visus Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Etambutol Variabel Etambutol Perubahan Ranking p. Sebelum Sesudah n n n Visus - 55 - 56;58;510 46 38 8 Ranking Negatif Ranking Positif Ties 8 38 0,008 Keterangan : Uji Wilcoxon Perubahan visus : - Ranking Negatif adalah visus sebelumnya 55 menjadi 54, dalam penelitian ini 54 tidak disertakan. - Ranking Positif adalah visus sebelumya 55 berubah menjadi 56; 58 dan 510. - Ties artinya tidak terjadi perubahan sebelum 55 dan sesudah tetap 55. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7. Hasil Uji Beda Proporsi Persepsi Warna Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Etambutol Variabel Etambutol Perubahan Ranking P Sebelum Sesudah n n n Persepsi warna - Normal - Tritanomali 46 42 4 Ranking Negatif Ranking Positif Ties 4 42 0,125 Keterangan : Uji Wilcoxon Perubahan persepsi warna : - Ranking Negatif adalah persepsi warna normal . - Ranking Positif adalah persepsi warna normal dan berubah menjadi tritanomali. - Ties artinya tidak terjadi perubahan sebelum normal dan sesudah tetap tetap normal. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Hasil Uji Beda RNFL Thickness dengan OCT Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Etambutol OCT kuadrant Etambutol P Sebelum Sesudah Mean ±SD Mean ±SD Superior 129.26 ±19,719 125.43±17.032 0.119 Inferior 131.13±28.946 125.52±25.968 0.010 Temporal 76.09±24.070 77.78±25.232 0.014 Nasal 97.96±37.085 90.26±37.456 0.229 Average 108.43±12.940 104.70±12.629 0.000 Dari pemeriksaan RNFL thickness dengan stratus OCT didapat penurunan pada 3 kuadran superior 129.26±19.719 menjadi 125.43±17.032, inferior 131.13±28.946 menjadi 125.52±25.968 dan nasal 97.9637±37.085 menjadi 90.26±37.456 dan sedikit peningkatan pada kuadran temporal 76.09±24.070 menjadi 77.78±25.232. Uji yang di gunakan untuk melihat perubahan RNFL thickness sebelum dan sesudah pemakaian etambutol adalah T-Test. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Perbandingan Gambaran Optic Nerve Head Dengan Optical Coherence Tomography Dan Foto Fundus Pada Penderita Suspek Glaukoma Di Rsup.H.Adam Malik Medan

0 0 16

Perbedaan Retinal Nerve Fiber Layer Thickness Dengan Optical Coherence Tomography Pada Pasien Tuberkulosis Sebelum Dan Susudah Mendapat Etambutol Di Rsup.H. Adam Malik Medan

0 3 15

Perbedaan Retinal Nerve Fiber Layer Thickness Dengan Optical Coherence Tomography Pada Pasien Tuberkulosis Sebelum Dan Susudah Mendapat Etambutol Di Rsup.H. Adam Malik Medan

0 0 2

Perbedaan Retinal Nerve Fiber Layer Thickness Dengan Optical Coherence Tomography Pada Pasien Tuberkulosis Sebelum Dan Susudah Mendapat Etambutol Di Rsup.H. Adam Malik Medan

0 0 5

Perbedaan Retinal Nerve Fiber Layer Thickness Dengan Optical Coherence Tomography Pada Pasien Tuberkulosis Sebelum Dan Susudah Mendapat Etambutol Di Rsup.H. Adam Malik Medan

0 0 18

Perbedaan Retinal Nerve Fiber Layer Thickness Dengan Optical Coherence Tomography Pada Pasien Tuberkulosis Sebelum Dan Susudah Mendapat Etambutol Di Rsup.H. Adam Malik Medan Chapter III VI

0 0 17

Perbedaan Retinal Nerve Fiber Layer Thickness Dengan Optical Coherence Tomography Pada Pasien Tuberkulosis Sebelum Dan Susudah Mendapat Etambutol Di Rsup.H. Adam Malik Medan

0 0 3

Perbedaan Retinal Nerve Fiber Layer Thickness Dengan Optical Coherence Tomography Pada Pasien Tuberkulosis Sebelum Dan Susudah Mendapat Etambutol Di Rsup.H. Adam Malik Medan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis - Perbedaan Retinal Nerve Fiber Layer Thickness Dengan Optical Coherence Tomography Pada Pasien Tuberkulosis Sebelum Dan Susudah Mendapat Etambutol Di RSUP.H. Adam Malik Medan

0 0 18

Perbedaan Retinal Nerve Fiber Layer Thickness Dengan Optical Coherence Tomography Pada Pasien Tuberkulosis Sebelum Dan Susudah Mendapat Etambutol Di RSUP.H. Adam Malik Medan

0 0 15