berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, kecuali untuk kelas X menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 hanya
diterapkan untuk kelas X sementara waktu dan di sekolah-sekolah yang dikenal sebagai sekolah favorit seperti SMA N 1 Teladan Yogyakarta
ini. Jadi program umum kelas XI, kelas XII dan program akselerasi menggunakan KTSP. Sekolah ini dalam menerapkan pendidikan
karakter tidak membuat kurikulum sendiri yang terpisah dari kurikulum yang dibuat oleh pemerintah. Semua guru mengembangkan
kedelapanbelas nilai karakter sesuai dengan materi atau pembelajaran yang dilakukan oleh mereka masing-masing.
Pendidikan karakter di SMA N 1 Teladan Yogyakarta berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan beberapa jawaban siswa pada saat
wawancara tanggal 25 Maret 2014, mereka menyatakan bahwa mereka menangkap adanya penerapan pendidikan karakter di sekolah dan
merespon dengan baik. Proses pendidikan karakter yang berjalan baik dan terinternalisasi dalam semua aktivitas di sekolah tidak lepas dari
sarana dan prasarana yang mendukung segala kegiatan yang berlangsung. Dari pengamatan di lapangan dapat diperoleh keterangan
bahwa fasilitas sudah memadai sehingga semakin mempermudah segala kegiatan di sekolah. Selama peneliti melakukan penelitian sesuai
dengan informasi dari wakil bagian kurikulum pada tanggal 5 Maret 2014, peneliti mengamati langsung bahwa di SMA N 1 Teladan
Yogyakarta selain fasilitas yang mendukung, juga para guru yang
membudayakan untuk antusias dalam mendukung dan memotivasi siswanya. Contohnya, peneliti mengamati langsung ketika anak-anak
ingin ikut berpartisipasi dalam ikut merawat lingkungan dengan penggunaan tas kresek yang tidak sekali pakai langsung dibuang, para
guru antusias membeli produk mereka. Dari contoh kecil ini berdampak kepercayaan diri dan semangat anak-anak untuk terus berkarya dari hal-
hal yang dapat mereka lakukan. Dukungan sarana prasarana yang tersedia membantu keefektifan penerapan pendidikan karakter dalam
proses pembelajaran di kelas yang memiliki waktu terbatas sesuai jam pelajaran yang telah ditentukan untuk setiap bidang studi sesuai dengan
pernyataan informan di bawah ini: “Mendukung, berbagai laboratorium dan fasilitas lain
mempermudah proses pembelajaran yang di dalamnya ada penerapan pendidikan karakter. Selain itu, guru maupun
lingkungan sekolah yang membudayakan untuk antusias mendukung berjalannya penerapan pendidikan karakter di
sekolah”. Wakil Bagian Kurikulum, wawancara tanggal 5 Maret 2014
Selain sarana dan prasarana yang mendukung penerapan pendidikan karakter di sekolah. Ada faktor pendukung lainnya, yaitu:
metode yang dipakai guru saat mengajar, input siswa dan kultur SMA N 1 Teladan Yogyakarta. Faktor pendukung tersebut ditegaskan oleh
Kepala Sekolah SMA N 1 Teladan Yogyakarta di bawah ini: “Faktor pendukung pendidikan karakter, yaitu adanya sarana dan
prasarana, metode yang dipakai guru saat mengajar, input siswa di sini dan kultur SMA N 1 Teladan”. Kepala Sekolah,
wawancara tanggal 5 Maret 2014
Meskipun sudah berjalan baik, menurut kepala sekolah dan wakil bagian kurikulum wawancara tanggal 5 Maret 2014 dalam
proses penerapan pendidikan karakter sempat ada kendala yaitu terkait tolak ukur nilai angka yang diambil dari kemunculan soal nilai karakter
dalam tes atau ulangan terutama materi yang banyak hitungan angka, keterbatasan pihak sekolah dalam memantau perilaku siswa di luar
sekolah dan keterbatasan waktu dalam pembelajaran. Beberapa mata pelajaran mendapat jatah waktu sedikit, sehingga guru dikejar waktu
dengan materi dan capaian yang harus tersampaikan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Untuk menyelesaikan kendala tersebut pihak
sekolah memberikan form kepada semua guru agar memasukan nilai- nilai karakter yang digabungkan dalam nilai akhir di rapot, komunikasi
yang intensif dengan orang tua, dan guru berusaha maksimal mengatur strategi dalam mengunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Model Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah di
Kelas XI
Pendidikan karakter di SMA N 1 Teladan Yogyakarta terinternalisasi dalam semua aktifitas termasuk kegiatan pembelajaran
di kelas. Semua guru mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran. Sejarah sebagai salah satu bidang studi yang
dipelajari di SMA N 1 Teladan Yogyakarta secara otomatis juga menerapkan pendidikan karakter baik di kelas X, XI, XII program
umum maupun program akselerasi.
Penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah kelas XI dapat diamati dalam proses pembelajaran yang dimulai dengan
persiapan perangkat pembelajaran terlebih dahulu hingga proses pelaksanaan pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi serta tindak
lanjut yang diperlukan. Proses pembelajaran sejarah di kelas XI, model penerapan pendidikan karakter yang digunakan dan nilai karakter yang
ditanamkan adalah sebagai berikut:
a. Proses Pembelajaran Sejarah Kelas XI
Proses pembelajaran sejarah di kelas XI dilaksanakan dengan strategi-strategi supaya tidak membosankan. Apalagi
pembelajaran sejarah yang memiliki waktu terbatas, tetapi materi yang banyak. Selain harus mencapai keberhasilan untuk
menyampaikan materi agar dipahami siswa, guru memiliki ketercapaian lain dalam hal penanaman nilai karakter. Berdasarkan
wawancara kepada para siswa kelas XI, mereka menyatakan bahwa guru sejarah kelas XI sering mengunakan powerpoint untuk
presentasi sebelum melanjutkan langkah-langkah pembelajaran yang telah terencana dalam RPP. Metode-metode pembelajaran
seperti sosio drama dan permainan dapat membuat siswa menjadi antusias mengikuti pembelajaran yang berlangsung karena terkesan
tidak membosankan dan monoton. Metode yang digunakan oleh guru sejarah dapat berjalan
dengan lancar dikarenakan adanya sarana prasarana yang
mendukung kegiatan belajar mengajar di SMA N 1 Teladan Yogyakarta. Dengan adanya sarana dan prasarana seperti LCD dan
laboratorium IPS sangat membantu guru dalam mencapai bahan yang telah direncanakan dalam RPP. Keberadaan sarana dan
prasarana tersebut sangat efektif digunakan dan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih hidup. Hal ini diperkuat dengan
keterangan dari guru sejarah sebagai berikut: “Efektif sekali dengan sarana prasarana apalagi sejarah hanya
1 jam. Materi banyak dan waktunya begitu terbatas terutama untuk IPA. Hidup suasananya nanti”. Guru Sejarah 1,
wawancara tanggal 11 Maret 2014
Guru sejarah SMA N 1 Teladan Yogyakarta menyusun strategi dalam mengajar dengan menggunakan metode-metode
yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan materi yang diajarkan. Untuk kelas XI seperti program IPS cocok diterapkan sosio drama
agar bisa menjiwai tokoh dan tentunya tidak bosan. Guru menerapkan metode ini hanya di kelas IPS karena waktu
pembelajaran di kelas IPS lebih banyak yaitu 3 jam tiap minggu. Sedangkan IPA tidak karena hanya memiliki jatah 1 jam per
minggu, sehingga diganti dengan metode lain seperti pemutaran film beberapa menit saja atau permainan.
Untuk materi yang kontroversi guru sejarah kelas XI menggunakan metode debat. Sesuai dengan RPP guru lebih sering
memberi apersepsi dahulu sebelum mengajar, presentasi materi dan dilanjutkan proses refleksi terhadap nilai-nilai yang dapat diambil
pada proses pembelajaran. Pembelajaran sejarah dengan model refleksi, diskusi dan pelibatan siswa memberikan harapan bagi guru
untuk menanamkan niai karakter yang bisa dicontoh. Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan penggunaan metode lain seperti
sosio drama, debat dan permainan menjadi strategi guru dalam rangka menjadikan pembelajaran sejarah yang banyak materi agar
tidak membosankan. Penggunaan metode yang digunakan oleh guru sejarah 1 dalam mengajar kelas XI dapat diketahui dari
informasi guru tersebut di bawah ini: “Saya menggunakan presentasi, anak-anak saya kasih tugas
dulu kemudian mereka berkelompok dan mereka presentasi hasilnya, diskusi, sosio drama hanya diterapkan untuk anak
IPS karena terkait waktu. Minggu depan di kelas XI IPS akan maju tentang Perang Aceh sama Perang Diponegoro. Mereka
akan memerankan tokoh-tokoh itu ditampilkan di depan 10- 15 menit. Untuk materi yang kontroversi saya memakai
metode debat. Itu sangat hidup sekali, sebelumnya mereka saya berikan materi kemudian mereka mempertahankan
argumen nanti kalau sudah mentok saya yang menengahi. Sering saya bentuk kelompok. Kadang kelompoknya tetap.
Misalnya satu kelompok 7 orang, kalau dibentuk kecil saya pecah anggota berjumlah tujuh kelompok itu menjadi dua
kelompok
”. Guru Sejarah 1, wawancara tanggal 11 Maret 2014
Berdasarkan observasi
dan menganalisis
dokumen pembelajaran dan diperkuat oleh wawancara dengan guru sejarah
kelas XI mengenai proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sejarah tersebut dimulai dengan menyusun silabus dan RPP. Guru
tinggal mengikuti langkah-langkah yang telah disusun dalam RPP untuk mencapai bahan pembelajaran yang tertuang dalam RPP.