6
3. Bagi siswa KEMAMPUAN AKADEMIKNYA IQ DI BAWAH RATA-RATA
ditetapkan oleh lembaga berwenang al. psikologi atau assesment center TIDAK DIWAJIBKAN untuk mengikuti PBM UN PENDIDIKAN AKADEMIK,
dan diutamakan untuk mengikuti PENDIDIKAN KETERAMPILAN KHUSUS dengan program SERTIFIKASI KOMPETENSI oleh Lembaga Pendidikan
Asosiasi Keterampilan khusus Pasal 61 UU Sisdiknas.
4. Proses belajar mengajar dan manajemen dapat menggunakan TIK multimedia
5. memiliki fasilitas dan kelas ruang khusus dilampiri gambarketerangan. 6. membuat SURAT KEPUTUSAN PENGANGKATAN MANAJER PROGRAM
INKLUSI oleh Pimpinan Lembaga Satuan Pendidikan lampirkan. 7. atas dasar penilaian dari dinas pendidikan setempat penerima subsidi
harus menjadi SEKOLAH MODEL PERCONTOHAN di daerahnya. 8. MENANAM TANAMAN POHON al. buah, bunga sebanyak-banyaknya
yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
B.
BAGI PENERIMA SUBSIDI DITEGASKAN TIDAK ADA PUNGUTAN APAPUN, BAIK DALAM BENTUK APAPUN, UNTUK APAPUN, DAN OLEH SIAPAPUN
C.
Untuk kepentingan pemeriksaan dan pengawasan Itjen,BPK,BPKP dan KPK penerima subsidi HARUS MEMBAYAR PAJAK LEBIH AWAL sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan membuat laporan sesuai dengan PERMENDIKNAS NO. 16 TAHUN 2008 lihat
www.jardiknas.diknas.go.id dan
www.pkplk-plb.org .
D.
Bagi LembagaSatuan Pendidikan yang telah mempunyai fasilitas TIK harus mengirim laporan melalui e-mail ke
infoplbyahoo.com , dan se-
dapat-mungkin laporan dibuat dalam dua bahasa BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS pada lembar yang sama side by side.
7
8
PKK LSM
PERGURUAN TINGGI
ASOSIASI KECACATAN
ASOSIASI KETERAMPILAN KHUSUS
AHLI SPESIALIS
PSIKOLOGI KEDOKTERAN
MIPA
TIK
OLAHRAGA
SENI
9
i
10
UNE SCO
i
i
11
UNE SCO
Statement Article 2
We believe and pro claim that :
• EVERY CHILD HAS A FUNDAMENTAL RIGHT TO EDUCATION
, and must be
given the opportunity to achieve and maintain and acceptable level of learning, • EVERY CHILD
has UNIQUE CHARACTERISTICS, INTERESTS, ABILITIES
and LEARNING NEEDS
, • Educations systems should be designed and educational programmes
implemented to take into account the WIDE DIVERSITY OF THESE
CHARACTERISTICS and
NEEDS ,
• Those with SPECIAL EDUCATIONAL NEEDS MUST BE ACCESS TO REGULAR
SCHOOLS which should accommodate them within should a child centred
pedagogy capable of meeting these needs, • REGULAR SCHOOLS WITH THIS INCLUSIVE ORIENTATION
are the most effective means of
COMBATING DISCRIMINATORY ATTITUDES ,
CREATING WELCOMING COMMUNITIES, BUILDING IN INCLUSIVE SOCIETY AND ACHIEVING EDUCATION
FOR ALL;
more over, they provide an effective education to the majority of children and improve the efficiency and ultimately the cost-effectiveness of entire
education system.
i
i i
i
12
UNE SCO
Article 3
We call upon all governments and urge them to : • Give the
HIGHEST POLICY AND BUDGETARY PRIORITY to improve their education
systems to enable them to include all children regardless of INDIVIDUAL
DIFFERENCES OR DIFFICULTIES, • ADOPT
as a matter of LAW
or POLICY
the PRINCIPLE OF INCLUSIVE EDUCATION
, enrolling all children in regular schools, unless there are compelling reasons for
doing otherwise,
DEVELOP DEMONSTRATION PROJECTS and
ENCOURAGE EXCHANGES
with countries having experience with inclusive schools, • ESTABLISH DECENTRALIZED
and PARTICIPATORY MECHANISMS
for PLANNING,
MONITORING and
EVALUATING educational provision for
CHILDREN AND ADULTS with
SPECIAL EDUCATION NEEDS ,
• ENCOURAGE and
FACILITATE the
PARTICIPATION OF PARENTS, COMMUNITIES
and ORGANIZATION OF PERSONS
with DISSABILITIES
in the PLANNING AND
DECISION-MAKING PROCESSES concerning provision for special educational
needs, • Invest
GREATER EFFORT and
EARLY IDENTIFICATION and
INTERVENTION STRATEGIES
, as well as in VOCATIONAL
ASPECTS OF INCLUSIVE EDUCATION ,
• Ensure that, in the context of a systemic change, TEACHER
EDUCATION PROGRAMMES
, both PRE-SERVICE
and IN-SERVICE
, address the provision of special needs education in inclusive schools.
13
UNE SCO
Article 3
• The guiding principle that informs this Framework is that schools should ACCOMMODATE ALL CHILDREN
regardless of their physical, intellectual, social,
emotional, linguistic or other conditions. • This should include
DISABLED and
GIFTED CHILDREN ,
STREET and
WORKING CHILDREN,
CHILDREN FROM REMOTE or
NOMADIC POPULATIONS , CHILDREN
FROM LINGUISTIC, ETHNIC or
CULTURAL MINORITIES and children from other
DISADVANTAGED or
MARGINALIZED AREAS OR GROUPS .
• These conditions create a range of different challenges to school systems. In the context of this Framework, the term special educational needs’ refers to all those
children and youth whose needs arise from dissabilities or learning difficulties.
• Many children experience learning difficulties and thus have special educational needs are some time during their schooling.
• SCHOOLS HAVE TO FIND WAYS of successfully
EDUCATING ALL CHILDREN ,
including those who have serious disadvantages and disabilities
. • There is an emerging consensus that
CHILDREN AND YOUTH WITH SPECIAL EDUCATIONAL NEEDS
should be INCLUDED
in the EDUCATIONAL
ARRANGEMENTS made for the
MAJORITY OF CHILDREN .
• This has led to the CONCEPT OF THE INCLUSIVE SCHOOL
is that of DEVELOPING
A CHILD-CENTRED PEDAGOGY CAPABLE of successfully educating all children,
INCLUDING those who have
SERIOUS DISADVANTAGES AND DISABILITIES . […]
i i
i i
14
UU No. 4 tahun 1997
tentang Penyandang Cacat
Pasal 5 “ Setiap
penyandang cacat mempunyai
hak dan kesempatan yang sama
dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan”.
Pasal 6 “Setiap
penyandang cacat berhak memperoleh:
ayat 1 : Pendidikan pada semua
satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan
.
i
i
15
Pasal 48 :
PEMERINTAH WAJIB menyelenggarakan pendidikan dasar
MINIMAL 9 SEMBILAN TAHUN UNTUK SEMUA ANAK .
Pasal 49 :
NEGARA, PEMERINTAH, KELUARGA , dan
ORANG TUA wajib
memberikan KESEMPATAN YANG SELUAS-LUASNYA KEPADA
ANAK UNTUK MEMPEROLEH PENDIDIKAN.
Pasal 4 Pendidikan diselenggarakan secara
DEMOKRATIS dan
berkeadilan serta
TIDAK DISKRIMINATIF dengan menjunjung tinggi
HAK ASASI MANUSIA
, nilai KEAGAMAAN
, nilai KULTURAL
, dan kemajemukan
bangsa. Pasal 5
ayat 1 : Setiap warga negara mempunyai HAK YANG SAMA
untuk memperoleh
PENDIDIKAN YANG BERMUTU
UU no. 20 Tahun 2003 SISDIKNAS
16
beberapa cuplikan dari
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
BAB II DASAR, FUNGSI, DAN TUJUAN
Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
BERTUJUAN untuk
BERKEMBANGNYA POTENSI PESERTA DIDIK agar
menjadi manusia yang BERIMAN
dan BERTAQWA
kepada TUHAN YANG MAHA ESA
, BERAKHLAK MULIA
, SEHAT
, BERILMU
, CAKAP
, KREATIF
, MANDIRI
, dan menjadi warga negara yang
DEMOKRATIS serta
BERTANGGUNG JAWAB .
17
PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Pasal 4
2 Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan SISTEM TERBUKA DAN MULTIMAKNA
. 3 Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
PEMBUDAYAAN dan PEMBERDAYAAN
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 4 Pendidikan diselenggarakan dengan memberi
KETELADANAN ,
membangun KEMAUAN
, dan mengembangkan
KREATIVITAS peserta didik dalam proses
pembelajaran 5 Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
MEMBACA, MENULIS
, dan BERHITUNG
bagi segenap warga masyarakat. 6 Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui PERAN SERTA dalam PENYELENGGARAAN dan PENGENDALIAN MUTU layanan pendidikan.
18
Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Orang Tua
Pasal 7
1 ORANG TUA BERHAK berperan serta dalam
MEMILIH satuan pendidikan dan MEMPEROLEH
informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. 2 ORANG TUA DARI ANAK USIA WAJIB BELAJAR
, BERKEWAJIBAN MEMBERIKAN
PENDIDIKAN DASAR KEPADA ANAKNYA .
Bagian Ketiga Hak dan Kewajiban Masyarakat
Pasal 8
MASYARAKAT BERHAK berperan serta dalam
PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PENGAWASAN,
dan EVALUASI
program pendidikan. Pasal 9
MASYARAKAT BERKEWAJIBAN memberikan
DUKUNGAN SUMBER DAYA dalam
penyelenggaraan pendidikan.
19
Bagian Keempat Hak dan Kewajiban Pemerintah Dan Pemerintah Daerah
Pasal 10 Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 11 1 PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH WAJIB MEMBERIKAN LAYANAN DAN
KEMUDAHAN , serta
MENJAMIN TERSELENGGARANYA PENDIDIKAN YANG BERMUTU
bagi setiap warga negara TANPA DISKRIMINASI
. 2 PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH WAJIB MENJAMIN TERSEDIANYA DANA
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang BERUSIA TUJUH
SAMPAI DENGAN LIMA BELAS TAHUN .
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Pasal 35
1Standar nasional pendidikan terdiri atas, STANDAR ISI, PROSES, KOMPETENSI,
LULUSAN, TENAGA KEPENDIDIKAN, SARANA DAN PRASARANA, PENGELOLAAN, PEMBIAYAAN,
dan PENILAIAN PENDIDIKAN
yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
20
KURIKULUM Pasal 36
1 Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2 KURIKULUM pada
SEMUA JENJANG dan
JENIS PENDIDIKAN dikembangkan dengan
PRINSIP DIVERSIFIKASI sesuai dengan
SATUAN PENDIDIKAN, POTENSI DAERAH , dan
PESERTA DIDIK .
3 Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan :
a. peningkatan iman dan taqwa;
b. peningkatan akhlak mulia;
c. PENINGKATAN POTENSI, KECERDASAN, DAN MINAT PESERTA DIDIK
; d.
KERAGAMAN POTENSI DAERAH DAN LINGKUNGAN ;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja;
g. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI
; h.
agama i.
dinamika perkembangan global, dan j.
persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
BAB VII PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN
PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS Bagian Kesatu
Pendidikan Khusus Paragraf 1
Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Berkelainan
Pasal 143 1 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan berfungsi memberikan
layanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik ,
emosional ,
mental ,
intelektual ,
danatau sosial
.
2 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal
sesuai kemampuannya.
21
AKHIR
3 Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang : a. tunanetra;
b. tunarungu; c. tunawicara;
d. tunagrahita; e. tunadaksa;
f. tunalaras; g. berkesulitan belajar;
h. lamban belajar; i. autis;
j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat
adiktif lainnya; dan l. memiliki kelainan lainnya.
4 Kelainan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat juga berwujud gabungan dari 2 dua atau lebih jenis-jenis kelainan, yang disebut
tunaganda.
22
1 Pendidikan khusus
bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
2 Penyelenggaraan pendidikan khusus
dapat dilakukan melalui satuan
pendidikan khusus , satuan
pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan
, danatau
satuan pendidikan keagamaan. 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai program pendidikan khusus pada satuan
pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, danatau satuan pendidikan keagamaan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 145
1 Pemerintah provinsi
menyelenggarakan sekurang-kurangnya 1 satu satuan
pendidikan khusus untuk setiap jenis kelainan dan jenjang pendidikan sebagai
model sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2 Pemerintah kabupatenkota
menjamin terselenggaranya pendidikan khusus pada satuan pendidikan umum dan satuan pendidikan kejuruan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
23
3 Menjamin terselenggaranya pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan menetapkan sekurang-kurangnya 1 satu satuan
pendidikan umum dan satuan pendidikan kejuruan yang memberikan pendidikan khusus.
4 Dalam menjamin terselenggaranya pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 3, pemerintah provinsi danatau kabupatenkota menyediakan
sumberdaya pendidikan yang berkaitan dengan kebutuhan peserta didik berkelainan.
5 Perguruan tinggi wajib menyediakan akses
bagi mahasiswa berkelainan. 6 Pemerintah membantu tersedianya sumberdaya pendidikan yang berkaitan
dengan kebutuhan peserta didik berkelainan pada pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 3. Dan ayat 5 pada semua jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan
.
Pasal 146
Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada
jalur formal diselenggarakan
melalui satuan PAUD, satuan pendidikan dasar, satuan pendidikan menengah
.
24
Pasal 147 1. Satuan pendidikan khusus formal bagi peserta didik berkelainan untuk PAUD
berbentuk Taman Kanak-kanak Luar Biasa
, atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.
2. Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang pendidikan dasar terdiri atas:
a. Sekolah Dasar Luar Biasa
SDLB, atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.
b. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
SMPLB, atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.
3. Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang pendidikan menengah adalah
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa SMALB,
Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa
SMKLB, atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.
4. Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antar jenjang pendidikan danatau antar jenis kelainan.
5. Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal.
25
Paragraf 2
Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan danatau Bakat Istimewa
Pasal 148 1 Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan danatau bakat istimewa
berfungsi mengembangkan potensi keunggulan
peserta didik menjadi prestasi nyata sesuai dengan karakteristik
keistimewaannya. 2
Pendidikan khusus bagi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan danatau
bakat istimewa bertujuan
mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya
tanpa mengabaikan keseimbangan perkembangan
kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik, dan kecerdasan lainnya.
26
Pasal 149 1 Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan danatau bakat istimewa
dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan formal TKRABA, SDMI, SMPMTs, SMAMA, SMKMAK, atau bentuk lain yang
sederajat.
2 Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa dapat berupa :
a. program percepatan; danatau b. program pengayaan.
3 Program percepatan danatau pengayaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan persyaratan:
a. peserta didik memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa yang diukur dengan tes psikologi;
b. peserta didik memiliki prestasi akademik tuinggi danatau bakat istimewa di bidang seni danatau olahraga;
c. satuan pendidikan penyelenggara telah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
27
4 Program percepatan danatau pengayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan dengan
menerapkan sistem kredit semester sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
5 Penyelenggaraan program pendidikan khusus
bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dilakukan dalam bentuk
: a. kelas biasa;
b. kelas khusus; atau c. satuan pendidikan khusus.
28
Pasal 150
Pemerintah provinsi
menyelenggarakan sekurang-kurangnya 1 satu satuan
pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan danatau
bakat istimewa .
Pasal 151
Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan pada jalur pendidikan
nonformal.
Pasal 152
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pendidikan khusus diatur dengan
Peraturan Menteri..
29
Bagian Ketiga
Pendidikan Layanan Khusus
Pasal 153
1 Pendidikan layanan khusus
bertujuan menyediakan akses pendidikan
bagi peserta didik agar haknya untuk memperoleh pendidikan terpenuhi.
2 Pendidikan layanan khusus
berfungsi memberikan layanan pendidikan bagi peserta didik di daerah:
a. terpencil atau terbelakang;
b. yang mengalami bencana alam;
c. masyarakat adat terpencil;
d. yang mengalami bencana sosial;
danatau e.
tidak mampu dari segi ekonomi
30
Pasal 154
1 P endidikan layanan khusus
dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,
nonformal , dan
informal .
2 Pendidikan layanan khusus
pada jalur pendidikan formal
diselenggarakan dengan cara
menyesuaikan waktu, tempat, sarana dan
prasarana pembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan
, danatau sumberdaya pembelajaran
lainnya dengan
kondisi kesulitan peserta didik.
Pasal 155
Pemerintah danatau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing menyelenggarakan pendidikan layanan khusus.
Pasal 156
Ketentuan lebih lanjut tentang penyelenggaraan pendidikan layanan khusus diatur dengan Peraturan Menteri.
31
32
UNE SCO
All UN member states declared that by 2005 the following goals will be realised :
Goal 1: Eradicate extrame poverty
and hunger
• Reduce by half the proportion of people living on less than a dollar a day • Reduce by half the proportion of people who suffer from hunger
Goal 2: Achieve universal
PRIMARY EDUCATION
• Ensure that all boys and girls complete a full course of primary schooling
Goal 3: Promote gender equality and empowerment of women
• Eliminate gender disparity in
PRIMARY AND SECONDARY EDUCATION
preferably by 2005, and at all level by 2015
Goal 4: Reduce child mortality
• Reduce by two thirds the mortality rate among children under five
Goal 5: Improve maternal health
• Reduce by three quarters the maternal mortality ratio
Goal 6: Combat HIVAIDS
, malaria and other diseases
• Halt and begin to reverse the spread of HIVAIDS • Halt and begin to reverse the incidence of malaria and other major disease
33
UNE SCO
• Integrate the principles of sustainable development into country policies and programmes; reverse loss of environmental resources
• Reduce by half the proportion of people without sustainable access to safe drinking water
• Achieve significant improvement in lives of at least 100 million slum dwellers, by 2020
Goal 8: Development of Global Partnership for development
• Develop further an open trading and financial system that is rule-based, predictable and non-discriminatory, includes a commitment to good governance, development and
poverty reduction nationally and internationally
• Address the least developed countries’ special needs. This includes tariff- and quota- free access for their exports; enhanced debt relief for heavily indebted poor countries;
cancellation of official bilateral debt; and more generous official development assistance for countries commited to poverty reduction
• Address the special needs of landlocked and small island developing State • Deal comprehensively with developing countries’ debt problems through national and
international measures to make debt sustainable in the log term • In cooperation with the developing countries, develop decentand productive work for
youth • In cooperation with pharmaceutical companies, provide access to affordable essential
drugs in developing countries • In cooperation with the private sector, make available the benefits of new technologies
especially information and communications technologies
34
UNE SCO
Article 3
[…] It is an education
geared to tapping each individual’s talents and potential
, and
developing learners’ personalities , so that they can improve their lives and transform their
societies.
Article 6
Education is a fundamental human right. […]
Article 7
We hereby collectively commit ourselves to the attainment of the following goals: iexpanding and improving comprehensive
EARLY CHILDHOOD CARE AND EDUCATION ,
especially for the most VULNARABLE AND DISADVENTAGED CHILDREN
; iiensuring that by 2015 all
CHILDREN IN DIFFICULT CIRCUMSTANCES
and those belonging to
ETHNIC MINORITIES
, have access to and complete ,
FREE AND COMPULSORY PRIMARY EDUCATION OF GOOD QUALITY
; iiiensuring that the
LEARNING NEEDS OF ALL YOUNG PEOPLE AND ADULTS are met
through equitable access to appropriate learning and life-skill programmes; ivachieving a 50 per cent improvement in levels of adult literacy by 2015, especially for
women, and equitable access to basic and continuing education for all adults;
vELIMINATING GENDER DISPARITIES IN PRIMARY AND SECONDARY EDUCATION
by 2005, and achieving gender equality in education by 2015, with a focus on ensuring
girl ’
full and equal access to and echievement in basic education of good quality
; viimproving all aspects of the
QUALITY OF EDUCATION
[…]
35
1. Memperluas dan memperbaiki
keseluruhan perawatan dan pendidikan anak dini usia, terutama bagi
anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung
2. Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya
anak perempuan ,
anak-anak dalam keadaan sulit
dan mereka yang termasuk minoritas etnik
, mempunyai akses dan menyelesaikan
pendidikan dasar yang bebas dan wajib dengan kualitas baik
3. Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda
dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada
program-program belajar dan kecakapan hidup life skills yang sesuai
.
36
4.
Mencapai perbaikan 50 pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum
perempuan, dan
akses yang adil pada
pendidikan dasar dan
berkelanjutan bagi semua orang dewasa
5. Menghapus disparitas gender
dalam pendidikan dasar
dan menengah
menjelang tahun 2005 dan mencapai persamaan gender dalam pendikan menjelang tahun 2015 dengan suatu
fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan sama pada prestasi dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang
baik
6. Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin
keunggulannya , sehingga hasil belajar yang
diakui dan terukur dapat diraih
oleh semua, terutama dalam keaksaraan, angka dan
kecakapan hidup life skills yang penting.
37
UNE SCO
In a school moving Towards Inclusion quality education should be provided in a child and learning friendly environment, where diversity is experienced, embraced and recognised as enrichment for all
involved. Curricula, and teaching approaches and methods should be characterised by emphasising social aspects of learning, dialogue, sensitivity to childrens needs and interests, sharing - rather than
competing and creative and flexible teachers and classroom management. All children, also children experiencing barriers to learning, development and participation, including children with disabilities,
have the right for quality education in a school that is close to their home and a class that suits their age. [By Miriam Donath Skjorten, 2005]
Special Education
38
UNE SCO
Integrated Education
Inclusive Education
• Children are different; • All children can learn;
• Different abilities, ethnic groups,
size, age background, gender; • Change the system to fit the child.
39
HUMAN RIGHTS
1. All children have thr right to