SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
BAB III METODE PENELITIAN 3-7
Literatur-literatur yang berkaitan dengan penilaian prestasi kerja dan pemberian tunjangan berbasis kinerja.
3.8 Kebutuhan Data
Dalam pengerjaan kajian ini, peneliti membutuhkan sejumlah data sebagai dasar dan bahan penyusunan kajian. Data-data tersebut diperlukan
untuk memperkuat hasil kajian dan memberikan jawaban terhadap permasalahan yang terjadi. Adapun data-data yang dibutuhkan diantaranya:
Tabel 3.1 Kebutuhan Data
NARASUMBER KEBUTUHAN DATA
BKD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Metodologi penyusunan SKP PNS Kepulauan Bangka Belitung
Rekap SKP PNS Kepulauan Bangka Belitung Informasi terkait sistem SKP Online
Disnaker Kepulauan Bangka Belitung
Data proyeksi besaran UMRP Kepulauan Bangka Belitung untuk tahun 2015
Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tingkat
capaian reformasi
birokrasi Pemerintah
Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
BAPPEDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Struktur jabatan struktural dan fungsional Data kepegawaian SKPD
Anggaran Berbasis Kinerja
BKD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Data kepegawaian PNS dan CPNS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan
jabatan dan golongan Rekap SKP PNS Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Masukan dalam pemetaan data PNS sesuai
amanat UU ASN Data Analisa Jabatan dan Analisa Beban
Kerja
PNS Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung Data
Evaluasi Jabatan
PNS Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung DPKAD Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Data historis APBD sektor belanja tunjangan
Informasi terkait kriteria perumusan besaran tunjangan historis
Data
proyeksi kemampuan
belanja tunjangan kinerja
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
BAB III METODE PENELITIAN 3-8
NARASUMBER KEBUTUHAN DATA
Dinas Pelayanan Pajak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Data terkait mekanisme pemberian Upah Pungut
Sumber: Diskusi Internal, 2014
3.9 Metode Analisis Data
Pada tahap perumusan faktor yang mempengaruhi tunjangan berbasis kinerja dilakukan analisis yuridis normatif. Analisis ini dilakukan pada Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai
Negeri. Menurut amanat regulasi tersebut, pemberian tunjangan berbasis kinerja harus mempertimbangkan 1 tingkat capaian pelaksanaan reformasi
birokrasi, 2 nilai dan kelas jabatan, 3 indeks harga nilai jabatan, 4 faktor penyeimbang, dan 5 indeks tunjangan kinerja daerah provinsi.
Untuk mengetahui nilai dan kelas jabatan baik struktural maupun fungsional SKPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka perlu dilakukan
evaluasi jabatan dengan menggunakan metode Factor Evalution System FES. Akan tetapi, mengingat adanya keterbatasan data, lingkup, waktu dan biaya,
maka evaluasi jabatan SKPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak akan dilakukan pada kajian ini. Oleh karena itu, data evaluasi jabatan yang akan
digunakan merupakan hasil pendekatan dan penyesuaian terhadap data evaluasi jabatan yang sudah dilakukan oleh instansi pemerintahan lainnya.
Evaluasi jabatan merupakan suatu proses untuk menilai suatu jabatan secara sistematis dengan menggunakan kriteria-kriteria yang disebut sebagai
faktor jabatan terhadap informasi faktor jabatan untuk menentukan nilai jabatan dan kelas jabatan. Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan, metode evaluasi yang akan digunakan adalah
metode FES. Evaluasi jabatan struktural terdiri dari: Ruang lingkup dan dampak program;
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
BAB III METODE PENELITIAN 3-9
Pengaturan organisasi; Wewenang penyeliaan dan manajerial;
Hubungan personal; Kesulitan dalam pengarahan pekerjaan; serta
Kondisi lain. Sedangkan evaluasi jabatan fungsional terdiri dari:
Pengetahuan yang dibutuhkan jabatan; Pengawasan penyelia;
Pedoman; Kompleksitas;
Ruang lingkup dan dampak; Hubungan personal;
Tujuan hubungan; Persyaratan fisik; serta
Lingkungan pekerjaan. Dari hasil evaluasi jabatan tersebut akan dapat ditentukan kelas jabatan
seorang Pegawai Negeri Sipil PNS. Untuk batasan nilai dan kelas jabatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2 Nilai dan Kelas Jabatan
BATASAN NILAI KELAS
JABATAN 190-240
1 245-300
2 305-370
3 375-450
4 455-650
5 655-850
6 855-1100
7 1105-1350
8 1355-1600
9 1605-1850
10 1855-2100
11 2105-2350
12
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
BAB III METODE PENELITIAN 3-10
BATASAN NILAI KELAS
JABATAN 2355-2750
13 2755-3150
14 3155-3600
15 3605-4050
16 4055-ke atas
17
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Pada tahap perumusan besaran tunjangan berbasis kinerja, maka akan dilakukan perhitungan terhadap tunjangan berbasis kinerja berdasarkan data
kepegawaian PNS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan kelima faktor yang sudah didapat dari analisis tahap sebelumnya. Adapun data-data yang sudah
didapat kemudian dihitung menggunakan rumus:
TUNJANGAN KINERJA = TCPRBI x IHNJ x Kelas Jabatan x FP x ITKDP
Pada tahap terakhir, yaitu tahap perumusan skema pembiayaan tunjangan berbasis kinerja akan dilakukan perhitungan sumber-sumber dan
mekanisme pembiayaan tunjangan berbasis kinerja yang sudah dirumuskan. Untuk mendapatkan skema pembiayaan tersebut, maka dilakukan analisis
kemampuan APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan data historis beberapa tahun terakhir dan analisis yuridis normatif untuk mengetahui
amanat peraturan perundang-undangan yang mengatur komposisi beban APBD pada pemerintah daerah.
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
BAB IV HASIL ANALISIS AWAL 4-1
BAB I Pendahuluan
4.1 Latar Belakang Pemberian Tunjangan Kinerja
Pemberian remunerasi berbasis kinerja sudah menjadi amanat dari peraturan perundang-undangan. Menurut amanat Undang-Undang Nomor 05
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, hasil penilaian kinerja PNS digunakan untuk menjamin objektivitas dalam pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai
persyaratan dalam pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, dan promosi, serta untuk mengikuti pendidikan
BAB 4 HASIL ANALISIS AWAL
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
BAB IV HASIL ANALISIS AWAL 4-2
dan pelatihan. Selain itu UU ASN juga mengamanatkan PNS menerima gaji, tunjangan kinerja, tunjangan kemahalan, dan fasilitas.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil mengamanatkan penilaian prestasi kerja PNS yang
terdiri atas unsur Sasaran Kerja Pegawai 60 dan perilaku kerja 40. Penilaian Sasaran Kerja Pegawai SKP meliputi aspek kuantitas, kualitas, waktu,
dan biaya. Sedangkan penilaian perilaku kerja meliputi aspek orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerja sama, dan kepemimpinan.
Mengenai tunjangan kinerja terdapat peraturan perundang-undangan yang secara spesifik mengatur yaitu Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri. Regulasi tersebut
mengamanatkan pemberian tunjangan kinerja kepada Pegawai Negeri didasarkan pada tingkat capaian pelaksanaan reformasi birokrasi instansi, nilai
dan kelas jabatan, indeks harga nilai jabatan, faktor penyeimbang, dan indeks tunjangan kinerja daerah provinsi. Tunjangan kinerja juga diselenggarakan
dengan prinsip efisiensi dan equal pay for equal work. Dengan adanya tunjangan kinerja diharapkan dapat memotivasi Pegawai Negeri untuk
meningkatkan produktivitasnya. Menurut Roberia 2009, remunerasi merupakan suatu pembayaran
berupa uang danatau barang yang diberikan atas prestasipenghargaan baik dalam maupun sesudah berakhirnya suatu hubungan kerja berdasarkan suatu
sistem yang terstruktur, terbuka, adil, dan layak. Terdapat 5 lima prinsip remunerasi, yaitu sistem merit, adil, layak, kompetitif, dan transparan. Pemberian
remunerasi berbasis kinerja sangat erat hubungannya dengan manajemen kinerja. Dengan diberikannya remunerasi berbasis kinerja maka akan
meningkatkan produktivitas pegawai, meningkatkan manajemen kinerja, dan meningkatkan pencapaian tujuan organisasi. Menurut Direktorat Jenderal
Anggaran, manajemen kinerja adalah suatu proses strategis dan terpadu yang menunjang keberhasilan organisasi melalui pengembangan performansi aspek-
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
BAB IV HASIL ANALISIS AWAL 4-3
aspek yang menunjang keberadaan suatu organisasi. Tujuan dari manajemen kinerja diantaranya:
Mengatur kinerja organisasi agar terstruktur dan terorganisir; Mengetahui efektivitas dan efisiensi kinerja organisasi;
Membantu pembuatan keputusan organisasi terkait kinerja organisasi, internal organisasi, dan individu;
Meningkatkan kemampuan organisasi secara keseluruhan dengan perbaikan berkesinambungan; serta
Mendorong semangat dan produktivitas karyawan. Sampai saat ini terdapat 2 dua isu remunerasi yang terjadi di lingkungan
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu: Remunerasi yang diberikan belum dapat memenuhi kebutuhan hidup layak,
dengan permasalahan: Gaji yang diberikan masih ada yang dibawah UMR Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Gaji PNS untuk golongan I dan II masih ada yang dibawah UMR Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp 2.000.000,-. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan wewenang untuk meningkatkan pendapatan
pribadi. Rasio gaji terendah dan tertinggi jauh dari ideal dan tidak kompetitif.
Rasio gaji terendah dan tertinggi sebesar 1:3.9 berada dibawah standar BKN sebesar 1:10 dan jauh dibandingkan dengan standar Singapura 1:40,
Brunei 1: 25, dan Amerika Serikat 1:28. Hal ini mengakibatkan terjadinya brain drain ke sektor swasta.
Besarnya gaji belum memenuhi prinsip equity. Pemberian gaji masih didasarkan pada pangkat dan masa kerja, bukan
berdasarkan kompetensi, prestasi, sifat pekerjaan, dan tanggung jawab. Hal ini mengakibatkan rendahnya motivasi PNS untuk meningkatkan karir
dan prestasi. Tunjangan yang diberikan belum merata.
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
BAB IV HASIL ANALISIS AWAL 4-4
Tunjangan jabatan yang diberikan masih didasarkan pada jenjang jabatan dan kehadiran, bukan berdasarkan kinerjanya. Hal ini
mengakibatkan rendahnya kinerja PNS karena tidak ada insentif untuk meningkatkan kinerjanya.
Model remunerasi tunjangan yang diberikan belum ideal, dengan permasalahan:
Amanat Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang pemberian tambahan penghasilan belum seluruhnya diterapkan.
Pemberian tambahan penghasilan baru didasarkan pada jenjang jabatan, tingkat kehadiran, dan beban kerja pokok, dimana belum didasarkan
pada kemampuan keuangan daerah, faktor beban kerja pokok dan tambahan, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi atau
prestasi kerja sesuai amanat regulasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya kecemburuan dan penurunan semangan kerja PNS secara keseluruhan.
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum mengadopsi pemberian tunjangan berbasis kinerja kepada pegawainya.
Amanat Permenpan 63 Tahun 2011 tentang pemberian tunjangan berbasis kinerja yang didasarkan pada tingkat capaian pelaksanaan reformasi
birokrasi, nilai dan kelas jabatan, indeks harga nilai jabatan, faktor penyeimbang, dan indeks tunjangan kinerja daerah provinsi belum
diterapkan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini mengakibatkan
rendahnya motivasi
PNS untuk
meningkatkan profesionalitas dan produktivitasnya karena tidak tersedianya insentif.
Untuk dapat mengatasi isu-isu yang terjadi maka pemberian tunjangan yang sesuai dengan beban kerja serta kinerja individu dapat menjadi solusi.
Diharapkan kajian ini dapat menjadi bahan untuk membentuk paradigma pemberian tunjangan yang berbanding lurus dengan beban kerja yang
dihadapi.
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
BAB IV HASIL ANALISIS AWAL 4-5
Gambar 4.1 Perubahan Paradigma Pemberian Tunjangan
Sumber: Diskusi Internal, 2014
4.2 Perumusan Model Baru Tunjangan Kinerja