Pengaruh Arus Kas Operasi dan Modal Kerja Terhadap Likuiditas (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014)

(1)

(2)

(3)

(4)

144

RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

Nama : Lastry Nivia

Jenis Kelamin : Perempuan

Tampat, Tanggal Lahir : Sukabumi, 31 Desember 1993 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Jalan Raya Pamuruyan No. 39 RT 01 / RW 01 Desa Cisarua Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi 43356

Email : lastrynivia@gmail.com

2. Riwayat Pendidikan

1999 - 2000 : TK AD-Da’wah

2000 - 2006 : SD Negeri 1 Pamuruyan 2006 - 2009 : SMP Negeri 2 Cibadak

2009 - 2012 : SMA Mardi Yuana Kota Sukabumi

2012 - Sekarang : Program Strata Satu (S1) Program Studi Akuntansi, Universitas Komputer Indonesia, Bandung

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan.

Bandung, Agustus 2016

Lastry Nivia


(5)

THE INFLUENCE OF CASH FLOW OPERATING

AND WORKING CAPITAL TO LIQUIDITY

(Case Study on Manufacturing Company Food and Beverages

Listed in Indonesia Stock Exchange 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Program Studi Akuntansi

Oleh:

Nama: Lastry Nivia Nim: 21112140

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2016


(6)

vi

KATA PENGANTAR

ِمــــــــْيِح َرلا ِنٰمْح َرلا ِها ِمــــــــْسِب

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan yang menguasai segala kekuasaan dan pemiliki segala ilmu. Dengan sifat Maha Pengasih dan Penyayang-Nya memberikan keuasaan, ilmu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Atas Kehendak-Nya jualah Alhamdulillahirabbil„alamin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Arus Kas Operasi Dan Modal Kerja Terhadap Likuiditas (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

yang disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Studi Strata I pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Selama mempersiapkan dan menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari semua pihak khususnya dari Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Wali yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan-masukan yang berharga kepada penulis, sehingga dapat diselesaikannya skripsi ini dengan tepat waktu dan hasil yang optimal.

Maka dari itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :


(7)

vii

dan Bisnis Rektor Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., CA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Seluruh Staff Dosen Pengajar yang telah memberikan ilmu kepada penulis mudah-mudahan ilmu yang diajarkan bermanfaat dan menjadi amal kebaikan.

5. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi (Ibu Dona dan Ibu Senny), terima kasih untuk pelayanan dan informasinya.

6. Keluarga Tercinta, terutama Mama, Ayah, Kakak dan Adik yang selalu memberikan semangat dan dukungan moril maupun materil, serta doa yang tak pernah henti – hentinya diberikan kepada Penulis selama Penulis menuntut ilmu.

7. Teman-teman seperjuangan kelas AK-1 tahun angkatan 2012 terutama Erlita, Mentari, Honey yang selalu memberikan semangat beserta hiburan kepada penulis.

8. Keluarga kostan DU 90 Belakang Inzalya, Santi, Melissa, Fitria, Kak Novi, Amadea, Danica, Kak Diah, Kak Oca dan Noni yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi beserta hiburan kepada Penulis. 9. Kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam penyusunan


(8)

viii

Akhir kata Penulis sampaikan bahwa ilmu yang bermanfaat akan menjadi penolong kita diakhirat. Meski jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan laporan yang Penulis susun ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis dan para Pembaca pada umumnya. Amin yaa robbal a’lamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, Agustus 2016

Lastry Nivia 21112140


(9)

ix

SURAT PERNYATAAN

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Rumusan Masalah ... 11

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.4.1 Maksud Penelitian ... 11

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Kegunaan Penelitian... 12

1.5.1 Kegunaan Praktis ... 12

1.5.2 Kegunaan Akademis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka ... 13

2.1.1. Arus Kas Operasi ... 13

2.1.1.1 Pengertian Arus Kas ... 13


(10)

x

2.1.1.3 Manfaat Laporan Arus Kas ... 14

2.1.1.4 Klasifikasi Arus Kas ... 15

2.1.1.5 Pengertian Arus Kas Operasi ... 15

2.1.1.6 Indikator Arus Kas Operasi ... 16

2.1.2 Modal Kerja ... 17

2.1.2.1 Pengertian Modal Kerja ... 17

2.1.2.2 Konsep Modal Kerja ... 18

2.1.2.3 Jenis-jenis Modal Kerja ... 19

2.1.2.4 Manfaat Modal Kerja ... 19

2.1.2.5 Sumber Modal Kerja ... 20

2.1.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 20

2.1.2.7 Indikator Modal Kerja Bersih (Net Working Capital) ... 21

2.1.3 Likuiditas ... 22

2.1.3.1 Pengertian Likuiditas ... 22

2.1.3.2 Indikator Likuiditas ... 22

2.2 Kerangka Pemikiran ... 26

2.2.1 Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Likuiditas . 26 2.2.2 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas ... 27

2.3 Paradigma Penelitian ... 29

2.4 Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 31

3.2 Operasionalisasi Variabel ... 33

3.3 Sumber Data dan Teknik Pegumpulan Data ... 35

3.3.1 Sumber Data ... 35

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.4 Populasi, Sampel, Tempat serta Waktu Penelitian ... 38


(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 57

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 57

4.1.1.1 Analisis Deskriptif Arus Kas Operasi ... 58

4.1.1.2 Analisis Deskriptif Modal Kerja ... 63

4.1.1.3 Analisis Deskriptif Likuiditas ... 67

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif ... 71

4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 72

4.1.2.2 Uji Regresi Linier Berganda ... 77

4.1.2.3 Uji Analisis Korelasi ... 79

4.1.2.4 Uji Analisis Koefisien Determinasi ... 80

4.1.2.5 Pengujian Hipotesis ... 83

4.2 Pembahasan ... 87

4.2.1 Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Likuiditas ... 87

4.2.2 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(12)

96

DAFTAR PUSTAKA

Ade. 2011. Ini dia Alasan Merosotnya Industri Mamin. E-Paper Economy. Melalui http://economy.okezone.com/read/2011/05/03/320/452829/ini-dia-alasan-merosotnya-industri-mamin

Agnes Sawir. 2012. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Andi Supangat. 2007. Statistika. Bandung: Pustaka.

Bambang Riyanto. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.

Bambang Riyanto. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE.

Danang Sunyoto. 2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. Yogyakarta: PT. Refika Aditama.

Darsono dan Ashari. 2010. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan (Tips Bagi Investor, Direksi, dan Pemegang Saham). Penerbit Andi. Yogyakarta.

Dini Arifin, Ahmad S., dkk. 2013. Kontribusi Modal Kerja terhadap Likuiditas Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan di Kabupaten Lebak. E-Journal Management. Volume 2. Nomor 2, Tahun 2013. ISSN: 2337-912x.

Djarwanto. 2010. Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

Fahmi, Irham. 2011. Analisis Kinerja Keuangan, Panduan bagi Akademisi, Manajer, dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Bandung: Alfabeta

Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Kedua. Bandung: Alfabeta.

Fidyawati Rahim. 2015. Pengaruh Arus Kas Operasi dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Likuiditas (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI). Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi, Universitas Negeri Gorontalo.


(13)

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Hair, Joseph F. et al. 2006. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Hennie, Darrel and Simonet. 2013. International Financial Reporting Standars. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Henny Yulsiaty dan Wayu Aulia. 2015. Pengaruh Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntanika, No. 1, Vol. 1, Januari-Juni, 2015.

Husein, Umar. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi 11. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba 4.

Iswandi Sukartaatmadja. 2005. Pengaruh Arus Kas Operasi dan Laba Akuntansi Terhadap Tingkat Keuntungan dan Likuiditas Saham Emiten Sektor Keuangan di Bursa Efek Jakarta. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING. Volume 5, No. 2, Oktober 2005: 125-132.

John J. Wild. 2011. Financial Statement Analysis. Edisi 8, Buku 2. Jakarta: Salemba 4.

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Keenam. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Kasmir. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1, Cetakan 8. Jakarta: Rajawali Pers.

Kieso et. al., Donald E. 2011. Akuntansi Intermediate Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Lancaster Carol, Jerry L., Professor And Joseph A. 1999. Corporate Liquidity and

the Significance of Earnings Versus Cash Flow: An Examination of Industry Effects. The Journal of Applied Business Research. Vol. 15, Number 3.

Lisa Puspitasari, dkk. 2013. Analisa Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas pada Industry Ritel yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012. Business Accounting Review, Vol. 1, No. 2. 2013.

Lukman Syamsuddin. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo.


(14)

98

Martono Danang. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Munawir. 2011. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.

Noor Mahmud, Nour Abdulnaser. 2012. The Role of Cash Flow in Explaining the Change in Company Liquidity. Journal of Advanced Social Research, Vol. 2, No. 4, June 2012, 231-243. ISSN: 2231-8275.

Nurul Dan Christina Riani. 2011. Pengaruh Arus Kas terhadap Likuiditas pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Spread-April 2011, Volume 1, No. 1.

Nusa, Muktiadji dan Dini Trisnawati. 2008. Analisis Rasio Likuiditas Untuk Mengukur Kemampuan Perusahaan Dalam Membiayai Aktivitas Perusahaan (Studi Kasus Pada Pdam Tirta Pakuan, Bogor). JURNAL ILMIAH RANGGAGADING, Vol. 8, No. 1, April 2008: 44-50.

Nusa Muktiadji, dkk. 2007. Analisis Modal Kerja dalam Pengendalian Likuiditas dan Profitabilitas (Studi Kasus Pada PT. Inducement Tunggal Prakarsa, TBK). JURNAL ILMIAH RANGGAGADING. Volume 7, No. 1, April 2007: 37-44.

Raja Adri Satriawan. 2013. Pengantar Akuntansi Berbasis IFRS. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Singgih Santoso. 2002. Statistic Parametrik. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sisca Amelie. 2015. Harga BBM Berubah Tiap 2 Minggu, Ini Kata Pengusaha Minuman. Melalui http://bisnis.liputan6.com/read/2165717/harga-bbm-berubah-tiap-2-minggu-ini-kata-pengusaha-minuman

Sri Dwi Ambarwati. 2010. Manajemen Keuangan Lanjutan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Subramanyam & John J. Wild. 2011. Analisis laporan keuangan. Edisi 10, buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kuantitaif. Bandung: Alfabeta.


(15)

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D 12th Edition. Bandung: Alfabeta.

Sujoko, dkk. 2008. Metode Penelitian Akuntansi: Mengungkap Fenomena Dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta, Indonesia: Graha Ilmu.

Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.

Sofyan Syafri Harahap. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sofyan Syafri Harahap. 2011. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syahri, Alhusin. 2003. Aplikasi Statistik dengan SPSS. 10 for Windows. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Themin Suwardy, Dkk. 2012. Akuntansi Keuangan, (Edisi IFRS), (Edisi 8, Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Tony Wijaya. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ulber Silalahi. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Umi Narimawati, dkk. 2010. Penulisan Karya Ilmiah: Paduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir. Jakarta: Genesis.

Wahyu Sulistyawan. 2015. Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi dan Komponen-Komponen Akrual dalam Memprediksi Arus Kas Operasi dimasa depan. Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Yoyon Supriyadi dan Fani Fazriani. 2011. Pengaruh Modal Kerja terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING. Volume 11, No. 1, April 2011: 1-11.

Sumber Internet:

https://www.google.co.id/

http://www.idx.co.id/


(16)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Arus Kas Operasi 2.1.1.1 Pengertian Arus Kas

Arus kas suatu perusahaan berguna untuk memberikan informasi bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Laporan arus kas ini menggambarkan arus masuk kas dan keluar pada periode tertentu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pihak-pihak yang berkepentingan, dari informasi yang disajikan dalam bentuk laporan arus kas.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:257) menyatakan bahwa:

“Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan yang memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas pada suatu periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan : operasional, pembiayaan dan investasi.”

Menurut Kasmir (2015:68) menyatakan bahwa:

“Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Adapun arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan.”

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang berasal dari tiga komponen arus kas yaitu arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi.


(17)

2.1.1.2 Tujuan Laporan Arus Kas

Tujuan menyajikan laporan arus kas adalah memberikan infromasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Tujuan Laporan Arus Kas menurut Wahyu Sulistyawan (2015:75) adalah:

1. Untuk memperkirakan arus kas masa datang. Sumber dan penggunaan kas perusahaan perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ke tahun. Karena itu penerimaan dan pengeluaran kas dapat di terima sebagai alat yang baik untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dimasa mendatang.

2. Untuk mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Laporan arus kas akan melaporkan kegiatan investasi perusahaan sehingga memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi keputusan manajer.

3. Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditor.

4. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai laba bersih yang cukup tetapi kas yang rendah, menyebabkan diperlukannya informasi arus kas.

2.1.1.3 Manfaat Laporan Arus Kas

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:257), manfaat dari laporan arus kas yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan perusahaan mengelola kas, merencanakan, mengontrol kas masuk dan keluar perusahaan pada masa lalu.

2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan termasuk kemampuan membayar deviden di masa yang akan datang.

3. Informasi bagi investor, kredit memproyeksikan kembali dari sumber kekayaan perusahaan.

4. Kemampuan perusahaan untuk mamasukkan kas perusahaan di masa yang akan datang.

5. Alasan perbedaan antara laba bersih dengan penerimaan dan pengeluaran kas.

6. Pengaruh investasi baik terhadap posisi keuangan perusahaan selama periode tertentu.


(18)

15

2.1.1.4 Klasifikasi Arus Kas

Dalam penyajiannya laporan Arus kas ini memisahkan transaksi arus kas dalam tiga kategori. Menurut Hennie, Darrel dan Simonet (2013:46) penggolongan arus kas yaitu:

1. Arus kas dari kegiatan operasional, yaitu semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan dalam Laporan Laba/Rugi, dikelompokkan dalam golongan ini. Demikian juga arus kas masuk lainnya yang berasal dari kegiatan operasional.

2. Arus kas dari kegiatan investasi, disini dikelompokkan transaksi kas yang berhubungan dengan perolehan fasilitas investasi dan nonkas lainnya yang digunakan oleh perusahaan.

3. Arus kas dari kegiatan pembiayaan yaitu kelompok ini menyangkut bagaimana kegiatan kas diperoleh untuk membiayai perusahaan termasuk operasinya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas diklasifikasikan menurut arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas pendanaan dan arus kas dari aktivitas investasi yang memberikan informasi kepada para pengguna laporan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, karena arus kas dari aktivitas operasi ini merupakan sumber pendapatan utama suatu perusahaaan guna membiayai aktivitas operasional perusahaan.

2.1.1.5 Pengertian Arus Kas Operasi

Arus kas operasi merupakan bagian dari laporan arus kas perusahaan yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran yang berasal dari aktivitas operasional perusahaan seperti penerimaan kas dari pelanggan, penerimaan bunga, pembayaran bunga, pembayaran pajak dan pembayaran lainnya.


(19)

Menurut Hennie dan Darrel (2013:45) menyatakan bahwa:

“Arus kas operasi (operating cash flow) merujuk pada arus kas yang berasal dari aktivitas sehari-hari perusahaan dalam melakukan produksi atau penjualan.”

Sedangkan arus kas operasi menurut Kieso et al (2011:215) adalah:

“Arus kas operasi mencakup pengaruh kas dari transaksi yang mengasilkan pendapatan dan beban, kemudian dimasukkan dalam penentuan laba bersih. Sumber kas ini umumnya dianggap sebagai ukuran terbaik dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup untuk dapat melanjutkan usahanya.”

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi merupakan laporan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan baik untuk pendapatan dan pengeluarannya.

2.1.1.6 Indikator Arus Kas Operasi

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi di masa depan. Di bawah ini ada beberapa yang termasuk pada arus kas dari aktivitas operasi menurut Raja Adri Satriawan Surya (2013:85) yaitu:


(20)

17

Unsur-unsur arus kas masuk dari kegiatan operasi meliputi:

a.Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa termasuk penerimaan dari piutang akibat penjualan, baik jangka panjang atau jangka pendek; b.Penerimaan dari bunga pinjaman atas penerimaan dari surat berharga

lainnya seperti bunga atau deviden;

c.Semua penerimaan yang bukan berasal dari sebagian yang sudah dimasukkan dalam kelompok investasi pembiayaan, seperti jumlah uang yang diterima dari tuntutan di pengadilan, klaim asuransi, kecuali yang berhubungan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan seperti kerusakan gedung, pengembalian dana dari supplier (refund);

Unsur-unsur arus kas keluar dari kegiatan operasi adalah:

a.Pembayaran kas untuk membeli bahan yang akan digunakan untuk produksi atau untuk dijual, termasuk pembayaran utang jangka pendek atau jangka panjang kepada supplier barang jadi;

b.Pembayaran kas kepada supplier lain dan pegawai untuk kegiatan selain produksi barang dan jasa;

c.Pembayaran kas kepada pemerintah untuk pajak, kewajiban lainnya, denda dan lain-lain;

d.Pembayaran kepada pinjaman dan kreditur lainnya berupa bunga; e.Seluruh pembayaran kas yang tidak berasal dari transaksi investasi

atau pembiayaan seperti pembayaran tuntutan pengadilan, pengembalian dana kepada pelanggan dan sumbangan.

2.1.2 Modal Kerja

2.1.2.1 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja merupakan ukuran tentang keamanan dari kepentingan kreditur jangka pendek. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva lancar atau untuk membayar utang tidak lancar. Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk belanja operasional

sehari-hari, misalnya untuk pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya. Uang atau dana yang dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk ke perusahaan dalam waktu yang relatif pendek melalui penjualan hasil usaha (Sutrisno, 2010:39).


(21)

Menurut Fahmi (2012:100) mendefinisikan bahwa modal kerja yaitu: “Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek seperti kas, surat-surat berharga, persediaan dan piutang.” Sedangkan menurut Kasmir (2012:250) modal kerja yaitu:

“Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi jangka pendek yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya.” Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja meliputi semua aspek pengelolaan asset lancar dan kewajiban lancar yang digunakan oleh perusahaan untuk membelanjai operasi perusahaan sehari-hari.

2.1.2.2 Konsep Modal Kerja

Di dalam modal kerja terdapat beberapa konsep modal kerja. Menurut Sri Dwi Ambarwati (2010:114) ada tiga konsep modal kerja, yaitu:

1. Konsep Kuantitatif, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar, sehingga disebut modal kerja bruto karena tidak memperlihatkan utang jangka pendeknya. Missal: kas, efek, piutang dan persediaan.

2. Konsep Kualitatif, Pada konsep ini modal kerja bukan semua asset lancar, tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-permbayaran hutang yang segera jatuh tempo. Karena menurut konsep ini hutang lancar telah dikeluarkan dari perhitungan, sehingga modal kerja merupakan selisih antara asset lancar dengan hutang lancarnya.

3. Konsep Fungsional, Konsep ini lebih menitikberatkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pengahasilan langsung atau current income. Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan perusahaan dalam mencapai laba. Missal: kas, piutang dagang, persediaan barang dagangan, penyusutan bangunan dan gedung. Sedangkan efek baru menjadi modal kerja jika sudah terjual.


(22)

19

Dari ketiga konsep tersebut, konsep kuantitatif dan kualitatiflah yang sering digunakan perusahaan karena lebih sederhana dan mudah dimengerti.

2.1.2.3 Jenis-Jenis Modal Kerja

Penggolongan jenis-jenis modal kerja yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2011:61) adalah:

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini terdiri dari:

a) Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.

b) Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal. 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini terdiri dari:

a) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim. b) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang

jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.

c) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

2.1.2.4 Manfaat Modal Kerja

Modal kerja digunakan untuk membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, disamping bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.

Menurut Kasmir (2015:253), keberadaan modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa manfaat yaitu:


(23)

2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya.

3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya.

4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditor, apabila rasio keuangannya memenuhi syarat.

5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat pelanggan, dengan kemampuan yang dimilikinya.

6. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan penjualan dan laba.

7. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya aktiva lancar.

2.1.2.5 Sumber Modal Kerja

Sumber modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan menurut Kasmir (2015:256) adalah sebagai berikut:

Sumber-sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan passive. Berikut ini beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan, yaitu:

1. Hasil operasi perusahaan;

2. Keuntungan penjualan surat-surat berharga; 3. Penjualan saham;

4. Penjualan aktiva tetap; 5. Penjualan obligasi; 6. Memperoleh pinjaman; 7. Dana hibah; dan

8. Sumber lainnya.

2.1.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun, untuk memenuhi kebutuhan modal kerja tersebut sangat sulit segingga sering terjadi tidak tersedianya modal kerja yang sesuai kebutuhan. Hal ini disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada beberapa faktor yang memenuhinya. Oleh karena itu,


(24)

21

pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja harus selalu memperhatikan faktor-faktor tersebut.

Menurut Kasmir (2015:254), menyatakan bahwa :

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi modal kerja, yaitu 1. Jenis perusahaan;

2. Syarat kredit;

3. Waktu produksi; dan

4. Tingkat perputaran persediaan.

2.1.2.7 Indikator Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)

Dalam operasional kegiatan keseharian perusahaan, modal memiliki peran utama sehingga kelangsungan hidup perusahaan bias terjamin. Modal kerja menunjukkan tingkat keamanan atau margin of safety para kreditur terutama kreditur jangka pendek. Modal kerja yang cukup dapat memungkinkan perusahaan beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan akibat krisis-krisis atau kekacauan keuangan.

Menurut Bambang Riyanto (2011:58), modal kerja bersih adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (Net Working Capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Net Working Capital (NWC) adalah sebagai berikut:

Sumber: Bambang Riyanto (2011:58)


(25)

2.1.3 Likuiditas

2.1.3.1 Pengertian Likuiditas

Masalah likuiditas perusahaan berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya atau dalam membayar hutang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi.

Menurut Themin (2012:175) mendefinisikan likuiditas sebagai berikut: “Likuiditas adalah mengukur seberapa cepat suatu item dapat di konversi menjadi kas.”

Menurut Munawir (2011:141) mendefinisikan likuiditas sebagai berikut: “Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi utang jangka pendeknya pada saat ditagih.”

Menurut Subramanyam (2011:241) yang dialih bahasakan oleh Dewi yanti, mendefinisikan likuiditas sebagai berikut:

“Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya.”

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang-hutang jangka pendeknya pada saat jatuh tempo yang harus segera dipenuhi.

2.1.3.2 Indikator Likuiditas

Menurut Kasmir (2012:133) jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya sebagai berikut:


(26)

23

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rumus untuk mencari rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:

Sumber: Kasmir (2012:135)

Aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan dan aktiva lancar lainnya.

Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin.

Rasio Lancar =


(27)

2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test)

Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Artinya, nilai persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai persediaan.

Rumus untuk mencari rasio cepat dapat digunakan sebagai berikut:

Sumber: Kasmir (2012:137)

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rumus untuk mencari rasio kas dapat di gunakan sebagai berikut:

Rasio Cepat =


(28)

25

Sumber: Kasmir (2012:139)

4. Rasio Perputaran Kas

Rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rumus yang digunakan untuk mencari rasio ini adalah sebagai berikut:

Sumber: Kasmir (2012:141)

5. Inventory to Net Working Capital

Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Sumber: Kasmir (2012:142)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan perhitungan rasio lancar (current ratio) karena Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Sehingga

Rasio Kas =

Rasio Perputaran Kas =

Inventory to NWC =


(29)

perusahaan yang memiliki total aktiva lancar yang tinggi dapat dijadikan jaminan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Dimana current ratio menurut Fahmi (2011:121), adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh tempo.

Sedangkan menurut Agnes Sawir (2012:28), current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini menunjukan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.

2.2. Kerangka Pemikiran

2.2.1. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Likuiditas

Tingkat likuiditas dijadikan sebagai salah satu ukuran mengenai kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang tingkat likuiditas tinggi berarti perusahaan tersebut mempunyai kemampuan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor. Untuk menilai tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dilihat pada laporan arus kas khususnya arus kas operasi. Kas merupakan aktiva paling likuid sehingga semakin besar jumlah kas dimiliki oleh suatu perusahaan maka akan tinggi pula tingkat likuiditasnya (Darsono dan Ashari, 2010:89).

Lalu menurut Lukman Syamsuddin (2011:41) menyatakan bahwa likuiditas yaitu suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.


(30)

27

Menurut Munawir (2011:143) menyatakan bahwa semakin besar nilai arus kas dari aktivitas operasi yang dimiliki maka semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya pada saat jatuh tempo.

Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2010:94) menyatakan bahwa makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti perusahaan mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya.

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh (Carol Lancaster, Jerry L Stevens, dan Joseph A Jennings : 1999) jika menggunakan current ratio maka arus kas operasi mempunyai hubungan terhadap likuiditas.

Lalu penelitian yang dilakukan oleh (Mahmoud. I. Noor, Abdulnaser Nour, Shkairi Musa, Saleh Zorqan : 2012) Cash flows from operation (arus kas dari aktivitas operasi) berpengaruh positif terhadap likuiditas bila menggunakan current ratio.

Serta selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nurul Hayati : 2011) yaitu hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa secara simultan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.

2.2.2. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas

Dalam kajian Kasmir (2012:252), Modal kerja memiliki suatu yang penting bagi operasional suatu perusahaan. Disamping itu manajemen modal kerja juga memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan modal kerjanya, agar dapat


(31)

meningkatkan likuiditas. Kemudian dengan terpenuhi modal kerja, perusahaan juga dapat memaksimalkan perolehan Likuiditas Perusahaannya.

Lalu menurut Subramanyam (2011:241), menyatakan bahwa modal kerja juga penting untuk mengukur cadangan likuiditas yang tersedia untuk memenuhi kontijensi dan ketidakpastian yang terkait dengan keseimbangan antara arus kas masuk dengan arus kas keluar perusahaan.

Sedangkan menurut Djarwanto (2010:37), Perusahaan dikatakan mempunyai posisi likuiditas yang kuat apabila mampu memelihara modal kerja yang cukup untuk membelanjai operasi perusahaan yang normal.

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh (Nusa Muktiadji : 2007) berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ratio lancar.

Serta penelitian yang dilakukan oleh (Lisa Puspitasari : 2013), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap likuiditas.

Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Yoyon Supriyadi : 2011) berdasarkan hasil penelitiannya, maka pengaruh modal kerja terhadap rasio lancar, memiliki hubungan positif terhadap rasio lancar, dan memiliki keeratan hubungan dengan variabel modal kerja. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio lancar.


(32)

29

2.3. Paradigma Penelitian

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.4. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013:64) mendefinisikan hipotesis adalah sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.”

Arus Kas Operasi (X1)

(Hennie & Darrel, 2013:45) (Kieso et al, 2010:215)

Modal Kerja (X2)

(Sutrisno, 2010:39) (Fahmi, 2013:100) (Kasmir, 2012:250)

Likuiditas (Y)

(Themin, 2012:175) (Munawir, 2011:141) (Subramanyam, 2011:241) Darsono (2010:89)

Lukman (2011:41) Munawir (2011:143)

Bambang (2010:94)

Kasmir (2012:252) Subramanyam

(2011:241) Djarwanto (2010:37)


(33)

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan diatas maka penulis menarik hipotesis penelitian ini, yaitu bahwa :

H1 : Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Likuiditas.


(34)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:2), mendefinisikan bahwa metode penelitian adalah sebagai berikut:

“Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.”

Sedangkan menurut Ulber Silalahi (2012:12), menyatakan bahwa :

“Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau masalah tersebut.”

Dari definisi metode penelitian di atas maka dapat dikatakan bahwa metode penelitian merupakan tata cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau masalah tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif.

Menurut Umi Narimawati (2010:29), mendefinisikan bahwa metode deskriptif adalah sebagai berikut :

“Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”


(35)

Menurut Sugiyono (2012:13), menjelaskan bahwa metode verifikatif dapat diartikan sebagai :

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Dari definisi-definisi yang telah diuraikan di atas maka dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang meneliti, mengkaji, dan melukiskan fenomena secara teoritis. Penelitian deskriptif memberikan gambaran tertentu yang berkaitan dengan fakta dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, dan mengklasifikasi, menganalisis, dan menginterprestasikan hasil penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai gambaran situasi yang sebenarnya. Sedangkan penelitian verifikatif digunakan untuk menguji kebenaran teori dan hipotesis yang telah dikemukakan oleh para ahli.

Objek penelitian menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian, hal ini berhubungan dengan judul penelitian dan data yang diperlukan (Danang Sunyoto, 2013:19). Menurut Sugiyono (2010:38), mendefinisikan bahwa objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Maka objek penelitian dalam penelitian ini adalah Arus Kas Operasi, Modal Kerja, dan Likuiditas.


(36)

33

Unit analisis dan unit observasi menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian. Hal ini berhubungan dengan tempat penelitian dan bagian penelitian pada unit analisis. Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan untuk unit observasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI.

3.2. Operasionalisasi Variabel

Menurut Umi Narimawati (2010:31) mendefinisikan operasionalisasi variabel adalah sebagai berikut:

“Proses penguraian variabel penelitian keadaan sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor.”

Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel independen (X1 dan X2) sebagai variabel bebas dan variabel dependen (Y) sebagai variabel terikat. Adapun penjelasan untuk setiap variabel adalah sebagai berikut :

1. Variabel Independen

Menurut Danang Sunyoto (2013:24), variabel independen atau variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang nilainya tidak tergantung oleh variabel lain. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen adalah arus kas operasi dan modal kerja.

2. Variabel Dependen

Menurut Danang Sunyoto (2013:24), variabel dependen atau variabel tergantung (dependent variabel) adalah variabel yang besar kecilnya tergantung


(37)

pada nilai variabel bebas. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel dependen adalah likuiditas.

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai Arus Kas Operasi dan Modal Kerja Terhadap Likuiditas, maka operasionalisasi variabel penelitian dapat disajikan dalam table dibawah ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala

Arus Kas Operasi

(X1)

Arus kas operasi (operating cash flow) merujuk pada arus kas yang berasal dari aktivitas sehari-hari perusahaan dalam melakukan produksi atau penjualan.

(Hennie dan Darrel, 2013:45)

Arus kas masuk dari kegiatan operasi meliputi :

1. Hasil penjualan tunai barang atau jasa. 2. Penagihan piutang. 3. Hasil klaim asuransi. 4. Penerimaan bunga

dan dividen.

5. Penerimaan lain-lain. Arus kas keluar dari kegiatan operasi meliputi:

1. Pembelian

persediaan, baik bahan mentah, bahan setengah jadi, ataupun barang jadi. 2. Pembayaran gaji dan

upah.

3. Pembelian supplies kantor.

4. Biaya-biaya penjualan.

5. Biaya administrasi dan umum.

6. Pembayaran pajak. 7. Pengeluaran

lain-lain.


(38)

35

(Raja, 2013:85) Arus Kas Operasi = Arus Kas Masuk – Arus

Kas Keluar

Modal Kerja (X2)

Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi jangka pendek yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya. (Kasmir, 2012:250)

 Aktiva Lancar

 Utang Lancar Net Working Capital =

Aktiva Lancar – Utang Lancar (Bambang Riyanto,

2011:58)

Rasio

Likuiditas (Y)

Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi utang jangka pendeknya pada saat ditagih.

(Munawir, 2011:141)

Aktiva Lancar (Current Assets)  Utang Lancar

(Current Liabilities) Current Ratio =

Aktiva Lancar Utang Lancar Kasmir (2012:135)

Rasio

3.3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber data sekunder. Menurut Danang Sunyoto (2013:21), menjelaskan bahwa data sekunder adalah sebagai berikut:


(39)

“Data yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan dan dari sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan objek penelitian atau dapat dilakukan dengan menggunakan data dari Biro Pusat Statistik.”

Sedangkan menurut Tony Wijaya (2013:19), menjelaskan bahwa data sekunder adalah sebagai berikut:

“Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat siap dipakai. Data sekunder mampu memberikan informasi dalam pengambilan keputusan meskipun dapat diolah lebih lanjut.”

Sebagai suatu penelitian empiris maka data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan selama 5 tahun terakhir terhitung dari tahun 2010 sampai tahun 2014 pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini merupakan cara-cara untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data dapat diperoleh dengan cara :

1. Penelitian secara langsung (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang diperoleh dengan cara dokumentasi dan wawacara langsung dengan narasumber.

a. Observasi (Observation)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengadakan pengamatan secara langsung ke dalam perusahaan untuk


(40)

37

mendapatkan bukti-bukti yang dapat mendukung dan melengkapi hasil penelitian.

b. Dokumentasi (Filling)

Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mencatat data yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dari dokumen-dokumen yang dimiliki instansi terkait, yaitu Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam hal ini penulis juga menggunakan media internet sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data penelitian yang dilakukan.

c. Wawancara (Interview)

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang berhubungan masalah yang akan diteliti dengan pihak-pihak yang terkait.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha guna memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data tersebut dapat diperoleh dari literatur, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dokumentasi (filling) dan studi kepustakaan (Library Research) dengan cara membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang menjadi objek penelitian dan membaca data-data laporan keuangan instansi terkait yang sudah dipublikasikan.


(41)

3.4. Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu Penelitian 3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012: 80), pengertian populasi yaitu sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi yang digunakan peneliti adalah laporan keuangan tahunan Perusahaan Manufaktur Makanan & Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2010-2014 yaitu sebanyak 15 perusahaan.

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan Manufaktur Makanan & Minuman yang Dijadikan Populasi

No. Nama Perusahaan Kode

Saham

Tanggal IPO

1. PT. Akasha Wira Internasional Tbk. ADES 13 Juni 1994 2. PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk AISA 11 Juni 1997 3. PT Tri Banyan Tirta, Tbk ALTO 10 Juli 2012 4. PT Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk CEKA 9 Juli 1996 5. PT Delta Djakarta, Tbk DLTA 12 Feb 1984 6. PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk ICBP 7 Oct 2010 7. PT Indofood Sukses Makmur, Tbk INDF 14 Juli 1994 8. PT Multi Bintang Indonesia, Tbk MLBI 17 Jan 1994 9. PT Mayora Indah, Tbk MYOR 4 Juli 1990 10. PT Prashida Aneka Niaga, Tbk PSDN 18 Oct 1994 11. PT Nippon Indosari Corporindo, Tbk ROTI 28 Jan 2010 12. PT Sekar Bumi, Tbk SKBM 5 Jan 1993


(42)

39

13. PT Sekar Laut, Tbk SKLT 8 Sept 1993 14. PT Siantar Top, Tbk STTP 16 Dec 1996

15.

PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk

ULTJ

2 Juli 1990

Sumber : www.idx.co.id

3.4.2 Penarikan Sampel

Dengan penarikan secara sampel diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.

Menurut Martono (2014: 76), sampel didefiniskan sebagai berikut:

“Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti atau sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi.”

Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi dilakukan dengan teknik pengambilan sampling yang tepat. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Dalam kajiannya, Sujoko, dkk. (2008: 86) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah metode penetapan sampel dengan cara menentukan target dari elemen populasi yang diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya.

Untuk itu penulis mempunyai kriteria terhadap sampel yang akan diteliti yaitu berdasarkan:

1. Perusahaan Manufaktur Makanan & Minuman yang terdaftar di BEI periode tahun 2010-2014.

2. Laporan Keuangan yang memuat informasi mengenai arus kas operasi, modal kerja dan likuiditas (current ratio) pada perusahaan.


(43)

3. Sampel yang diambil sebanyak 5 tahun periode 2010-2014 karena sudah dianggap respresentatif (mewakili) untuk dilakukan uji penenlitian.

Tabel 3.3

Kriteria Penentuan Pengambilan Sampel

No Kode Nama Perusahaan

Kriteria Penentuan

Sampel

Sampel

1 2 3

1. ADES PT. Akasha Wira Internasional Tbk. 2. AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk x - 3. ALTO PT Tri Banyan Tirta, Tbk x - 4. CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk x x - 5. DLTA PT Delta Djakarta, Tbk 6. ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk 7. INDF PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 8. MLBI PT Multi Bintang Indonesia, Tbk 9. MYOR PT Mayora Indah, Tbk 10. PSDN PT Prashida Aneka Niaga, Tbk x - 11. ROTI PT Nippon Indosari Corporindo, Tbk

12. SKBM PT Sekar Bumi, Tbk x -

13. SKLT PT Sekar Laut, Tbk x x -

14. STTP PT Siantar Top, Tbk x x - 15.

ULTJ

PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk

Jumlah sample yang dianjurkan dalam suatu penelitian menurut Hair et al (2006:196), diungkapkan bahwa:

“In addition to its role in determining statistical power, sample size also


(44)

41

independent variables. A general rule is that the ratio should be never fall below 1:15, meaning that five observations are made for each independent

variable in the variate.”

Berdasarkan teori tersebut, jumlah sampel minimal dalam penelitian adalah 30 buah sampel. Berdasarkan tabel di atas maka sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 sampel laporan keuangan, dimana perusahaan yang masuk ke dalam kriteria sampel adalah 8 perusahaan dengan periode laporan keuangan selama 5 tahun yaitu tahun 2010-2014.

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, maka penulis mengadakan penelitian di PT. Bursa Efek Indonesia Kantor Perwakilan Bandung yang berlokasi di Jl. Veteran No. 10 Bandung 40132 Telp. (022) 421-4349.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada Februari 2016 sampai dengan Agustus 2016.


(45)

Tabel 3.4 Waktu Penelitian

No Deskripsi Kegiatan 2016

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu

1

Pra Survei:

a. Persiapan Judul b. Persiapan Teori c. Pengajuan Judul d. Mencari Perusahaan

2

Usulan Penelitian: a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Sidang UP d. Revisi UP

3 Pengumpulan Data

4 Pengolahan Data

5

Penyusunan Skripsi

a. Bimbingan Skripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi d. Pengumpulan Skripsi

3.5.Metode Pengujian Data

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa metode penelitian yang digunakan dalam penelitian penulis adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

Metode analisis kuantitatif menurut Sugiyono, (2012:8) sebagai berikut :

“Metode yang dapat diartikan sebagai metode analisis yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dijelaskan melalui analisis statistik inferensial. Menurut (Sugiyono, 2012:148) menyatakan bahwa Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel


(46)

43

dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Selain itu analisis statistik inferensial juga disebut dengan statistik probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan sampel itu kebenarannya bersifat peluang (probability) yaitu peluang kesalahan dan kepercayaan yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

Statistik inferensial terbagi atas statistik parametric dan statistik nonparametric. Statistik inferensial dalam penelitian penulis adalah statistik parametric. Menurut (Sugiyono 2012:150) menjelaskan statistik parametric kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio.

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regresi berganda maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Beberapa asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Linear Regression) sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Berikut ini merupakan uji asumsi klasik, analisis korelasi pearson dan analisis korelasi berganda.

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda.Hal ini dilakukan sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Pengujian asumsi klasik meliputi:


(47)

(1) Uji Normalitas

Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan uji normalitas sebagai berikut:

“Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak.”

Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Asumsi Normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi, apabila model regresi tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji t masih meragukan, karena statistik uji F dan uji t pada analisis regresi diturunkan dari distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regresi.

Dengan dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance) menurut Singgih Santoso (2002:393) sebagai berikut:

“a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal; dan b. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.”


(48)

45

Menurut Singgih Santoso (2002:322) pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas; dan

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

(2) Uji Multikolinearitas

Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi linear berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variabel dimana akan diukur keeratan hubungan antarvariabel bebas tersebut melalui besaranya koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinearitas, jika koefisien korelasi antarvariabel bebas lebih besar dari 0,60. Dikatakan tidak terjadi mltikolinearitas jika koefisien korelasi antarvariabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60. Atau dalam menetukan ada tidaknya multikolinearitas dapat digunakan cara lain yaitu:

Nilai tolerance (α) dan variance inflation factor (VIF) dapat dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut sebagai berikut:

 Besar nilai tolerance (α) : α = 1 / VIF

 Besar nilai variance inflation factor (VIF) : VIF = 1 / α

Variabel bebas mengalami multikolinearitas jika α hitung < α dan VIF hitung > VIF sedangkan jika Variabel bebas tidak mengalami multikolinearitas jika α hitung > α dan VIF hitung < VIF

 Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistik (α).


(49)

 Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat.

(3) Uji Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi Homoskedastisitas dan jika variannya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas.

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas (sumbu X = Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y = Y prediksi – Y riil). Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar dibawah maupun diatas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang.

(4) Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linear antar kesalahan pengganggu periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Dengan demikian dapat


(50)

47

dikatakan bahwa uji asumsi klasik autokorelasi dilakukan untuk data time series atau data yang mempunyai seri waktu, misalnya data dari tahun 2000 sampai dengan 2012.

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW). Dengan melakukan uji Durbin Watson, dapat diketahui apakah terdapat autokorelasi antarsesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Secara umum, kriteria yang digunakan adalah :

 Jika DU < DW < 4-DU maka Ho diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi  Jika DW < DL atau DW > 4-DL maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi  Jika DL < DW < DU atau 4-DU < DW < 4-DL, artinya tidak ada kepastian

atau kesimpulan yang pasti

Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test. Pengambilan keputusan ada tidaknya korelasi, dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 3.5 Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No Decision 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 – du


(51)

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Definisi Garis Regresi menurut Andi Supangat (2010:352) adalah sebagai berikut:

“Garis regresi (regression line/line of the best fit/estimating line) adalah suatu garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter diagram) sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya).”

Analisis regresi linear berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana hubungan arus kas operasi dan modal kerja terhadap likuiditas. Menurut Sugiyono (2012:261) bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut :

Keterangan:

Y = Likuiditas

X1 = Arus Kas Operasi X2 = Modal Kerja α = Konstanta Intersep

β1 = Koefisien regresi variabel arus kas operasi β2 = Koefisien regresi variabel modal kerja ε = Tingkat kesalahan (error term)

Arti koefisien β menunjukan hubungan searah antara variabel bebas dengan variabel terikat jika bernilai positif (+). Dengan kata lain, peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai β negatif (-), menunjukan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai variabel terikat dan sebaliknya. Selanjutnya


(52)

49

untuk mengetahui apakah hubungan yang telah ada mempunyai kadar tertentu, maka harus melihat dua hal. Pertama, ada (dalam pengertian nyata atau berarti) atau tidak ada keterkaitan antara Likuiditas (Y) dengan Arus Kas Operasi (X ) dan Likuiditas (Y) dengan Modal Kerja (X ).

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas X1 dan X2 metode kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, b1, dan b2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Σy = na + b1ΣX1 + b2ΣX2

ΣX1y = aΣX1 + b1ΣX12 + b2ΣX1X2 ΣX2y = aΣX2 + b1ΣX1X2 + b2ΣX22 (Sumber: Sugiyono, 2012: 279)

3. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).

Analisis korelasi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui arah dan kuatnya hubungan antar variabel. Arah dinyatakan dalam positif dan negatif, sedangkan kuat atau lemahnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Nilai koefisien korelasi dapat dinyatakan -1 ≤ R ≤ 1 apabila:


(53)

2) Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif.

Interprestasi dari nilai koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

1) Jika r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan (jika variabel independen naik, maka variabel dependen turun, dan jika variabel independen turun, maka variabel dependen naik).

2) Jika r = +1 atau mendekati +1, maka terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen dan variabel dependen dan hubungannya searah (jika variabel independen naik, maka variabel dependen naik, dan jika variabel independen turun, maka variabel dependen turun).

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.6

Tingkat Keeratan Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber : Sugiono (2012: 250)

Untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y serta Variabel X2 dan Y, adalah sebagai berikut :


(54)

51

(a) Menghitung koefisien korelasi antara arus kas operasi (X1) terhadap likuiditas (CR) (Y), menggunakan rumus:

Sumber: Sugiyono (2012:274)

(b) Menghitung koefisien korelasi antara modal kerja (X2) terhadap likuiditas (CR) (Y), menggunakan rumus :

Sumber: Sugiyono (2012:274) Keterangan:

r = Koefisien korelasi ( -1ӊ r Ӌ +1), di mana x = Variabel bebas

y = Variabel terikat

4. Analisis Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh arus kas operasi (X1) dan modal kerja (X2) terhadap likuiditas (Y) dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi atau disingkat Kd yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu :

Sumber: Umi Narimawati (2010:50) Keterangan:

Kd = Koefisien Determinasi atau Seberapa Jauh Perubahan Variabel Y Dipergunakan oleh Variabel X

r² = Kuadrat Koefisien Korelasi

100% = Pengkali yang menyatakan dalam persentase


(55)

Dengan diketahuinya koefisien korelasi antara masing-masing arus kas operasi (X1) dan modal kerja (X2) serta likuiditas (Y), kita bisa menentukan koefisien determinasi. Koefisien determinasi tersebut digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang ditimbulkan masing-masing variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y).

Pada hakikatnya nilai r berkisar antara -1 dan 1, bila r mendekati -1 atau 1 maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang erat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Bila r mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sangat lemah atau bahkan tidak ada.

3.6. Metode Analisis Data

Pengertian rancangan/metode analisis menurut Umi Narimawati (2010:41) menyatakan bahwa :

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti.”

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011:159).

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan. Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada


(56)

53

tidaknya korelasi dan pengaruh variabel independen X1 dan X2 secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan Pengujian Secara Parsial (Uji Statistik t).

Uji statistik t digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh signifikan secara parsial atau satu pihak dari masing-masing variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Hipotesis nol (H0) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis alternatif (H1) menunjukkan adanya pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen, maka pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.)Uji Statistik t

Pengujian secara parsial menggunakan uji t (pengujian signifikansi secara parsial). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah :

1. Menyusun Hipotesis

Adapun hipotesis statistik yang akan di uji dalam penelitian ini adalah:

a) Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Likuiditas.

H0 : β1 = 0, Arus Kas Operasi tidak berpengaruh terhadap Likuiditas. Ha : β1 ≠ 0, Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Likuiditas. b) Pengaruh Modal Kerja terhadap Likuiditas.

H0 : β2 = 0, Modal Kerja tidak berpengaruh terhadap Likuiditas. Ha : β2 ≠ 0, Modal Kerja berpengaruh terhadap Likuiditas.


(57)

2. Menentukan tingkat signifikan

Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = n – k – l, untuk menentukan tabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variable-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.

3. Mencari Nilai

4. Menentukan daerah penerimaan atau penolakan hipotesis dengan membandingkan dengan dengan ketentuan :

 Jika < atau > , variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, maka H0 ditolak (signifikan).

 Jika variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, maka H0 diterima (tidak signifikan).

5. Menentukan Kesimpulan Berdasarkan Probabilitas

Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas kurang dari 0,05.

2.) Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Penggambaran daerah penerimaan atau penolakan hipotesis beserta kriteria akan dijelaskan sebagai berikut:


(58)

55

a. Jika maka H0 ada di daerah penolakan, hal ini diartikan

Ha diterima dan artinya antara variabel X dan variabel Y memiliki pengaruh.

b. Jika maka H0 ada di daerah penerimaan, hal ini diartikan Ha ditolak dan artinya antara variabel X dan variabel Y tidak memiliki pengaruh.

c. dicari dengan rumus perhitungan

d. dicari didalam tabel distribusi dengan ketentuan α = 0,05

dan dk = (n – k – 1) atau 24 – 2 – 1 = 21

Sumber: Sugiyono (2011:185)

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho

3.) Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan dan berlaku sebaliknya. Jika jatuh di daerah penolakan (penerimaan) maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisien regresi signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya, arus kas operasi dan modal kerja mempengaruhi (tidak


(59)

mempengaruhi) likuiditas. Tingkat signifikannya yaitu 5% (α = 0,05) artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95% maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukkan adanya (tidak adanya pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut). Dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan Ho atau penerimaan alternatif (Ha).


(1)

(a) Menghitung koefisien korelasi antara arus kas operasi (X1) terhadap likuiditas (CR) (Y), menggunakan rumus:

Sumber: Sugiyono (2012:274)

(b) Menghitung koefisien korelasi antara modal kerja (X2) terhadap likuiditas (CR) (Y), menggunakan rumus :

Sumber: Sugiyono (2012:274)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi ( -1ӊ r Ӌ +1), di mana x = Variabel bebas

y = Variabel terikat

4. Analisis Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh arus kas operasi (X1) dan modal kerja (X2) terhadap likuiditas (Y) dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi atau disingkat Kd yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu :

Sumber: Umi Narimawati (2010:50) Keterangan:

Kd = Koefisien Determinasi atau Seberapa Jauh Perubahan Variabel Y Dipergunakan oleh Variabel X

r² = Kuadrat Koefisien Korelasi

100% = Pengkali yang menyatakan dalam persentase Kd = r² x 100%


(2)

Dengan diketahuinya koefisien korelasi antara masing-masing arus kas operasi (X1) dan modal kerja (X2) serta likuiditas (Y), kita bisa menentukan koefisien determinasi. Koefisien determinasi tersebut digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang ditimbulkan masing-masing variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y).

Pada hakikatnya nilai r berkisar antara -1 dan 1, bila r mendekati -1 atau 1 maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang erat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Bila r mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sangat lemah atau bahkan tidak ada.

3.6. Metode Analisis Data

Pengertian rancangan/metode analisis menurut Umi Narimawati (2010:41) menyatakan bahwa :

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti.”

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011:159).

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan. Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada


(3)

tidaknya korelasi dan pengaruh variabel independen X1 dan X2 secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan Pengujian Secara Parsial (Uji Statistik t).

Uji statistik t digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh signifikan secara parsial atau satu pihak dari masing-masing variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Hipotesis nol (H0) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis alternatif (H1) menunjukkan adanya pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen, maka pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.)Uji Statistik t

Pengujian secara parsial menggunakan uji t (pengujian signifikansi secara parsial). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah :

1. Menyusun Hipotesis

Adapun hipotesis statistik yang akan di uji dalam penelitian ini adalah: a) Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Likuiditas.

H0 : β1 = 0, Arus Kas Operasi tidak berpengaruh terhadap Likuiditas. Ha : β1 ≠ 0, Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Likuiditas. b) Pengaruh Modal Kerja terhadap Likuiditas.

H0 : β2 = 0, Modal Kerja tidak berpengaruh terhadap Likuiditas. Ha : β2 ≠ 0, Modal Kerja berpengaruh terhadap Likuiditas.


(4)

2. Menentukan tingkat signifikan

Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = n – k – l, untuk menentukan tabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variable-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.

3. Mencari Nilai

4. Menentukan daerah penerimaan atau penolakan hipotesis dengan membandingkan dengan dengan ketentuan :

 Jika < atau > , variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, maka H0 ditolak (signifikan).

 Jika variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, maka H0 diterima (tidak signifikan).

5. Menentukan Kesimpulan Berdasarkan Probabilitas

Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas kurang dari 0,05.

2.) Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Penggambaran daerah penerimaan atau penolakan hipotesis beserta kriteria akan dijelaskan sebagai berikut:


(5)

a. Jika maka H0 ada di daerah penolakan, hal ini diartikan Ha diterima dan artinya antara variabel X dan variabel Y memiliki pengaruh.

b. Jika maka H0 ada di daerah penerimaan, hal ini diartikan Ha ditolak dan artinya antara variabel X dan variabel Y tidak memiliki pengaruh.

c. dicari dengan rumus perhitungan

d. dicari didalam tabel distribusi dengan ketentuan α = 0,05 dan dk = (n – k – 1) atau 24 – 2 – 1 = 21

Sumber: Sugiyono (2011:185)

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho

3.) Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan dan berlaku sebaliknya. Jika jatuh di daerah penolakan (penerimaan) maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisien regresi signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya, arus kas operasi dan modal kerja mempengaruhi (tidak


(6)

mempengaruhi) likuiditas. Tingkat signifikannya yaitu 5% (α = 0,05) artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95% maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukkan adanya (tidak adanya pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut). Dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan Ho atau penerimaan alternatif (Ha).