10
G. Batasan Istilah
Adapun batasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal
maupun wujudnya. 2.
Masa Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak- kanak dan dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis,
kognitif, dan sosio-emosional. 3.
Ujian Nasional adalah sistem evaluasi standar pendidikan secara nasional dan persamaan mutu pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat
Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas hasil kajian pustaka mengenai gejala kecemasan dan remaja yang dapat memperjelas topik penelitian.
A. Hakekat Gejala Kecemasan
1. Definisi Gejala Kecemasan Secara Umum
Gejala k ecemasan dalam Bahasa Inggris “
anxiety
” berasal dari Bahasa Latin “
angustus
” yang berarti kaku, dan “
ango
,
anci
” yang berarti mencekik. Pada dasarnya, gejala kecemasan merupakan hal wajar yang
pernah dialami oleh setiap manusia. Gejala kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Gejala kecemasan adalah suatu
perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya
Wiramihardja, 2005. Hilgard menjelaskan bahwa gejala kecemasan adalah emosi yang
tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang kita alami dalam
tingkat yang berbeda-beda Sarastika, 2014. Sedangkan Freud menjelaskan bahwa gejala kecemasan merupakan situasi afektif yang
dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Perasaan tidak
12
menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi selalu terasa Feist, 2010.
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb Fauziah Widuri, 2007 gejala kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Gejala kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun gejala
kecemasan yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.
Gejala kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan
yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis Rochman, 2010.
Lubis 2009 menjelaskan bahwa gejala kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami
gejala kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berpikir tentang sesuatu tidak menyenangkan
yang akan terjadi. Sedangkan Sundari 2004 memahami gejala kecemasan sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman
terhadap kesehatan.
13
Jeffrey 2005 memberikan pengertian tentang gejala kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan
fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Gejala kecemasan adalah rasa
khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Gejala kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam mengerakkan tingkah laku yang
menyimpang ataupun yang mengganggu. Kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap gejala
kecemasan tersebut Gunarsa, 2008. Sedangkan menurut peneliti, gejala kecemasan merupakan kekuatan yang menghambat pribadi untuk bisa
melangkah maju, karena besarnya kekuatan pikiran yang mengendalikan rasa takut sehingga pribadi lebih dominan untuk memilih di zona nyaman,
daripada mencoba untuk melawan rasa takut dan menghilangkan gejala kecemasan yang dimiliki.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala kecemasan adalah respon psikologis terhadap campuran perasaan dan
emosi yang disebabkan karena kekhawatiran yang tidak jelas dan menekan kehidupan seseorang. Gejala kecemasan bisa terjadi kepada siapa saja
karena gejala kecemasan merupakan keadaan yang dapat mengganggu seseorang akibat dari tekanan maupun keadaan yang mengakibatkan
seseorang mengalami ketakutan dalam hidup mereka.
14
2. Gejala-gejala Kecemasan
Gejala kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang
tergolong normal sering mengalami gejala kecemasan yang nampak, sehingga dapat dilihat dari gejala-gejala fisik maupun mental. Lebih
terlihat jelas lagi pada individu yang mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah: jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing,
nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat mental adalah: ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat
memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan Sundari, 2004.
Gejala kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan
tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock, Grebb Fauziah Widuri,
2007 menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika
terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan gejala kecemasan muncul
jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi individu.
15
Gejala kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada di dalam kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang
nyata. Rochman 2010 mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain:
a. Ada saja hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Gejala kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah
dan sering dalam keadaan
exited
heboh yang memuncak, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan
delusion of persecution
delusi yang dikejar-kejar. d.
Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi. Jeffrey 2005 mengklarifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam
dua jenis gejala, diantaranya yaitu: a.
Gejala fisik dari gejala kecemasan yaitu: kegelisahan, angota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang,
merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung. b.
Gejala psikis dari gejala kecemasan yaitu: khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi
16
dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
pikiran terasa bercampur aduk atau kebinggungan, dan sulit berkonsentrasi.
3. Proses Terjadinya Gejala Kecemasan
Menurut Stuart 2007, gejala kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Gejala kecemasan berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya, gejala kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian
tersebut. Gejala kecemasan diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat gejala kecemasan yang berat dapat tidak sejalan dengan kehidupan dan
dapat menyebabkan kelemahan. Gejala kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai suatu tujuan dan merupakan sumber
penting dalam usaha untuk memelihara keseimbangan hidup. Respon
fight or flight
adalah peringatan atau
alarm
sebagai mekanisme pertahanan, maksudnya tubuh akan menghadapi tekanan
tersebut atau akan melarikan diri. Misalnya ketika akan menghadapi ujian nasional, tubuh akan mengalami reaksi alamiah yang ditandai oleh
keluarnya keringat dingin, rasa takut atau rasa gelisah. Pada beberapa orang, kondisi ini malah akan mempertajam pikiran sehingga dapat
mencari jalan keluar secara cepat, ini merupakan mekanisme
fight
. Sedangkan mekanisme
flight
adalah suatu perasaan depresi ketika individu tidak mampu lagi menghadapi masalah yang datang dan memilih untuk
17
menghindari atau melarikan diri dari masalah. Mekanisme
fight or flight
ini banyak memakan energi, yang diikuti terjadinya kelelahan. Saat kelelahan dan kehabisan energi individu merasa kurang maksimal
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak heran bila individu yang sedang mengalami gejala kecemasan dan stres akan mengalami
gejala nyeri otot dan sendi, sakit kepala, depresi, cemas, dan mudah tersinggung.
4. Faktor-faktor Penyebab Gejala Kecemasan
Gejala kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.
Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan gejala kecemasan. Ramaiah 2003 ada beberapa faktor yang
menunjukkan reaksi gejala kecemasan, diantaranya yaitu: a.
Lingkungan Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Gejala kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal,
18
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya gejala kecemasan. Hal ini terlihat dalam
kondisi seperti misalnya kehamilan semasa remaja, dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-
perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya gejala kecemasan.
Zakiah Daradjat Rochman, 2010 mengemukakan beberapa penyebab dari gejala kecemasan yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Gejala kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas di dalam pikiran.
b. Rasa cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan
hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Gejala kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental,
yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum. c.
Gejala kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Gejala kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan
tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian
penderitanya.
19
Gejala kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya,
baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya. Az-Zahrani 2005 menyebutkan faktor yang mempengaruhi gejala kecemasan yaitu:
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orang tua
terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta gejala kecemasan pada anak saat berada di dalam rumah.
b. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi gejala kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada
lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai
penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya gejala kecemasan.
Rufaidah 2009 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gejala kecemasan adalah:
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya gejala kecemasan.
20
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik
mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala- gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik
Lingkungan adalah faktor utama yang dapat mempengaruhi gejala kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik, maka akan
menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan.
5. Jenis-jenis Gejala Kecemasan
Gejala kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan di dalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya
rangsangan dari luar. Pedak 2009 membagi gejala kecemasan menjadi tiga jenis gejala kecemasan yaitu:
a. Gejala kecemasan rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian nasional.
Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasar kita.
b. Gejala kecemasan irasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi di bawah keadaan- keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
21
c. Gejala kecemasan fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
berlanjut. Gejala kecemasan ini disebut sebagai gejala kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan
manusia. Sedangkan Kartono 2006 membagi gejala kecemasan menjadi dua
jenis gejala kecemasan, yaitu: a.
Gejala kecemasan ringan Gejala kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan
sebentar dan ringan lama. Gejala kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian seseorang karena gejala kecemasan ini
dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk mengatasinya. Gejala kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah
suatu gejala kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi- situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat
mengatasinya, sehingga timbul gejala kecemasan. Gejala kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebih berhati-hati dalam
menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari. Gejala kecemasan ringan yang lama adalah gejala kecemasan yang dapat
diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera mengatasi penyebab munculnya gejala kecemasan, maka gejala kecemasan tersebut akan
mengendap lama dalam diri individu.
22
b. Gejala kecemasan berat
Gejala kecemasan berat adalah gejala kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang
mengalami gejala kecemasan semacam ini maka biasanya individu tidak dapat mengatasinya. Gejala kecemasan ini mempunyai akibat
menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian seseorang. Gejala kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu: gejala kecemasan berat
yang sebentar dan lama. Gejala kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis pada individu jika
menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya gejala kecemasan. Sedangkan gejala kecemasan yang berat tetapi
munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan berlangsung secara terus-menerus selama bertahun-tahun dan dapat
merusak proses pemikiran individu. Gejala kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan penyakit darah tinggi.
6. Gangguan Gejala Kecemasan
Gangguan gejala kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri gejala kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga
irasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dengan cara-cara yang jelas. Fauziah Widuri 2007 membagi gangguan gejala
kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu:
23
a. Fobia spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap objek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari
situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda
gejala kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan. c.
Gangguan panik Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang
spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada gangguan panik antara lain: sulit bernafas, jantung berdetak kencang,
mual, rasa sakit di dada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu merasa
setiap serangan panik merupakan pertanda datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh
Generalized Anxiety Disorder Generalized Anxiety Disorder
GAD adalah kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom
somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stres yang
nyata.
24
Sedangkan Wiramihardja 2005 membagi gangguan gejala kecemasan yang terdiri dari:
a.
Panic disorder Panic disorder
ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan panik yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi
orang lain bukan merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom yang menandakan kondisi panik tersebut, yaitu: nafas yang pendek,
palpilasi mulut yang kering atau justru kerongkongan yang tidak bisa menelan, ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.
b.
Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi di mana ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik
maupun psikologis untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki
agrophobia
takut pada kerumunan dan tempat-tempat umum.
7. Dampak Gejala Kecemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini
tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Gejala kecemasan yang berlebihan dapat
mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh, bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik Howard, 2004.
Semiun 2006 membagi beberapa dampak dari gejala kecemasan ke dalam beberapa simtom, antara lain:
25
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami gejala kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber
tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami gejala kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan
sifat mudah marah. b.
Simtom kognitif Gejala kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan
pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-
masalah nyata yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan pada akhirnya individu merasa lebih cemas.
c. Simtom motorik
Orang-orang yang mengalami gejala kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan,
misalnya: jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang muncul secara tiba-tiba. Simtom motorik merupakan
gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang
dirasanya mengancam. Gejala kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.
Menurut Ramaiah 2005 gejala kecemasan biasanya dapat menyebabkan dua akibat, yaitu:
26
a. Kepanikan yang amat sangat yang menyebabkan kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan situasi. b.
Tidak bisa menghindari resiko yang akan diterima dan tidak memiliki kemampuan untuk mencegah resiko yang akan diterima dari tindakan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat
mengancam karena adanya ketidakpastian di masa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Gejala kecemasan
tersebut ditandai dengan adanya beberapa gejala yang muncul seperti kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
merasa tidak aman, sulit untuk berkonsentrasi, dan merasa tidak mampu untuk mengatasi masalah. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah: gejala kecemasan timbul karena individu melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya, gejala kecemasan
juga terjadi karena individu merasa berdosa atau bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati
nurani. Dari beberapa gejala, faktor, dan definisi di atas, gejala kecemasan
ini termasuk dalam jenis gejala kecemasan rasional, karena gejala kecemasan rasional merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek
yang memang mengancam. Adanya berbagai macam gejala kecemasan yang dialami individu dapat menyebabkan adanya gangguan-gangguan
gejala kecemasan seperti gangguan gejala kecemasan spesifik yaitu
27
suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap objek atau situasi yang spesifik. Sehingga dapat
menyebabkan adanya dampak dari gejala kecemasan yang berupa simtom kognitif, yaitu gejala kecemasan dapat menyebabkan
kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak
memperhatikan masalah-masalah nyata yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan pada akhirnya
individu merasa lebih cemas.
B. Remaja
1. Definisi Masa Remaja
Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang masa remaja, seperti DeBrun mendefinisikan masa remaja sebagai periode pertumbuhan antara
masa kanak-kanak dan dewasa Jahja, 2011. Menurut Papalia dan Olds masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
tahun atau awal dua puluhan tahun Jahja, 2011.
2. Tugas Perkembangan Siswa SMP Sebagai Remaja
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu ialah masa remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat
diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat Jahja, 2011.
28
William Kay Jahja, 2011 mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur
yang mempunyai otoritas. c.
Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara
individual maupun kelompok. d.
Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya. e.
Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
f. Memperkuat
self-control
kemampuan mengendalikan diri atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri sikapperilaku
kekanak-kanakan.
3. Aspek-Aspek Perkembangan Siswa SMP Sebagai Remaja
a. Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan
tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi Papalia dan Olds, dalam Jahja, 2011.
b. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti
belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan
29
bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang
semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang
dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan
konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya Jahja, 2011.
c. Perkembangan kepribadian dan sosial menurut Conger dan Papalia dan
Olds mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang
berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang
menarik, musik, atau film apa yang bagus Jahja, 2011.
4. Faktor-Faktor Penyebab Siswa SMP Mengalami Gejala Kecemasan
Yuniati 2009 mengatakan bahwa faktor gejala kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional bisa disebabkan oleh kondisi dan
situasi ujian saat itu, meskipun materi pelajaran yang akan diujikan telah dikuasai. Selain itu juga bisa disebabkan karena waktu yang terbatas,
tingkat kesulitan materi ujian, instruksi tes, bentuk pertanyaan dan hal-hal teknis lainnya. Gejala kecemasan ini juga akan semakin meningkat melihat
banyaknya siswa dan siswi yang tidak lulus dalam ujian nasional atau lulus dengan nilai yang tidak memuaskan.
30
Faktor lain yang menyebabkan timbulnya perasaan cemas adalah kurangnya kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan yang ia miliki.
Karena itu, banyak siswa yang merasa pesimis. Sebenarnya siswa mampu mengerjakan soal dan mendapatkan nilai yang memuaskan, namun karena
kurangnya kepercayaan diri, sehingga mereka malah menyontek dan melakukan hal-hal curang lainnya yang terkadang membuat mereka gagal.
Seharusnya siswa tidak perlu merasa cemas menghadapi ujian nasional. Sebab dengan belajar tekun dan giat, berlatih mengerjakan soal-soal ujian
nasional tahun sebelumnya dan berdoa, siswa akan mampu menyelesaikan soal-soal ujian nasional dengan baik dan mendapatkan hasil yang
memuaskan.
C. Ujian Nasional
1. Pengertian Ujian Nasional
Ujian Nasional adalah sistem evaluasi standar pendidikan secara nasional dan persamaan mutu pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh
Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Ujian Nasional
menurut Wibowo 2012 adalah evaluasi belajar yang diadakan oleh Kemendiknas untuk mengukur dan menilai kompetensi peserta didik
secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah
sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dengan menetapkan standarisasi nasional pendidikan yang bertujuan
31
sebagai pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional.
2. Tujuan Ujian Nasional
Pelaksanaan UN Tahun 2016 mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2015
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah Melalui Ujian Nasional, dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan Melalui Ujian
SekolahMadrasahPendidikan Kesetaraan pada SMPMTs atau yang sederajat dan SMAMASMK atau yang sederajat dan Peraturan Badan
Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0034PBSNPXII2015 tentang Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional Tahun
Pelajaran 20152016. Adapun tujuan pelaksanaan ujian nasional yaitu:
1. UN merupakan amanah Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan amanah PP 192005 yang direvisi menjadi PP 322013 dan PP 132015 tentang Standar Nasional
Pendidikan. 2.
UN sebagai sub-sistem penilaian dalam Standar Nasional Pendidikan SNP menjadi salah satu tolak ukur pencapaian SNP dalam rangka
penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan.
32
3. Penyebab Gejala Kecemasan Siswa Sebelum Menghadapi Ujian
Nasional
Wibowo 2012 mengemukakan penyebab gejala kecemasan siswa sebelum menghadapi ujian nasional, yaitu:
a. Tidak menguasai materi pembelajaran yang akan digunakan dalam
Ujian Nasional. Siswa merasa kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional.
b. Tidak percaya diri, tidak siap, dan tidak bisa menghadapi kenyataan.
Akibat dari kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional siswa menjadi tidak percaya diri, tidak siap, dan
tidak bisa menghadapi kenyataan bahwa siap atau tidak siap siswa harus menempuh ujian nasional sebagai syarat kelulusan.
c. Tidak memiliki kesiapan mental dan fisik dalam menghadapi ujian
nasional. Siswa merasa bahwa dirinya tidak siap dalam mengikuti ujian nasional, sehingga ketika mendengar kata ujian siswa langsung
stres dan mengakibatkan kepalanya pusing atau perutnya menjadi sakit.
d. Menganggap bahwa ujian nasional adalah merupakan hal yang
menakutkan. Siswa menjadi takut dengan ujian nasional karena cara berpikir siswa yang salah dengan menganggap bahwa ujian nasional
itu menakutkan. Akibatnya siswa menjadi menjauh karena rasa takut yang dimiliki.
e. Pembelajaran di sekolah dianggap belum mencukupi untuk membekali
dirinya dalam menghadapi ujian nasional. Siswa berlomba-lomba
33
untuk membekali dirinya dengan mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolah dengan harapan bisa semakin menguasai materi dalam
ujian nasional. f.
Hasil ujian nasional akan menentukan kualitas sekolah lanjutan siswa. Siswa dituntut untuk memiliki nilai ujian nasional yang tinggi,
sehingga siswa bisa mendapatkan sekolah favorit di daerahnya. Selain itu, hasil ujian nasional yang tinggi dapat memacu semangat belajar
siswa untuk terus berprestasi sehingga siswa mampu bersaing dengan siswa yang lain dalam memperebutkan kursi di sekolah lanjutan favorit
yang menjadi pilihannya.
4. Upaya-Upaya Mengatasi Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi
Ujian Nasional
Upaya-upaya mengatasi gejala kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional pada siswa yaitu dengan pendekatan sosial, pendekatan
psikologis, dan pendekatan edukatif. a.
Pendekatan sosial peran orang tua Menurut Feriana 2013, untuk membantu anak-anak mengelola
kondisi psikologisnya ketika sebelum menghadapi ujian nasional, orang tua dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
1 Tidak berlebihan menekan anak saat belajar. Hal ini dapat
dilakukan agar anak tidak semakin takut dan tegang ketika mempersiapkan ujian.
2 Mangajak anak berpikir: “ini sulit, tapi mungkin” daripada “ini
mungkin, tapi sulit”.
34
3 Membantu anak untuk berpikir bahwa ujian adalah hal yang
terpenting tapi bukan tidak mungkin dapat dilewati. Pemikiran anak yang berlebihan terhadap ujian adalah salah satu penyebab
anak merasa tegang sehingga pelajaran yang semula dipahami hilang secara tiba-tiba saat berada di ruang ujian.
4 Berikan dukungan sosial pada anak dan tanamkan pemikiran
positif pada anak bahwa ia dapat menghadapi ujian dengan baik tanpa harus merasa khawatir berlebihan.
5 Mengajak anak untuk beribadah dan berdoa bersama agar semakin
tenang ketika sebelum menghadapi ujian. Ketika waktu belajar pun, orang tua dapat mengajarkan dan melantumkan doa sebelum
belajar bersama dengan anak. b.
Pendekatan psikologis siswa Menurut Feriana 2013, ada 10 upaya-upaya sebelum menghadapi
ujian nasional: 1
Penguasaan materi pembelajaran. 2
Meningkatkan rasa percaya diri. 3
Meningkatkan konsentrasi belajar. 4
Mengembangkan disiplin diri dalam belajar. 5
Hidup teratur agar berhasil dalam menghadapi ujian nasional. 6
Mengelola waktu belajar secara efektif dan efisien. 7
Meningkatkan produktivitas belajar sebelum menghadapi ujian nasional.
35
8 Ketekunan dalam belajar.
9 Motivasi diri untuk berhasil dalam ujian nasional.
10 Bersikap positif terhadap ujian nasional.
c. Pendekatan edukatif peran guru
Menurut Feriana 2013, upaya-upaya mengatasi gejala kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional yaitu:
1 Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
2 Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai kegiatan “
game
” atau “
ice break
” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif.
3 Sewaktu-waktu mengajak siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran di luar kelas, sehingga siswa tidak merasa bosan. 4
Memberikan materi dan tugas-tugas, khususnya untuk persiapan ujian nasional.
5 Menggunakan pendekatan humanistik dalam mengelola kelas.
Guru dan siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang baik. 6
Guru menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan sosok yang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati, dan dapat
diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan. 7
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri
self assessment
atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya.
36
8 Pengembangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
kepentingan pembelajaran siswa. 9
Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas metodologi penelitian, yaitu: jenis penelitian, subyek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas
instrumen, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Metode survey digunakan untuk mendapatkan
data dari siswa kelas IX SMP Negeri 2 Cepu secara alamiah dengan bantuan kuesioner Sugiyono, 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner tentang gejala kecemasan siswa kelas IX sebelum menghadapi ujian
nasional ke 4 kelas, yaitu kelas IX B, IX C, IX D, dan IX E sejumlah 141 siswa untuk memperoleh data tentang tingkat gejala kecemasan siswa kelas IX
SMP 2 Cepu sebelum menghadapi Ujian Nasional tahun ajaran 20162017 sehingga dapat ditentukan pula program yang dapat membantu mengurangi
gejala kecemasan siswa yang sesuai.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP 2 Cepu yang terdiri dari 4 kelas, yaitu kelas IX B, IX C, IX D, dan IX E sejumlah 141 siswa dari
total jumlah siswa kelas IX SMP 2 Cepu sejumlah 252 siswa. Pemilihan 141 siswa sebagai subjek penelitian menggunakan teknik
simple random sampling
dengan mengambil anggota sampel secara acak dari populasi homogen.
38
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data